Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Karakter Perilaku Terpuji dan
Tercela” ini dapat diselesaikan dengan lancar. Shalawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita semua selaku
umatnya hingga akhir zaman, Aamiin.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Bpk. Imam Supriyadi,
MTHI. selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi. Selain itu, tujuan penyusunan
makalah ini juga untuk menambah wawasan kepada penulis maupun pembaca tentang
materi Karakter Perilaku Terpuji dan Tercela. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan
penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua, Aamiin.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesungguhnya pendidkan akhlak merupakan bagian penting dalam substasi
pendidikan Islam. Rasulullah saw diutus oleh Allah swt untuk menjadi rasul dengan tugas
menyempurnakan kemuliaan akhlak umat manusia. Tanpa akhlak, maka kehidupan manusia
tidak berbeda dengan binatang. Pendidikan pada intinya adalah wahana dalam
pembentukan manusia bermoralitas tinggi dan berakhlak mulia, Di dalam ajaran Islam
akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan pengakuan hati.
Akhlak adalah pantulan iman yang berupa perilaku, ucapan, dan sikap atau dengan
kata lain akhlak adalah amal saleh. Iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak
adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan
karena Allah semata.
Akhlak adalah buah dari iman dan peribadatan sehingga kalau orang mengaku
beriman, rajin beribadah dan bersemangat tetapi moral dan akhlak nya payah,
diibaratkan seperti sebuah pohon Berduri yang buah dan pokoknya tidak bermanfaat
tetapi cenderung hidup liar. Realitas di masyarakat menunjukkan masih banyak nya
pola keberagaman seperti ini titik pola keberagaman seperti ini bukan saja tidak
seimbang antara hablum minallah (hubungan vertikal dengan Tuhan) dan hablum
minannas (hubungan horizontal kepada sesama manusia). Akhlak pada dasarnya melekat
dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan Jika perilaku yang melekat
itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila
perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS Al-Anfal : 27).
Ayat ini mengaitkan orang-orang beriman dengan amanah atau larangan berkhianat.
Bahwa diantara indikator keimanan seseorang adalah sejauh mana dia mampu
melaksanakan amanah. Demikian pula sebaliknya bahwa ciri khas orang munafik adalah
khianat dan melalaikankan amanah-amanahnya.
Kata ( C ) تخونواtakhunu terambil dari kata ( )الخونal- khaun yakni “kekurangan”,
amanat adalah bentuk jamak dari kata ( ) امنةamanah yang terambil dari kata ( ) أمنamina
yang berarti “merasa aman”, dan “percaya”. Siapa yang dititipi amanat, maka itu berarti
yang menitipkannya percaya kepadanya dan merasa aman bahwa sesuatu yang dititipkan itu
akan diperlihara olehnya.
Segala sesuatu yang berada dalam genggaman manusia adalah amanat Allah SWT.
Agama adalah amanat Allah, bumi dan segala isinya adalah amanat-Nya, keluarga dan
anak-anak adalah amnat-Nya bahkan jiwa dan raga masing-masing manusia bersama
potensi yang melekat pada dirinya adalah amanat Allah SWT. Semua harus dipelihara dan
dikembangkan.
Dalam tafsir Al-Munir dijelaskan hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dengan menganggap sepi fardlu yang di syari'atkannya, atau
melanggar batas-batasnya dan menerjang hal-hal yang di perintah-Nya. Dan janganlah
kamu mengkhianati Rasul dengan tidak menyukai keterangan yang disampaikan Rasul
5
mengenai kitab Allah, justru yang kamu sukai keterangan mengenai hawa nafsumu sendiri,
atau berdasarkan pendapat guru-gurumu atau nenek moyangmu, karena kamu menyangka
mereka lebih tahu tentang yang di kehendaki Allah dan Rasul-Nya dari pada dirimu.
Kalimat Jangan pula kamu mengkhianati amanah-amanahmu yaitu amanah yang
mencakup atau melingkupi titipan yang bersifat materi, menjaga rahasia seseorang
dengan tidak membuka rahasia tersebut, karena membuka rahasia adalah suatu bentuk
pengkhianatan yang diharamkan. Amanah Iawan katanya adalah khianat.
Ayat ini menegaskan agar manusia jangan sampai menyangka Allah Swt memerlukan
sesuatu terkait apa yang diperintahkan-Nya. Karena pada dasarnya Allah tidak membutuhkan
manusia sama sekali. Bukankah ketika manusia belum diciptakan, Allah Swt juga tidak
menemui kesulitan sedikitpun? Lalu mengapa ada pemikiran bahwa Allah menghadapi
masalah setelah penciptaan manusia? Oleh karenanya, jangan berbangga diri dan sombong di
hadapan-Nya. Karena bila Allah Swt menghendaki, maka Dia mampu melenyapkan manusia
durhaka dan menggantikan mereka dengan orang-orang yang taat dan patuh. Dari ayat tadi
terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah memberikan kesempatan kepada orang-orang kafir bukan berarti lemah,
tapi itu bersumber dari rahmat dan kebijakan Allah Swt.
