Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ANTROPOLOGI

“TEORITIS ANTROPOLOGI”

Dosen pengampu : Ahmad Salman Al Farisi MA

Nama Kelompok :Faras Tiara Alista


. Norhalimah
Muhammad Febrian

PRODI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI (FDIK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2021/2022
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, karena atas rahmat dan inayahNya tugas
akhir makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada manusia agung, yaitu Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umat
manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang dengan dien yang
diridhai olehNya.

Dalam sebuah perjalanan menuju kesuksesan, tidak sedikit hambatan dan cobaan
yang penulis hadapi, namun semua bisa terlalui asalkan ada kemauan. Alhamdulillah,
berkat pertolonganNya segala hambatan dan cobaan yang penulis hadapi dalam
menyelesaikan penulisan makala ini dapat penulis atasi dengan penuh ketabahan dan
kesabaran hati. Disamping itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya
motivasi, bimbingan, do’a dan bantuan senantiasa mengalir dari orang-orang
disekeliling penulis.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Antropologi merupakan suatu cabang ilmu sosial yang membahas mengenai
budaya masyarakat suatu etnis. Antropologi muncul karena adanya ketertarikan dari
orang Eropa yang melihat budaya, ciri-ciri fisik dan adat istiadat yang berbeda. Kata
antropologi berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu “anthropos” yang berarti manusia
dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah, antropologi dapat didefinisikan sebagai
suatu keilmuan yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik, serta
kebudayaannya.

Obyek dari antropologi adalah manusia, kebudayaan serta perilakunya. Obyek


antropologi dengan kata lain menyangkut semua manusia dimanapun dan kapanpun.
Tujuan dari antropologi adalah untuk membangun masyarakat dengan mempelajari
perilaku, bagaimana manusia dapat bermasyarakat dalam suku bangsa dan budaya
manusia. Antropologi memadukan secara integratif tujuan biologi dan sosio-budaya
dalam kehidupan.

Sebagai disiplin ilmu, antropologi merupakan kajian yang multidisipliner yang


berupaya mengkaji aspek manusia secara menyeluruh (holistik). Secara hstoris,
antropologi berkembang dari suatu deskripsi hasil-hasil laporan Perjalanan para
penjelajah dan penjajah tentang kehidupan manusia di daerah yang disinggahi para
penjelajah, atau kehidupan salah satu suku bangsa yang tinggal di daerah jajahan.
Deskripsi tersebut dikenal dengan nama etnografi. dalam perjalanannya kemudian,
antropologi berkembang sebagaimana keberadaannya sekarang baik di negara-negara
Eropa Barat, Amerika maupun di Asia. Beberapa cabang antropologi yang dikenal secara
luas saat ini adalah antropologi fisik atau biologi, antropologi sosial, dan antropologi
budaya. Di sisi yang lain, antropologi juga merupakan bidang ilmu terapan sehingga hasil
kajiannya dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan untuk
keperluan pembangunan, terutama dalam pembangunan sosial budaya, seperti antropologi
pembangunan, antropologi kesehatan, antropologi ekonomi, dan sebagainya.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori antropologi fungsionalisme malinowski
2. Bagaimana teori antropologi menurut Radechliffe brown
3. Bagaimana teori antropologi menurut Margaret mead
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bronislaw Malinowski

Lahir di cracow,Polandia, sebagai putera keluarga bangsawan


Polandia,Ayahnya adalah guru besar dalam ilmu sastra klasik.Tahun 1908 ia lulus
fakultas ilmu pasti dan alam dari universitas cracow tetapi selama studinya ia gemar
membaca buku tentang folklor dan dongeng-dongeng rakyat sehingga ia menjadi
tertarik dengan ilmu psikologi dibawah seorang guru besar psikologi yaitu W
Wundt ,di Leipzig Jerman.Malinowski diakui sebagai tokoh besar pendiri profesi
antropologi sosial di Inggris,karena dialah yang menjadikan ilmu itu memiliki ciri
disiplin yang jelas penelitian lapangan yang intensif mengenai suatu masyarakat
komuniti yang eksotik

