Anda di halaman 1dari 32

TELAAH MATERI QUR’AN HADITS KELAS XI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Materi PAI Qur’an Hadits
Dosen Pengampu : H. Ali As’ad., S.Sy. S.Pd. M.Pd.I

Disusun oleh :

1. Fatikhatun Nur (181310003934)


2. Wulan Sri Wahyuningsih (181310003976)
3. Afifatun Ni’mah (181310003964)
1 PAI A1
HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji senantiasa kita curahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sekalian, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini tanpa halangan suatu apapun.

Makalah Telaah Materi PAI Qur’an Hadits yang berjudul Telaah Materi Al

Qur’an Hadits Kelas XI ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Telaah Materi PAI Qur’an Hadits yang diberikan oleh dosen pengampu dan

untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi pembaca sekalian.

Sebagai penulis, kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak

yang telah mendukung kelancaran dan tersusunnya makalah ini. Terutama kepada

Bapak dosen.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,

maka dari itu kritik serta saran selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah

ini. Terima kasih.

Jepara, 16 Desember 2018

                                                                          Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab yang mulia, sebagai rahmat untuk alam
semesta dan sebagai petunjuk untuk seluruh umat manusia. Dalam Al-
Qur’an telah terhimpun dasar-dasar kebaikan dan petunjuk untuk
membangun kehidupan dan meletakkan landasan ketentraman di muka
bumi.
Oleh karena itulah membaca Al-Qur’an suatu amalan yang mulia
dan mengamalkan isinya suatu kewajiban bagi setiap muslim. Bacalah Al-
Qur’an dan pahamilah kandungannya, karena ia adalah petunjuk dalam
kehidupan untuk menuju kepada-Nya, dan sumber keimananmu.
Selain al-Qur’an ada pula sumber hukum dan pedoman bagi setiap
muslim. Hadits sebagai bayan (penopang atau penguat) ayat al-Quran.
Dalam makalah ini, akan diulas sedikit tentang implikasi al-Qur’an
dan hadits dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam individual maupun
sosial.

B. Ruang Lingkup Pembahasan


1. Apa yang dimaksud dengan Birrul Walidain?
2. Apa yang dimaksud dengan Mujahadatun Nafs, Khusnudzon dan
Suudzon?
3. Bagaimana cara Menghindari Pergaulan Bebas dan Perbuatan Keji?
4. Bagiamana cara menjaga toleransi dan etika dalam pergaulan?
5. Apa pentingnya menuntut ilmu?
6. Bagaimana besarnya tanggung jawab terhadap keeluarga dan
masyarakat?
7. Apa yang dimaksud dengan berkompetisi dalam kebaikan?
8. Apa yang dimaksud dengan bekerja keras?
9. Bagaimana pola hidup sehat dalam Islam?
10. Apa yang di maksud dengan bersykur?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Birrul Walidain.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Mujahadatun Nafs,
Khusnudzon dan Suudzon.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menghindari pergaulan bebas dan
perbuatan keji.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menjaga toleransi dan etika dalam
pergaulan.
5. Untuk mengetahui apa pentingnya menuntut ilmu.
6. Bagaimana besarnya tanggung jawab terhadap keeluarga dan
masyarakat.
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan berkompetisi dalam
kebaikan.
8. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bekerja keras.
9. Untuk mengetahui bagaimana pola hidup sehat dalam Islam.
10. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan bersyukur.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Birrul Walidain (Berbakti Kepada Kedua Orangtua)


1. Pengertian Birrul Walidain
Birrul walidain berasal dari kata bahasa Arab Birr ((‫ب ّر‬1 yang
artinya berbakti, dan walidain (‫ ولدان‬/‫)ولدين‬2 yang berarti kedua orang
tua.
Di dunia terdapat tiga sebutan bagi orang tua kita. Pertama,
orang tua yang melahirkan dan membesaran kita. Kedua, orang tua
yang memberi kita berbagai ilmu pengetahuna. Ketiga, orang tua yang
menyebabkan pasangan kita lahir. Dari ketiga sebutan istilah untuk
orang tua diiatas, semuanya wajib kita hormati tanpa terkecuali dan
tidak ada yang paling unggul diantara ketiganya.
Tidak sedikit kisah sukses seseoranng di latar belakangi oleh
sifat bakti mereka kepada kedua orang tuanya, dan juga sebaliknya.
2. Dalil tentang Birrul Walidain
Terdapat dua dalil yang menjelaskan tentang birrul walidain,
yaitu al-Qur’an dan Hadits sebagaimana berikut :
a) Q.S. al-Isra’ ayat 23-24 :
      
     
     
      
      
     
 
Artinya : “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.

