Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

BAHASA TABLIGH DENGAN LISAN DAN TULISAN


Untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Bahasa Tabligh
Dosen pengampu: Arif Nurjaman, M.Kom.I

Disusun oleh:
Restu Kurnia Putri 1214020147
Rio Ramadhan 1214020149
Selvia Agustin 1214020158
Siti Marsela 1214020162
Sonya Isma Aqilah 1214020166
Zulfa Yusriyyah 1214020184

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur alhamdulillah atas rahmat dan ridho Allah SWT, karena
dengan rahmat dan ridho-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Bahasa Tabligh dengan judul “Bahasa Tabligh dengan Lisan dan Tulisan”.
Selain itu, penyusunan dan penulisan dari makalah ini bertujuan untuk menjadi
media informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai materi terkait tema
tersebut.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Arif Nurjaman,
M.Kom.I selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Tabligh. Berkat tugas yang
diberikan, dapat menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang
diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
membantu selama proses penyusunan dan penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami
memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan
dalam makalah ini. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
terhadap kesalahan dalam makalah ini. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandung, 09 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4

A. Bahasa Tabligh dengan Lisan...............................................................4


1. Jenis Bahasa Lisan....................................................................4
2. Variasi Bahasa Lisan................................................................7
3. Sikap Bahasa Lisan...................................................................10
4. Masyarakat Tutur......................................................................11
5. Substansi Penggunaan Bahasa Tabligh Melalui Lisan.............11
B. Bahasa Tabligh dengan Tulisan............................................................16
1. Jenis Bahasa Tulisan.................................................................16
2. Perencanaan Tulisan.................................................................16
3. Tulisan yang Kurang Disukai Pembaca....................................17
4. Kegagalan Penulisan.................................................................18
5. Substansi Penggunaan Bahasa Tabligh Melalui Tulisan..........19
C. Cara Mengaplikasikan Bahasa Tabligh dengan Lisan dan Tulisan......22

BAB III PENUTUP.........................................................................................25

A. Kesimpulan...........................................................................................25
B. Saran.....................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk
menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat
bagi seluruh alam. Dalam dakwah kita mengenal tabligh yang merupakan cabang
dari kegiatan dakwah. Kata tabligh berasal dari kata Bahasa Arab ballaga-
yuballigu-tablighan yang berarti menyampaikan. Tabligh merupakan kata kerja
transitif yang berarti membuat seseorang, menyampaikan atau melaporkan.

Tabligh adalah memberikan informasi yang benar, pengetahuan yang faktual


dan hakikat pasti yang bisa menolong atau membantu manusia untuk membentuk
pendapat yang tepat dalam suatu kejadian atau dari berbagai kesulitan. (Dalam al-
ushul al-I’lan al- Islamy). Dalam konteks ajaran Islam, tabligh adalah
menyampaikan dan pemberitaan tentang ajaran-ajaran Islam kepada umat
manusia, yang dengan penyampaian dan pemberitaan tersebut, pemberita menjadi
terlepas dari beban kewajiban memberikan dan pihak penerima berita mejadi
terikat dengannya. Dari segi sifat perintah tabligh tidak bersifat insidental.
Melainkan bersifat continue. Perintah langsung dari Allah SWT kepada Nabi
Muhammad Saw sampai kepada umatnya (on going process).

Dalam dakwah, kita mengenal dengan dimensi kerisalahan (bi ahsan al- qaul)
yang merupakan penyampaian nilai kebenaran sebagaiman disebutkan dalam QS.
Al-Maidah ayat 67. Dalam dimensi kerisalahan terdapat dua jenis penyampaian
pesan tabligh, yaitu isyad yang bermakna internalisasi atau proses penakluakan
ilham taqwa terhadap ilham fujur, selain itu irsyad juga bermakna transmisi atau
proses memberitahukan dan membimbing terhadap individu, dua orang atau lebih
dan memberikan solusi atas permasalahan kejiwaan yang dihadapi. Kemudian ada
tabligh yang memiliki makna trasmisi dan difusi yang berarti proses

1
penyebarluasan ajaran Islam dengan Bahasa lisan dan tulisan melalui ragam
media kepada orang banyak.

Kata bahasa berasal dari Sanskerta भाषा, bahāṣā yang berarti kemampuan yang
dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan
tanda, misalnya kata dan gerakan. Menurut Plato Bahasa adalah pernyataan
pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda) dan rhemata
(ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat
mulut. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang berkembang
berdasarkan suatu aturan yang disepakati oleh pemakainya. Bahasa Tabligh
adalah kemampuan yang dimiliki manusia dalam menyampaikan ajaran Islam
kepada umat manusia dengan menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan.
Hakikat bahasa tabligh meliputi: bahasa sebagai pegangan pokok dalam
melakukan tabligh, tabligh yg disampaikan lebih hidup dan mudah dipahami oleh
mubalagh, tabligh menjadi lebih variatif dan atraktif, dan mempermudah dalam
kelancaran para mubaligh ketika berdakwah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis bahasa lisan?
2. Bagaimana variasi dalam bahasa lisan?
3. Bagaimana sikap dalam menggunakan bahasa lisan?
4. Apa yang dimaksud dengan masyarakat tutur?
5. Apa saja jenis bahasa tulisan?
6. Bagaimana perencanaan dalam penulisan?
7. Bagaimana tulisan yang kurang disukai pembaca?
8. Bagaimana contoh kegagalan dalam penulisan
9. Bagaimana cara mengaplikasikan bahasa tabligh dengan lisan dan
tulisan?

