Disusun oleh:
Restu Kurnia Putri 1214020147
Rio Ramadhan 1214020149
Selvia Agustin 1214020158
Siti Marsela 1214020162
Sonya Isma Aqilah 1214020166
Zulfa Yusriyyah 1214020184
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
A. Kesimpulan...........................................................................................25
B. Saran.....................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk
menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat
bagi seluruh alam. Dalam dakwah kita mengenal tabligh yang merupakan cabang
dari kegiatan dakwah. Kata tabligh berasal dari kata Bahasa Arab ballaga-
yuballigu-tablighan yang berarti menyampaikan. Tabligh merupakan kata kerja
transitif yang berarti membuat seseorang, menyampaikan atau melaporkan.
Dalam dakwah, kita mengenal dengan dimensi kerisalahan (bi ahsan al- qaul)
yang merupakan penyampaian nilai kebenaran sebagaiman disebutkan dalam QS.
Al-Maidah ayat 67. Dalam dimensi kerisalahan terdapat dua jenis penyampaian
pesan tabligh, yaitu isyad yang bermakna internalisasi atau proses penakluakan
ilham taqwa terhadap ilham fujur, selain itu irsyad juga bermakna transmisi atau
proses memberitahukan dan membimbing terhadap individu, dua orang atau lebih
dan memberikan solusi atas permasalahan kejiwaan yang dihadapi. Kemudian ada
tabligh yang memiliki makna trasmisi dan difusi yang berarti proses
1
penyebarluasan ajaran Islam dengan Bahasa lisan dan tulisan melalui ragam
media kepada orang banyak.
Kata bahasa berasal dari Sanskerta भाषा, bahāṣā yang berarti kemampuan yang
dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan
tanda, misalnya kata dan gerakan. Menurut Plato Bahasa adalah pernyataan
pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda) dan rhemata
(ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat
mulut. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang berkembang
berdasarkan suatu aturan yang disepakati oleh pemakainya. Bahasa Tabligh
adalah kemampuan yang dimiliki manusia dalam menyampaikan ajaran Islam
kepada umat manusia dengan menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan.
Hakikat bahasa tabligh meliputi: bahasa sebagai pegangan pokok dalam
melakukan tabligh, tabligh yg disampaikan lebih hidup dan mudah dipahami oleh
mubalagh, tabligh menjadi lebih variatif dan atraktif, dan mempermudah dalam
kelancaran para mubaligh ketika berdakwah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis bahasa lisan?
2. Bagaimana variasi dalam bahasa lisan?
3. Bagaimana sikap dalam menggunakan bahasa lisan?
4. Apa yang dimaksud dengan masyarakat tutur?
5. Apa saja jenis bahasa tulisan?
6. Bagaimana perencanaan dalam penulisan?
7. Bagaimana tulisan yang kurang disukai pembaca?
8. Bagaimana contoh kegagalan dalam penulisan
9. Bagaimana cara mengaplikasikan bahasa tabligh dengan lisan dan
tulisan?
2
C. Tujuan
1. Mengetahuin jenis bahasa lisan.
2. Mengetahui variasi dalam bahasa lisan.
3. Mengetahui sikap dalam menggunakan bahasa lisan.
4. Mengetahui yang dimaksud masyarakat tutur.
5. Mengetahui jenis bahasa tulisan.
6. Mengetahui perencanaan dalam penulisan.
7. Mengetahui tulisan yang kurang disukai pembaca.
8. Mengetahui contoh kegagalan dalam penulisan.
9. Mengetahui cara mengaplikasikan bahasa tabligh dengan lisan dan
tulisan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Stewart (dalam fishman (ed.) 1968) mengunakan empat dasar untuk
menjeniskan bahasa-bahasa secara sosiologis, yaitu (1) standardisasi, (2) otonomi,
(3) historisitas, dan (4) vitalitas. Keempat factor itu oleh fishman (1972: 18)
4. Lingua Franca
Lingua franca adalah sebuah system linguistik yang digunakan sebagai alat
komunikasi sementara oleh para partisipanyang mempunyai bahasa ibu yang
berbeda.
Pemilihan satu system linguistik menjadi sebuah lingua franca adalah
berdasarkan adanya kesalingpahaman diantara sesame mereka.