1
Ahmad Warson Munawwir. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. (Surabaya : Pustaka
Progresif, 1997)., hal. 73.
2
Ibid., hal. 1580.
jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil”.3
b) Q.S. Luqman ayat 13-17 :
        
        
       
       
           
       
        
        
          
          
      
          
Artinya : “(13) dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (14)
dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
3
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 283
kepada-Kulah kembalimu. (15) dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan. (16) (Luqman berkata): "Hai anakku,
Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam
bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha mengetahui. (17) Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).4
c) Hadits tentang Birrul Walidain
1) ‫عن أيب هريرة عن النّيب صلى اهلل عليه وسلم قال رغم انف مث رغم انف مث‬

‫ من ادرك ابوي ه عن د الك رب‬: ‫ من ي ا رس ول اهلل ؟ ق ال‬: ‫ قي ل‬.‫رغم ان ف‬

)‫احدمها او كليهما فلم يدخل اجلنة (رواه املسلم‬

Artinya : “Dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad


saw bersabda “Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!”
lalu beliau bertanya “siapa yang celaka waha
Rasulullah?” Rasul menjawab “barang siapa yang
mendapati orang tuanya (dalam usia lanjut), atau
salah satu diantara keduanya (namun ia tidak berbakti

4
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 411.
kepadanya dengan sebaik-baiknya), maka dia tidak
akan masuk surga”. (H.R. Muslim).
2) ‫ جاء رجول إىل النّيب صلى‬: ‫مسعت عبد اهلل بن عمر رضي اهلل عنهما يقول‬

: ‫ قال‬.‫ نعم‬: ‫أحي والدك؟ قال‬


ٌّ : ‫اهلل عليه وسلم فاستئذنه يف اجلهاد فقال‬
)‫ففيهما فجاهد (رواه البخاري و مسلم‬

Artinya : Aku mendengar ‘Abdullah bin Umar berkata


“datang seseorang laki-laki kepada Nabi Muhammad
kemudian meminta izin untuk berjihad”. Maka beliau
menjawab “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”
laki-laki itu menjawab “iya”. Maka beliau berkata
“kepada keduanyalah kamu berjihad (berbakti)”. (H.R.
Bukhori-Muslim).
Penjelasn hadits diatas adalah Hadis yang diriwayatkan
oleh Muslim tersebut menjelaskan bahwa seseorang
akan celaka ketika tidak berbakti kepada orang tua.
Kata “Dia celaka” (diulang-ulang oleh Rasulullah
sebanyak tiga kali menunjukkan bahwa celaka akan
benar-benar terjadi kepada seseorang yang tidak
berbakti kepada orang tua. Hal ini juga menunjukkan
betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua
terlebih lagi ketika kedua orang tua atau salah satu dari
mereka masih hidup.
Adapun hadis riwayat al-Bukhari¯ dan Muslim
menjelaskan bahwa berbakti kepada kedua orang tua
memiliki nilai pahala yang sangat besar. Bahkan nilai
pahala berbakti kepada kedua orang tua oleh Rasulullah
disamakan dengan nilai pahala jihad, berperang, dan
melawan kaum kafir.5
5
Al-Qur’an Hadits/Kementrian Agama. (Jakarta : Kementrian Agama, cet.1, 2015)., hal.
10-12.
B. Mujahadatun Nafs, Khusnudzon dan Ukhuwah
1. Mujahadatun Nafs
Mujahadatun Nafs atau disebut juga kontrol diri, yaitu
perjuangan untuk melawan ego atau nafsu. Secara hakiki, nafsi diri
atau yang disebut dengan hawa nafsu merupakan poros kejahatan.
Karena nafsu diri memiliki kecenderungan untuk mencari berbagai
kesenangan. Inilah kenapa Nabi Muhammad saw menegaskan bahwa
jihad melawan hawa nafsu lebih dahsyat dibanding jidah melawan
musuh.
Firman Allah SWT, dalam Qs. Al-Anfal ayat 72 :
     
       
        
        
       
        
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah
serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-
orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada
orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-
melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum
berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi
mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta
pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka
kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang
telah ada Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan.6
2. Khusnudzan
Berprasangka baik merupakan salah satu hal yang dicintai oleh
Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Hujurat
ayat 12 :

6
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 185.
       