2
C. Tujuan
1. Mengetahuin jenis bahasa lisan.
2. Mengetahui variasi dalam bahasa lisan.
3. Mengetahui sikap dalam menggunakan bahasa lisan.
4. Mengetahui yang dimaksud masyarakat tutur.
5. Mengetahui jenis bahasa tulisan.
6. Mengetahui perencanaan dalam penulisan.
7. Mengetahui tulisan yang kurang disukai pembaca.
8. Mengetahui contoh kegagalan dalam penulisan.
9. Mengetahui cara mengaplikasikan bahasa tabligh dengan lisan dan
tulisan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahasa Tabligh dengan Lisan

Tabligh dengan bahasa lisan artinya penyampaian informasi atau pesan


dakwah melalui lisan seperti ceramah atau komunikasi langsung secara tatap
muka atau face to face antara subjek dan objek tabligh. Tabligh dengan cara ini
akan menjadi efektif bila disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti
khutbah jum’at atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut
ibadah praktis, konteks kajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog
dengan hadirin.

1. Jenis Bahasa Lisan

Penjenisan bahasa secara sosiolinguistik tidak sams dengan penjenisan


(klasifikasi) bahasa secara geneologis dan tipologis berkenaan dengan ciri-ciri
internal bahasa-bahasa itu; sedangkan penjenis secara sosiolinguitik berkenaan
dengan faktorfaktor eksternal bahsa atau bahasa-bahasa itu yakni factor
sosiologis, politis, dan cultural.

1. Jenis Bahasa berdasarkan sosiologis

Penjenisan berdasarkan factor sosiologis, artinya, penjenisan itu tidak terbatas


pada struktur internal bahasa, tetapi juga berdasarkan factor sejarahnya, kaitanya
dengan sistem linguistik lain dan pewarisa dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Penjenis secara sosiologis ini penting untuk menentukan satu system
linguistic tertentu, apakah bisa disetujui atau tidak oleh anggota masyarakat tutur
untuk menggunakan dalam fungsi tertentu, misalnya sebagai bahasa resmi
kenegaraan, dan sebagainya

4
Stewart (dalam fishman (ed.) 1968) mengunakan empat dasar untuk
menjeniskan bahasa-bahasa secara sosiologis, yaitu (1) standardisasi, (2) otonomi,
(3) historisitas, dan (4) vitalitas. Keempat factor itu oleh fishman (1972: 18)

Standrdisasi atau pembukaan adalah adanya kodifikasi dan penerimaan


terhadap sebuah bahasa oleh masyarakat pemakai bahasa itu akan seperangkat
kaidah atau norma yang menentukan pemakaian “bahsa yang besar” (bandingkan
fishman (ed.) 1968: 534). Jadi, standarsasi ini mempersoalkan apakah sebuah
bahasa memiliki kaidah-kaidah atau norma-norma yang sudah dikodifikasikan
atau tidak yang diterima oleh masyarakat tutur atau merupakan dasar dalam
pengajaran bahasa, baik sebagai bahasa pertama maupun bahasa kedua. Kodifikasi
ini tentunya harus diterima oleh masyarakat berupa penerimaan kaidah-kaidah itu
serta dibantu oleh pemerintah untuk masyarakatkan kaidah-kaidah tadi.
Standardisasi tampaknya merupakan satu cirri bahasa “yang di haruskan”, bukan
satu cirri yang sudah ada secara internal dalam bahasa itu (lihat Bell 1976: 48).
Ragam baku biasanya di pilih dan ditetapkan dari salah satu variasi regional
maupun social.
            Otonomi atau keotonomian Sebuah sistem linguistik disebut mempunyai
keotonomian kalau system linguistic itu memiliki kemandirian system yang tidak
berkaitan dengan bahasa lain (fishman 1968: 535). Jadi, kalau ada dua system
linguistik atau lebih tidak mempunyai hubungan kesejarahan, maka berrarti
keduanya memiliki keotonomian masing-masing.
            Historisitas atau kesejarahan sebuah sistem linguistik dianggap
mempunyai historisitas kalau diketahui atau dipercaya sebagai hasil
perkembangan yang normal pada masa yang lalu (fishman 1968: 535). Factor
kesejarahan ini berkaitan dengan tradisi dari etnik tertentu. Jadi, faktor historisitas
ini memperolehkan, apakah system linguistik itu tumbuh melalui pemakaian oleh
kelompok etnik atau social tertentu atau tidak.
            Vitalitas atau keterpakaian yang dimaksud dengan vitalitas adalah
pemakaian sistem linguistik oleh masyarakat penutur asli yang tersolasi (fishman
5
1968: 536). Jadi unsure vatalitas ini mepersoalkan apakah sistem linguistik
tersebut memiliki penutur asli yang masih menggunakan atau tidak. Bahasa bisa
saja kehilangan vatalitasnya kalau para penutur aslinya telah musnah atau telah
meninggalkanya (lihat Bell 1976: 148; juga Ayatrohaedi dalam Muhadjir dan
Basuki 1990: 262-270)

2. Jenis bahasa berdasarkan sikap politik


            Berdasarkan sikap politik atau social politik kita dapat membedakan
adanya bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa Negara, dan bahasa persatuan.
Sebuah sistem linguistik disebut sebagai bahasa nasional, seringkali juga
disebut sebagai bahasa kebangsaan, adalah kalau system linguistik itu diangkat
oleh suatu bangsa (dalam arti kenegaraan) sebagai salah satu identitas
kenasionalan bangsa itu.
Yang dimaksud dengan bahasa Negara adalah sebuah system linguistik
yang secara resmi dalam undang-undang dasar sebuah Negara ditetapkan sebagai
alat komunikasi resmi kenegaran. Artinya, segala urusan kenegaraan, administrasi
kenegaraan, dan kegiatan-kegiatan kenegaraan dijalankan dengan menggunakan
bahasa itu.
Yang dimaksud dengan bahasa resmi adalah sebuah system linguistik yang
ditetapkan untuk digunakan dalam suatu pertemuan, seperti seminar, konfersi,
rapat, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan bahasa persatuan adalah dilakukan oleh suatu
bangsa dalam kerangka perjuangan, di mana bangsa yang berjuang itu merupakan
masyarakat multilingual. Kebutuhan akan adanya sebuah bangsa persatuan adalah
untuk mengikat dan mempererat rasa persatuan sebagai satu kesatuan bangsa.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa bahasa nasional, bahasa Negara,
bahasa resmi, dan
Bahasa persatuan di Indonesia mengacu pada suatu system linguistik yang sama,
yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan di Filipina, di India, dan di Singapura tidak.
6
3. Jenis bahasa berdsarkan tahap pemerolehan
Berdasarkan pemerolehannya dapat dibedakan adanya bahasa ibu, bahasa
pertama, dan bahasa kedua dan bahasa asing. Penanaman bahasa ibu dan bahasa
pertama adalah mengacu pada satu system linguistik yang sama. Yang disebut
bahasa ibu adalah satu system linguistik yang pertama kali dipelajari secara
alamiah dari ibu atau keluarga yang memelihara seorang anak.
Bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama (disingkat BI) karena
bahasa itulah yang pertama-tama dipelajarinya. Kalau si anak mempelaji bahasa
lain yang bukan bahasa ibunya maka bahasa lain yang dipelajarinya itu disebut
bahasa kedua (disingkat B2). Andaikata kemudian si anak mempelajari bahasa
lain lagi maka bahasa yang dipelajari terakhir ini disebut bahasa ketiga (disingkat
B3).
Yang disebut bahasa asing akan selalu merupakan bahasa kedua bagi
seorang anak. Di samping itu penanaman bahasa asing ini juga bersifat politis
yaitu bahasa digunakan oleh bangsa lain.

