Disusun oleh :
KELOMPOK I
Nydia Murtopo
2023/2024
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..….2
BAB II PEMBAHASAN.……………………………………………………………...4
2.2 Muhammadiyah………………………………………………………………….5
3.1 Kesimpulan.……………………………………………………………………....8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
Secara bahasa, kata washatiyah berasal dari kata wasatha (َ ) َو َسطyang berarti adil atau
sesuatu yang berada di pertengahan. Sedangkan, menurut terminologi bahasa, makna
wasath adalah nilai-nilai Islam yang dibangun atas dasar pola pikir yang lurus dan
pertengahan, tidak berlebihan dalam hal tertentu.
Islam Wasathiyah adalah yakni Islam tengah antara dua titik ekstrim yang saling
berlawanan, yaitu antara taqshir (meremehkan) dan ghuluw (berlebih lebihan) atau antara
liberalisme dan radikalisme. Islam Washatiyah berarti Islam jalan tengah. Tidak terlibat
kekerasan, sampai pembunuhan, terbuka dan berada di atas untuk semua golongan.
Islam Wasathiyah, selanjutnya dikenal dengan Islam moderat, adalah Islam yang cinta
damai, toleran, menerima perubahan demi kemaslahatan, perubahan fatwa karena situasi
dan kondisi, dan perbedaan penetapan hukum karena perbedaan kondisi dan psikologi
seseorang adalah adil dan bijaksana.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah :143
ۤ َ َِو َك ٰذل
ِ َّك َج َع ْل ٰن ُك ْم اُ َّمةً َّو َسطًا لِّتَ ُكوْ نُوْ ا ُشهَدَا َء َعلَى الن
ۗ اس َويَ ُكوْ نَ ال َّرسُوْ ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِه ْيدًا
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ‘umat pertengahan’
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu.”
Dari ayat diatas disebutkan bahwa umat islam dijadikan sebagai “umat pertengahan”.
Makna dari wasath diatas adalah adil. Sebagaimana yang ditafsirkan oleh para ahli tafsir.
Selain itu disebutkan di QS. Al-Anbiya (21) : 107
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi seluruh alam.”
4
Ayat diatas menyebutkan bahwa nabi Muhammad diutus untuk menjadi rahmat alam,
begitu pula agama yang dibawa oleh beliau. Oleh karena itu, agama islam sudah
seharusnya membawa kedamaian, dan hal itu dapat diwujudkan dengan islam
wasathiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Islam Wasathiyah
Moderat atau Wasathiyah sebagai sikap dasar keagamaan memiliki pijakan kuat
pada ayat Al-Quran tentang ummatan wasathan dalam QS al-Baqarah ayat 143. Para
mufassir generasi pertama menyebut bahwa Islam sebagai ummatan wasathan antara
spiritualisme Nasrani dan materialisme Yahudi. Sementara Ibnu Katsir menyebut bahwa
ummatan wasathan merupakan citra ideal umat terbaik (khair al-ummah) sebagaimana
yang termaktub dalam QS Ali Imran ayat 110. Dalam Islam, wasathiyah pada intinya
bermakna sikap tengah di antara dua kubu ekstrem.
Apa yang dilakukan Nabi sejalan dengan perintah Allah yang mengecam sikap
ekstrem di semua dimensi hidup: dalam ibadah ritual, dilarang untuk ghuluw (QS.
An-Nisa: 171), dalam muamalah dilarang keras untuk israf (QS. Al-A’raf :31), bahkan
dalam perang sekalipun tidak membolehkan melakukan tindakan-tindakan di luar batas
(QS. Al-Baqarah: 190). Konsep-konsep dasar ini menjadi pijakan oleh para ulama
sehingga ideologi-ideologi ekstrem selalu marginal dan tertolak dalam Islam.