          
        
       
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-

sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.


dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.7
3. Ukhuwah
Manusia merupakan makhluk sosial yang harus saling tolong-
menolong. Sebagaimana hidup ebrdampingan dengan tetangga harus
didasari dengan rasa persaudaraan. Sebagaiman firamn Allah QS. Al-
Hujurat ayat 10 :
      
    
Artinya : “orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.8
Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang mukmin itu
bersaudara. Persaudaraan (ukhuwah) diantara sesama mukmin adalah
persaudaraan yang dilandasi oleh persamaan aqidah dan keimanan
kepada Allah subḥānahū wa taʻālā. Persaudaraan yang didasari oleh
nilai-nilai Islam dikenal dengan istilah ukhuwah islāmiyyah.
Hadits tentang mujahadtaun nafs :

‫بالشهوات‬
ّ ‫عن أيب هريرة أ ّن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال حجبت النّار‬

)‫ (رواه البخاري‬.‫وحجبت اجلنة باملكاره‬

7
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 516.
8
Ibid.,
Artinya : “Dari Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, bahwasanya
Rasūlullāh bersabda: “Neraka dikelilingi dengan syahwat (hal-hal
yang menyenangkan nafsu), sedang surga dikelilingi hal-hal yang
tidak disenangi (nafsu)” (HR. al-Bukhārı̄ ).
Hadits tentang khusnudzan dan ukhuwah :

‫يب صلّى اهلل عليه وسلم قال إيّاكم والظّ ّن فإ ّن الظّ ّن‬
ّ ّ‫أبو هريرة يأثر عن الن‬
‫الرجل على‬
ّ ‫جتسسوا والتباغضوا وكونوا إخوانا والخيطب‬
ّ ‫أكذب احلديث وال‬
)‫أخيه حىّت ينكح او يرتك (رواه البخاري‬
Artinya : “Abū Hurairah berkata, satu warisan dari Nabi, beliau
bersabda: “Jauhilah oleh kalian prasangka, sebab prasangka itu
adalah ungkapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian mencari-
cari aib orang lain, jangan pula saling menebar kebencian dan
jadilah kalian orang-orang yang bersaudara. Janganlah seorang
laki-laki meminang atas pinangan saudaranya hingga ia menikahinya
atau meninggalkannya” (HR. al-Bukhārı̄).
Penjelasan Hadis
Hadis tersebut menyebutkan mengenai beberapa hal yang harus
dihindari oleh kaum muslimin yaitu: berprasangka terhadap orang
lain, mencari-cari kejelekan orang lain, dan membenci orang lain.
Dengan kata lain, kita sebagai seorang muslim harus bersatu menjalin
ukhuwah satu dengan yang lain agar tercipta ketenangan, kerukunan,
dan persatuan umat.9

C. Pergaulan Bebas dan Perbuatan Keji


1. Pergaulan Bebas dan Perbuatan Keji
Pergaulan bebas seringkali dikaitkan dengan anak remaja. Masa-
masa remaja itulah merupakan masa yang paling indah dan mereka
ingin mencoba sesuatu yang baru. Pada masa-masa itu, mereka juga

9
Al-Qur’an Hadits/Kementrian Agama. (Jakarta : Kementrian Agama, cet.1, 2015)., hal.
26-28.
akan mulai mencari jati dirinya. Akan tetapi, pada masa itu banyak
anak remaja yang terjebak ke dalam pergaulan bebas. Saat ini,
pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran
yang sangat tinggi atau cukup parah terutama seks bebas dan
penggunaan obat-obatan terlarang. Oleh karena itu, tidak heran jika
penderita HIV/AIDS dan perempuan yang hamil di luar nikah
jumlahnya cukup signifikan.
2. Dalil tentang Menghindari Pergaulan Bebas dan Perbuatan Keji
Terdapat dua dalil yang menjelaskan tentang pergaulan bebas
dan pebuatan keji, yaitu al-Qur’an dan Hadits sebagaimana berikut :
a) Q.S al-Israa ayat 32 :
         
Artinya : “dan janganlah kamu mendekati zina;
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
dan suatu jalan yang buruk”.10
b) Q.S. an-Nur ayat 2
    
      
       
    
   
Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang
berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya
seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat,
dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”.11
Penjelasan ayat diatas adalah menuturkan tentang
hukuman bagi pelaku zina dan tata caranya. Pelaku zina
10
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 285.
11
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 350.
bisa jadi seorang lajang yang belum menikah (gairu
muḥṣan) atau telah menikah dengan pernikahan yang benar
(menurut syariat) serta ia adalah seorang yang baligh dan
berakal (muḥṣan). Adapun hukuman bagi pezina gairu
muḥṣan adalah 100 kali cambukan dan ditambah dengan
diasingkan dari negerinya selama setahun, demikianlah
menurut jumhur ulama. Sedangkan Abū Ḥanı̄ fah
berpendapat bahwa pengasingan ini dikembalikan kepada
pendapat Imam (penguasa). Jika dia berkehendak maka dia
bisa mengasingkannya dan jika tidak berkehendak maka
tidak diasingkan. Sedangkan hukuman pezina yang sudah
menikah (muḥṣan) adalah dirajam (dilempari batu).
c) Hadits

‫الزاينّ حني‬
ّ ‫حديث أيب هريرة أن النىب صل اهلل عليه وسلّم قال ال يزين‬
‫يزين وهو مؤمن واليشرب اخلمر حني يشرهبا وهو مؤمن واليسرق‬

