Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

“Karakter Perilaku Terpuji dan Tercela”


Dosen Pengampu: Imam Supriyadi, MTHI.

Disusun Oleh Kelompok 8:

 Shofi Robiatul Adawiyah (2111096)


 Nanda Nur Zakiya (2111089)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ TUBAN
TAHUN 2023
Jalan Manunggal Utara No 10-12, Tuban Telp. (0356331572)
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Karakter Perilaku Terpuji dan
Tercela” ini dapat diselesaikan dengan lancar. Shalawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita semua selaku
umatnya hingga akhir zaman, Aamiin.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Bpk. Imam Supriyadi,
MTHI. selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi. Selain itu, tujuan penyusunan
makalah ini juga untuk menambah wawasan kepada penulis maupun pembaca tentang
materi Karakter Perilaku Terpuji dan Tercela. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan
penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua, Aamiin.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Tuban, 06 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................5


2.1 Ayat Al-Qur’an Tentang Akhlak dan Perilaku.........................................................5
A. Tafsir Q.S Al-Anfal ayat 27....................................................................................5
B. Tafsir Q.S An-Nisa’ ayat 133-134...........................................................................7
C. Tafsir Q.S Al-Baqarah ayat 153..............................................................................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11


3.1 Kesimpulan...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesungguhnya pendidkan akhlak merupakan bagian penting dalam substasi
pendidikan Islam. Rasulullah saw diutus oleh Allah swt untuk menjadi rasul dengan tugas
menyempurnakan kemuliaan akhlak umat manusia. Tanpa akhlak, maka kehidupan manusia
tidak berbeda dengan binatang. Pendidikan pada intinya adalah wahana dalam
pembentukan manusia bermoralitas tinggi dan berakhlak mulia, Di dalam ajaran Islam
akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan pengakuan hati.
Akhlak adalah pantulan iman yang berupa perilaku, ucapan, dan sikap atau dengan
kata lain akhlak adalah amal saleh. Iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak
adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan
karena Allah semata.
Akhlak adalah buah dari iman dan peribadatan sehingga kalau orang mengaku
beriman, rajin beribadah dan bersemangat tetapi moral dan akhlak nya payah,
diibaratkan seperti sebuah pohon Berduri yang buah dan pokoknya tidak bermanfaat
tetapi cenderung hidup liar. Realitas di masyarakat menunjukkan masih banyak nya
pola keberagaman seperti ini titik pola keberagaman seperti ini bukan saja tidak
seimbang antara hablum minallah (hubungan vertikal dengan Tuhan) dan hablum
minannas (hubungan horizontal kepada sesama manusia). Akhlak pada dasarnya melekat
dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan Jika perilaku yang melekat
itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila
perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Karakter Perilaku Terpuji dalam Surat Al-Anfal ayat 27 ?
2. Bagaimana Karakter Perilaku Terpuji dalam surat An-Nisa’ ayat 133-134 ?
3. Bagaimana Karakter Perilaku Terpuji dalam surat Al-Baqarah ayat 153 ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Karakter Perilaku Terpuji dalam Surat Al-Anfal ayat 27.
2. Mengetahui Karakter Perilaku Terpuji dalam Surat An-Nisa’ ayat 133-134.
3. Menjelaskan Karakter Perilaku Terpuji dalam Surat Al-Baqarah ayat 153.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ayat Al-Qur’an Tentang Akhlak dan Perilaku


A. Tafsir QS. Al Anfal 27

Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS Al-Anfal : 27).
Ayat ini mengaitkan orang-orang beriman dengan amanah atau larangan berkhianat.
Bahwa diantara indikator keimanan seseorang adalah sejauh mana dia mampu
melaksanakan amanah. Demikian pula sebaliknya bahwa ciri khas orang munafik adalah
khianat dan melalaikankan amanah-amanahnya.
Kata ( C‫ ) تخونوا‬takhunu terambil dari kata (‫ )الخون‬al- khaun yakni “kekurangan”,

antonimnya adalah (‫اء‬CC‫ )الوف‬al-wafa’ yang berarti “kesempurnaan”. Selanjutnya kata


