PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain karena
manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa dilepaskan dari hubungan (interaksi sosial)
dengan seasamanya dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan
sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok
yang berbeda warna dengannya, salah satunya adalah perbedaan agama.Dalam menjalani
kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan yang dapat terjadi antar
kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras maupun agama. Dan di dalam
kehidupan sosialnya, masyarakat seringkali diwarnai dengan konflik yang dapat menggangu
terwujudnya keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Biasanya banyak ditemukan
konflik antar umat beragama yang seringkali dipicu oleh prasangka antara penganut satu
agama dengan yang lain yang berkembang menjadi isu-isu yang membakar emosi.
Munculnya sikap-sikap tersebut tidak datang dengan sendirinya, melainkan dikarenakan
beberapa sebab seperti : ketiadaan saling pengertian antar pemeluk agama ( mutual
understanding ), adanya kesalahan dan kekeliruandalam memahami teks-teks keagamaan dan
masuknya unsur-unsur kepentingan diluar kepentingan agama yang luhur. Dalam hal ini,
Khami Zada, (2002) mengungkapkan agama bisa kehilangan makna substansialnya dalam
menjawab soal-soal kemanusiaan, yakni ketika agama tidak lagi berfungsi sebagai pedoman
hidup yang mampu melahirkan kenyamanan spiritual dan obyektif dalam segala aspek
kehidupan umat manusia. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat
maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-
gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk
saling menjaga hak dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.
Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai warga
Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan
saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar umat
beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama.
Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan
oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.Demikian juga sebaliknya,
toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan
baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah
penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi
dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu
kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai
kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting
dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
B. Rumusan masalah
Supaya terfokus kepada permasalahan, perlu dibuat batasan permasalahan. Adapun batasan
masalah dalam makalah ini :
1. Apakah tujuan dari toleransi dan kerukunan antar umat beragama ?
2. Apakah pengertian toleransi dan kerukunan antar umat beragama menurut islam ?
3. Apakah manfaat dari toleransi dan kerukunan antar umat beragama?
4. Bagaimana menerapkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari ?
C. Tujuan makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Tujuan dari kunci kerukunan
2. Pengertian kunci kerukunan
3. Manfaat dari kunci kerukunan
D. Manfaat makalah
Adapun manfaat makalah ini, yaitu :
1. Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan
mengenai toleransi dan kerukunan antar umat beragama
2. Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk bertoleransi dan
terciptanya kerukunan antar umat beragama
BAB II
PEMBAHASAN
A.Toleransi
1.Pengertian Toleransi
Maksud dari tasāmuḥ ialah bersikap menerima dan damai terhadap keadaan yang dihadapi,
misalnya toleransi dalam agama ialah sikap saling menghormati hak dan kewajiban antar
agama. Tasāmuḥ dalam agama bukanlah mencampuradukkan keimanan dan ritual dalam
agama, melainkan menghargai eksistensi agama yang dianut orang lain.
َد ٱهَّلل ِ َأ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌمN َر َم ُك ْم ِعنNا َرفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن َأ ْكNNٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َع
خَ بِي ٌر
Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki“
dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui, Maha mengenal” (QS. al-Hujurāt [49]: 13)
Konsep
“Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdo'a kepada selain Allah, yang
menyebabkan mereka mencela Allah dengan permusuhan dengan tanpa ilmu. Demikianlah
Kami menghiasi untuk setiap umat amalan mereka, lalu Dia mengabarkan kepada apa yang
mereka lakukan" (QS. al-An’am [6]:108)
Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang agama yang paling dicintai oleh Allah, maka
beliau menjawab, “al-Hanafiyyah as-Samhah (agama yang lurus yang penuh toleransi),
itulah agama Islam”
Dalam Islam,
a.Keyakinan bahwa manusia itu makhluk mulia.
b.Perbedaan di dunia ialah realitas yang dikehendaki Allah.
c.Allah Maha membuat perhitungan, jadi tiada kuasa mutlak manusia untuk mengadili
kekafiran atau kesesatan seseorang.
d.Keyakinan akan perintah Allah untuk berbuat adil dan mengajak kepada budi pekerti mulia.
3.Rasulullah Saw. memberi makan seorang beragama Yahudi buta dan miskin.
4.Ketika ada jenazah seorang Yahudi melintas di sebelah Rasulullah Saw. dan para sahabat,
Rasulullah Saw. berhenti dan berdiri. Kemudian seorang sahabat berkata,
B.Persamaan Derajat (musawwah)
Sikap
2.
b. Setiap manusia sama derajatnya, tidak ada pengistimewaan tertentu pada seorang terhadap
orang lain. Maksudnya adalah tanggung jawab yang sama.
c. Memelihara hak-hak non-muslim. Di antaranya adalah memahami perbedaan keyakinan dan
ritual agama.
d. Persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan dalam kewajiban agama dan lainnya.