‫ وزاد يف رواية وال ينتهب هنبة ذات‬#‫السارق حني يسرق وهو مؤمن‬
ّ
‫شرف يرفع النّاس اليه ابصارهم فيها حني ينتهبها وهو مؤمن (اخرجه‬

)‫البخارى واملسلم‬.
Artinya: “Abi Hurairah berkata : Nabi Saw bersabda :
”Tidak akan berzina seorang pelacur di waktu berzina jika
ia sedang beriman, dan tidak akan minum khamr di waktu
minum jika ia sedang beriman, dan tidak akan mencuri di
waktu mencuri ia sedang beriman”.
Di lain riwayat ditambahkan:”Dan tidak akan merampas
rampasan yang berharga sehingga orang-orang
membelalakkan mata kepadanya, ketika merampas ia
sedang beriman”. (HR. Bukhari dan Muslim).12

D. Toleransi dan Etika Pergaulan


1. Toleransi dan Etika Pergaulan
Secara kodrat, manusia terlahir dengan memiliki banyak
perbedaan. Manusia dituntut agar bisa hidup di antara perbedaan itu,
karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Faktanya tidak semua orang bisa hidup di tengah perbedaan, tidak bisa
menerima orang lain yang berbeda dengan dirinya, dan hanya ingin
menunjukkan dirinya tanpa menghargai yang lain. Namun apakah
manusia yang seperti itu dapat bertahan lama? Tentu saja tidak.
Oleh karena, kita harus menjunjung tinggi sikap toleransi serta
etika ketika hidup ditengah-tengah masyakat yang majemuk ini.
2. Dalil tentang Toleransi dan Etika Pergaulan
Terdapat dua dalil yang menjelaskan tentang toleransi dan
etika pergaulan, yaitu al-Qur’an dan Hadits sebagaimana berikut :
a) QS. Al-Kāfirūn ayat 1 – 6 :
       
        
        
     
Artinya : “Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak
akan menyembah apa yang kamu sembah. dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah. dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."13
b) QS. Yūnus ayat 40 – 41:
         
       

12
Al-Qur’an Hadits/Kementrian Agama. (Jakarta : Kementrian Agama, cet.1, 2015)., hal.
39.
13
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 603.
       
    
Artinya : “di antara mereka ada orang-orang yang
beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula)
orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu
lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat
kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, Maka
Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu
pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku
kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang
kamu kerjakan".14
c) QS. al-Kahfi ayat 29 :
        
      
      
      
  
Artinya : “dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya
dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir)
Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi
orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung
mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih
yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.15
d) Q.S al-Hujurat ayat 10-13 :
     
      
        
       
        
      
       
14
Ibid., hal. 213.
15
Ibid., hal. 297
     
         
        
        
       
    
        
   
Artinya : “10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya
bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. 11. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi
yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan
pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka
mereka Itulah orang-orang yang zalim. 12. Hai orang-
orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. 13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”.16
e) Hadits

‫ ليس منّا من مل يوقّر‬: ‫يب صلى اهلل عليه وسلّم قال‬


ّ ّ‫عن ابن عبّاس يرفعه إىل الن‬
)‫ (رواه امحد‬.‫الصغيلر ويأمر باملعروف وينه عن املنكر‬
ّ ‫الكبري ويرحم‬
Artinya : “Dari Ibnu Abbas, dan dia merafa’kannya
kepada Nabi beliau bersabda: “Bukan termasuk golongan
kami orang yang tidak menghormati yang lebih besar dan
tidak menyayangi yang lebih kecil serta tidak menyuruh
kepada kebaikan dan melarang yang mungkar” (HR.
Aḥmad).
Penjelasan
Hormat-menghormati adalah hal yang diperintahkan
oleh agama Islam. Hormat kepada siapa saja. Yang tua
harus menyanyangi yang muda. Begitu juga yang muda
harus menghormati yang tua. Hormat menghormati harus
dilakukan secara timbal balik (resiprokal). Tidak bisa
dengan satu arah saja. Selain itu, agama Islam juga
memerintahkan umat Islam untuk menyemai kebaikan dan
mencegah kemungkaran.17

E. Keutamaan Menuntut Ilmu


1. Menuntut Ilmu
Agama Islam sarat (penuh) dengan ilmu pengetahuan, karena
sumber ilmu tersebut adalah wahyu yang Allah subḥānahū wa taʻālā
turunkan kepada Nabi kita Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallam

16
Ibid., 516-517.
17
Al-Qur’an Hadits/Kementrian Agama. (Jakarta : Kementrian Agama, cet.1, 2015)., hal.
57.
dengan perantara malaikat Jibril. Allah subḥānahū wa taʻālā
berfirman: “Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu
menurut hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan” (an-Najm: 3-4).18 Dengan ilmu inilah Beliau
tunjukkan semua jalan kebaikan, dan beliau peringatkan tentang jalan-
jalan kebatilan. Nabi Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallam adalah
Nabi yang terakhir dan sekaligus Rasul yang diutus kepada umat
manusia dan jin. Maka ketika Rasūlullāh wafat, beliau telah
mengajarkan ilmu yang paling bermanfaat dari wahyu Allah, ilmu
yang sempurna, ilmu yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan
akhirat. Maka barang siapa mengambilnya maka ia telah mengambil
bagian yang cukup untuk kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Dalam Islam, ilmu pengetahuan sangatlah penting. Menuntut
ilmu sama dengan ibadah dan bertasbih. Bahkan ilmu dapat menjadi
amal yang mengalir terus pahalanya bagi orang yang mengajarkannya
kepada orang lain. Betapa tidak, dengan ilmu, meskipun dalam
kesunyian, seseorang dapat mengembangkan diri dan bercengkerama
dengan pikiran dan penelitian. Bagi orang yang berilmu, tidak ada hari
yang sunyi karena ilmu adalah teman sejati yang tidak terpisahkan dari
dirinya. Dengan ilmu manusia menjadi mulia, kemuliaan manusia
terletak pada ilmu dan ketakwaannya.
2. Dalil tentang menuntut ilmu
Terdapat dua dalil yang mendasari keutamaan menuntut ilmu
yaitu al-Qur’an dan hadits, sebagaimana berikut :
a) Q.S at-Taubah ayat 122 :
       
       
     
  
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
18
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 526.
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya”.19
b) Q.S. al-Mujadalah ayat 11
       
       
      
       
 
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",
Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.20
c) Hadits
‫عن انس ابن مالك قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم طلب العلم فريضة على كل مسلم‬

)‫ومسلمة (رواه ابن جمه‬

Artinya : “dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah saw


bersabda ‘menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap
orang muslim’”. (H.R Ibnu Majah)21
F. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga dan Masyarakat
1. Tanggung Jawab terhadap keluarg dan Masyarakat
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi
bagian hidup dari manusia bahwa setiap manusia dibebani dengan
tangung jawab. Apabila dikaji tanggung jawab itu adalah kewajiban

19
Ibid., hal. 206
20
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 543.
21
Al-Qur’an Hadits/Kementrian Agama. (Jakarta : Kementrian Agama, cet.1, 2015)., hal.
69.
yang harus dipikul sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang.
Tanggung jawab adalah ciri manusia yang beradab. Manusia
merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan
pengadilan atau pengorbanan. Orang-orang yang bertanggung jawab
adalah orang yang bermanfaat untuk masyarakat, dan begitupun
sebaliknya.
2. Dalil tentang Tanggung Jawab
a) Q.S at-Tahrim ayat 6
      
      
        
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”.22
b) Q.S Taha ayat 32
            
  
Artinya : “dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu.
dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”.23
c) Q.S al-An’am ayat 70
      
         
            
        
        


22
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 560.
23
Ibid., 321.
Artinya : “dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan
agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka
telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka)
dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan
ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada
baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada
Allah. dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun,
niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. mereka Itulah orang-
orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi mereka
(disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab
yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu”.24
a) Q.S an-Nisa’ ayat 36
       
      
     
           
 
Artinya : “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-
Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.25
b) Q.S Hud ayat 117-119
        
         
          
        
Artinya : “117. dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan
negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang
berbuat kebaikan. 118. Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia
menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa
berselisih pendapat, 119. kecuali orang-orang yang diberi rahmat
24
Ibid., 136.
25
Ibid., hal. 84.
oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat
Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan
memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka)
semuanya.”26
c) Hadits
‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئ ْو ٌل‬
ٍ ‫ ُكلُّ ُك ْم َر‬:‫وعن بن عمر رضي اهلل عنهما عن النيب صلى اهلل عليه وسلّم قال‬

,‫زوجها َو َولَ ِد ِه‬


ِ ‫بيت‬ ِ ‫ واملرأةُ ر‬,‫ بيتِ ِه‬ ‫أهل‬
ِ ‫اعيَّةٌ على‬
َ ِ ‫راع على‬
ٍ ‫والر ُج ُل‬ ٍ ُ‫ واألمري‬,‫َع ْن َرعيّتِ ِه‬
ّ ,‫راع‬
‫ (متفق عليه‬.‫عن َر ِعيَّتِ ِه‬
ْ ‫مسئول‬
ٌ ‫راع وكلّكم‬
ٍ ‫فكلّكم‬
Artinya : “Hadis Dari ‘Abdullāh bin ‘Umar bahwa dia mendengar
Rasulullah telah bersabda: “Setiapkalian adalah pemimpin dan
setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang
dipimpinnya. Imām (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan
diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam
keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung
jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam
urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung
jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu
adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan diminta
pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut”
(Muttafaqun 'Alaih).27
G. Berkompetisi dalam Kebaikan
1. Berkompetisi dalam Kebaikan
Berkompetisi dalam kebaikan atau Fastabiqul Khoirat adalah
dimana ketika ada orang lain berbuat baik kepada siapapun, maka
kitapun harus berbuat lebih baik kepada siapapun tanpa harus melukai
dan merugikan orang lain atau bahkan menghalalkan segala cara.
2. Dalil tentang berkompetisi dalam kebaikan

