Kerukunan berasal dari bahasa Arab dengan kata ‘ruku’ yang artinya tiang atau
tiang-tiang yang menopang rumah; penopang yang memberi kedamaian dan
kesejahteraan kepada penghuninya.
Arti secara luas yaitu adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar
semua orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Kata agama berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tradisi.
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam
kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
masyarakat dan bernegara.
Kerukunan antar pemeluk agama yang sama,
yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin
antar masyarakat penganut satu agama.
Kerukunan antar pemeluk agama yang sama
juga harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan,
walaupun sebenarnya dalam hal ini sangat
Jenis-Jenis minim sekali terjadi konflik.
Kerukunan
Umat Kerukunan antar umat beragama lain, yaitu
Beragama suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar
masyarakat yang memeluk agama berbeda-
beda. Kerukunan antar umat beragama lain ini
cukup sulit untuk dijaga. Sering kali terjadi
konflik antar pemeluk agama yang berbeda.
Tujuan Kerukunan Umat Beragama
Maksud dari gambar di atas yaitu, tujuan dari kerukunan umat beragama di
antaranya :
a) Terciptanya suasana yang damai dalam kehidupan masyarakat
b) Toleransi antar umat beragama meningkat sehingga dapat saling menghargai
satu dengan yang lainnya
c) Menciptakan rasa aman bagi setiap umat beragama, baik dalam kehidupan
bermasyarakat, maupun dalam proses peribadatan.
d) Meminimalisir konflik yang terjadi dengan mengatas namakan agama untuk
memprovokasi.
Sikap Islam Terhadap Pemeluk Agama Lain
ين لَ ْام يُقَاتلُو ُاك ْام في الدينا َولَ ْام يُ ْخر ُجو ُك ْام م ْنا ّللاُ عَنا الَذ َا َال يَ ْن َها ُك ُام َا
ب ا ْل ُم ْقسط َا
ين ّللا يُح ُّا
ن ََاۚ إ َا ديَار ُك ْام أ َ ْا
ُ ن تَبَ ُّرو ُه ْام َوت ُ ْقس
طوا إلَ ْيه ْام ا
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-
Mumtahah: 8)
Berikut beberapa bukti bahwa Islam adalah agama yang menjunjung toleransi
terhadap agama lainnya, di antaranya:
Pada era kerasulan Nabi Muhammad saw., perintah untuk mendirikan sebuah Negara
memang belum ada, hal ini dapat dimengerti karena kondisi sosial masyarakat di arab yang
cenderung memegang erat tradisi kesukuannya, sehingga sulit untuk didirikan sebuah
institusi Negara di atas suku-suku tersebut. Oleh karenanya Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad tidak menyuruh untuk mendirikan sebuah Negara Islam, akan tetapi bagaimana
Islam membentuk sebuah masyarakat Islami, bukan Negara Islam. Hal ini dapat tercermin
ketika Nabi Muhammad menjadi pemimpin di dalam Madinah, ia menyadari keberagaman
kelompok yang berada di situ, oleh karenanya ia tidak menjadi pemimpin tunggal dalam
bentuk Negara dalam Madinah, Rasullah sering melibatkan para kepala kelompok di situ,
seperti kaum Yahudi, Nasrani, Anshar, dan kaum pagan dalam urusan sosial. Hingga lahirnya
terbentuknya piagam Madinah. Rasulullah menjadi pemimpin spiritual, dan moral, bukan
politik dan kekuasaan.
Dasar-Dasar Pembentukan Masyarakat Islam