Artinya :
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, (1) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. (2) Dan kamu bukan penyembah Rabb yang aku sembah. (3) Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (4) dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Rabb yang aku sembah. (5) Untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku”.
Sebagian orang menafsirkan ayat ini dengan sembarangan. Mereka mengatakan ayat ini
memerintahkan untuk bertoleransi dalam agama. Boleh memilih diantara agama-agama yang
ada. Tentu ini adalah penafsiran yang salah dan jauh sekali dari kebenaran. Makna yang benar
ayat ini adalah pernyataan berlepas diri dari orang-orang kafir. Dan juga pernyataan batilnya
agama mereka. Agama mereka (orang-orang kafir) tidak sama dengan agama kita(orang-orang
mukmin). Serupa dengan ayat ini adalah firman Allah ta’ala,
QS Al Kahfi: 29
“Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin
(kafir) biarlah ia kafir.”
َو ُقِل اْلَح ُّق ِم ن َّرِّبُك ْم َفَم ن َش اء َفْلُيْؤ ِم ن َو َم ن َش اء َفْلَيْكُف ْر ِإَّن ا َأْعَت ْد َنا ِللَّظ اِلِم يَن َن ارًا َأَح اَط ِبِهْم ُس َر اِد ُقَها َو ِإن َيْس َتِغ يُثوا ُيَغ اُثوا ِبَم اء
َك اْلُم ْهِل َيْش ِو ي اْلُو ُجوَه ِبْئَس الَّش َر اُب َو َس اءْت ُم ْر َتَفقًا
Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
اَل ِإْك َر اَه ِفي الِّديِن ۖ َقْد َتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي ۚ َفَم ْن َيْكُفْر ِبالَّطاُغ وِت َو ُيْؤ ِم ْن ِباِهَّلل َفَقِد اْسَتْمَس َك ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْثَقٰى اَل اْنِفَص اَم َلَها
ۗ َو ُهَّللا َسِم يٌع َع ِليٌم
Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
A. Akhlak kepada Sesama Muslim
Kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainnya ada 6, sebagaimana yang
diterangkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Abu Hurairah, yang
artinya : “ Rosulullah bersabda: kewajiban seorang terhadap muslim ada 6. Sahabat bertanya “
apakah itu, wahai Rasululloh? Rasululloh bersabda : “ Apabila engkau berjumpa dengannya ;
apabila ia mengundang engkau, hendaklah engkau menepatinya; apabila ia meminta nasihat
kepada engkau engkau menasehatinya; apabila ia bersin kemudian ia mengucapkan hamdallah
hendaklah engkau ucapkan tasymith ( yarhamukallah / yarhamukillah ); apabila ia sakit
hendaklah engkau menjenguknya; dan apabila ia meninggal dunia hendaklah melayatnya dan
mengantarkan kepemakamannya.
Dari arti hadits diatas, dapat disimpulkan dengan jelas bahwa 6 kewajiban muslim kepada
muslim lainnya yaitu:
1) Mengucapkan salam ketika berjumpa.
2) Memenuhi undangannya.
3) Menasehati jika diminta.
4) Mengucapkan Tasymith jika ia bersin, lalu ia mengucapkan hamdallah.
5) Menjenguknya bila ia sakit.
6) Melayat dan mengantarkan jenazahnya sampai kepemakaman jika ia meninggal dunia.
Sesama muslim juga diwajibkan untuk saling tolong menolong, yakni tolong menolong
dalam hal kebaikan dan takwa kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-
Qur’an surat Al-Maidah ayat 2[1]:
( arabe urung )
Artinya ...... dan bertolonglah kalian dalam ( mengerjakan ) kebajikan dan taqwa,
janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran / permusuhan.
Kewajiban tolong menolong bukan hanya dari segi moril, melainkan juga dalam segi
materi, yang bersifat kebutuhan pokok manusia yang bersifat daruri ( yang tidak boleh tidak )
untuk menjaga kelestarian hidup manusia.[2]
Sesama muslim juga diwajibkan untuk saling menasehati dalam hal kebenaran dan
dengan kesabaran. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al- Ashr ayat 1-3:
(ayate urung)
Demi masa, sesungguhnya manusia itu sungguh dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal soleh dan nasehat menasehati dengan kebenaran dan nasehat
menasehati dengan kesabaran.