Karena dasar pemilihan lingua franca adalah keterpahaman atau
kesalingpengertian dari para partisipan yang menggunakannya maka bahasa apa
pun baik sebuah langue, piji, maupun kreol dapat menjadi sebuah lingua franca.
7
Ragam lisan adalah suatu variasi bahasa yang menggunakan unsur bahasa
yanghanya dapat ditangkap melalui indera pendengaran untuk berinteraksi
atauberkomunikasi dengan orang lain (Fuad, 2005: 8).
Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu
dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman
fungsi bahasa itu.Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya
keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah
ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alatinteraksi dalam kegiatan masyarakat
yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak.
Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya
keragaman sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial.
Variasi atau ragam dilihat sebagai akibat adanya keragaman social penutur
dan fungsi Bahasa. Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya
adalah variasi bahasa yang disebut dialek, yakni variasi bahasa yang bersifat
perseseorangan.
Ragam beku adalah variasi bahasa yang faling formal, yang digunakan
dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upcara resmi.
Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan,
buku-buku pelajaran, dan sebagainya.
8
Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim
digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau
pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produk.
Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan
dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau
teman akrab pada waktu beristirahat, berolah raga, berkereasi, dan
sebaginya.
Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan
oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota
keluarga, atau antarteman yang sudah akrab.
Variasi dari segi sarana. Variasi bahasa yang dapat pula dilihat dari segi
sarana atau jalur yang digunakan. Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini
karena dalam berbahasa lisan atau dalam mneyampaikan informasi secara lisan,
kita dibantu oleh unsur-unsur nonsegmental atau unsur nonlinguistik yang berupa
nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejala-gejala fisik
lainnya. Padahal di dalam ragam bahasa tulis, hal-hal yang disebutkan itu tidak
ada (Chaer dan Agustina, 1995: 95).
Variasi atau ragam Bahasa itu sudah memenuhi fungsinya sebagai alat
interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beragam
Menurut Mansoer Pateda (1990: 52), variasi bahasa dilihat dari segi
tempat, segi waktu, segi pemakai, segi pemakainya, segi situasi, dan dari status
sosialnya. Dalam variasi bahasa terdapat pola-pola bahasa yang sama, pola-pola
bahasa itu dapat dianalisis secara deskriptif, dan pola-pola yang dibatasi oleh
makna tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi.
9
Mac David (1969) dimensi regional, dimensi social, dimensi temporal.
Hartman dan Stroke (1972) terdiri dari latar belakang, geografis, dan
social penutur, medium yang digunakan, poko pembicaraan.
Preston dan shuy (1979) penutur, interaksi, kode, dan realisasi.
Sikap Bahasa atau Language Attitude adalah posisi mental atau perasaan
terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain (Kridalaksana, 2001:197). Dalam
bahasa Indonesia kata sikap dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi berdiri yang
tegak, perilaku atau gerak-gerik, dan perbuatan atau tindakan yang dilakukan
berdasarkan pandangan (pendirian, keyakinan, atau pendapat) sebagai reaksi atas
adanya suatu hal atau kejadian.
Menurut Allport (1935), sikap adalah kesiapan mental dan saraf, yang
terbentuk melalui pengalaman yang memberikan arah atau pengaruh yang dinamis
kepada reaksi seseorang terhadap semua objek dan keadaan yang menyangkut
sikap itu. Sedangkan Lambert (1967) menyatakan bahwa sikap itu terdiri dari tiga
komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
Penjelasan ketiga komponen tersebut sebagai berikut.
10
Komponen afektif menyangkut masalah penilaian baik, suka atau tidak
suka, terhadap sesuatu atau suatu keadaan, maka orang itu dikatakan
memiliki sikap positif. Jika sebaliknya, disebut memiliki sikap negatif.
4. Masyarakat Tutur
Suatu kelompok orang atau suatu masyarakat yang mempunyai verbal
repertoire yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama
terhadap norma-norma pemakaian Bahasa yang digunakan.
Fishman (1976:28) masyarakat tutur ialah suatu masyarakat yang anggota-
anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi tutur beserta norma-
norma yang sesuai dengan pemakaiannya.
