Anda di halaman 1dari 12

Makalah Tugas Filsafat Ilmu

Epistemologi: Pengetahuan, Metode


Ilmiah, Struktur Pengetahuan Ilmiah
Tugas Ini Disusun untuk Melengkapi Nilai Mata Kuliah

Filsafat Ilmu

Dibuat Oleh:
1. Daning Singgih Katmitasari

(135974001)

2. Bobby Trianda Rexa

(135974013)

3. Rosdama Yulianto

(135974038)

4. Violieta Agustiningrum

(135974041)

5. Anwar Khoiri

(135974049)

S1 Pendidikan Teknologi Informasi


Fakultas Teknik
Universitas Negeri Surabaya

Epistemologi: Pengetahuan, metode ilmiah, struktur


pengetahuan ilmiah

1.
-

Epistimologi
Definisi Epistimologi
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata

dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran
dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan
sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi dapat juga diartikan
sebagai teori pengetahuan yang benar (theory of knowledges). Istilah epistemologi dipakai
pertama kali oleh J.F. Feriere untuk membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu
ontologi (metafisika umum).
Filsafat pengetahuan (Epistemologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang
mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan. Epistemologi merupakan bagian
dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal
mula pengetahuan, batas-, batas, sifat-sifat

dan kesahihan pengetahuan. Objek material

epistemologi adalah pengetahuan dan Objek formal epistemologi adalah hakekat


pengetahuan.
Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang
bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara 'alim (subjek) dan ma'lum(obyek). Atau
dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar,
sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam
menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja
menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan kebenaran, mengenai hal yang
dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.
-

Aliran-aliran dalam Epistimologi


Berikut adalah aliran-aliran dalam epistemologis, yaitu:

a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat semua pengetahuan bersumber dari akal pikiran atau ratio. Tokohnya
antara lain: Rene Descrates (1596 1650), yang membedakan adanya tiga idea, yaitu: innate
ideas (idea bawaan), yaitu sejak manusia lahir,adventitinous ideas, yaitu idea yang berasal
dari luar manusia, dan faktitinousideas, yaitu idea yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri.
Tokoh lain yaitu: Spinoza(1632-1677), Leibniz (1666-1716).

b. Empirisme
Aliran ini berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman
indera. Indera memperoleh pengalaman (kesan-kesan) dari alamempiris, selanjutnya kesankesan tersebut terkumpul dalam diri manusia menjadipengalaman.
c. Realisme
Realisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa obyek-obyek yang kita
serap lewat indera adalah nyata dalam diri obyek tersebut. Obyek-obyektersebut tidak
tergantung pada subjek yang mengetahui atau dengan kata lain tidak tergantung pada pikiran
subjek. Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, tetapi interaksi tersebut mempengaruhi
sifat dasar dunia tersebut. Dunia telah ada sebelum pikiran menyadari serta akan tetap ada
setelah pikiran berhenti menyadari. Tokoh aliran ini antara lain: Aristoteles (384-322 SM),
menurut Aristoteles, realitas berada dalam benda-benda kongkrit atau dalam proses-proses
perkembangannya. Dunia yang nyata adalah dunia yang kita cerap. Bentuk (form) atau idea
atau prinsip keteraturan dan materi tidak dapat dipisahkan. Kemudian aliran ini terus
berkembang menjadi aliran realisme baru dengan tokoh George Edward Moore, Bertrand
Russell, sebagai reaksi terhadap aliran idealisme, subjektivisme dan absolutisme. Menurut
realisme baru : eksistensi obyek tidak tergantung pada diketahuinya obyek tersebut.
d. Kritisisme
Kritisisme menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri (yang
meliputi indera dan pengalaman). Kemudian akal akan menempatkan, mengatur, dan
menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni ruang dan waktu. Pengamatan
merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan akal merupakan pembentukannya.
Tokoh aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804). Kant mensintesakan antara rasionalisme
dan empirisme.
e. Positivisme
Tokoh aliran ini diantaranya adalah August Comte, yang memiliki pandangan sejarah
perkembangan pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu:

Tahap Theologis, yaitu manusia masih percaya pengetahuan ataupengenalan yang mutlak.
Manusia pada tahap ini masih dikuasai oleh tahyul-tahyul sehingga subjek dengan obyek
tidak dibedakan.