Secara garis besar Malinowski merintis bentuk kerangka teori untuk


menganalisis fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya suatu teori fungsional
tentang kebudayaan atau “a functional theory of Culuture”. Dan melalui teori ini
banyak antropolog yang sering menggunakan teori tersebut sebagai landasan teoritis
hingga dekade tahun 1990-an, bahkan dikalangan mahasiswa menggunakan teori ini
untuk menganalisis data penelitian untuk keperluan skripsi dan sebagainya.
Ia berpendapat bahwa pada dasarnya kebutuhan manusia sama, baik itu kebutuhan
yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis dan kebudayaan pada
pokoknya memenuhi kebutuhan tersebut. Semisal kebutuhan sex biologis manusia
yang dasarnya merupakan kebutuhan pokok, tetapi tidak serta merta dilakukan atau
dipenuhi secara sembarangan. Kondisi pemenuhan kebutuhan tak terlepas dari sebuah
proses dinamika perubahan ke arah konstruksi nilai-nilai yang disepakati bersama
dalam sebuah masyarakat (dan bahkan proses yang dimaksud akan terus
bereproduksi) dan dampak dari nilai tersebut pada akhirnya membentuk tindakan-
tindakan yang terlembagakan dan dimaknai sendiri oleh masyarakat bersangkutan
yang pada akhirnya memunculkan tradisi upacara perkawinan, tata cara dan lain
sebagainya yang terlembaga untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia tersebut.
Hal inilah yang kemudian menguatkan tesis dari Malinowski yang sangat
menekankan konsep fungsi dalam melihat kebudayaan. Ada tiga tingkatan oleh
Malinowski yang harus terekayasa dalam kebudayaan yakni,

1. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan pangan


dan prokreasi

2. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan akan


hukum dan pendidikan.
3. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti agama dan kesenian.1

Tulisan “Argonauts of the Western Pacific” (1922) melukiskan tentang sistem


Kula yakni berdagang yang disertai upacara ritual yang dilakoni oleh penduduk di
kepulauan Trobriand dan kepulauan sekitarnya. Perdagangan tersebut dilakukan
dengan menggunakan perahu kecil bercadik menuju pulau lainnya yang jaraknya
cukup jauh. Benda-benda yang diperdagangkan dilakukan dengan tukar menukar
(barter) berupa berbagai macam bahan makanan, barang-barang kerajinan, alat-alat
perikanan, selain daripada itu yang paling menonjol dan menarik perhatian adalah
bentuk pertukaran perhiasan yang oleh penduduk Trobriand sangat berharga dan
bernialai tinggi. Yakni kalung kerang (sulava) yang berada satu arah mengikuti arah
jarum jam, dan sebaliknya gelang-gelang kerang (mwali) yang beredar berlawanan
dari arah kalung kerang dipertukarkan.
Karangan etnografi dari hasil penelitian lapangan tersebut tidak lain adalah
bentuk perekonomian masyarakat di kepulauan Trobriand dengan kepulauan
sekitarnya. Hanya dengan menggunakan teknologi sederhana dalam mengarungi
topografi lautan pasifik, namun disisi lain tidak hanya itu, tetapi yang menarik dalam
karangan tersebut ialah keterkaitan sistem perdagangan atau ekonomi yang saling
terkait dengan unsur kebudayaan lainnya seperti kepercayaan, sistem kekerabatan dan
organisasi sosial yang berlaku pada masyarakat Trobriand. Dari berbagai aspek
tersebut terbentuk kerangka etnografi yang saling berhubungan satu sama lain melalui
fungsi dari aktifitas tersebut. 2Pokok dari tulisan tersebut oleh Malinowski ditegaskan

