Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK DOSEN PEMBIMBING

Metodologi Studi Islam II Dr. Safria Andy, MA

METODE PENELITIAN HADIS

Muhammad Andrean
Jodi Setiawan
Wahdina

ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “Metode Penelitian Hadis”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Metodologi Studi Islam II. Dalam makalah ini mengulas tentang hadis dan metode
penelitiannya.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Pemakalah juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Medan, 3 Oktober 2019

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 2
A. Pengertian Hadis ................................................................................. 2
1. Pengertian Hadis Secara Terbatas .................................................. 2
2. Pengertian Hadis Secara Luas ........................................................ 3
B. Defenisi Model Penelitian Hadis dan Ruang Lingkupnya ................. 3
C. Tujuan Penelitian Hadis...................................................................... 3
D. Metode Penelitian Hadis ..................................................................... 4
1. Melakukan Al-Takhrij..................................................................... 4
2. Melakukan Al-I‟tibar ...................................................................... 4
3. Mengkritisi Pribadi Periwayat Serta Metode Periwayatannya ....... 5
4. Meneliti Syudzudz dan „Illat ........................................................... 6
5. Menyimpulkan Hasil Studi Kritis Sanad ........................................ 6
6. Menyimpulkan Hasil Studi Kritis Matan........................................ 6

BAB III PENUTUP ................................................................................ 9


A. Kesimpulan ....................................................................................... 9
B. Penutup ............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis merupakan salah satu hukum Islam yang harus dipahami. Namun,
dari masa para Sahabat sampai sekarang pun banyak hadis palsu maupun dho‟if
yang beredar luar dikalangan masyarakat, sehingga banyak menimbulkan berbagai
masalah yang terkadang sampai menimbulkan pemahaman-pemahaman yang
tidak sesuai dengan syariat Islam. Sebab itulah penting bagi setiap muslim
memilah-milah hadis yang akan digunakan sebagai dasar hukum dalam
menjalankan syari‟at Islam.
Dalam hal ini, yang menjadi permasalahannya adalah banyak orang-orang
Islam yang tidak mampu membedakan dan menentukan antara hadis dho‟if,
hasan, maupun shahih. Sering kali dalam menggunakan hadis tidak diperhatikan
sanadnya dan hanya menggunakan matannya saja, sehingga hadis tersebut tidak
dapat dijadikan dasar yang kuat.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang metode-metode penelitian
hadis yang dapat digunakan untuk membedakan dan menentukan antara hadis
dho‟if, hasan dan shahih dengan memperhatikan sanad serta matan hadis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadis?
2. Apa definisi dan tujuan metode penelitian hadis?
3. Bagaimana metode dalam penelitian hadis?

C. Tujuan
1. Mengenal hadis
2. Mengenal metode penelitian hadis

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis

Hadis berasal dari bahasa Arab ‫احل دي ث‬ (al hadis) jamaknya adalah

‫األح ادي ث‬ (al ahaadiits). Dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti,

diantaranya ‫اجل دي د‬ (al jadiid) yang berarti baru, lawan dari kata ‫( ميدقلا‬al

qadiim) yang berarti lama. Dalam hal ini, semua yang disandarkan kepada nabi
Muhammad SAW itu adalah hadis (baru). Sebagai lawan/ kebalikan dari wahyu
Allah (kalam Allah) yang bersifat qadim.1 Pendapat tersebut juga dikemukakan
oleh Muhammad „Ajjaj al Khathib. Beliau mengatakan hadis berarti sesuatu yang
baru.2 Kemudian arti hadis adalah “qarib” (yang dekat), yang belum lama terjadi

seperti dalam ungkapan (baru masuk Islam) ‫ حدي ث ال عهد ب اإل سالم‬, khabar

(warta) atau sesuatu yang diperbincangkan dan dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain. Dari makna inilah diambil ungkapan “hadis Rasulullah”.
Hadis yang bermakna khabar ini diambil dari kata haddatsa, yuhadditsu,
tahdiits, yang bermakna riwayat atau ikhbar (mengabarkan). Maka jika ada

ungkapan ‫ا ديث‬ ‫حد ا ديث ا ا‬ “ia mengabarkan sesuatu khabar kepada

kita”.
Sedangkan menurut istilah dari ahli hadis dibagi kepada dua;
1. Pengertian Hadis Secara Terbatas
Ialah sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW baik
berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan yang sebagainya/
semisalnya”.