Tahap Metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha memahami danmemikirkan kenyataan


akan tetapi belum mampu membuktikan denganfakta.

Tahap Positif, yang ditandai dengan pemikiran manusia untuk menemukanhukum-hukum


dan saling hubungan lewat fakta. Maka pada tahap inipengetahuan manusia dapat

berkembang dan dibuktikan lewat fakta (HarunH, 1983: 110 dibandingkan dgn Ali Mudhofir,
1985: 52, dlm Kaelan, 1991: 30).
f. Skeptisisme
Menyatakan bahwa pencerapan indera adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Namun
pada zaman modern berkembang menjadi skeptisisme medotis (sistematis) yang
mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu pengalamandiakui benar. Tokoh skeptisisme
adalah Rene Descrates (1596-1650).
g. Pragmatisme
Aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan namun mempertanyakan
tentang pengetahuan dengan manfaat atau guna dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain
kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu
perbuatan. Tokoh aliran ini, antara lain: C.S Pierce (1839- 1914), menyatakan bahwa yang
terpenting adalah manfaat apa (pengaruh apa) yang dapat dilakukan suatu pengetahuan dalam
suatu rencana. Pengetahuan kita mengenai sesuatu hal tidak lain merupakan gambaranyang
kita peroleh mengenai akibat yang dapat kita saksikan. (Ali Mudhofir, 1985:53, dalam Kaelan
1991: 30). Tokoh lain adalah William James (1824-1910, dalam Kaelan 1991: 30),
menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu hal adalah ditentukan oleh akibat praktisnya.

2. Sejarah ilmu pengetahuan


Kebudayaan manusia ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
secara cepat yang merupakan akibat peran serta pengaruh dari pemikiran filsafat Barat. Pada
awal perkembangannya, yakni zaman Yunani Kuno, filsafat diidentikkan dengan ilmu
pengetahuan. Maksudnya adalah antara pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan tidak
dipisah, sehingga semua pemikiran manusia yang muncul pada zaman itu disebut filsafat.
Pada abad Pertengahan, filsafat menjadi identik dengan agama, sehingga pemikiran filsafat
pada zaman itu menjadi satu dengan dogma gereja. Pada abad ke-15 muncullah Renaissans
kemudian disusul oleh Aufklaerung pada abad ke-18 yang membawa perubahan pandangan
terhadap filsafat. Pada masa ini filsafat memisahkan diri dari agama, sehingga membuat
orang berani mengeluarkan pendapat mereka tanpa takut akan dikenai hukuman oleh pihak
gereja. Filsafat zaman modern tetap sekuler seperti zaman Renaissans, yang membedakan
adalah pada zaman ini ilmu pengetahuan berpisah dari filsafat dan mulai berkembang
menjadi beberapa cabang yang terjadi dengan cepat. Bahkan pada abad ke-20, ilmu
pengetahuan, mulai berkembang menjadi berbagai spesialisasi dan sub-spesialisasi.
Ilmu pengetahuan pada awalnya merupakan sebuah sistem yang dikembangkan untuk
mengetahui keadaan lingkungan disekitanya. Selain itu, ilmu pengetahuan juga diciptakan
untuk dapat membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah. Pada abad ke-20 dan
menjelang abad ke-21, ilmu telah menjadi sesuatu yang substantif yang menguasai kehidupan
manusia. Namun, tak hanya itu, ilmu pengetahuan yang sudah berkembang sedemikian pesat
juga telah menimbulkan berbagai krisis kemanusiaan dalam kehidupan. Hal ini didorong oleh

kecenderungan pemecahan masalah kemanusiaan yang lebih banyak bersifsat sektoral. Salah
satu upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaan yang semakin kompleks
tersebut ialah dengan mempelajari perkembangan pemikiran filsafat.
Perkembangan filsafat Barat dibagi menjadi beberapa periodesasi yang didasarkan atas ciri
yang dominan pada zaman tersebut. Periode-periode tersebut adalah :
1. Zaman Yunani Kuno (Abad 6SM-6M)
Ciri pemikirannya adalah kosmosentris, yakni mempertanyakan asal usul alam semesta dan
jagad raya sebagai salah satu upaya untuk menemukan asal mula (arche) yang merupakan
unsur awal terjadinya gejala. Dan beberapa tokoh filosof pada zaman ini menyatakan
pendapatnya tentang arche, antara lain :