1
Danandjaja, Antropologi Psikologi, (Jakarta: Rajawali pers,1998 ) hlm. 174
2
Garna Judistitira, Ilmu-Ilmu Sosial, (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjajaran) hlm.154
sebagai bentuk Etnografi yang berintegrasi secara fungsional. Selain dari hasil karya
etnografinya, tentunya harus diperhatikan pula upaya-upaya Malinowski dalam
mengembangkan konsep teknik dan metode penelitian. Dan sangat lugas ditekankan
pentingnya penelitian yang turun langsung ketengah-tengah objek masyarakat yang
diteliti, menguasai bahasa mereka agar dapat memahami apa yang objek lakukan
sesuai dengan konsep yang berlaku pada masyarakat itu sendiri dan kebiasaan yang
dikembangkan menjadi metode adalah pencatatan. Mencatat seluruh aktifitas dan
kegiatan atau suatu kasus yang konkret dari unsur kehidupan. Selain dari pada itu
yang patut untuk para peneliti menurut Malinowski adalah kemampuan keterampilan
analitik agar dapat memahami latar dan fungsi dari aspek yang diteliti, adat dan
pranata sosial dalam masyarakat.
Konsep tersebut dirumuskan kedalam tingkatan abstraksi mengenai fungsi aspek
kebudayaan, yakni :
1. Saling keterkaitannya secara otomatis, pengaruh dan efeknya terhadap aspek
lainnya.
2. Konsep oleh masyarakat yang bersangkutan.
3. Unsur-unsur dalam kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi secara
fungsional.
4. Esensi atau inti dari kegiatan aktifitas tersebut tak lain adalah berfungsi untuk
pemenuhan kebutuhan dasar “biologis” manusia.
Melalui tingkatan abstraksi tersebut Malinowski kemudian mempertegas inti
dari teorinya dengan mengasumsikan bahwa segala kegiatan/aktifitas manusia dalam
unsur-unsur kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari
sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh
kehidupannya. Kelompok sosial atau organisasi sebagai contoh, awalnya merupakan
kebutuhan manusia yang suka berkumpul dan berinteraksi, perilaku ini berkembang
dalam bentuk yang lebih solid dalam artian perkumpulan tersebut dilembagakan
melalui rekayasa manusia.
Dalam konsep fungsionalisme Malinowski dijelaskan beberapa unsur
kebutuhan pokok manusia yang terlembagakan dalam kebudayaan dan berfungsi
untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Seperti kebutuhan gizi (nutrition),
berkembang biak (reproduction), kenyamanan (body comforts), keamanan (safety),
rekreasi (relaxation), pergerakan (movement), dan pertumbuhan (growth). Setiap
lembaga sosial (Institution, dalam istilah Malinowski) memiliki bagian-bagian yang
harus dipenuhi dalam kebudayaan.3

B. Radechliffe Brown

Alferd Reginald Brown lahir di sparkbrook, birningham (Inggris) pada tahun


1881 .Kettika berusia 5 tahun ayahnya meninggal dan tinggal bersama ibunya dalam
keadaan miskin. Brown bersekolah di king edwards school di Birmingham, tetapi ia
terpaksa meninggalkan sekolah sebelum berusia 18 tahun karena harus bekerja di
perpustakaan brimingham.Radcliffe brown adalah seorang ahli antropologi sosial yang
mendasarkan teorinya mengenai perilaku manusia pada konsep fungsionalisme,Karya
penting Radcliffe brown adalah structure and function primitive society, Radcliffe brown
merasa bahwa berbagai aspek sosial, bukanlah berkembang untuk memuaskan kebutuhan
individual tetapi justru timbul untuk mempertahankan struktur sosial masyarakat. Struktur
sosial dari suatu masyarakat adalah seluruh jaringan dari hubungan- hubungan sosial yang
ada.

Satu contoh kongret dari pendekatan yang bersifat struktural fungsional dari
Radcliffe brown adalah analisanya tentang cara penanggulangan mengenai ketegangan
yang cenderung timbul diantara orang- orang yang terikat karena perkawinan pada suatu
masyarakat tertentu.contoh dari penelitian Radcliffe brown ketegangan itu misalnya
datang dari pihak ipar atau besan yang banyak terjadi pada suku Indian Navajo di
Amerika serikat.dalam hal itu ia mengemukakan bahwa masyarakat navajo dapat
melakukan satu dari dua cara sebagai berikut,pertama, dibuat peraturan yang ketat yang
tidak membuka kesempatan bertemu muka diantara orang yang mempunyai hubungan
ipar atau besan. Kedua, hubungan itu dianggap sebagai hubungan biasa saja dalam arti
seolah-olah diantara mereka tidak ada hubungan perkawinan.Dengan begitu konflik
antara anggota – anggota keluarga atau besan dapat dihindarkan dan unsur budaya yang
ada pada anggota – anggota keluarga itu tetap berfungsi dalam menjaga solidaritas
sosial.4

3
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, ( Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2007 ) hlm.45
4
Malarsih, “ Aplikasi Teori Struktural Fungsional Radcliffe Brown Dan Talcot Parsons, Jurnal Pengetahuan
Dan Pemikiran Seni”, ( Vol..V No. 1 Januari – April, 2009 ) hlm.44
Satu masalah terbesar dari pendekatan teori struktural fungsional ini adalah
sulitnya untuk menentukan apakah satu kebiasaan tertentu pada nyatanya berfungsi dalam
arti membantu pemeliharaan sistem sosial masyarakat.