4. Lingua Franca
Lingua franca adalah sebuah system linguistik yang digunakan sebagai alat
komunikasi sementara oleh para partisipanyang mempunyai bahasa ibu yang
berbeda.
Pemilihan satu system linguistik menjadi sebuah lingua franca adalah
berdasarkan adanya kesalingpahaman diantara sesame mereka.
Karena dasar pemilihan lingua franca adalah keterpahaman atau
kesalingpengertian dari para partisipan yang menggunakannya maka bahasa apa
pun baik sebuah langue, piji, maupun kreol dapat menjadi sebuah lingua franca.

2. Variasi Bahasa Lisan

7
Ragam lisan adalah suatu variasi bahasa yang menggunakan unsur bahasa
yanghanya dapat ditangkap melalui indera pendengaran untuk berinteraksi
atauberkomunikasi dengan orang lain (Fuad, 2005: 8).

Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu
dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman
fungsi bahasa itu.Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya
keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah
ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alatinteraksi dalam kegiatan masyarakat
yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak.
Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya
keragaman sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial.

Variasi terbagi menjadi dua pandangan, yaitu :

Variasi atau ragam dilihat sebagai akibat adanya keragaman social penutur
dan fungsi Bahasa. Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya
adalah variasi bahasa yang disebut dialek, yakni variasi bahasa yang bersifat
perseseorangan.

Variasi dari segi pemakaian. Variasai bahasa yang berkenaan dengan


pengunaaannya, pemakaiannya, atau fungsinya di sebut fungsiolek (Nababan
1984), ragam, atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang
pengunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana pengunaan.

Variasi dari segi keformalan, terbagi menjadi dua diantaranya:

 Ragam beku adalah variasi bahasa yang faling formal, yang digunakan
dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upcara resmi.
 Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan,
buku-buku pelajaran, dan sebagainya.

8
 Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim
digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau
pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produk.
 Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan
dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau
teman akrab pada waktu beristirahat, berolah raga, berkereasi, dan
sebaginya.
 Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan
oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota
keluarga, atau antarteman yang sudah akrab.

Variasi dari segi sarana. Variasi bahasa yang dapat pula dilihat dari segi
sarana atau jalur yang digunakan.  Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini
karena dalam berbahasa lisan atau dalam mneyampaikan informasi secara lisan,
kita dibantu oleh unsur-unsur nonsegmental atau unsur nonlinguistik yang berupa
nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejala-gejala fisik
lainnya. Padahal di dalam ragam bahasa tulis, hal-hal yang disebutkan itu tidak
ada (Chaer dan Agustina, 1995: 95).

Variasi atau ragam Bahasa itu sudah memenuhi fungsinya sebagai alat
interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beragam

Abdul Chaer dan Leonie Agustina (1995:79), menyatakan bahwa variasi


bahasa ditentukan oleh faktor waktu, tempat, sosiokultural, situasi dan medium
pengungkapan.

Menurut Mansoer Pateda (1990: 52), variasi bahasa dilihat dari segi
tempat, segi waktu, segi pemakai, segi pemakainya, segi situasi, dan dari status
sosialnya. Dalam variasi bahasa terdapat pola-pola bahasa yang sama, pola-pola
bahasa itu dapat dianalisis secara deskriptif, dan pola-pola yang dibatasi oleh
makna tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi.

9
 Mac David (1969) dimensi regional, dimensi social, dimensi temporal.
 Hartman dan Stroke (1972) terdiri dari latar belakang, geografis, dan
social penutur, medium yang digunakan, poko pembicaraan.
 Preston dan shuy (1979) penutur, interaksi, kode, dan realisasi.

3. Sikap Bahasa Lisan

Sikap Bahasa atau Language Attitude adalah posisi mental atau perasaan
terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain (Kridalaksana, 2001:197). Dalam
bahasa Indonesia kata sikap dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi berdiri yang
tegak, perilaku atau gerak-gerik, dan perbuatan atau tindakan yang dilakukan
berdasarkan pandangan (pendirian, keyakinan, atau pendapat) sebagai reaksi atas
adanya suatu hal atau kejadian.

Sikap merupakan fenomena kejiwaan, yang biasanya termanifestasi dalam


bentuk tindakan atau perilaku. Sikap tidak dapat diamati secara langsung. Untuk
mengamati sikap dapat dilihat melalui perilaku, tetapi berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa apa yang nampak dalam perilaku tidak selalu menunjukkan
sikap. Begitu juga sebaliknya, sikap seseorang tidak selamanya tercermin dalam
perilakunya.

Menurut Allport (1935), sikap adalah kesiapan mental dan saraf, yang
terbentuk melalui pengalaman yang memberikan arah atau pengaruh yang dinamis
kepada reaksi seseorang terhadap semua objek dan keadaan yang menyangkut
sikap itu. Sedangkan Lambert (1967) menyatakan bahwa sikap itu terdiri dari tiga
komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
Penjelasan ketiga komponen tersebut sebagai berikut.

 Komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan mengenai alam


sekitar dan gagasan yang biasanya merupakan kategori yang dipergunakan
dalam proses berpikir.

10
 Komponen afektif menyangkut masalah penilaian baik, suka atau tidak
suka, terhadap sesuatu atau suatu keadaan, maka orang itu dikatakan
memiliki sikap positif. Jika sebaliknya, disebut memiliki sikap negatif.

 Komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai “putusan


akhir” kesiapan reaktif terhadap suatu keadaan.

4. Masyarakat Tutur
 Suatu kelompok orang atau suatu masyarakat yang mempunyai verbal
repertoire yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama
terhadap norma-norma pemakaian Bahasa yang digunakan.
 Fishman (1976:28) masyarakat tutur ialah suatu masyarakat yang anggota-
anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi tutur beserta norma-
norma yang sesuai dengan pemakaiannya.

5. Substansi Penggunaan Bahasa Tabligh Melalui Lisan

Secara sederhana dakwah bil lisan adalah dakwah yang


menggunakan kata- kata ucapan untuk menyampaikan isi atau pesan
dakwah. Sebagaimana lisan yang berarti bahasa, atau ucapan. Sehingga
dakwah bil lisan dapat diartikan sebagai penyampaian pesan dakwah
melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi antara da’i dan mad’u.Yang
dimana dalam dakwah bi lisan ini sering digunakan di masyarakat saat
pengajian maupun saat peringatan hari-hari tertentu karena menganggap
metode ini cukup efisien untuk dilakukan.

Kelebihan Dakwah Bil Lisan

a. Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan (materi


dakwah) sebanyak-banyaknya.
b. Memungkinkan da’i menggunakan pengalaman,

11
keistimewaan dan kebijaksanaannya sehingga mad’u mudah
tertarik dan menerima ajarannya.
c. Da’i lebih mudah menguasai seluruh mad’unya.

d. Bila diberikan dengan baik, dapat menstimulir mad’u untuk


mempelajari materi atau isi kandungan yang telah disampaikan.
e. Biasanya dapat meningkatkan derajat atau status dan popularitas da’i.

f. Metode ceramah ini lebih fleksibel. Artinya mudah disesuaikan


dengan situasi dan kondisi serta waktu yang tersedia, jika waktu
terbatas dan sedikit bahan materi atau pesan dakwah dapat
dipersingkat (dapat diambil pokok- pokok materi). Dan sebaliknya
disampaikan bahan yang sebanyak- banyaknya dan lebih
mendalam.

Kekurangan Dakwah Bil Lisan

a. Da’i sukar mengetahui pemahaman mad’u terhadap pesan dakwah


yang disampaikan.

b. Metode ceramah lebih sering bersifat komunikasi satu arah (one-


way communication channel).
c. Sukar menjajaki pola berpikir mad’u dan pusat pehatiannya.

d. Da’i cenderung bersifat otoriter.

e. Apabila da’i tidak dapat menguasai keadaan dan kondisi saat


ceramah, biasanya ceramah akan sedikit membosankan. Namun
bila terlalu berlebihan teknis dakwah, dikhawatirkan inti dan isi
ceramah menjadi kabur dan dangkal.

Macam-Macam Tabligh Melalui Lisan

1. Khotbah

12
Kata khotbah berasal dari susunan tiga huruf, yaitu kha’, tha’, ba’
yang dapat berarti pidao atau meminang. Arti asal khotbah adalah
bercakap-cakap tentang masalah yang penting. Dari pengertian tersebut
kemudia dapat dikatakan khotbah merupakan pidato yang disampaikan
untuk menunjukkan kepda pendengar mengenai pentingnya suatu
pembahasan. Khotbah merupakan bagian dari kegiatan dakwah secara
lisan, yang biasanya dilakukan pada upacara-upacara agama seperti,
khotbah Jumat dan khotbah hari-hari besar Islam, yang masing-masing
mempunyai corak, rukun, dan syarat masing-masing.

2. Nasehat

Nasehat merupakan suatu tindakan yang dimana dilakukan untuk


mengkehendaki kebaikan seseorang, dan merupakann suatu kawajiban
bagi setiap muslim agar saling menjaga kaegamaan satu sama lain. Seperti
ketika seorang anak yang melakukan suatu kesalahan maka sebagai orang
tua yang mengkehendaki agar anaknya tidak melakukan kesalahan yang
sama tersebut, maka orang tua kemudian menasehati anaknya agar tidak
melakukan kesalahan tersebut. Sama halnya saat seseorang melakukan
suatu kesalahan maka kita sebagai da’i alangkah bainya jika kita kemudian
memberitahu dengan cara menasehatinya bahwa yng dilakukannya itu
kurang baik dan alangkah lebih baiknya jika kita juga menasehatinya agar
melakukan hal yang seharusnya yang sesuai dengan ajaran Islam.

3. Diskusi
Dakwah dengan menggunakan metode diskusi ini dapat
memberikan peluang kepada peserta diskusi atau mad’u untuk memberikan
sumbangan pemikiran terhadap suatu masalah atau materi dakwah yang
disampaikan, yang kemudian akan menimbulkan beberapa kemungkinan
jawaban yang dapat dijadikan sebagi alternatif pilihan jawaban yang lebih
beragam. Karena dalam metode diskusi ini dimaksudkan sebagai suatu
13
kegiata pertukaran pikiran seperti gagasan maupun pendapat yang
dilakukan oleh beberapa orang yang membahas suatu permasalahan
tertentu secara teratur dan mempunyai tujuan untuk mencari kebenaran
yang mendekati realitas yang ada.