Thales (640- 550 SM)

Anaximander (611-545 SM) : arche berupa apeiron (sesuatu yang tidak terbatas)

Anaximenes (588-524 SM)

: arche berupa udara

Phytagoras (580-500 SM)

: arche dapat diterangkan atas dasar bilangan-bilangan.

: arche berupa air

Selain keempat tokoh di atas ada dua filosof, yakni Herakleitos (540-475 SM) dan Parmindes
(540-475 SM) yang mempertanyakan apakah realitas itu berubah, bukan menjadi sesuatu
yang tetap. Pemikir Yunani lain yang merupakan salah satu yang berperan penting dalam
pengembangan ilmu pengetahuan adalah Demokritos (460-370 SM) yang menegaskan bahwa
realitas terdiri dari banyak unsur yang disebut dengan atom (atomos, dari a-tidak, dan tomosterbagi). Selain itu, filosof yang sering dibicarakan adalah Socrates (470-399 SM) yang
langsung menggunakan metode filsafat langsung dalam kehidupan sehari-hari yang dikenal
dengan dialektika (dialegesthai) yang artinya bercakap-cakap. Hal ini pula yang diteruskan
oleh Plato (428-348 SM). Dan pemikiran filsafat masa ini mencapai puncaknya pada seorang
Aristoteles (384-322 SM) yang mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan adalah
mencari penyebab-penyebab obyek yang diselidiki. Ia pun berpendapat bahwa tiap kejadian
harus mempunyai empat sebab, antara lain penyebab material, penyebab formal, penyebab
efisien dan penyebab final.
2. Zaman Pertengahan (6-16M)
Ciri pemikiran pada zaman ini ialah teosentris yang menggunakan pemikiran filsafat untuk
memperkuat dogma agama Kristiani. Pada zaman ini pemikiran Eropa terkendala oleh
keharusan kesesuaian dengan ajaran agama. Filsafat Agustinus (354-430) yang dipengaruhi
oleh pemikiran Plato, merupakan sebuah pemikiran filsafat yang membahas mengenai
keadaan ikut ambil bagian, yakni suatu pemikiran bahwa pengetahuan tentang ciptaan
merupakan keadaan yang menjadi bagian dari idea-idea Tuhan. Sedangkan Thomas Aquinas
(1125-1274) yang mengikuti pemikiran filsafat Aristoteles, menganut teori penciptaan
dimana Tuhan menghasilkan ciptaan dari ketiadaan. Selain itu, mencipta juga berarti terus
menerus menghasilkan serta memelihara ciptaan.
3. Zaman Renaissans (14-16M)