Pada dasarnya, wasathiyyah merupakan sebuah sikap tengah yang jauh dari sikap
pragmatis dengan hanya berpihak pada salah satu kutub. Sebab Yusuf Qardhawi
mengungkapkan bahwa perilaku wasath ialah sebagai sikap yang mengandung arti adil
dan proporsional. Di samping itu, ulama lulusan al-Azhar ini melihat wasathiyah sebagai
perilaku yang penuh keseimbangan antara dunia dan akhirat, kebutuhan fisik dan jiwa,
6
keseimbangan akal dan hati, serta berada di posisi tengah antara neoliberalisme
(al-mu’aththilah al-judud) dan neo-liberalism (al-zhahiriyyah al-judud).
2.2 Muhammadiyah
Ahmad Dahlan sempat dituduh menciptakan agama baru atas gerakan purifikasi
ini. Sikap resistensi terhadap Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dari sebagian
masyarakat Jawa tidak hanya menyangkut gerakan purifikasi dalam tataran praktik
keberagamaan saja. Dalam bidang pendidikan, sekolah-sekolah yang dirintis
Muhammadiyah sempat mendapat cemooh dari masyarakat karena mengajarkan
ilmu-ilmu umum semisal ilmu alam, ilmu hitung, bahasa Belanda, tulisan latin, dan
sebagainya.
Di tengah pemahaman yang berkembang saat itu, bahwa hanya ilmu agama yang
wajib dipelajari, sedangkan ilmu umum yang kebetulan diperkenalkan di Indonesia oleh
sekolah-sekolah Belanda hukumnya haram karena dianggap sebagai ilmu kafir,
sekolah-sekolah Muhammadiyah justru mendobrak anggapan masyarakat umum ini
dengan langkahnya memodernisir diri. Ahmad Dahlan bahkan sempat dicap sebagai kyai
kafir karena mengadopsi sistem pendidikan Barat ini. Tidak hanya dengan mengajarkan
ilmu-ilmu umum yang dianggap sebagai ilmu kafir, tetapi juga memberlakukan sistem
klasikal, proses pendidikan yang menyertakan siswa laki-laki dan perempuan di kelas
yang sama (Niam, 2019).
1. Memilih untuk tidak memihak kepada salah satu mazhab fiqh yang ada. Sikap ini
bukan berarti menunjukan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi anti
mazhab, tetapi dengan tidak memihak pada mazhab manapun, maka pandangan
dapat diambil lebih luas. Selain itu hal tersebut juga didorong oleh pemikiran
7
Lahirnya organisasi Nahdlatul Ulama yang cikal bakalnya berasal dari sebuah
komite yang mengusulkan kepada Raja Saud di Arab Saudi untuk tidak menghancurkan
situs-situs bersejarah umat Islam di Tanah Hijaz, termasuk makam Nabi Muhammad
SAW dan para sahabat. Komite Hijaz inilah yang pada tanggal 31 Januari 1926 akhirnya
bermetamorfosis menjadi Nahdlatul Ulama (NU) yang sedari lahirnya memproklamirkan
diri sebagai organisasi pelestari tradisi dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Jargon المحافظة
mengambil dan baik yang tradisi memelihara ( )على القديم الصالح واألخذ بالجديد األصلحhal baru
yang lebih baik) sangat populer di kalangan kaum Nahdliyin.
Salah satu penerapan prinsip Islam Wasathiyah yang dilakukan oleh NU adalah
tradisi memilih jalan damai dalam wacana politik NU umumnya melalui prinsip-prinsip
yurisprudensi dan kaidah-kaidah yang menganjurkan minimalisasi risiko, pengutamaan
asas manfaat, dan menghindari hal-hal yang ekstrem. Inilah yang dalam penilaian Greg
Fealy lebih menggambarkan pragmatisme politik ketimbang sikap idealis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya ada konsep ini dikarenakan ada umat muslim terutama yang
fanatik terhadap agamanya sendiri. Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan
Jadi kita diharuskan untuk menerapkan konsep ini di kehidupan sehari hari.
sesuatu yang diperintahkan oleh Allah itu pasti akan berdampak baik bagi
makhluk makhluknya. Bahkan konsep ini telah dilaksanakan oleh dua organisasi
islam terbesar yang ada di Indonesia sehingga tidak menimbulkan perpecahan
umat
9
DAFTAR PUSTAKA