4. Tanya Jawab
Dalam metode tanya jawab ini biasanya dilakukan bersamaan
dengan metode lainya seperti metode ceramah maupun diskusi. Metode
tanya jawab merupakan metode yang dilakukan dengan menggunakan
tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana pemikiran seseorang yang
dalam hal ini yaitu mad’u dalam memahami atau menguasai materi
dakwah, dan dimkasudkan dengan begitu dapat merangsang perhatian dari
mad’u. Metode tanya jawab ini dipandang efektif dalam kegiatan dakwah,
kerena dengan metode ini objek dakwah dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang belum dikuasai oleh mad’u sehingga akan timbul
feedback antara subjek dan ojek dakwah.

Sasaran Tabligh Melalui Lisan


1. Media Tatap Muka Sebagai Media Komunikasi

Media tatap muka merupakan media komunikasi yang sangat efektif dalam
menyanpaikan informasi atau pesan, karena media dapat manghasilkan
respon secara langsung.dan dalam pertemuan ada makna tertentu yang
tidak dimiliki oleh media komunikasi lainnya, maka media ceramah,
diskusi perkuliahan yang bersifat langsung merupakan media yang paling
efektif dalam mnyampaikan pesan atau tabligh serta paling mampu
melahirkan respon dari publik.

Bila kita cermati bersama media ini sebetulnya merupakan salah


satu media yang cukup murah, praktis dan strategis. Murah karena tidak
memerlukan biaya yang mahal, kita hanya datang, bertemu kemudia apa

14
yang kita inginkan atau kita sampaikan bisa langsung sampai pada yang
bersangkutan dan apabila kurang adanya kejelasan kita langsung bisa
bertanya dan saat itu juga suasana bisa terselesaikan karana ada
kesepahaman dengan apa yang kita inginkan. Praktis karena media ini
tanpa mengenal basa-basi bahkan layaknya kita menjalin hubungan
silaturahim, panjang umur, banyak rizki dan banyak saudara karena kita
bertemu langsung dengan kita bertemu lewat telepon tentunya auranya
adalah berbeda. Strategis, media ini mampu membangkitkan gairah dan
pertemanan yang luar biasa disaat kita tidak pernah bertemu kemudia saat
ini kita bisa bertemu langsung pasti kerinduan yang selama ini terpendam
akan terasa lega dan bahagia.

2. Media Audio Visual

Media yang berupa audio visual seperti teater, film, dan televisi.
Media ini dapat dipakai untuk menerangkan idea atau pesan dengan
metode modern seperti cerita atau kisah yang dibacakan;bisa juga berupa
pagelaran drama.media ini harus benar-benar mendapat perhatian,karena
kelebihannya yang dapat menggapai sasaran sampai ke rumah-rumah dan
bisa dibawa ke mana saja dan kapan saja. Eksistensi dan keberadaan media
dalam hal ini media dakwah melalui teater, film dan televisi merupakan
wasilah media dakwah yang amat besar manfaatnya, sebab ia termasuk
dari beberapa media sebagai pembentuk opini masyarakat hampir bisa
dikatakan sebagai menu yang istimewa. Masyarakat saat ini mendambakan
informasi actual dan selalu dapat mengikuti perkembangan dunia. Tabligh
melalui media film dan televisi ini dapat membentuk informasi dakwah
islam, semisal penulisan artikel-artikel tentang keislaman, maupun kisah-
kisah sejarah islam yang dikemas dengan gaya bahasa yang sangat bagus
melalui media audi visual sehingga menarik untuk kita kaji.

15
3. Media individual

Media individual seperti siaran radio, kaset-kaset acara tabligh atau


pelajaran, baik berupa kaset ataupun CD yang pada masa sekarang ini
banyak tersedia di mana-mana. Masing-masing media tentunya memiliki
karakteristik yang berbeda-beda serta memiliki kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Seperti contoh radio memiliki kelebihan
dapat didengar dimanapun tempatnya bahkan di seluruh penjuru dunia
melalui streaming, harganya pun terjangkau.

B. Bahasa Tabligh dengan Tulisan

Memasuki zaman global sepeti saat ini, penyampaian pesan tabligh


melalui tulisan baik dengan menerbitkan kitab-kitab, majalah, internet, koran dan
tulisan-tulisan yang mengandung pesan tabligh sangat penting dan efektif.
Keuntungan lain dari model ini tidak menjadi musnah meskipun sang muballig
atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut metode ini Rasulullah SAW bersabda
“Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”.

1. Jenis Bahasa Tulisan

Setiap jenis tulisan memiliki ciri yang khas. Semua orang bisa menguasai
jenis tulisan apapun. Pada dasarnya keterampilan menulis merupakan kecerdasan
linguistik (kecerdasan dalam berbahasa). Kecerdasan bisa lahir dari kehendak atau
niat. Lalu turun menjadi kebiasaan, kemudian jika terus diasah akan menjadi
sebuah keterampilan. Berikut adalah jenis tulisan:

a. Fiksi (misalnya: cerita pendek, novel, drama, puisi).


b. Nonfiksi (misalnya: buku teks, artikel, berita, esai, laporan, resume).
c. Faksi (misalnya: feature, diary, memoar, biografi, autobiografi).

16
2. Perencanaan Tulisan

 Akan menggarap fiksi, nonfiksi, atau


Jenis Tulisan faksi
 Siaran pers, advertorial, artikel, feature,
Surat pembaca, buku, dsb.
 Anak-anak, remaja, dewasa
Sasaran Pembaca  Wanita, pria, atau unisex
 Spesialis atau umum
 Formal atau nonformal
Gaya Penulisan  Serius atau populer
 Mengenalkan cara pengemasan naskah
baru
 In-house media
Penerbitan  Eksternal media (media massa)
 Target atau deadline naskah harus selesai
Waktu  Momentum penerbitan naskah
 Ketebalan naskah dan tingkat kesulitan
 Referensi yang diperlukan
Biaya  Alat dan bahan: kertas HVS, komputer,
dsb.
 Wawancara dengan pakar/objek
Riset  Percobaan atau studi pustaka

3. Tulisan yang Kurang Disukai Pembaca


 Tulisan bertele-tele
Tidak langsung membahas kepada inti, tidak jelas ujung pangkalnya dan
melantur.
17
 Alur Acak-Acakan
Alur acak acakan, adalah jalannya cerita yg tidak beraturan, tidak sesuai
dengan yg seharusnya berjalan.
 Isi menggurui, meniru/plagiat
Jangan sampai cendurung seperti menggurui karena tabligh khakikathya
hanya menyampaikan dan mengajak. Lalu Plagiat adalah pengambilan
karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-
olah karangan (pendapat) sendiri.
 Menggunakan jargon/Istilah-istilah yang sulit dimengerti
Hindari bahasa gaul yang kurang dipahami dan tidak semua orang paham.
4. Kegagalan Penulisan

Dalam hal tulis menulis juga perlu disadari beberapa kebiasaan yang membuat
kita gagal. Kebiasaan ini tentu saja salah dan tidak dianjurkan.