1
Muhammad Subhi Al Salih, ‘Ulumul Al Haddis Wa Mustalahuh (Beirut: Dar Al Fikr,
1989), h. 4-5.
2
Ajjaj al Khathib, Usul Al Hadis Wa Mustalahaha (Beirut: Dar Al Fikr, 1975), h. 26.

2
3

Ta‟rif ini mengandung empat unsur yakni perkataan, perbuatan,


pernyataan dan sifat-sifat atau keadaan nabi Muhammad SAW yang lain, yang
semuanya hanya disandarkan kepada beliau, tidak termasuk hal-hal yang
disandarkan kepada para sahabat dan tabi‟in.
2. Pengertian Hadis Secara Luas
Hadis tidak hanya disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, tetapi
juga mencakup perkataan, perbuatan atau taqrir yang disandarkan kepada para
sahabat atau tabi‟in, sehingga dalam hadis ada istilah “marfu‟ (yang
disandarkan kepada nabi), manqul (yang disandarkan kepada sahabat) dan
maqthu‟ (yang disandarkan kepada tabi‟in).

B. Definisi Metode Penelitian Hadis dan Ruang Lingkupnya


Metode penelitian hadis didefinisikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dari suatu hadis dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Maksudnya, kegiatan penelitian harus didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan
cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
Sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Adapun ruang lingkup penelitian hadis adalah :
1. Penelitian/studi hadis, baik studi sanad maupun matan.
2. Penelitian hasil pemikiran terhadap hadis (kajian tokoh).
3. Penelitian persepsi hadis dalam masyarakat (living hadis).

C. Tujuan Penelitian Hadis


Setiap penelitian memiliki tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut
Sugiyono (2008:5), secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu bersifat
penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang
diperoleh dari penelitian itu merupakan data yang benar-benar baru yang
sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian mengandung makna bahwa data
yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap
4

informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam


dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Penelitian dalam hadis yang bersifat penemuan misalnya menemukan
metode memahami hadis secara mudah bagi masyarakat awam. Penelitian hadis
yang bersifat pembuktian misalnya membuktikan keragu-raguan mengenai status
hadis keutamaan membaca ayat kursi. Sedangkan penelitian hadis yang bersifat
pengembangan contohnya memperdalam pengetahuan tentang pemikiran M. M.
Azami dan Joseph Schacht terkait pembentukan sanad hadis, atau pengembangan
metode „ardl al-hadist „ala Alquran dalam kajian kritik matan.
Disamping itu, aktifitas penelitian hadis juga memiliki tujuan untuk
mengetahui kualitas hadis yang diteliti baik dari sisi sanad ataupun matan.
Kualitas hadis sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan kehujjahan
hadis tersebut. Hadis yang kualitasnya tidak memenuhi syarat kesahihan suatu
hadis tidak dapat digunakan sebagai hujjah. Pemenuhan syarat diperlukan karena
hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam.3

D. Metode Penelitian Hadis


Dalam penelitian hadis (naqd al-hadis) klasik, model penelitian diarahkan
kepada dua segi: sanad dan matan.
Dalam penelitian sanad, model yang ditempuh adalah dengan melakukan
langkah-langkah berikut ini:
1. Melakukan Al-Takhrij
Takhrij adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis
pada sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab yang di dalamnya
dikemukakan hadis tersebut secara lengkap dengan sanadnya masing-masing,
kemudian untuk kepentingan kritik sanad, dijelaskan kwalitas sanad dan para
periwayatdari hadis yang bersangkutan.
2. Melakukan Al-I’tibar