26
Ibid., hal. 234-235.
27
https://www.bacaanmadani.com/2018/01/hadits-tentang-tanggung-jawab-
terhadap.html di akses 16 Desember 2018 ; 16.35 WIB.
a) QS. al-Baqarah 148
         
           

Artinya : “dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam
membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.28
b) Q.S Fatir ayat 32
       
      
        
Artinya : “kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang
yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara
mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara
mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula)
yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang
demikian itu adalah karunia yang Amat besar”.29
c) Q.S an-Nahl ayat 97
        
     
    
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-
laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.30
d) Hadits

28
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 23.
29
Ibid., hal., 438.
30
Ibid., hal. 278.
: ‫ب النَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم قَالُوْ ا لِلنَّبِ ِّي‬ ِ ‫ أَ َّن نَاسًا ِم ْن أَصْ َحا‬:‫عن أَبِي َذ ٍّر رضي هللا عنه‬ ْ
،‫ َويَصُوْ ُموْ نَ َك َما نَصُوْ ُم‬،‫صلِّي‬ َ ُ‫صلُّوْ نَ َك َما ن‬ َ ُ‫ ي‬,‫َب أَ ْه ُل ال ُّدثُوْ ِر بِاألُجُوْ ِر‬ َ ‫ َذه‬،ِ‫يَا َرسُوْ َل هللا‬
‫ص َّدقُوْ نَ ؟ إِ َّن بِ ُك ِّل تَ ْسبِي َْح ٍة‬ َ ‫(أَ َولَي‬:‫ قَا َل‬.‫ص َّدقُوْ نَ بِفُضُوْ ِل أَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َّ َ‫ْس قَ ْد َج َع َل هللاُ لَ ُك ْم َما ت‬ َ َ‫َويَت‬
‫ف‬ٍ ْ‫ َوأَ ْم ٌر بِ َم ْعرُو‬،ً‫ص َدقَة‬
َ ‫ َو ُك ِّل تَ ْهلِ ْيلَ ٍة‬،ً‫ص َدقَة‬َ ‫ َو ُك ِّل تَحْ ِم ْي َد ٍة‬،ً‫ص َدقَة‬
َ ‫ َو ُك ِّل تَ ْكبِي َْر ٍة‬،ً‫ص َدقَة‬
َ
‫ أَيَأْتِي أَ َح ُدنَا‬،ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬:‫ص َدقَةٌ) قَالُوْ ا‬ َ ‫ َوفِي بُضْ ِع أَ َح ِد ُك ْم‬،ٌ‫ص َدقَة‬ َ ‫ َونَ ْه ٌي ع َْن ُم ْن َك ٍر‬،ٌ‫ص َدقَة‬ َ
‫ أَ َكانَ َعلَ ْي ِه فِ ْيهَا ِو ْزرٌ؟‬،‫ض َعهَا فِي َح َر ٍام‬ َ ‫ (أَ َرأَ ْيتُ ْم لَوْ َو‬:‫ َويَ ُكوْ نُ لَهُ فِ ْيهَا أَجْ رٌ؟! قَا َل‬،ُ‫َش ْه َوتَه‬
)ٌ‫ض َعهَا فِي ْال َحالَ ِل َكانَ لَهُ أَجْ ر‬
َ ‫فَ َك َذلِكَ لَوْ َو‬
Artinya : “Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
sekelompok orang dari sahabat berkata kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Orang-orang kaya pergi mendapatkan pahala.
Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa
sebagaimana kami puasa. Namun mereka bersedekah dengan
kelebihan harta mereka.”Rasulullah bersabda, “Bukankah Allah
telah menjadikan bagi kalian apa bisa kalian sedekahkan?
Sesungguhnya satu tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah
sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah
sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah
sedekah, dan pada hubungan (dengan istri) kalian adalah
sedekah.”Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, apakah seseorang
mendatangi istrinya karena syahwatnya, apakah ia mendapatkan
pahala?” Beliau bersabda, “Apa menurut kalian kalau dia
meletakkannya pada yang haram. Bukankah baginya dosa?
Demikian pula jika diletakkan pada yang halal, padanya ada
pahala.” (HR. Bukhari Muslim).31
H. Bekerja Keras
1. Kerja Keras
Kerja Keras merupakan sebuah perbuatan yang mulia. Kerja
keras bisa bermakna seseorang melakukan sesuatu dengan sungguh-
sungguh untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Tujuan yang

31
https://tarbawiyah.com/2018/02/26/fastabiqul-khairat/ di akses 16 Desember 2018 ;
17:35 WIB.
ingin dicapai dari kerja keras bisa berbagai macam. Bisa dengan tujuan
mencari rejeki, belajar, berkarya, karir, dan lain sebagainya.

Jika kita melihat ke sekitar di kehidupan kita sehari-hari, begitu


banyak kita melihat orang yang bekerja sangat keras siang dan malam
demi untuk mendapatkan rejeki. Lebih banyak lagi orang yang terlihat
seakan-akan mendedikasikan hidupnya hanya untuk mencari
kesejahteraan hidupnya di dunia, hingga melupakan ibadah dan
‘investasi’ untuk kehidupan akhiratnya kelak.

2. Dalil tentang kerja keras


Terdapat dua dalil yang mendasari tentang perintah untuk
bekerja keras yaitu al-Qur’an dan Hadits, sebagaimana berikut :
a) Q.S Jumu’ah ayat 9-11
     
      
       
     
       
     
     
         
     
Artinya : “9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. 10. apabila telah
ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung. 11. dan apabila mereka melihat perniagaan
atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan
mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah).
Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada
permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi
rezki”.32
32
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 554.
b) Q.S al-Qasas ayat 77
        
         
         
 
Artinya : “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”.33
c) Hadits

َ َ‫ب َر ِض َي اهللُ َعْن هُ َع ِن النَّيِب ِّ ق‬ ِ ِ


َ ‫ال َم ا أَ َك َل أ‬
‫َح ٌد‬ َ ‫ع ِن اْملَْق َداد بْ ِن َس ْعد يَ ْك ِر‬
ِ ‫ط خي را ِمن أَ ْن يأْ ُك ل ِمن عم ِل ي َدي ِه وإِ َّن نَيِب‬
‫اهلل َد ُاو ُد َك ا َن‬ َّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ً ْ َ ُّ َ‫طَ َع ًام ا ق‬
‫يَأْ ُك ُل ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه (رواه البخارى‬
Artinya: “Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang
melebihi makanan yang berasal dari buah tangannya sendiri.
Sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil tangannya
sendiri.”34
I. Hidup sehat dengan makanan yang sehat dan halal
1. Hidup sehat dengan makanan yang sehat dan halal
Makanan halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama
dari segi hukumnya. Makanan yang halal hakikatnya adalah makanan
yang didapat dan di olah dengan cara yang benar menurut agama.
Adapun makanan yang baik dapat dipertimbangkan dengan
akal dan ukurannya untuk kesehatan. Artinya makanan yang baik
adalah yang berguna dan tidak membahayakan bagi tubuh manusia
dilihat dari sudut kesehatan. Maka, makanan yang baik lebih bersifat

33
Ibid., 394.
34
http://sehunyeoja26.blogspot.com/2013/12/akhlak-terpuji-kerja.html 16 Des 2018.
kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia yang
bersangkutan.
2. Dalil tentang hidup sehat dengan makanan yang sehat dan halal
Terdapat dua dalil yaitu al-Qur’an dan Hadits, sebgaimana
berikut :

a) Q.S al-Baqarah 168-169


      
      
      
       

Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal
lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya
menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui”. 35
b) Q.S al-Baqarah ayat 172-173
      
      
     
       
         
    
Artinya : “172. Hai orang-orang yang beriman,
makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami

35
Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Kudus : CV Mubarokatan Thoyyibah)., hal. 25
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. 173.
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah tetapi
Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya)
sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.36
c) Hadits
‫اهلل َعلَْي ِه َو َس لَّ َم إِ َّن اهلل َت َع َال‬
ِ ‫ قَ ا َل رس و ُل اهلل ص لَّى‬:‫عن اَيِب هري رةَ ر ِض ي اهلل عْن ه قَ ا َل‬
َ ُْ َ ُ َ ُ َ َ َ ْ َُ ْ ْ
ِ
ُّ ‫ب الََي ْقبَ ُل االَّ طَيِّبًا َو إِ َّن اهلل أ ََم َر الْ ُم ْٔو ِمنِنْي َ مِب َاااََمَربِ ِه الْ ُم ْر َس لِنْي َ َف َق َال َت َع َال يَاأَيُّ َه ا‬
‫الر ُس ْل‬ ُ ِّ‫طَي‬
ِ ‫ و قَا َل ياأَيُّه ا الَّ ِذين آمُن وا ُكلُوا ِمن الطَيِّب‬.‫ات و ْاعلَم وا ص احِل ا‬
‫ات َم َار َز ْقنَ ا‬ ِ ِ
َ َ ْ ْ َ َْ َ َ َ ً َ ْ ُ َ َ‫ُكلُ ْو ام َن الطَيِّب‬
‫ب َو‬
ِّ ‫ب يَ ا َر‬ َّ ‫ث أَ ْغَب َر مَيُ ُّد يَ َديْ ِه إِىَل‬
ِّ ‫الس َما ِٕ يَ ا َر‬ َ ‫َش َع‬ َّ ‫الر ُج َل يُ ِطْي ُل‬
ْ ‫الس َفَر أ‬ َّ ‫ُك ْم مُثَّ ذَ َك َر‬