Merupakan suatu zaman yang menaruh perhatian dalam bidang seni, filsafat, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Zaman ini juga dikenal dengan era kembalinya kebebasan
manusia dalam berpikir. Tokoh filosof zaman ini diantaranya adalah Nicolaus Copernicus
(1473-1543) yang mengemukakan teori heliosentrisme, yang mana matahari merupakan pusat
jagad raya. Dan Francis Bacon (1561-1626) yang menjadi perintis filsafat ilmu pengetahuan
dengan ungkapannya yang terkenal knowledge is power
4. Zaman Modern (17-19M)
Filsafat zaman ini bercorak antroposentris, yang menjadikan manusia sebagai pusat perhatian
penyelidikan filsafati. Selain itu, yang menjadi topik utama ialah persoalan epistemologi.
a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa akal merupakan sumber pengetahuan yang memadai dan dapat
dipercaya. Pengalaman hanya dipakai untuk menguatkan kebenaran pengetahuan yang telah
diperoleh melalui akal. Salah satu tokohnya adalah Rene Descartes (1598-1650) yang juga
merupakan pendiri filsafat modern yang dikenal dengan pernyataannya Cogito Ergo Sum
(aku berpikir, maka aku ada). Metode yang digunakan Descrates disebut dengan a priori yang
secara harfiah berarti berdasarkan atas adanya hal-hal yang mendahului. Maksudnya adalah
dengan menggunakan metode ini manusia seakan-akan sudah mengetahui dengan pasti segala
gejala yang terjadi.
b. Empirisisme
Menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah pengalaman, baik lahir maupun batin.
Akal hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah data yang diperoleh dari
pengalaman. Metode yang digunakan adalah a posteriori atau metode yang berdasarkan atas
hal-hal yang terjadi pada kemudian. Dipelopori oleh Francis Bacon yang memperkenalkan
metode eksperimen.
c. Kritisisme
Sebuah teori pengetahuan yang berupaya untuk menyatukan dua pandangan yang berbeda
antara Rasionalisme dan Empirisme yang dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804). Ia
berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil yang diperoleh dari adanya kerjasama
antara dua komponen, yakni yang bersifat pengalaman inderawi dan cara mengolah kesan
yang nantinya akan menimbulkan hubungan antara sebab dan akibat.
d. Idealisme
Berawal dari penyatuan dua Idealisme yang berbeda antara Idealisme Subyektif (Fitche) dan
Idealisme Obyektif (Scelling) oleh Hegel (1770-1931) menjadi filsafat idealisme yang
mutlak. Hegel berpendapat bahwa pikiran merupakan esensi dari alam dan alam ialah
keseluruhan jiwa yang diobyektifkan. Asas idealisme adalah keyakinan terhadap arti dan
pemikiran dalam struktur dunia yang merupakan intuisi dasar.
e. Positivisme

Didirikan oleh Auguste Comte (1798-1857) yang hanya menerima fakta-fakta yang
ditemukan secara positif ilmiah. Semboyannya yang sangat dikenal adalah savoir pour
prevoir, yang artinya mengetahui supaya siap untuk bertindak. Maksudnya ialah manusia
harus mengetahui gejala-gejala dan hubungan-hubungan antar gejala sehingga ia dapat
meramalkan apa yang akan terjadi. Filsafat ini juga dikenal dengan faham empirisisme-kritis,
pengamatan dengan teori berjalan beriringan. Ia membagi masyarakat menjadi atas statika
sosial dan dinamika sosial.
f. Marxisme
Pendirinya ialah Karl Marx (1818-1883) yang aliran filsafatnya merupakan perpaduan antara
metode dialektika Hegel dan materialisme Feuerbach. Marx mengajarkan bahwa sejarah
dijalankan oleh suatu logika tersendiri, dan motor sejarah terdiri hukum-hukum sosial
ekonomis. Baginya filsafat bukan hanya tentang pengetahuan dan kehendak, melainkan
tindakan, yakni melakukan sebuah perubahan, tidak hanya sekedar menafsirkan dunia. Yang
perlu diubah adalah kaum protelar harus bisa mengambil alih peranan kaum borjuis dan
kapitalis melalui revolusi, agar masyarakat tidak lagi tertindas.
5. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)
Pokok pemikirannya dikenal dengan istilah logosentris, yakni teks menjadi tema sentral
diskursus para filosof. Hal ini dikarenakan ungkapan-ungkapan filsafat cenderung
membingungkan dan sulit untuk dimengerti. Padahal tugas filsafat bukanlah hanya sekedar
membuat pernyataan tentang suatu hal, namun juga memecahkan masalah yang timbul akibat
ketidakpahaman terhadap bahasa logika, dan memberikan penjelasan yang logis atas
pemikiran-pemikiran yang diungkapkan.
Pada zaman ini muncul berbagai aliran filsafat dan kebanyakan dari aliran-aliran tersebut
merupakan kelanjutan dari aliran-aliran filsafat yang pernah berkembang pada zaman
sebelumnya, seperti Neo-Thomisme, Neo-Marxisme, Neo-Positivisme dan sebagainya.