2. Segala sesuatu yang kita miliki datang dari Allah. Oleh karenanya, jangan
menyangka kekayaan yang dimiliki itu akan kekal agar tidak sampai terkena penyakit
sombong di hadapan Allah Swt.
7
Ayat ini berbicara tentang orang mukmin yang berpandangan sempit. Mereka beriman
kepada Allah, tapi hanya memikirkan kesejahteraan duniawi semata. Seperti orang mukmin
yang ikut dalam peperangan, tapi pikiran mereka terpusat pada rampasan perang. Tentang
kelompok ini, Allah Swt menyatakan, "Mengapa kalian hanya menginginkan harta dunia,
padahal kalian beriman kepada Allah? Padahal dunia dan akhirat kedua-duanya berada di sisi
Allah Swt. Apakah kalian menyangka dengan memikirkan akhirat, maka kalian akan
kehilangan dunia? Padahal Allah Swt menginginkan agar kaum Mukminin memperoleh
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karena meninggalkan salah satu untuk memperoleh yang
lainnya hanya akan mendatangkan kerugian bagi manusia. Barang siapa di antara kalian,
wahai manusia, menghendaki pahala di dunia ini sebagai ganjaran atas perbuatan baik dan
amal saleh yang telah ia lakukan, maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan
akhirat, yang lebih baik dan lebih tinggi nilainya daripada apa yang ia dapatkan di dunia ini.
Lalu mengapa ia meminta yang lebih rendah, tidak meminta yang lebih tinggi nilainya? Dan
hendaklah hamba-Nya memohon kepada-Nya kebaikan dunia dan akhirat karena Allah Maha
Mendengar apa yang diucapkan dan didoakan hamba-hamba-Nya, Maha Melihat apa yang
diperbuat mereka.Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manusia akan merugi bila tujuan dari perbuatan baiknya hanya untuk hal-hal
duniawi saja.
2. Islam adalah Agama yang lengkap dan realistis. Islam mendorong para
pengikutnya agar berusaha memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqoroh: 153)".
8
mensyukurinya atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar menanggungnya. Sebagaimana
yang disebutkan oleh sebuah hadis yang mengatakan:
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tafsir QS. Al Anfal 27 mengaitkan orang-orang beriman dengan amanah atau
larangan berkhianat. Bahwa diantara indikator keimanan seseorang adalah sejauh mana
dia mampu melaksanakan amanah. Demikian pula sebaliknya bahwa ciri khas orang
munafik adalah khianat dan melalaikankan amanah-amanahnya. Segala sesuatu yang
berada dalam genggaman manusia adalah amanat Allah SWT. Sedangkan Al-Maraghi
membagi amanah pada 3 macam yaitu amanah hamba kepada Tuhannya, amanah hamba
dengan sesamanya, amanah manusia terhadap dirinya sendiri.
Tafsir QS An-Nisa’ ayat 133-134 ayat ini menjelaskan bahwa agar manusia
jangan sampai menyangka Allah Swt memerlukan sesuatu terkait apa yang
diperintahkan-Nya. Karena pada dasarnya Allah tidak membutuhkan manusia sama
sekali. Surat an-Nisa' ayat 134 menjelaskan bahwa tentang orang mukmin yang
berpandangan sempit. Mereka beriman kepada Allah, tapi hanya memikirkan
kesejahteraan duniawi semata
Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 153 Allah menjelaskan perihal sabar dan hikmah
yang terkandung di dalam masalah menjadikan sabar dan salat sebagai penolong serta
pembimbing. Karena sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya berada dalam
kenikmatan, lalu ia mensyukurinya atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar
menanggungnya. Sabar itu ada dua macam, yaitu sabar dalam meninggalkan hal-hal
yang di haramkan dan dosa-dosa, serta sabar dalam menjalankan ketaatan dan amal-
amal shaleh.
10
DAFTAR PUSTAKA
Rustin, M.S, Adrizal dan H.Akbar. 2020. NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-
QUR’AN SURAT AL-BAQARAH AYAT 153-157(STUDI PUSTAKA TAFSIR AL-
AZHAR). Jurnal JOM FTK UNIKS. 2(1):103-112
Muhammad Anas fakhruddin. (2020). 3 Konsep Takwa dalam Surat Ali ‘Imran Ayat
133-134. Tafsiralquran.id. Diakses 02 Juli 2023 dari https://tafsiralquran.id/3-konsep-
takwa-dalam-surat-ali-imran-ayat-133-134/
SHALEHATI. 2010. IMPLEMENTASI AMANAH DALAM SURAT AL-ANFAL AYAT 27
DIKEPENGURUSAN ORGANISASI IQMA IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA. (Skirpsi
Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya: Surabaya).
Diakses dari http://digilib.uinsa.ac.id/20937/
https://www.anekamakalah.com/2016/04/makalah-tentang-ayat-ayat-perilaku.html?m=1
http://www.hajij.com/id/the-noble-quran/item/773-tafsir-al-quran-surat-an-nissa-ayat-
133-136
11