“TEORITIS ANTROPOLOGI”
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, karena atas rahmat dan inayahNya tugas
akhir makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada manusia agung, yaitu Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umat
manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang dengan dien yang
diridhai olehNya.
Dalam sebuah perjalanan menuju kesuksesan, tidak sedikit hambatan dan cobaan
yang penulis hadapi, namun semua bisa terlalui asalkan ada kemauan. Alhamdulillah,
berkat pertolonganNya segala hambatan dan cobaan yang penulis hadapi dalam
menyelesaikan penulisan makala ini dapat penulis atasi dengan penuh ketabahan dan
kesabaran hati. Disamping itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya
motivasi, bimbingan, do’a dan bantuan senantiasa mengalir dari orang-orang
disekeliling penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Antropologi merupakan suatu cabang ilmu sosial yang membahas mengenai
budaya masyarakat suatu etnis. Antropologi muncul karena adanya ketertarikan dari
orang Eropa yang melihat budaya, ciri-ciri fisik dan adat istiadat yang berbeda. Kata
antropologi berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu “anthropos” yang berarti manusia
dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah, antropologi dapat didefinisikan sebagai
suatu keilmuan yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik, serta
kebudayaannya.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori antropologi fungsionalisme malinowski
2. Bagaimana teori antropologi menurut Radechliffe brown
3. Bagaimana teori antropologi menurut Margaret mead
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bronislaw Malinowski
1
Danandjaja, Antropologi Psikologi, (Jakarta: Rajawali pers,1998 ) hlm. 174
2
Garna Judistitira, Ilmu-Ilmu Sosial, (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjajaran) hlm.154
sebagai bentuk Etnografi yang berintegrasi secara fungsional. Selain dari hasil karya
etnografinya, tentunya harus diperhatikan pula upaya-upaya Malinowski dalam
mengembangkan konsep teknik dan metode penelitian. Dan sangat lugas ditekankan
pentingnya penelitian yang turun langsung ketengah-tengah objek masyarakat yang
diteliti, menguasai bahasa mereka agar dapat memahami apa yang objek lakukan
sesuai dengan konsep yang berlaku pada masyarakat itu sendiri dan kebiasaan yang
dikembangkan menjadi metode adalah pencatatan. Mencatat seluruh aktifitas dan
kegiatan atau suatu kasus yang konkret dari unsur kehidupan. Selain dari pada itu
yang patut untuk para peneliti menurut Malinowski adalah kemampuan keterampilan
analitik agar dapat memahami latar dan fungsi dari aspek yang diteliti, adat dan
pranata sosial dalam masyarakat.
Konsep tersebut dirumuskan kedalam tingkatan abstraksi mengenai fungsi aspek
kebudayaan, yakni :
1. Saling keterkaitannya secara otomatis, pengaruh dan efeknya terhadap aspek
lainnya.
2. Konsep oleh masyarakat yang bersangkutan.
3. Unsur-unsur dalam kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi secara
fungsional.
4. Esensi atau inti dari kegiatan aktifitas tersebut tak lain adalah berfungsi untuk
pemenuhan kebutuhan dasar “biologis” manusia.
Melalui tingkatan abstraksi tersebut Malinowski kemudian mempertegas inti
dari teorinya dengan mengasumsikan bahwa segala kegiatan/aktifitas manusia dalam
unsur-unsur kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari
sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh
kehidupannya. Kelompok sosial atau organisasi sebagai contoh, awalnya merupakan
kebutuhan manusia yang suka berkumpul dan berinteraksi, perilaku ini berkembang
dalam bentuk yang lebih solid dalam artian perkumpulan tersebut dilembagakan
melalui rekayasa manusia.
Dalam konsep fungsionalisme Malinowski dijelaskan beberapa unsur
kebutuhan pokok manusia yang terlembagakan dalam kebudayaan dan berfungsi
untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Seperti kebutuhan gizi (nutrition),
berkembang biak (reproduction), kenyamanan (body comforts), keamanan (safety),
rekreasi (relaxation), pergerakan (movement), dan pertumbuhan (growth). Setiap
lembaga sosial (Institution, dalam istilah Malinowski) memiliki bagian-bagian yang
harus dipenuhi dalam kebudayaan.3
B. Radechliffe Brown
Satu contoh kongret dari pendekatan yang bersifat struktural fungsional dari
Radcliffe brown adalah analisanya tentang cara penanggulangan mengenai ketegangan
yang cenderung timbul diantara orang- orang yang terikat karena perkawinan pada suatu
masyarakat tertentu.contoh dari penelitian Radcliffe brown ketegangan itu misalnya
datang dari pihak ipar atau besan yang banyak terjadi pada suku Indian Navajo di
Amerika serikat.dalam hal itu ia mengemukakan bahwa masyarakat navajo dapat
melakukan satu dari dua cara sebagai berikut,pertama, dibuat peraturan yang ketat yang
tidak membuka kesempatan bertemu muka diantara orang yang mempunyai hubungan
ipar atau besan. Kedua, hubungan itu dianggap sebagai hubungan biasa saja dalam arti
seolah-olah diantara mereka tidak ada hubungan perkawinan.Dengan begitu konflik
antara anggota – anggota keluarga atau besan dapat dihindarkan dan unsur budaya yang
ada pada anggota – anggota keluarga itu tetap berfungsi dalam menjaga solidaritas
sosial.4
3
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, ( Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2007 ) hlm.45
4
Malarsih, “ Aplikasi Teori Struktural Fungsional Radcliffe Brown Dan Talcot Parsons, Jurnal Pengetahuan
Dan Pemikiran Seni”, ( Vol..V No. 1 Januari – April, 2009 ) hlm.44
Satu masalah terbesar dari pendekatan teori struktural fungsional ini adalah
sulitnya untuk menentukan apakah satu kebiasaan tertentu pada nyatanya berfungsi dalam
arti membantu pemeliharaan sistem sosial masyarakat.
C. Margaret Mead
5
Humaniora, “ Pewarisan Budaya Dan Kepribadian”, Jurnal Kodiran, ( Vol,16, No .1 Februari 2004 ) hlm.13
arafesh maupun mundugumor,karena dikebudayaan arfesh dan mundugumor tidak
ada perbedaan tempramen antara laki-laki dan wanita,sedangkan di tchambuli terjadi
perbedaan tempramen antara laki-laki dan wanita.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Antropologi adalah cabang ilmu sosial yang membahas kebudayaan masyarakat
antropologi menjadikan manusia sebagai objek kajiannya, banyak para ahli yang
meneliti tentang kebudayaan masyarakat yakni Malinowski, Radcliffe,dan Mead
ketiga ahli antropolog ini memiliki teoritis yang berbeda dalam melihat manusia dan
kebudayaannya.Menurut Malinowski teori fungsionalisme adalah teori yang
mengajarkan pada kita tentang kepentingan relatif dari berbagai kebiasaan yang
beragam-ragam itu. Malinowski juga mulai mengembangkan suatu kerangka teori
baru yang menganalisa fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya suatu teori
fungsional tentang kebudayaan, atau a functional theory of culture.
Daftar Pustaka