3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.
Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip
dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal
budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya,
ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi
untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan
memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola.
Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan
menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan.
Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki.

Jenis Pengetahuan
Khususnya dalam pokok bahasan Manajemen Pengetahuan, terdapat dua jenis utama
pengetahuan bila dilihat dari perihal eksplisitasnya:

Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman
seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi,
perspektif, dan prinsip. Pengetahuan diam seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang
lain baik secara tertulis ataupun lesan. Kemampuan berbahasa, mendesain, atau
mengoperasikan mesin atau alat yang rumit membutuhkan pengetahuan yang tidak selalu bisa
tampak secara eksplisit, dan juga tidak sebegitu mudahnya untuk mentransferkannya ke orang
lain secara eksplisit.
Contoh sederhana dari pengetahuan implisit adalah kemampuan mengendara sepeda.
Pengetahuan umum dari bagaimana mengendara sepeda adalah bahwa agar bisa seimbang,
bila sepeda oleh ke kiri, maka arahkan setir ke kanan. Untuk berbelok ke kanan, pertama
belokkan dulu setir ke kiri sedikit, lalu ketika sepeda sudah condong ke kenan, belokkan setir
ke kanan. Tapi mengetahui itu saja tidak cukup bagi seorang pemula untuk bisa menyetir
sepeda.
Seseorang yang memiliki pengetahuan implisit biasanya tidak menyadari bahwa dia
sebenarnya memilikinya dan juga bagaimana pengetahuan itu bisa menguntungkan orang
lain. Untuk mendapatkannya, memang dibutuhkan pembelajaran dan keterampilan, namun
tidak lantas dalam bentuk-bentuk yang tertulis. Pengetahuan implisit seringkali berisi
kebiasaan dan budaya yang bahkan kita tidak menyadarinya.

Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan dalam
wujud nyata berupa media atau semacamnya. Dia telah diartikulasikan ke dalam bahasa
formal dan bisa dengan relatif mudah disebarkan secara luas. Informasi yang tersimpan di
ensiklopedia (termasuk Wikipedia) adalah contoh yang bagus dari pengetahuan eksplisit.
Bentuk paling umum dari pengetahuan eksplisit adalah petunjuk penggunaan, prosedur, dan
video how-to. Pengetahuan juga bisa termediakan secara audio-visual. Hasil kerja seni dan
desain produk juga bisa dipandang sebagai suatu bentuk pengetahuan eksplisit yang
merupakan eksternalisasi dari keterampilan, motif dan pengetahuan manusia.
Bagaimana membuat pengetahuan implisit menjadi eksplisit merupakan fungsi utama dari
strategi Manajemen Pengetahuan.

Pengetahuan empiris
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai
pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan
melakukan pengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris
tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat

melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia
yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin
organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.

Pengetahuan rasionalisme
Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal budi.
Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada
pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2
bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah
pemikiran logis akal budi.

Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan


Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas
dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh
dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

Informasi
Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah "that of which one is
apprised or told: intelligence, news". Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah
sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer
pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan
oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data,
teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data. Adanya perbedaan definisi
informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible),
sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan
pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.

4. Metode ilmiah
- Definisi Metode Ilmiah
Kata metode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata depan meta (menuju,
melalui, mengikuti) dan kata benda hodos (jalan, cara, arah). Kata methodos berarti:
penelitian, metode ilmiah, uraian ilmiah, yaitu cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh
pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta
membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang
dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu
hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu, dimana ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh lewat metode ilmiah. Metode
ilmiah merupakan ekspresi tentang cara bekerja pikiran yang diharapkan mempunyai
karakteristik tertentu berupa sifat rasional dan teruji sehingga ilmu yang dihasilkan bisa
diandalkan. Dalam hal ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif
dan induktif dalam membangun pengetahuan.
Teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasionil yang berkesuaian dengan objek yang
dijelaskannya, dengan didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. Secara
sederhana maka, hal ini berarti bahwa semua teori ilmiah harus memenuhi 2 syarat utama
yaitu :
1. Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya
kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
2.

Harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang bagaimana pun
konsistennya sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima
kebenarannya secara ilmiah.
-

Langkah-langkah Metode Ilmiah


Pendekatan rasional yang digabungkan dengan pendekatan empiris dalam langkah

menuju dan dapat menghasilkan pengetahuan inilah yang disebut metode ilmiah. Alur
berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang
mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan
proses logico-hypothetico-verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah berikut:
a. Perumusan masalah
Merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batasannya dan faktor yang terkait
dapat diidentifikasi.
b. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis.
Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai
faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan, yang disusun secara
rasionil berdasarkan premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya.

c. Perumusan hipotesis
Merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya
merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d. Pengujian hipotesis
Merupakan pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk
memperlihatkan adanya fakta pendukung hipotesis.
e. Penarikan kesimpulan
Merupakan penilaian diterima atau tidaknya sebuah hipotesis.
Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah
karena telah memenuhi persyaratan keilmuan, yaitu mempunyai kerangka kejelasan yang
konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya dan telah teruji kebenarannya.
Keseluruhan langkah tersebut harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut
ilmiah. Hubungan antara langkah yang satu dengan lainnya tidak terikat secara statis
melainkan bersifat dinamis dengan proses pengkajian ilmiah yang tidak semata
mengandalkan penalaran melainkan juga imajinasi dan kreativitas. Pentingnya metode ilmiah
bukan saja dalam proses penemuah ilmu pengetahuan, namun terlebih lagi dalam
mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuwan.

5. Struktur Pengetahuan Ilmiah


Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diproses dengan metode ilmiah dan
memenuhi syarat-syarat keilmuan (Jujun, 2005). Sedangkan menurut Peursen, pengetahuan
ilmiah ialah pengetahuan yang terorganisasi dengan sistem dan metode berusaha mencari
hubungan-hubungan tetap diantara gejala-gejala (Bakker,1990). Piaget juga mendefenisikan
pengetahuan ilmiah sebagai hasil penyesuaian terhadap kenyataan, yang menggambarkan
latar belakang hayati maupun kejiwaan dari ilmu (Peursen, 2003).
Dari berbagai defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan hasil penyesuaian terhadap kenyataan yang diperoleh dengan metode ilmiah dan
memenuhi syarat-syarat keilmuan. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah sering diistilahkan
dengan ilmu.
Dalam kaitannya dengan pengetahuan dan metode ilmiah, Gie (1997) menyatakan
bahwa ilmu adalah kesatuan antara pengetahuan, aktivitas, dan metode. Ketiga hal tersebut

merupakan kesatuan logis yang harus ada secara berurutan. Ilmi harus diusahakan dengan
aktivitas, aktivitas harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis
itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan interaksi di antara aktivitas,
metode, dan pengetahuan menyusun suatu ilmu.

Struktur Pengetahuan Ilmiah meliputi hal-hal dibawah ini yakni :

Hipotesa adalah perkiraan atau penjelasan awal suatu masalah

Teori adalah suatu hipotesa yang telah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah

Hukum adalah teori yang telah diuji coba berkali-kali dimana hasil uji coba dari teori
tersebut selalu sama

Aksioma atau Postulat adalah suatu pernyataan yang dianggap sudah benar dan tidak
perlu dibuktikan lagi

Prinsip adalah dasar

Asumsi adalah suatu pernyataan yang dianggap sudah benar untuk mengambil suatu
deduksi atau induksi berikutnya dimana pernyataan tersebut harus didasari oleh bukti
atau fakta empiris

Adapun sarana berpikir ilmiah meliputi hal-hal dibawah ini :

Bahasa

Matematika / Deduksi

Probabilitas / Induksi

Dimana dalam prakteknya 3 hal diatas memerlukan model dimana model merupakan suatu
simbol yang mewakili keadaan / benda yang lain.

Anda mungkin juga menyukai