“khianat” di gunakan sebagai antonim dari “amanat” karena jika seseorang mengkhianati
pihak lain maka dia telah mengurangi kewajiban yang ia harus tunaikan. Kata (‫) أمنات‬

amanat adalah bentuk jamak dari kata (‫ ) امنة‬amanah yang terambil dari kata (‫ ) أمن‬amina
yang berarti “merasa aman”, dan “percaya”. Siapa yang dititipi amanat, maka itu berarti
yang menitipkannya percaya kepadanya dan merasa aman bahwa sesuatu yang dititipkan itu
akan diperlihara olehnya.
Segala sesuatu yang berada dalam genggaman manusia adalah amanat Allah SWT.
Agama adalah amanat Allah, bumi dan segala isinya adalah amanat-Nya, keluarga dan
anak-anak adalah amnat-Nya bahkan jiwa dan raga masing-masing manusia bersama
potensi yang melekat pada dirinya adalah amanat Allah SWT. Semua harus dipelihara dan
dikembangkan.
Dalam tafsir Al-Munir dijelaskan hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dengan menganggap sepi fardlu yang di syari'atkannya, atau
melanggar batas-batasnya dan menerjang hal-hal yang di perintah-Nya. Dan janganlah
kamu mengkhianati Rasul dengan tidak menyukai keterangan yang disampaikan Rasul

5
mengenai kitab Allah, justru yang kamu sukai keterangan mengenai hawa nafsumu sendiri,
atau berdasarkan pendapat guru-gurumu atau nenek moyangmu, karena kamu menyangka
mereka lebih tahu tentang yang di kehendaki Allah dan Rasul-Nya dari pada dirimu.
Kalimat Jangan pula kamu mengkhianati amanah-amanahmu yaitu amanah yang
mencakup atau melingkupi titipan yang bersifat materi, menjaga rahasia seseorang
dengan tidak membuka rahasia tersebut, karena membuka rahasia adalah suatu bentuk
pengkhianatan yang diharamkan. Amanah Iawan katanya adalah khianat.

Sedangkan Al-Maraghi membagi amanah pada 3 macam:


1. Amanah hamba kepada Tuhannya
Yaitu apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada umat manusia untuk
dipelihara, berupa melaksanakan segala perintahnya, menjauhi segala larangannya
dan menggunakan segala perasaan dan anggota badannya untuk hal-hal yang
bermanfaat baginya dan mendekatkannya kepada Tuhan. Yang antara lain berupa
perintah wudlu, mandi, shalat, zakat, puasa, naik haji serta menjaga diri dari
perbuatan terlarang atau haram.
2. Amanah hamba dengan sesamanya
Yaitu diantaranya adalah mengembalikan barang titipan kepada pemiliknya,
tidak menipu dan lain sebagainya yang wajib dilakukan terhadap keluarga, kaum
kerabat manusia pada umumnya dan pemerintah.
Termasuk dalam amanah ini adalah keadilan para umara' terhadap rakyatnya,
dan keadilan para ulama' terhadap orang-orang awam dengan bimbingan mereka
kepada keyakinan dan pekerjaan yang berguna bagi mereka didunia dan akhirat.
Seperti pendidikan yang baik, mencari rizki yang halal, memberikan nasehat dan
hukum-hukum yang menguatkan keimanan, menyelamatkan mereka dan berbagai
kejahatan dan dosa, serta mendorong mereka untuk melakukan kebaikan, seperti
juga keadilan suami terhadap.,istrinya,sebab istri adalah amanah yang harus
dipelihara yakni dengan membimbingnya menjadi seorang istri yang taat kepada
Allah dan Rasulnya, juga taat kepada suami serta ikut bertanggung jawab
terhadap kewajiban-kewajiban rumah tangga.
3. Amanah manusia terhadap dirinya sendiri.
Amanah manusia terhadap diri sendiri ini dicontohkan dengan hanya
memilih yang paling pantas dan bennanfaat baginya dalam masalah agama dan
dunianya. Dalam Al Quran banyak membicarakan tentang kebebasan manusia
6
untuk menentukan sendiri perbuatan ikhtiariah adalah perbuatan yang dapat
dinisbatkan kepada manusia dan menjadi tanggung jawabnya karena ia memang
mempunyai kemampuan untuk melakukan atau meninggalkannya.

B. Tafsir QS. An-Nisa’ ayat 133-134

(133) ُ ‫ان هَّللا‬


َ ‫ين ۚ َو َك‬ ِ ‫اس َويَْأ‬
َ ِ‫ت ب‬
َ ‫آخ ِر‬ Cُ َّ‫ِإ ْن يَ َشْأ ي ُْذ ِه ْب ُك ْم َأيُّهَا الن‬
‫ك قَ ِدي ًر‬ َ ِ‫َعلَ ٰى ٰ َذل‬
Artinya: Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia
datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat
demikian(An Nisa’:133)

Ayat ini menegaskan agar manusia jangan sampai menyangka Allah Swt memerlukan
sesuatu terkait apa yang diperintahkan-Nya. Karena pada dasarnya Allah tidak membutuhkan
manusia sama sekali. Bukankah ketika manusia belum diciptakan, Allah Swt juga tidak
menemui kesulitan sedikitpun? Lalu mengapa ada pemikiran bahwa Allah menghadapi
masalah setelah penciptaan manusia? Oleh karenanya, jangan berbangga diri dan sombong di
hadapan-Nya. Karena bila Allah Swt menghendaki, maka Dia mampu melenyapkan manusia
durhaka dan menggantikan mereka dengan orang-orang yang taat dan patuh. Dari ayat tadi
terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah memberikan kesempatan kepada orang-orang kafir bukan berarti lemah,
tapi itu bersumber dari rahmat dan kebijakan Allah Swt.
2. Segala sesuatu yang kita miliki datang dari Allah. Oleh karenanya, jangan
menyangka kekayaan yang dimiliki itu akan kekal agar tidak sampai terkena penyakit
sombong di hadapan Allah Swt.

