Anda di halaman 1dari 4

1.

Problematika Kontemporer: Keberagaman Agama dan Toleransi Beragama (Contoh


Seperti Yang terjadi pada Saudara kita yang berada di Palestina atau yang ada di negara
kita yakni Pengeboman di Greja yang dilakukan oleh kaum muslim)

Keberagaman agama merupakan salah satu realitas yang ada dalam kehidupan manusia. Manusia
yang hidup dalam masyarakat yang majemuk dan multikultural harus menghadapi perbedaan-
perbedaan yang ada, termasuk perbedaan agama. Salah satu problematika kontemporer yang
muncul dalam konteks keberagaman agama adalah bagaimana membangun toleransi beragama
yang baik dan harmonis di tengah perbedaan keyakinan dan kepercayaan.

Toleransi beragama adalah sikap saling menghormati, menghargai, dan mengakui perbedaan
agama atau keyakinan yang dianut oleh individu atau kelompok dalam suatu masyarakat.
Toleransi beragama tidak berarti harus menerima atau menyetujui keyakinan orang lain, tetapi
menghormati hak mereka untuk memeluk keyakinan tersebut. Toleransi beragama menjadi
penting karena merupakan salah satu pilar dalam mewujudkan perdamaian, keharmonisan, dan
kerukunan antar umat beragama. Seperti mahfudzhot berikut:

‫َاِاْل ِّتَح اُد َأَس اُس الَّنَج اِح‬


“ persatuan pangkal keberhasilan” Mahfudzhot ini sejalan dengan pepatah Bahasa Indonesia
yakni “Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh“

Dalam pandangan Islam, toleransi beragama memiliki landasan yang kuat, baik dalam Al-Qur'an
maupun As-Sunnah. Selain itu, toleransi beragama juga dapat dianalisis melalui metode ijtihad,
seperti qiyas, istihsan, dan istislah/maslahah.

A. Argumentasi Dalil Nash

Dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, toleransi beragama ditekankan sebagai bagian penting dalam
hidup berdampingan antar umat beragama. Berikut beberapa dalil yang mendukung toleransi
beragama:

1. Al-Qur'an:

 Surah Al-Hujurat (49:13):

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن‬
‫َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر‬

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu
saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal."
Ayat ini menekankan pentingnya saling mengenal dan menghargai perbedaan yang ada di antara
manusia, termasuk perbedaan agama. Allah menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan
untuk saling mengenal dan menghormati, bukan untuk saling memusuhi atau merendahkan.

 Surah Al-Kafirun (109:1-6):

‫ ُقْل ٰٓيَاُّيَها اْلٰك ِفُرْو َۙن‬, ‫ َو ٓاَل َاْنُتْم ٰع ِبُد ْو َن َم ٓا َاْع ُبُۚد ٓاَل َاْعُبُد َم ا َتْعُبُد ْو َۙن‬, ‫ َو ٓاَل َاَن۠ا َعاِبٌد َّم ا َعَبْد ُّتْۙم‬,‫ َو ٓاَل َاْنُتْم ٰع ِبُد ْو َن َم ٓا َاْع ُبُد‬, ࣖ ‫َلُك ْم ِد ْيُنُك ْم َوِلَي ِد ْيِن‬

"Katakanlah: Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Aku tidak pernah menyembah apa
yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah menyembah Tuhan yang aku sembah. Untuk
kamu agamamu, dan untuk aku agamaku."

Ayat ini mengajarkan bahwa setiap orang memiliki keyakinan dan kepercayaan yang berbeda,
dan kita harus menghormati perbedaan tersebut. Tidak ada paksaan dalam agama, dan setiap
orang berhak untuk memilih agama atau keyakinan yang diyakininya.

 Surah Al-Mumtahanah (60:8):

‫اَل َي ْن ٰه ىُك ُم ُهّٰللا َع ِن اَّلِذْي َن َلْم ُي َقاِتُلْو ُك ْم ِفى الِّدْي ِن َو َلْم ُي ْخ ِر ُجْو ُك ْم ِّمْن ِدَي اِر ُك ْم َاْن َت َبُّر ْو ُه ْم َو ُتْق ِس ُط ْٓو ا ِاَلْي ِه ْۗم ِاَّن َهّٰللا ُيِحُّب‬
‫اْلُم ْق ِس ِط ْي َن‬

"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."

Ayat ini mengajarkan bahwa umat Islam diperintahkan untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak memusuhi mereka karena perbedaan agama. Ini menunjukkan
sikap toleransi dan keadilan yang diajarkan oleh Islam dalam menghadapi perbedaan agama.

2. As-Sunnah:

 Hadits Riwayat Imam thabrani:

‫ َو َم ْن آَذ اِنْي َفَقْد آَذ ى ِهللا‬، ‫َم ْن آَذ ى ِذِّمًيا َفَقْد آَذ اِنْي‬
"Barangsiapa yang menyakiti seorang dhimmi (non-Muslim yang tinggal di bawah
perlindungan negara Islam), maka sungguh ia telah menyakitiku, dan barangsiapa yang
menyakitiku, maka ia telah menyakiti Allah."