11
keistimewaan dan kebijaksanaannya sehingga mad’u mudah
tertarik dan menerima ajarannya.
c. Da’i lebih mudah menguasai seluruh mad’unya.
1. Khotbah
12
Kata khotbah berasal dari susunan tiga huruf, yaitu kha’, tha’, ba’
yang dapat berarti pidao atau meminang. Arti asal khotbah adalah
bercakap-cakap tentang masalah yang penting. Dari pengertian tersebut
kemudia dapat dikatakan khotbah merupakan pidato yang disampaikan
untuk menunjukkan kepda pendengar mengenai pentingnya suatu
pembahasan. Khotbah merupakan bagian dari kegiatan dakwah secara
lisan, yang biasanya dilakukan pada upacara-upacara agama seperti,
khotbah Jumat dan khotbah hari-hari besar Islam, yang masing-masing
mempunyai corak, rukun, dan syarat masing-masing.
2. Nasehat
3. Diskusi
Dakwah dengan menggunakan metode diskusi ini dapat
memberikan peluang kepada peserta diskusi atau mad’u untuk memberikan
sumbangan pemikiran terhadap suatu masalah atau materi dakwah yang
disampaikan, yang kemudian akan menimbulkan beberapa kemungkinan
jawaban yang dapat dijadikan sebagi alternatif pilihan jawaban yang lebih
beragam. Karena dalam metode diskusi ini dimaksudkan sebagai suatu
13
kegiata pertukaran pikiran seperti gagasan maupun pendapat yang
dilakukan oleh beberapa orang yang membahas suatu permasalahan
tertentu secara teratur dan mempunyai tujuan untuk mencari kebenaran
yang mendekati realitas yang ada.
4. Tanya Jawab
Dalam metode tanya jawab ini biasanya dilakukan bersamaan
dengan metode lainya seperti metode ceramah maupun diskusi. Metode
tanya jawab merupakan metode yang dilakukan dengan menggunakan
tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana pemikiran seseorang yang
dalam hal ini yaitu mad’u dalam memahami atau menguasai materi
dakwah, dan dimkasudkan dengan begitu dapat merangsang perhatian dari
mad’u. Metode tanya jawab ini dipandang efektif dalam kegiatan dakwah,
kerena dengan metode ini objek dakwah dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang belum dikuasai oleh mad’u sehingga akan timbul
feedback antara subjek dan ojek dakwah.
Media tatap muka merupakan media komunikasi yang sangat efektif dalam
menyanpaikan informasi atau pesan, karena media dapat manghasilkan
respon secara langsung.dan dalam pertemuan ada makna tertentu yang
tidak dimiliki oleh media komunikasi lainnya, maka media ceramah,
diskusi perkuliahan yang bersifat langsung merupakan media yang paling
efektif dalam mnyampaikan pesan atau tabligh serta paling mampu
melahirkan respon dari publik.
14
yang kita inginkan atau kita sampaikan bisa langsung sampai pada yang
bersangkutan dan apabila kurang adanya kejelasan kita langsung bisa
bertanya dan saat itu juga suasana bisa terselesaikan karana ada
kesepahaman dengan apa yang kita inginkan. Praktis karena media ini
tanpa mengenal basa-basi bahkan layaknya kita menjalin hubungan
silaturahim, panjang umur, banyak rizki dan banyak saudara karena kita
bertemu langsung dengan kita bertemu lewat telepon tentunya auranya
adalah berbeda. Strategis, media ini mampu membangkitkan gairah dan
pertemanan yang luar biasa disaat kita tidak pernah bertemu kemudia saat
ini kita bisa bertemu langsung pasti kerinduan yang selama ini terpendam
akan terasa lega dan bahagia.
Media yang berupa audio visual seperti teater, film, dan televisi.
Media ini dapat dipakai untuk menerangkan idea atau pesan dengan
metode modern seperti cerita atau kisah yang dibacakan;bisa juga berupa
pagelaran drama.media ini harus benar-benar mendapat perhatian,karena
kelebihannya yang dapat menggapai sasaran sampai ke rumah-rumah dan
bisa dibawa ke mana saja dan kapan saja. Eksistensi dan keberadaan media
dalam hal ini media dakwah melalui teater, film dan televisi merupakan
wasilah media dakwah yang amat besar manfaatnya, sebab ia termasuk
dari beberapa media sebagai pembentuk opini masyarakat hampir bisa
dikatakan sebagai menu yang istimewa. Masyarakat saat ini mendambakan
informasi actual dan selalu dapat mengikuti perkembangan dunia. Tabligh
melalui media film dan televisi ini dapat membentuk informasi dakwah
islam, semisal penulisan artikel-artikel tentang keislaman, maupun kisah-
kisah sejarah islam yang dikemas dengan gaya bahasa yang sangat bagus
melalui media audi visual sehingga menarik untuk kita kaji.