َّ َ‫(مطْ َع َمهُ َحراٌَم َو َم ُسَربَهُ َحراٌَم َو َمْلبَ َسهُ َحراٌَم َو َغ ِذى بِااحْلََر ِام ف‬
‫َٔان يُ ْستَ َجا لَهُ (رواه مسلم‬ َ

artinya : “Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, “ Rosullulsh SAW


bersabda, sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali
yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan pada
orang – orang mukmin seperti apa yang telah diperintahkan-Nya
kepada Rosul, maka Allah berfirman: Hai para Rosul, makanlah
kamu semua dari sesuatu yang baik dan berbuatlah kamu yang
baik. Dan firman Allah yang lain: Hai orang – orang yang
beriman, makanlah kamu semua dari sebaik – baik apa yang telah
Ku-rezekikan kepadamu. Kemudian Nabi SAW menceritakan
seseorang lelaki yang telah jauh perjalanannya dengan
rambutnya yang kusut, kotor, penuh debu, yang menadahkan
kedua tangannya seraya berkata ( berdo’a ): Wahai tuhanku,
sedangkan makanannya haram minumannya haram, pakaiannya

36
Ibid., 26.
haram dan dikenyangkan barang yang haram, mana mungkin ia

akaaan dikabulkan do’anya? “ ( HR. Muslim )37

37
http://ricky-diah.blogspot.com/2011/04/makalah-makanan-halal-dan-baik.html ; 16 Des
2018.
BAB III
Kesimpulan
Materi Al-Qur’an merupakan materi yang digunakan di sekolah tingkat
SMA / MA / SMK, yang sangat penting, ruang lingkup dari materi ini selain dari
segi kognitif, afektif, juga mencakup psikomotorik. Selain mengembangkan
kemampuan pengetahuan pengetahuan materi Al-Qur’an Hadis ini juga
mengembangkan kemampuan kepribadian sebagai muslim yang menjalankan
tugas sebagai fitrahnya.
Secara intelektual anak SMA/ MA / SMK, sudah dapat berfikir secara
logis, dan sudah mampu membedakan antara yang kongkrit dan abstrak, dari
pemaparan tersebut bahwasanya materi Al-qur’an Hadis ini sangat sesuai dengan
kondisi anak SMA/ MA / SMK, dimana dalam buku tersebut terdapat materi
Birrul Walidain, Mujahadatun Nafs, Khusnudzan dan ukhuwah, menghindari
pergaulan bebas dan perbuatan keji, etika pergaulan dan toleransi, keutamaan
menuntut ilmu, tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat, berompetisi
dalam kebaikan, kerja keras, pola hidup sehat dengan makan makanan yang sehat
dan halal, dan syukur. Selain itu anak SMA/ MA / SMK, sudah memikirkan masa
depan, perencanaan dan wawasannya yang sudah mulai meluas, dan kelak akan
digunakan untuk bersosialisasi secara langsung dengan masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA

al-Maraghi, A. M. (1993). Terjemah Tafsir al-Maraghi. Semarang: CV Toha


Putra.
Ar-Rifa'i, M. N. (2011). Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.
Depok: Gema Insani.
Madani, W. (t.thn.). Hadits Tentang Tanggung Jawab Terhadap. Dipetik
Desember 16, 2018, dari bacaanmadani.com:
https://www.bacaanmadani.com/2018/01/ayat-al-quran-dan-hadits-
tentang.html
Munawwir, A. W. (1997). al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya :
Pustaka Progresif.
Qur'an, P. T. al-Qur'an dan Terjemahnya. Kudus: CV MUbarokatan Thoyyibah.
RI, K. A. (2015). al-Qur'an Hadits/Kementrian Agama. Jakarta: Kementrian
Agama.
sehunyeoja. (2013, Desember). akhlak terpuji. Dipetik Desember 16, 2018, dari
blogspot.com: http://sehunyeoja26.blogspot.com/2013/12/akhlak-
terpuji-kerja.html
Shihab, M. Q. (2002). Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Tarbawiyah. (2018, Februari 26). fastabiqul khairat. Dipetik Desember 16, 2018,
dari tarbawiyah.com: https://tarbawiyah.com/2018/02/26/fastabiqul-
khairat/

Anda mungkin juga menyukai