 Hadits Riwayat Imam Abu Daud, bahwa Nabi Saw bersabda;

‫َأاَل َم ْن َظَلَم ُمَع اِهًدا َأِو اْنَتَقَص ُه َأْو َك َّلَفُه َفْو َق َطاَقِتِه َأْو َأَخ َذ ِم ْنُه َشْيًئا ِبَغْيِر ِط يِب َنْفٍس َفَأَنا َح ِج يُجُه َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬
“Ketahuilah, bahwa siapa yang menzalimi seorang mu’ahad (non-Muslim yang berkomitmen
untuk hidup damai dengan umat Muslim), merendahkannya, membebaninya di atas
kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa keridhaan dirinya, maka saya adalah
lawan bertikainya pada hari kiamat.”

Dengan kedua Hadits tersebut menunjukkan betapa pentingnya melindungi hak-hak non-Muslim
yang tinggal di bawah perlindungan negara Islam. Rasulullah SAW menegaskan bahwa
menyakiti mereka sama dengan menyakiti dirinya dan Allah. Ini menunjukkan sikap toleransi
dan keadilan yang diajarkan oleh Islam dalam menghadapi perbedaan agama.

B. Kajian Berdasarkan Ijtihad

1. Qiyas:

Dalam konteks toleransi beragama, qiyas dapat diterapkan dengan membandingkan kasus-kasus
yang terjadi saat ini dengan kasus-kasus yang pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW.
Misalnya, pada masa Rasulullah, umat Islam hidup berdampingan dengan umat Yahudi dan
Nasrani di Madinah. Mereka saling menghormati dan menjaga hak-hak satu sama lain. Oleh
karena itu, toleransi beragama harus ditegakkan dalam kehidupan masyarakat yang multikultural
saat ini.

Sebagai contoh, kita dapat mengambil kasus pembangunan tempat ibadah yang berbeda agama
di satu kawasan. Pada masa Rasulullah, masjid dan gereja dapat berdiri berdampingan di
Madinah, menunjukkan toleransi dan keharmonisan antar umat beragama. Oleh karena itu, dalam
konteks saat ini, kita harus menghormati hak orang untuk membangun tempat ibadah sesuai
dengan keyakinan mereka, asalkan tidak mengganggu ketertiban umum dan hak-hak orang lain.

2. Istihsan:

Istihsan adalah metode ijtihad yang mengutamakan kebaikan dan kemaslahatan umum. Dalam
konteks toleransi beragama, istihsan dapat diterapkan dengan mempertimbangkan kemaslahatan
bersama antara umat beragama. Toleransi beragama akan menciptakan suasana yang harmonis,
damai, dan kondusif bagi semua pihak, sehingga masyarakat dapat hidup berdampingan dengan
baik.

Misalnya, dalam menyikapi perbedaan pendapat mengenai pelaksanaan ibadah di tengah


pandemi COVID-19, kita harus mempertimbangkan kemaslahatan bersama. Jika pelaksanaan
ibadah di tempat umum dapat menimbulkan risiko penularan virus, maka kita harus
mengutamakan kebaikan bersama dengan melaksanakan ibadah di rumah atau mengikuti
protokol kesehatan yang ketat.

3. Istislah/Maslahah:

Istislah atau maslahah adalah metode ijtihad yang mengutamakan kemaslahatan umat. Dalam
konteks toleransi beragama, istislah dapat diterapkan dengan mempertimbangkan dampak positif
dan negatif dari suatu kebijakan atau tindakan yang berkaitan dengan keberagaman agama.
Kebijakan dan tindakan yang mendukung toleransi beragama dan menghargai keberagaman akan
membawa kemaslahatan bagi seluruh masyarakat, sementara kebijakan dan tindakan yang
merusak toleransi beragama akan membawa dampak negatif dan perpecahan.

Sebagai contoh, pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan pendidikan, media, dan
kebudayaan mendukung toleransi beragama dan keberagaman. Pendidikan yang mengajarkan
nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan keadilan akan membentuk karakter individu yang
menghargai perbedaan dan mampu hidup berdampingan dengan orang lain yang berbeda
keyakinan. Media yang menyajikan informasi yang seimbang dan tidak memprovokasi konflik
antar umat beragama juga akan membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi toleransi
beragama.

Demikianlah analisis mengenai problematika kontemporer keberagaman agama dan toleransi


beragama. Dengan mengacu pada dalil-dalil Al-Qur'an, As-Sunnah, dan metode ijtihad, kita
dapat memahami pentingnya toleransi beragama dalam kehidupan masyarakat yang majemuk
dan multikultural. Semoga kita dapat terus menjaga toleransi beragama dan keharmonisan antar
umat beragama dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai