ABSTRAK
A. PENGERTIAN
1. Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat, perangai,
tingkahlaku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di
dalam diri seorang manusia yang
bias mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikir
an dan paksaan.[1]
Kedua ayat tersebut turun dalam konteks kaum musyrikin yang menyembah berhala,
sementara terhadap ahli kitab, Islam memberikan tuntutan interaksi tersendiri yang
memperbolehkan kaum muslim menjalin hubungan kekerabatan dengan mereka dan menikahi
perempuan-perempuan dari kalangan mereka. Artinya, Islam mengizinkan perempuan-
perempuan mereka, baik yang beragama Kristen dan maupun Yahudi untuk menjadi istri,
teman hidup, dan ibu dari anak-anak seorang muslim. Hal ini secara otomatis menjadikan
keluarga perempuan itu sebagai kerabat si muslim, menjadi kakek, nenek dan anak-anaknya,
paman dan bibi mereka, saudara-saudara misan mereka, serta memiliki hak-hak sebagai
famili dan kerabat dekat.[4]
Toleransi perlu dikembangkan agar antar umat beragama dapat hidup berdampingan
secara damai dan sikap saling terbuka sehingga sikap saling pengertian dapat tercapai. Islam
juga mengajarkan supaya muslim dapat menghormati dan menghargai penganut agama yang
berbeda dan mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar (melakukan kebaikan dan tidak
melakukan kejahatan), mengarahkan supaya hidup rukun, hidup sejahtera material dan
spiritual. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan berkerja sama antar pemeluk
agama sehingga terbina kerukunan, mengembangkan sikap saling hormat menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, tidak memaksakan
agama dan kepercayaan kepada orang lain dan mengakui persamaan derajat, persamaan hak
dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.[5]
Adapun hak dan kewajiban yang berbeda antara lain dalam masalah keimanan dan
ibadah antara lain sebagai berikut;[6]
1. Saling mendoakan, dalam hal ini hanya mungkin dapat dilakukan dengan sesama muslim.
Dengan orang yang berlainan iman dan agama dilarang untuk saling mendoakan, meskipun
mereka orang tua atau keluarga sendiri.
2. Menjadi saksi, hanya orang-orang yang seiman dan sesama muslim saja yang bisa menjadi
saksi bagi tetangganya, seperti dalam upacara pernikahan.
3. Mengurus jenazah, bila ada yang meninggal dunia maka tetangganya yang seiman dan
sesama muslim berhak dan berkewajiban membantu mengurus jenazahnya. Pengurusan
jenazah dimulai dari memandikan, mengafankan, menshalatkan, sampai menguburkannya.
Semua ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh non muslim.
4. Menikah, dalam Islam hanya yang seiman dan sesama muslim sajalah yang diperbolehkan
untuk menikah.
5. Saling memberi salam khususnya terhadap yang seiman dan sesama muslim adalah saling
memberi salam apabila bertemu, berpisah dan pergi meninggalkan rumahnya.
2. Islam Mengajarkan Agar Muslim Berbuat Baik Kepada Non Muslim
Di dalam kitab shahih al-Bukhari, terdapat hadits yang diceritakan oleh Abdullah bin
Amruradhiyallahuanhuma dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda :
Hadits di atas merupakan ancaman keras dan peringatan agar tidak berbuat zalim terhadap
orang kafir yang telah mengadakan perjanjian dan di jamin keamanannya oleh penguasa
maupun seorang muslim.
3. Akhlak Nabi Dalam Bergaul Dengan Non Muslim
Nabi menjenguk anak Yahudi yang sakit
Dari Anas radhiyallahuanhu :
ُ فَيَقُ}}و ُل يَ ْه} ِدي ُك ُم هَّللا ُ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَرْ ُج}}ونَ أَ ْن يَقُ}}و َل لَهُ ْم يَ}}رْ َح ُم ُك ْ}م هَّللا
َ يَتَ َعاطَسُونَ ِع ْن َد النَّبِ ِّي ْاليَهُو ُد ََكان
َويُصْ لِ ُح بَالَ ُك ْم
Orang-orang Yahudi bersin di sisi Nabi dengan keinginan agar Nabi mendoakan kebaikan bagi
mereka : yarhamukallah (Semoga rahmat Allah tercurah atasmu), maka Nabi
mendoakan : yahdikumullah wayuslihu baalakum (semoga Allah memberi petunjuk dan
memperbaiki keadaan kalian). (Sunan Abu Daud 5152)
Bertetangga dengan baik
Perintah untuk memperhatikan keadaan tetangga dan berbuat baik kepada mereka adalah
perintah secara umum, baik mereka muslim, yahudi atau nasrani.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda :
ُت أَنَّه َسي َُو ِّرثُه
ُ ى ظَنَ ْن ِ ص ْينِي} بِ ْال َج
َّ ار َحت ِ ْ ِجب ِْر ْي ُل يُو ما َ َزا َل
“Jibril senantasa memberi wasiat padaku agar memperhatikan keadaan tetangga, sampai aku
mengira dia akan menjadikan tetanggga sebagai ahli waris” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Sahabat Nabi lainnya, yaitu Abdullah bim Amru bin Ash radhiyallahu anhuma memahami
perintah untuk berbuat baik pada tetangga ini adalah perintah kepada tetangga muslim maupun
non muslim.
Jika kita mengamati akhlak Nabi, beliau tidak pernah melaknat non muslim yang tidak
memerangi Islam dan muslimin, adapun terhadap non muslim yang memerangi Islam dan
muslimin beliau pernah mendoakan laknat atas mereka.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata : Ditanyakan kepada Nabi : Wahai Rasulullah!
Doakanlah kebinasaan atas orang-orang musyrik. Beliau menjawab :
ْ إِنِّي لَ ْم أُ ْب َع
ُ َوإِنَّ َما بُ ِع ْث،ث لَعَّانًا
ًت َرحْ َمة
“Aku tidak di utus untuk melaknat, sesungguhnya aku di utus sebagai rahmat.”
Bahkan terkadang Nabi membalas orang yang mendzaliminya tanpa mengucapkan ucapan keji
maupun laknat.[9]
Kesimpulan
Seperti sabda Nabi Muhammad Saw, “Innama Bu’istu liutammima makarimal ahklaq”.
Islam sangat menjunjung tinggi akhlak, tidak hanya sesama muslim akhlak itu diterapkan juga
terhadap non muslim, namun dalam hal ini islam menetapkan batasan-batasan agar tidak
tergelincir masuk tanba batas.
Daftar Pustaka
Abdullah Nasih Ulwan, Konsep Islam Terhadap Non Muslim, Terj. Kathur Suhardi,
Jakarta :Pustaka Al Kautsar, 1990
Fuad bin Abdul Aziz As-Syalhub, Ringkasan Kitab Adab, Darul Falah, Jakarta: 2010
Khalid Afandi, Adab al-Mu’minin, Kediri, Lirboyo press, 2008
Muhsin M.K, Bertetangga dan Bermasyarakat dalam Islam, Jakarta : Al Qalam, 2004
Thoyib I.M dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2002)
Yusud Al Qardhawi, Kebangkitan Gerakan Islam dari Masa Transisi Menuju
Kematangan, terj. Abdullah Hakam Shah dan M. Aunul Abied Shah, Jakarta : Pustaka Al
Kautsar, 2002
[1]Fuad bin Abdul Aziz As-Syalhub, Ringkasan Kitab Adab, Darul Falah, Jakarta: 2010. hlm. 34.
[2]Abdullah Nasih Ulwan, Konsep Islam Terhadap Non Muslim, Terj. Kathur Suhardi, (Jakarta
:Pustaka Al Kautsar, 1990), hlm. 32.
[3] Ibnu Katsir rahimahullah berkata; “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non
muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di
antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah menyukai orang yang berbuat
adil.” Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzhim, 7: 247.
Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah mengatakan bahwa bentuk berbuat baik dan adil di sini berlaku kepada
setiap agama. Lihat; Tafsir Ath Thobari, 28: 81.
Sedangkan ayat selanjutnya yaitu ayat kesembilan adalah berisi larangan untuk loyal (seti) pada non muslim
yang jelas adalah musuh Islam. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 248.
http://gemukmanis.blogspot.com/2016/12/akhlak-kepada-non-muslim.html
diambil pada tanggal 02 September 2020 pkl. 05.22