C. Margaret Mead

Margaret Mead (16 Desember 1901 – 15 November 1978) adalah seorang


antroplog budaya Amerika. Mead dilahirkan di Philadelphia, Pennsylvania dan
dibesarkan di kota Doylestown, Pennsylvania yang tidak jauh dari situ. Ayahnya
adalah seorang profesor di sebuah universitas, sementara ibunya seorang aktivis
sosial. Mead lulus dari Barnard College pada 1923 dan mendapatkan gelar Ph.D.nya
dari Universitas Columbia pada 1929. Pada tahun 1925 ia berangkat untuk melakukan
penelitian lapangannya di Polinesia. Pada 1926 Mead bergabung dengan American
Museum of Natural History, New York City, sebagai pembantu kurator, dan akhirnya
menjadi kurator etnologi museum itu dari 1946 hingga 1969. Selain itu, ia mengajar
di Universitas Columbia sebagai dosen luar biasa sejak 1954. Mengikuti teladan
gurunya Ruth Benedict, Mead memusatkan studinya pada masalah-masalah asuhan
terhadap anak, kepribadian dan kebudayaan.
Didalam karyanya yang populer coming of age in Samoa (1928). Sebagai hasil
penelitiannya di Samoa mead berkesimpulan bahwa para gadis samoa tidak
mengalami gejolak Akil baloq tersebut sebabnya keluarga orang samoa bukan
bersifat keluarga inti yang hanya terdiri dari ayah ibu serta kakak adik melainkan
bersifat keluarga luas. Akibatnya seorang anak tidak selalu harus berhubungan terus
menerus dengan orang tuanya saja tetapi juga mendapat kesempatan untuk
berhubungan secara bebas dan emosional dengan anggota kerabatnya yang lain
Kemudian dalam karya sex and temperament in three primitive societis (1934)
Mead meneruskan penelitiannya di tiga suku bangsa Papua yakni suku bangsa
arafesh,suku bangsa mundugumor dan suku bangsa tchambuli. 5Penelitiannya fokus
pada perbedaan psikologis antara pria dan wanita itu bersifat biologis universal,karena
telah diprogramkan oleh alam didalam sistem genetiknya. Hasilnya perbedaan sifat-
sifat kepribadian antara laki-laki dan wanita tidak bersifat universal disuku bangsa

5
Humaniora, “ Pewarisan Budaya Dan Kepribadian”, Jurnal Kodiran, ( Vol,16, No .1 Februari 2004 ) hlm.13
arafesh maupun mundugumor,karena dikebudayaan arfesh dan mundugumor tidak
ada perbedaan tempramen antara laki-laki dan wanita,sedangkan di tchambuli terjadi
perbedaan tempramen antara laki-laki dan wanita.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Antropologi adalah cabang ilmu sosial yang membahas kebudayaan masyarakat
antropologi menjadikan manusia sebagai objek kajiannya, banyak para ahli yang
meneliti tentang kebudayaan masyarakat yakni Malinowski, Radcliffe,dan Mead
ketiga ahli antropolog ini memiliki teoritis yang berbeda dalam melihat manusia dan
kebudayaannya.Menurut Malinowski teori fungsionalisme adalah teori yang
mengajarkan pada kita tentang kepentingan relatif dari berbagai kebiasaan yang
beragam-ragam itu. Malinowski juga mulai mengembangkan suatu kerangka teori
baru yang menganalisa fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya suatu teori
fungsional tentang kebudayaan, atau a functional theory of culture.

Daftar Pustaka

Danandjaja, Antropologi Psikologi, (Jakarta: Rajawali pers,1998 )

Garna Judistitira, Ilmu-Ilmu Sosial, (Bandung: Program Pascasarjana Universitas


Padjajaran)

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, ( Jakarta : Universitas Indonesia Press,


2007 )
Malarsih, “ Aplikasi Teori Struktural Fungsional Radcliffe Brown Dan Talcot
Parsons, Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni”, ( Vol..V No. 1 Januari – April,
2009 )

Humaniora, “ Pewarisan Budaya Dan Kepribadian”, Jurnal Kodiran, ( Vol,16, No .1


Februari 2004 )

Anda mungkin juga menyukai