3
Umma Farida, Metodologi Penelitian Hadits, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2010), h.
1-2.
5

Al-I‟tibar berarti menyertakan sanad-sanad untuk hadis tertentu, yang


hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja,
dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui
apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari
sanad hadis dimaksud.
Dengan melakukan i‟tibar, diharapkan dapat terlihat dengan jelas
seluruh jalur sanad yang diteliti, demikian juga nama-nama periwayatnya, dan
metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang
bersangkutan. Jadi, kegunaan al-I‟tibar adalah untuk mengetahui keadaan
sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau tidaknya pendukung
(corroboration) berupa periwayatan yang berstatus muttabi‟ atau syahid.
3. Mengkritisi Pribadi Periwayat Serta Metode Periwayatannya
Ulama‟ hadis sependapat bahwa ada dua hal yang harus dikritisi pada
diri pribadi periwayat hadis untuk diketahui apakah riwayat hadis yang
dikemukakannya dapat diterima sebagai hujjah ataukah harus ditolak. Kedua
hal itu adalah ke‟adilan dan kedhabitannya. Ke‟adilan berhubungan dengan
kwalitas pribadi, sedangkan kedhabitannya berhubungan dengan kapasitas
intelektualnya. Jika kedua hal itu dimiliki oleh periwayat hadis, maka
periwayat tersebut dinyatakan bersifat tsiqah.
Terkait dengan pelacakan terhadap kebersambungan sanad, hubungan
kwalitas periwayat dan metode periwayatan sangat menentukan. Periwayat
yang tidak tsiqah yang menyatakan telah menerima riwayat dengan metode
sami‟na, misalnya, meski metode itu diakui ulama‟ hadis memiliki tingkat
akurasi yang tinggi, tetapi karena yang menyatakan lambang itu adalah orang
yang tidak tsiqoh, maka informasi yang dikemukakannya itu tetap tidak dapat
dipercaya. Sebaliknya, apabila yang menyatakan sami‟na adalah orang yang
tsiqoh, maka informasinya dapat dipercaya.
Selain itu, ada periwayat yang dinilai tsiqoh oleh ulama‟ ahli kritik
hadis, namun dengan syarat bila dia menggunakan lambang periwayatan
haddatsani atau sami‟tu, sanadnya bersambung. Tetapi, bila menggunakan
selain dua lambang tersebut, sanadnya terdapat tadlis (penyembunyian cacat).
6

4. Meneliti Syudzudz dan ‘Illat


Salah satu langkah kritik sanad yang sangat penting untuk meneliti
kemungkinan adanya syudzudz dalam sanad adalah dengan melakukan studi
komparatif terhadap seluruh sanad yang ada untuk satu matan yang sama.
Sedangkan cara mengkritisi kemungkinan terjadinya „illat yaitu dengan
membanding-bandingkan semua sanad yang ada untuk matan yang isinya
semakna.4
Hadis yang mengandung syudzudz (ke-syadz-an), oleh ulama‟ disebut
sebagai hadis syadz, sedangkan lawan dari hadis syadz disebut hadis mahfuzh.5
5. Menyimpulkan Hasil Studi Kritik Sanad
Dalam menyampaikan kesimpulan (natijah) harus disertakan pula
argumen-argumen yang jelas. Argumen-argumen ini dapat disampaikan
sebelum ataupun sesudah rumusan natijah dikemukakan.
Isi natijah untuk hadis yang dilihat dari segi jumlah periwatnya
mungkin berupa pernyataan bahwa hadis yang bersangkutan berstatus
mutawatir dan jika tidak demikian, maka hadis tersebut berstatus ahad.
Untuk hasil penelitian hadis ahad, maka natijahnya mungkin berisi
pernyataan bahwa hadis yang bersangkutan berkualitas shahih atau hasan atau
dha‟if sesuai dengan apa yang diteliti. Jika diperlukan, pernyataan kualitas
tersebut disertai dengan macamnya, misalnya dengan mengemukakan bahwa
hadis yang dikritisi berkwalitas shahih li ghayrihi atau hasan li ghayrihi.6
6. Menyimpulkan Hasil Studi Kritik Matan
Adapun metode kritik matan, menurut Al-A’zhami, banyak terfokus
pada metode mu‟aradhah. Versi lain menyebutnya metode muqaranah
(perbandingan) atau metode muqabalah.
Metode mu‟aradhah yang dimaksud adalah pencocokan konsep yang
menjadi muatan pokok setiap matan hadis, agar tetap terpelihara kebertautan
dan keselarasan antar konsep dengan hadis (sunnah) lain dengan dalil syariat