15
3. Media individual
Setiap jenis tulisan memiliki ciri yang khas. Semua orang bisa menguasai
jenis tulisan apapun. Pada dasarnya keterampilan menulis merupakan kecerdasan
linguistik (kecerdasan dalam berbahasa). Kecerdasan bisa lahir dari kehendak atau
niat. Lalu turun menjadi kebiasaan, kemudian jika terus diasah akan menjadi
sebuah keterampilan. Berikut adalah jenis tulisan:
16
2. Perencanaan Tulisan
Dalam hal tulis menulis juga perlu disadari beberapa kebiasaan yang membuat
kita gagal. Kebiasaan ini tentu saja salah dan tidak dianjurkan.
18
waktu, juga ide-ide yang ada dalam benak Anda mungkin akan keburu
hilang karena kelelahan. Akibatnya tulisan kita tidak tuntas.
Sering Kehabisan kata-kata. Gejalanya ketika Anda menulis satu atau dua
kalimat langsung merasa bingung, harus apa selanjutnya? Anda merasakan
bahwa”unek-unek” yang ada dalam pikiran langsung buyar, hilang entah
kemana. Ketahuilah, bahwa penyebab penyakit ini ada pada kebiasaan
Anda. Pertama, Anda kalau menulis terlalu mengunakan kalimat yang
terlalu umum. Anda kurang akrab dengan hal-hal yang lebih spesipik.
Akibatnya, ketika Anda menulis satu dua kalimat langsung bingung
kalimat apa selanjutnya lagi. Kedua, Anda tidak menguasai teori tentang
paragraf. Sering menumpuk beberapa ide pokok dalam satu paragraf.
Tadinya ide itu akan ditulis dalam satu karangan tapi ternyata ketika
ditulis Anda merasa cepat selesai hanya dengan satu paragraf saja.
Cobalah Anda baca sendiri, mungkin kalimat Anda itu perlu dijabarkan
lagi dengan kalimat penjelas-kalimat penjelas yang lain.
Menulis pada situasi yang dipaksakan. Saya tekankan bahwa menulis itu
harus dilakukan secara enjoy. Ketika Anda menulis pastikan bahwa saat
itu kita sedang merasa fit untuk menulis. Perasaat fit di sini dapat dilihat
dari beberapa indikator. Pertama, fisik Anda sedang sehat walafiat, tidak
dalam keadaan sakit, mabuk, atau kelelahan. Kedua, pastikan bahwa
situasi lingkungan sangat kondusif. Ini penting mengingat menulis
merupakan kegiatan cukup kompleks. Pada saat menulis otot dan otak
bekerja sama secara sinergis. Di samping itu perlu didukung oleh kondisi
fsikhis yang oke. Tangan menuliskan apa yang ada di otak. Jadi walaupun
tangan siap mengoreskan pena atau menghentakan jari jemari para
keyboard komputer Anda tapi kalau otak tak memproduksikan ide, maka
apa yang kita tulis akan hambar, tak lebih dari tulisan biasa yang tidak
akan merasa tertarik untuk dibaca.
19
5. Substansi Penggunaan Bahasa Tabligh Melalui Tulisan
1. Surat Kabar/Koran
Surat kabar boleh dikatakan sebagai media massa tertua sebelum
ditemukan film, radio, dan televisi. Surat kabar dapat dibedakan atas
periode terbit, ukuran, dan penerbitannya. Sementara itu, isinya dapat
dibedakan atas dua macam, yakni surat kabar yang bersifat umum yang
isinya yang terdiri atas berbagai macam informasi untuk masyarakat
umum, sedangkan surat kabar yang bersifat khusus isinya memiliki ciri
khas tertentu dan memiliki pembaca tertentu pula, misalnya surat kabar
untuk perdesaan, surat kabar untuk wanita, dan semacamnya. Adanya
selingan bacaan tentang dakwah dalam surat kabar/koran dapat memikat
para pencinta baca.
2. Majalah
3. Buku
Buku dapat didefinisikan sebagai sejumlah pesan tertulis yang
memungkinkan memuat banyak pesan dan memiliki arti bagi masyarakat
luas, direncanakan untuk pengetahuan publik tentang sesuatu serta direkam
dalam bahan yang tidak mudah rusak dan mudah dibawa. Tujuan
utamanya memberi penerangan, penyajikan dan menjelaskan, serta
mengabadikan sesuatu dan memindahkan pengetahuan dan informasi di
tengah masyarakat dengan memerhatikan kemudahan dan penampilan
(Taufik, 2012: 57). Jika dakwah melalui buku, penjelsan dalam pesan
dakwah tersebut menjadi lebih mendalam dan terperinci.
22
hanyalah berbentuk ceramah yang disampaikan dihadapan banyak orang seperti
yang sering dilakukan oleh sebagian banyak mubaligh. Namun pada dasarnya
tabligh adalah setiap upaya positif baik yang berupa aktivitas lisan, perbuatan
maupun ketetapan guna meningkatkan taraf hidup manusia dan nilainya sesuai
dengan tuntutan hidupnya dan mengacu kepada konsep kehidupan yang
ditetapkan Tuhan atas mereka (Siti Muriah, 2000:2).
Dalam tabligh sendiri tentu ada hal-hal yang harus diperhatikan dan juga
disiapkan sebelum seseorang menjalankan tanggung jawab untuk menyampaikan
ajaran Islam dengan menggunakan bahasa tabligh yang benar melalui lisan. Hal
tersebut adalah sebagai berikut.
Bahasa tabligh yang dapat digunakan dalam media tulisan diantaranya yaitu:
1. Bahasa tabligh yang dapat digunakan adalah sifat objeknya yang masih
dan cakupannya yang luas.
2. Pesan dari menggunakan bahasa tabligh yang benar dapat diterima oleh
banyak pembaca atau umat Islam.
3. Bahasa tabligj dalam bentuk tulisan tak lekang oleh waktu. Usia dakwah
melalui tulisan akan lebih panjang dibanding dakwah lisan.
24
4. Menggunakan bahasa tabligh yang dapat dipahami oleh masyarakat.
5. Tidak lepas dari sumber alqur’an dan hadits.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tabligh bil lisan adalah dakwah yang menggunakan kata- kata ucapan
untuk menyampaikan isi atau pesan dakwah. Sebagaimana lisan yang berarti
bahasa, atau ucapan. Sehingga dakwah bil lisan dapat diartikan sebagai
penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi
antara muballig dan muballag. Adapun macam-macam melalui lisan yaitu
khotbah, nasehat, diskusi, dan tanya jawab. Sedangkan sasaran tabligh melalui
lisan adalah media tatap muka sebagai media komunikasi, media audio visual,
dan media individual.
25
Penyampaian pesan tabligh melalui tulisan baik dengan menerbitkan kitab-
kitab, majalah, internet, koran dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan
tabligh sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari model ini tidak
menjadi musnah meskipun sang muballig atau penulisnya sudah wafat.
Macam-macam tabligh melalui tulisan yaitu surat kabar atau koran, majalah,
dan buku.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, penyusun berharap dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan
dalam makalah ini atau terdapat materi yang tidak lengkap makan jangan
segan untuk memberitahuakn kepada penyusun, maka kami bersedia
memperbaiki makalah ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. (2019). ILMU DAKWAH: Kajian Ontologi, Epistemologi, Aksiologi
dan Aplikasi Dakwah. Depok: Rajawali Pers.
Widya Padjadjaran.
27
Asep Saeful Muhtadi, 2012, Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan, dan
https://pusatbahasaalazhar.com/hakikat-hakiki-kemerdekaan/sikap-bahasa-
language-attitude/
https://eprints.umm.ac.id/40143/3/BAB%20II.pdf
http://dyantezaanggara27.blogspot.com/2013/04/variasi-bahasa-dan-jenis-
bahasa.html
28