 Menulis terlalu banyak”pertimbangan.” Artinya, ketika kita kana menulis,


selalu dihantui dengan perasaan takut salah, merasa kurang berbobot,
merasa tidak sama dengan penulis lain yang sukses, bingung menerapkan
kaidah, dan sejenisnya. Itulah penyakitnya penulis pemula. Jika Anda
ingin memulai menulis, ya menulislah! Jangan pernah dihantui oleh
pertimbangan ini dan itu. Yang penting adalah apa yang ada dalam pikiran
Anda tulislah.
 Menulis sambil mengedit. Jangan dulu terlalu ”teliti” kalau Anda sebagai
penulis pemula! Inilah akibatnya. Ketika menulis satu kalimat saja Anda
langsung membacanya lagi berulang-ulang. Lalu kalimat kedua, Anda
mempertimbangkannya lagi tentang koherensinya, pilihan katanya, tanda
bacanya, ejaannya, dan lain sebagainya. Wah, kalau begitu kapan tulisan
Anda akan selesai? Lalu bagaimana sebaiknya? Tentu saja Anda harus
melakukannya terus. Jangan menulis sambil mengedit. Selain tidak efisien

18
waktu, juga ide-ide yang ada dalam benak Anda mungkin akan keburu
hilang karena kelelahan. Akibatnya tulisan kita tidak tuntas.
 Sering Kehabisan kata-kata. Gejalanya ketika Anda menulis satu atau dua
kalimat langsung merasa bingung, harus apa selanjutnya? Anda merasakan
bahwa”unek-unek” yang ada dalam pikiran langsung buyar, hilang entah
kemana. Ketahuilah, bahwa penyebab penyakit ini ada pada kebiasaan
Anda. Pertama, Anda kalau menulis terlalu mengunakan kalimat yang
terlalu umum. Anda kurang akrab dengan hal-hal yang lebih spesipik.
Akibatnya, ketika Anda menulis satu dua kalimat langsung bingung
kalimat apa selanjutnya lagi. Kedua, Anda tidak menguasai teori tentang
paragraf. Sering menumpuk beberapa ide pokok dalam satu paragraf.
Tadinya ide itu akan ditulis dalam satu karangan tapi ternyata ketika
ditulis Anda merasa cepat selesai hanya dengan satu paragraf saja.
Cobalah Anda baca sendiri, mungkin kalimat Anda itu perlu dijabarkan
lagi dengan kalimat penjelas-kalimat penjelas yang lain.
 Menulis pada situasi yang dipaksakan. Saya tekankan bahwa menulis itu
harus dilakukan secara enjoy. Ketika Anda menulis pastikan bahwa saat
itu kita sedang merasa fit untuk menulis. Perasaat fit di sini dapat dilihat
dari beberapa indikator. Pertama, fisik Anda sedang sehat walafiat, tidak
dalam keadaan sakit, mabuk, atau kelelahan. Kedua, pastikan bahwa
situasi lingkungan sangat kondusif. Ini penting mengingat menulis
merupakan kegiatan cukup kompleks. Pada saat menulis otot dan otak
bekerja sama secara sinergis. Di samping itu perlu didukung oleh kondisi
fsikhis yang oke. Tangan menuliskan apa yang ada di otak. Jadi walaupun
tangan siap mengoreskan pena atau menghentakan jari jemari para
keyboard komputer Anda tapi kalau otak tak memproduksikan ide, maka
apa yang kita tulis akan hambar, tak lebih dari tulisan biasa yang tidak
akan merasa tertarik untuk dibaca.

19
5. Substansi Penggunaan Bahasa Tabligh Melalui Tulisan

Dakwah bil qalam (dakwah melalui tulisan) adalah bagian dari


jurnalistik islami dan jurnalistik pada umumnya. Jurnalistik adalah proses
atau kegiatan mengolah, menulis, dan menyebarluaskan berita dan opini
melalui media massa. Dakwah bil qalam sebagai konsep dakwah melalui
pena yaitu dengan membuat tulisan di media massa. Karena menyangkut
tulisan, maka dakwah bil qalam disebut juga dakwah bil kitabah (dakwah
melalui tulisan). Metode dakwah bil qalam merupakan buah dari
keterampilan tangan dalam menyampaikan pesan dakwah. Keterampilan
tangan ini juga tidak hanya melahirkan tulisan, tetapi juga gambar atau
tulisan yang mengandung misi dakwah.

Metode ini telah diaplikasikan pada zaman Rasulullah karena, pada


saat itu, tradisi tulis menulis sudah berkembang. Terbukti ketika Rasulullah
menerima wahyu beliau langsung memerintahkan kepada para sahabat yang
memiliki kemampuan untuk menulis wahyu yang diterimanya. Padahal saat
itu secara teknis sulit untuk melakukan tulis menulis disebabkan belum
tersedianya sarana seperti kertas dan alat tulis pena. Penyampaian dakwah
seperti ini dirasa efektif di era global seperti saat ini. Penyajian berbentuk
tulisan adalah dakwah yangg dapat mengikuti perkembangan teknologi.
Pada abad ke 21 dikatakan juga sebagai zaman digital hal tersebut terlihat
pada semakin meluasnya media sosial, jejaring internet dan berbagai alat
digital sebagai sarana penunjang informasi yang digunakan masyarakat.