4
Umma Farida, Naqd Al-Hadits, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2009), h. 99-110.
5
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Keshahihan Sanad Hadits, (Jakarta: PT. Karya Unipress,
1995), h. 139.
6
Umma Farida, Naqd Al-Hadits, h. 112.
7

lain. Langkah pencocokan itu dilakukan dengan petunjuk eksplisit, yaitu


dengan cara:
a. Mengkomparasikan hadis dengan Alquran.
b. Membandingkan antar hadis atau antara hadis dengan sirah
nabawiyah.
c. Mengkonfirmasikan riwayat hadis dengan realita dan sejarah.
d. Mengkomparasikan hadis dengan rasio.
e. Membandingkan hadis-hadis dari berbagai murid seorang ulama‟.
f. Membandingkan pernyataan seorang ulama‟ setelah berselang suatu
waktu.7
g. Perbandingan dokumen tertulis dengan hadis yang disampaikan dari
ingatan.
Mengenai hal kritik matan, Al-Siba’i mengungkapkan bahwa:
a. Matan tidak boleh mengandung kata-kata yang aneh, yang tidak
pernah diucapkan oleh seorang ahli retorika atau penutur bahasa yang
baik.
b. Tidak boleh bertentangan dengan pengertian-pengertian rasional yang
aksiomatik, yang sekiranya tidak mungkin ditakwilkan.
c. Tidak boleh bertentangan dengan kaidah-kaidah umum dalam hukum
dan akhlak.
d. Tidak boleh bertentangan dengan indra dan kenyataan.
e. Tidak mengandung hal-hal yang hina, yang agama tentu tidak
membenarkannya.
f. Tidak bertentangan dengan hal-hal yang masuk akal dalam prinsip-
prinsip kepercayaan tentang sifat-sifat Allah dan para rosulNya.
g. Tidak boleh bertentangan dengan sunnatullah dalam alam dan
manusia.
h. Tidak boleh bertentangan dengan kenyataan-kenyataan sejarah yang
diketahui dari zaman nabi saw.

7
Umma Farida, Kaedah Keshahihan Sanad Hadits, h. 187-193.
8

i. Tidak boleh mengandung janji yang berlebihan dalam pahala untuk


perbuatan kecil, atau berlebihan dalam ancaman yang keras untuk
perkara sepele.8

8
Erfan Soebahar, Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunnah, (Jakarta: Prenada
Media, 1995), h. 204-206.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aktifitas penelitian hadis memiliki tujuan untuk mengetahui kualitas hadis
yang diteliti baik dari sisi sanad ataupun matan.
Dalam penelitian hadis (naqd al-hadis) klasik, model penelitian diarahkan
kepada dua segi, yaitu sanad dan matan. Dalam penelitian sanad, model yang
ditempuh adalah dengan cara, yakni; melakukan at-Takhrij, melakukan al-I‟tibar,
mengkritisi periwayat hadis dan metode periwayatannya, meneliti syudzudz dan
„illat, dan mengambil natijah.
Sedangkan dalam penelitian matan, menurut al-A‟zhami dapat dilakukan
dengan cara mu‟aradhah, yaitu pencocokan konsep yang menjadi muatan pokok
setiap matan hadis, agar tetap terpelihara kebertautan dan keselarasan antar
konsep dengan hadis (sunnah) lain dengan dalil syari‟at yang lain. Langkah
pencocokan itu dilakukan dengan petunjuk eksplisit Alquran, sirah nabawiyah,
pengetahuan sejarah, dan penalaran akal sehat.

B. Penutup
Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan demi meningkatkan kesempurnaan
makalah yang kami tulis ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Farida, Umma. 2010. Metodologi Penelitian Hadis. Kudus: Nora Media


Enterprise.
Farida, Umma. 2009. Naqd Al-Hadis. Kudus: Nora Media Enterprise.
Ismail, M. Syuhudi. 1995. Kaedah Keshahihan Sanad Hadis. Jakarta: PT. Karya
Unipress.
Soebahar, Erfan. 1995. Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunnah. Jakarta: Prenada
Media.

10
“Kebahagiaanmu berkembang dari tangis yang jujur, bukan dari senyum yang
kau paksakan.”

11

Anda mungkin juga menyukai