ۚ ‫ َواآْل ِخ َر ِة‬C‫ فَ ِع ْن َد هَّللا ِ ثَ َوابُ ال ُّد ْنيَا‬C‫اب ال ُّد ْنيَا‬


َ ‫ان ي ُِري ُد ثَ َو‬
َ ‫َم ْن َك‬
ِ َ‫ان هَّللا ُ َس ِميعًا ب‬
‫صي ًر‬ َ ‫َو َك‬
Artinya: Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di
sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(An
Nisa:134)

7
Ayat ini berbicara tentang orang mukmin yang berpandangan sempit. Mereka beriman
kepada Allah, tapi hanya memikirkan kesejahteraan duniawi semata. Seperti orang mukmin
yang ikut dalam peperangan, tapi pikiran mereka terpusat pada rampasan perang. Tentang
kelompok ini, Allah Swt menyatakan, "Mengapa kalian hanya menginginkan harta dunia,
padahal kalian beriman kepada Allah? Padahal dunia dan akhirat kedua-duanya berada di sisi
Allah Swt. Apakah kalian menyangka dengan memikirkan akhirat, maka kalian akan
kehilangan dunia? Padahal Allah Swt menginginkan agar kaum Mukminin memperoleh
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karena meninggalkan salah satu untuk memperoleh yang
lainnya hanya akan mendatangkan kerugian bagi manusia. Barang siapa di antara kalian,
wahai manusia, menghendaki pahala di dunia ini sebagai ganjaran atas perbuatan baik dan
amal saleh yang telah ia lakukan, maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan
akhirat, yang lebih baik dan lebih tinggi nilainya daripada apa yang ia dapatkan di dunia ini.
Lalu mengapa ia meminta yang lebih rendah, tidak meminta yang lebih tinggi nilainya? Dan
hendaklah hamba-Nya memohon kepada-Nya kebaikan dunia dan akhirat karena Allah Maha
Mendengar apa yang diucapkan dan didoakan hamba-hamba-Nya, Maha Melihat apa yang
diperbuat mereka.Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manusia akan merugi bila tujuan dari perbuatan baiknya hanya untuk hal-hal
duniawi saja.
2. Islam adalah Agama yang lengkap dan realistis. Islam mendorong para
pengikutnya agar berusaha memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

C. Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 153

َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ا ْست َِعينُوا بِال‬


)153( َ‫ة ِإ َّن هَّللا َ َم َع الصَّابِ ِرين‬Cِ ‫صب ِْر َوالصَّال‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqoroh: 153)".

Setelah Allah Swt. menerangkan perintah untuk bersyukur kepada-Nya, maka


melalui ayat ini Dia menjelaskan perihal sabar dan hikmah yang terkandung di dalam
masalah menjadikan sabar dan salat sebagai penolong serta pembimbing. Karena
sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya berada dalam kenikmatan, lalu ia

8
mensyukurinya atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar menanggungnya. Sebagaimana
yang disebutkan oleh sebuah hadis yang mengatakan:

ِ ‫ اَل ي ْق‬.‫"عجب ا لِلْم ْؤ ِم ِن‬


َ َ‫ض ي اللَّهُ لَ هُ ق‬
‫ َك ا َن َخ ْي ًرا‬،‫ش َك َر‬ َ ‫ ِإ ْن‬:ُ‫اء ِإاَّل َك ا َن َخ ْي ًرا لَ ه‬
َ َ‫ ف‬،ُ‫َأص َاب ْتهُ َس َّراء‬ ً‫ض‬ َ ُ ًَ َ
."ُ‫صَب َر َكا َن َخ ْي ًرا لَه‬
َ َ‫ض َّراءُ ف‬ َ ‫لَهُ؛ َوِإ ْن‬
َ ُ‫َأص َاب ْته‬

Artinya: Mengagumkan perihal orang mukmin itu. Tidak sekali-kali Allah


menetapkan suatu ketetapan baginya, melainkan hal itu baik belaka baginya. Jika dia
mendapat kesenangan, maka bersyukurlah dia yang hal ini adalah lebih baik baginya; dan
jika tertimpa kesengsaraan, maka bersabarlah dia yang hal ini adalah lebih baik baginya.