Kelebihan Dakwah Dengan Tulisan


a. Mempunyai bukti otentik

b. Dasar hukum yang kuat

c. Dapat disajikan lebih matang atau bersih

d. Lebih sulit dimanipulasi


20
Kekurangan Dakwah Dengan Tulisan
a. Berlangsung lambat

b. Selalu memakai alat bantu

c. Kesalahan tidak dapat langsung diperbaiki

d. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh atau mimik muka

Macam-Macam Tabligh Melalui Tulisan

1. Surat Kabar/Koran
Surat kabar boleh dikatakan sebagai media massa tertua sebelum
ditemukan film, radio, dan televisi. Surat kabar dapat dibedakan atas
periode terbit, ukuran, dan penerbitannya. Sementara itu, isinya dapat
dibedakan atas dua macam, yakni surat kabar yang bersifat umum yang
isinya yang terdiri atas berbagai macam informasi untuk masyarakat
umum, sedangkan surat kabar yang bersifat khusus isinya memiliki ciri
khas tertentu dan memiliki pembaca tertentu pula, misalnya surat kabar
untuk perdesaan, surat kabar untuk wanita, dan semacamnya. Adanya
selingan bacaan tentang dakwah dalam surat kabar/koran dapat memikat
para pencinta baca.

2. Majalah

Pers-pers Islam besar, beberapa kelompok anak muda mulai membangun


medianya sendiri, misalnya Hidayatullah, Sabili, dan Ummi. Sementara
saat itu, kelompok penerbit besar juga sudah mulai melihat umat Islam
sebagai pasar potensial. Kelompok penerbit majalah Kartini misalnya,
pada 1986 menerbitkan majalah Amanah dengan sasaran pembaca
keluarga Islam. Amanah mengawali era pers Islam yang ringan, populer
dan meriah, dengan orientasi bisnis yang kuat. Hanya sepertiga dari isi
majalah Amanah yang menurunkan artikel ajaran Islam, sementara sisanya
merupakan artikel populer.Untuk segmen remaja, kelompok Ummi juga
21
menerbitkan Annida yang memuat kisah-kisah Islami. Selain dimaksudkan
sebagai bentuk lain dari dakwah, kisah-kisah islami juga dipandang
mampu menyuguhkan kepada remaja realitas yang terjadi dalam kehidupan
sehari- hari seorang muslim.

3. Buku
Buku dapat didefinisikan sebagai sejumlah pesan tertulis yang
memungkinkan memuat banyak pesan dan memiliki arti bagi masyarakat
luas, direncanakan untuk pengetahuan publik tentang sesuatu serta direkam
dalam bahan yang tidak mudah rusak dan mudah dibawa. Tujuan
utamanya memberi penerangan, penyajikan dan menjelaskan, serta
mengabadikan sesuatu dan memindahkan pengetahuan dan informasi di
tengah masyarakat dengan memerhatikan kemudahan dan penampilan
(Taufik, 2012: 57). Jika dakwah melalui buku, penjelsan dalam pesan
dakwah tersebut menjadi lebih mendalam dan terperinci.

Sasaran Tabligh Melalui Tulisan


Banyak cara untuk berdakwah. Para da’i menggunakan media
sosial sebagai media dakwah dengan cara aktif berbagi tulisan karya-karya
mereka. Para da’i telah menyuguhkan pesan-pesan moral yang dapat
diterima oleh objek dakwah. Pesan da’i di media sisial berbentuk kisah,
puisi, kata mutiara dan essai. Materi dakwah mereka berkaitan tentang
akidah, syariah, dan akhlak sebagai dasar hubungan vertikal dan
horizontal.

C. Cara mengaplikasikan Bahasa Tabligh dengan Lisan dan Tulisan

Tabligh dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan


seseorang selama cara yang digunakan tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa aktivitas tabligh yang dilakukan

22
hanyalah berbentuk ceramah yang disampaikan dihadapan banyak orang seperti
yang sering dilakukan oleh sebagian banyak mubaligh. Namun pada dasarnya
tabligh adalah setiap upaya positif baik yang berupa aktivitas lisan, perbuatan
maupun ketetapan guna meningkatkan taraf hidup manusia dan nilainya sesuai
dengan tuntutan hidupnya dan mengacu kepada konsep kehidupan yang
ditetapkan Tuhan atas mereka (Siti Muriah, 2000:2).

Dalam tabligh sendiri tentu ada hal-hal yang harus diperhatikan dan juga
disiapkan sebelum seseorang menjalankan tanggung jawab untuk menyampaikan
ajaran Islam dengan menggunakan bahasa tabligh yang benar melalui lisan. Hal
tersebut adalah sebagai berikut.

 Bersikap lembut, tidak berhati besar, dan tidak merusak.


 Menggunakan bahasa yang dapat mudah dimengerti.
 Mengutamakan musyawarah serta berdiskusi untuk mendapat kesepakatan
bersama.
 Materi dakwah yang disampaikan harus memiliki dasar hukum yang kuat
dan jelas sumbernya.
 Menggunakan akal dan selalu dalam keadaan mengingat Allah Swt.
 Tidak meminta upah ataupun bayaran atas dakwah yang dilakukannya.
 Tidak membeda-bedakan ataupun menjelek-jelekkan orang lain, karena
poin penting yang harus disampaikan dalam berdakwah adalah tentang
tauhid serta ajaran agama Islam yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah
saw.
 Menyampaikan dengan ikhlas dan sabar, harus sesuai dengan waktu,
kepada orang dan tempat yang tepat.
 Tidak menghasut untuk bermusuhan, berselisih, merusak, dan mencari-cari
kesalahan orang lain.
 Melakukan dakwah dan disertai dengan beramal saleh atau perbuatan baik.
23
Salah satu sunah yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW namun sedikit
sekali dari kaum Muslim yang menyadarinya adalah menulis. Bahkan, Allah SWT
juga memerintahkan kita untuk menulis, walau dalam perintah-Nya tersebut
dikaitkan dengan urusan utang piutang. Prof Mustafa Azami dalam bukunya yang
berjudul Kuttabun Nabi menyebutkan, untuk urusan tulis-menulis, Rasulullah
SAW mempunyai 65 sekretaris.
Sepeninggal Rasulullah SAW, para sahabat, tabi'in, dan ulama salafussholih
memperkuat dan mengembangkan budaya tulis-menulis dan menjadikannya
tradisi kaum Muslim. Menulis atau berdakwah dengan tulisan di media berarti
melaksanakan salah satu sunah yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW.
Pada era informasi dan era digital saat ini, media massa telah berkembang pesat
dan tidak lagi terbatas pada media cetak dan media audio visual saja dan kini ada
media online.
Seiring dengan perkembangan tersebut, sudah sejak dahulu media massa
menjadi sarana komunikasi massa dan alat pembentuk opini publik di tengah
masyarakat. Gerakan dakwah Islam dalam perkembangannya juga mengalami
dinamika yang beragam, baik yang ditentukan oleh subyek dakwah (da’i) maupun
realitas obyek (mad'u). Gerakan dakwah saat ini dan yang akan datang dihadapkan
pada kondisi sosial yang berkembang sehingga secara otomatis menuntut pola
pengembangan gerakan dakwah yang sistematis.

Bahasa tabligh yang dapat digunakan dalam media tulisan diantaranya yaitu:
1. Bahasa tabligh yang dapat digunakan adalah sifat objeknya yang masih
dan cakupannya yang luas.
2. Pesan dari menggunakan bahasa tabligh yang benar dapat diterima oleh
banyak pembaca atau umat Islam.
3. Bahasa tabligj dalam bentuk tulisan tak lekang oleh waktu. Usia dakwah
melalui tulisan akan lebih panjang dibanding dakwah lisan.

24
4. Menggunakan bahasa tabligh yang dapat dipahami oleh masyarakat.
5. Tidak lepas dari sumber alqur’an dan hadits.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Tabligh dengan bahasa lisan berarti penyampaian pesan tabligh atau


informasi melalui tatap muka secara langsung antara subjek dan objek
dakwah. Penjenisan bahasa secara sosiolinguistik sama dengan klasifikasi
bahasa secara geneologis dan tipologis yang berkenaan dengan ciri-ciri
internal bahasa. Stewart menggunakan empat dasar untuk menjeniskan
bahasa-bahasa secara sosiologis, yaitu standarisasi, otonomi, historisitas dan
vitalitas. Berdasarkan sikap politik bahasa dibagi menjadi bahasa nasional,
bahasa negara, bahasa resmi, dan bahasa persatuan.Variasi bahasa lisan ada
dua pandangan yaitu variasi dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial
penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa.

Tabligh bil lisan adalah dakwah yang menggunakan kata- kata ucapan
untuk menyampaikan isi atau pesan dakwah. Sebagaimana lisan yang berarti
bahasa, atau ucapan. Sehingga dakwah bil lisan dapat diartikan sebagai
penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi
antara muballig dan muballag. Adapun macam-macam melalui lisan yaitu
khotbah, nasehat, diskusi, dan tanya jawab. Sedangkan sasaran tabligh melalui
lisan adalah media tatap muka sebagai media komunikasi, media audio visual,
dan media individual.

25
Penyampaian pesan tabligh melalui tulisan baik dengan menerbitkan kitab-
kitab, majalah, internet, koran dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan
tabligh sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari model ini tidak
menjadi musnah meskipun sang muballig atau penulisnya sudah wafat.
Macam-macam tabligh melalui tulisan yaitu surat kabar atau koran, majalah,
dan buku.

Tabligh dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan


seseorang selama cara yang digunakan tidak bertentangan dengan syari’at
Islam. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa aktivitas tabligh yang
dilakukan hanyalah berbentuk ceramah yang disampaikan dihadapan banyak
orang seperti yang sering dilakukan oleh sebagian banyak mubaligh. Namun
pada dasarnya tabligh adalah setiap upaya positif baik yang berupa aktivitas
lisan, perbuatan maupun ketetapan guna meningkatkan taraf hidup manusia
dan nilainya sesuai dengan tuntutan hidupnya dan mengacu kepada konsep
kehidupan yang ditetapkan Tuhan atas mereka.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, penyusun berharap dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan
dalam makalah ini atau terdapat materi yang tidak lengkap makan jangan
segan untuk memberitahuakn kepada penyusun, maka kami bersedia
memperbaiki makalah ini.

26
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. (2019). ILMU DAKWAH: Kajian Ontologi, Epistemologi, Aksiologi
dan Aplikasi Dakwah. Depok: Rajawali Pers.

Abdul Zulkipli, Islam, Komunikasi dan Tekhnologi Maklumat, Ghani,

Jakarta, hlm 34-35

Mukti Ariyandi dan Aang Ridwan. Jurnal Komunikasi dan Penyiaran

Islam Vol. 1 No. 1 (2016) 45-64 M.

Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir, Kamus Arab-Indonesia, Ed. ke 2

Ali Aziz, Ilmu Dakwah.2004.Jakarta: KENCANA.

Anwar Arifin, 2011, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi,

Yogyakarta: Graha Ilmu

Enjang AS dan Aliyudin, (2009). Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Bandung:

Widya Padjadjaran.

Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei, 2002. Metode Pengembangan

Dakwah, Pustaka Setia, Bandung.

27
Asep Saeful Muhtadi, 2012, Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan, dan

Aplikasi, Bandung, Simbiosa Rekatama Media.

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam.1983.Surabaya:


Al-

Ikhlas. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah.2009.Jakarta:


AMZAH.

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah.1997.Jakarta: Gaya Media Pratama.

https://pusatbahasaalazhar.com/hakikat-hakiki-kemerdekaan/sikap-bahasa-
language-attitude/
https://eprints.umm.ac.id/40143/3/BAB%20II.pdf
http://dyantezaanggara27.blogspot.com/2013/04/variasi-bahasa-dan-jenis-
bahasa.html

28

Anda mungkin juga menyukai