Maksudnya adalah dalam hak dan kewajiban, Islam menjadikan keduanya sama, yaitu
dalam kewajiban-kewajiban agama, hak pribadi, martabat manusia, hak-hak sipil dan
kekayaan.
e. Persamaan sosial di masyarakat. Maksudnya adalah dalam kehidupan masyarakat,
setiap orang baik kaya maupun miskin, pejabat atau rakyat berada pada hak dan kewajiban
yang sama meskipun implementasinya berbeda karena faktor otoritas di dalamnya seperti
pejabat pemerintah memiliki kewajiban untuk membuat undang-undang sedangkan rakyat
tidak berhak untuk membuat undang-undang.
f.Persamaan manusia di depan hukum. Maksudnya adalah dalam hukum, siapa pun akan
menerima hukuman sesuai dengan perilakunya. Tidak ada kata hukum tajam di bawah dan
tumpul di atas.
g.Persamaan dalam mendapatkan jabatan publik. Maksudnya adalah setiap orang memiliki hak
untuk menjadi pejabat publik. Contohnya ketika Rasulullah memberikan jabatan panglima,
gubernur dan jabatan-jabatan strategis lainnya pada banyak budak yang telah dimerdekakan
seperti Zaid, Usamah bin Zaid, dan lainnya.
h.Persamaan didasarkan pada kesatuan asal bagi manusia. Maksudnya adalah setiap manusia
dalam kedudukan sama di sisi Allah.
3.Membiasakan Berperilaku
3.Ketika Khalifah Umar Ra. mengirim surat kepada hakimnya Abu Musa al-Asy’ari yang berisi
arahan tentang hukum persamaan hak antara manusia di hadapan pengadilan. Beliau
berkata, “Samakan antara manusia di hadapanmu, di majelismu, dan hukummu, sehingga
orang lemah tidak putus asa dari keadilanmu, dan orang mulia tidak mengharap
kecuranganmu.”
4.Ketika pengangkatan seorang pemuda, Usamah bin Zaid sebagai panglima pasukan umat Islam
yang bersiap-siap untuk memerangi romawi.
C.Moderat (
1.Pengertian Moderat (
Kata
۟ ٰ َ َِو َك ٰ َذل
ِ َّك َج َع ْلنَ ُك ْم ُأ َّمةً َو َسطًا لِّتَ ُكونُوا ُشهَدَٓا َء َعلَى ٱلن
ۗ اس َويَ ُكونَ ٱل َّرسُو ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِهيدًا
“Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ‘umat pertengahan’ agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu” (QS. al-Baqarah [2]: 143)
Sikap
2.Tawasuth Dalam Islam
Islam menyatakan bahwa umat Islam merupakan umat yang tengah-tengah yaitu
dalam menyelesaikan sesuatu dengan tanpa kecondongan ke kanan atau pun ke kiri.
Rasulullah bersabda:
“Dan sebaik baik amal perbuatan adalah yang pertengahan, dan agama Allah itu berada di
antara yang beku (konstan) dan mendidih (relatif).”
Dalam Islam,
1.Dimensi akidah
Dalam dimensi akidah, ada setidaknya dua persoalan yaitu,
1)Ketuhanan antara
2)Manusia di antara
2.Dimensi akhlak
Salah satu persoalan dalam akhlak tasawuf ialah peribadatan antara syariat dan hakikat.
Dalam ibadah, Islam menggunakan kacamata syariat dan hakikat. Karena syariat tanpa
hakikat adalah kepalsuan dan hakikat tanpa syariat merupakan omong kosong.
3.Dimensi syariat
Persoalan yang muncul pada dimensi syariat adalah antara kemaslahatan individu
dan kolektif. Dalam hal ini, Islam berorientasi pada terwujudnya
3.Membiasakan Berperilaku
D. Saling Bersaudara (
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu (yang berselilih) dan bertakwalah kepada Allahagar kamu mendapat
rahmat.” (QS. Al-Hujurāt
2.Ukhuwwah dalam Islam
3.Membiasakan Berperilaku
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan pada pembahasan, maka dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Toleransi adalah sikap memberikan kemudahan, berlapang dada, dan menghargai
orang lain yang berbeda dengan kita.
2. Islam merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian yang
terpenting, sikap ini lebih banyak teraplikasi dalam wilayah interaksi social
sebgaimana yang ditunjukkan Rasulullah SAW.
3. Sikap toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama lain dengan
tidak bersikap menyamakan keyakinan agama lain dengan keyakinan islam itu
sendiri.
B. Saran
Beberapa saran berikut yang harus lebih diperhatikan dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Sikap toleransi dalam semua aspek kehidupan terutama dalam beragama harus sangat
dijunjung tinggi Karena tanpa sikap toleransi akan menimbulkan konflik.
2. Dalam tolenrasi beragama, aqidah merupakan hal yang tidak dapat ditolerin lagi dan
toleransi dalam beragama memiliki batas-batas tertentu, tidak semua hal bisa saling
melebur dengan keyakinan.