Dengan begitu, sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya berada dalam


kenikmatan, lalu ia mensyukurinya; atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar
menanggungnya. Allah SWT menjelaskan bahwa sarana yang paling baik untuk
menanggung segala macam cobaan ialah dengan sikap sabar dan banyak salat, seperti yang
dijelaskan di dalam firman-Nya:

ِ ‫يرةٌ ِإالَّ َعلَى ْال َخ‬


)45( َ‫اش ِعين‬ َ ِ‫ة َوِإنَّهَا لَ َكب‬Cِ ‫صب ِْر َوالصَّال‬
َّ ‫َوا ْست َِعينُوا بِال‬
Artinya:”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (Al Baqoroh:
45)".
Sabar itu ada dua macam, yaitu sabar dalam meninggalkan hal-hal yang di
haramkan dan dosa-dosa, serta sabar dalam menjalankan ketaatan dan amal-amal shaleh.
Adapun jenis sabar lainnya, yaitu sabar dalam menanggung segala macam musibah dan
cobaan, jenis inipun hukumnya wajib; perihalnya sama dengan istigfar (memohon ampun)
dari segala macam cela.
Karena kesabaran membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan, maka manusia tidak
boleh berpangku tangan, atau terbawa kesedihan oleh petaka yang dialaminya, ia harus
berjuang dan berjuang. Memperjuangkan kebenaran, dan menegakkan keadilan. Dengan
sikap seperti itu diharapkan Ummat islam memiliki mental yang kuat dan tidak cengeng
dalam menghadapi lika-liku dan kerasnya kehidupan di dunia, sehingga manusia itu akan
bertambah lebih maju.

9
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tafsir QS. Al Anfal 27 mengaitkan orang-orang beriman dengan amanah atau
larangan berkhianat. Bahwa diantara indikator keimanan seseorang adalah sejauh mana
dia mampu melaksanakan amanah. Demikian pula sebaliknya bahwa ciri khas orang
munafik adalah khianat dan melalaikankan amanah-amanahnya. Segala sesuatu yang
berada dalam genggaman manusia adalah amanat Allah SWT. Sedangkan Al-Maraghi
membagi amanah pada 3 macam yaitu amanah hamba kepada Tuhannya, amanah hamba
dengan sesamanya, amanah manusia terhadap dirinya sendiri.
Tafsir QS An-Nisa’ ayat 133-134 ayat ini menjelaskan bahwa agar manusia
jangan sampai menyangka Allah Swt memerlukan sesuatu terkait apa yang
diperintahkan-Nya. Karena pada dasarnya Allah tidak membutuhkan manusia sama
sekali. Surat an-Nisa' ayat 134 menjelaskan bahwa tentang orang mukmin yang
berpandangan sempit. Mereka beriman kepada Allah, tapi hanya memikirkan
kesejahteraan duniawi semata
Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 153 Allah menjelaskan perihal sabar dan hikmah
yang terkandung di dalam masalah menjadikan sabar dan salat sebagai penolong serta
pembimbing. Karena sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya berada dalam
kenikmatan, lalu ia mensyukurinya atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar
menanggungnya. Sabar itu ada dua macam, yaitu sabar dalam meninggalkan hal-hal
yang di haramkan dan dosa-dosa, serta sabar dalam menjalankan ketaatan dan amal-
amal shaleh.

10
DAFTAR PUSTAKA

 Rustin, M.S, Adrizal dan H.Akbar. 2020. NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-
QUR’AN SURAT AL-BAQARAH AYAT 153-157(STUDI PUSTAKA TAFSIR AL-
AZHAR). Jurnal JOM FTK UNIKS. 2(1):103-112
 Muhammad Anas fakhruddin. (2020). 3 Konsep Takwa dalam Surat Ali ‘Imran Ayat
133-134. Tafsiralquran.id. Diakses 02 Juli 2023 dari https://tafsiralquran.id/3-konsep-
takwa-dalam-surat-ali-imran-ayat-133-134/
 SHALEHATI. 2010. IMPLEMENTASI AMANAH DALAM SURAT AL-ANFAL AYAT 27
DIKEPENGURUSAN ORGANISASI IQMA IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA. (Skirpsi
Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya: Surabaya).
Diakses dari http://digilib.uinsa.ac.id/20937/
 https://www.anekamakalah.com/2016/04/makalah-tentang-ayat-ayat-perilaku.html?m=1
 http://www.hajij.com/id/the-noble-quran/item/773-tafsir-al-quran-surat-an-nissa-ayat-
133-136

11

Anda mungkin juga menyukai