Anda di halaman 1dari 21

Konsep Hidup dalam Al-Qur’an dan Hadis

Yunita Furi Aristyasari


 Pengertian Hidup dan Kehidupan
 Tujuan Hidup
 Manfaaat Kehidupan
 Hidup Sosial dan Bermasyarakat
 Membangun Ukhuwah (Persaudaraan)
Hidup adalah proses
Hidup adalah perjuangan
Hidup hanya sementara
Hidup itu masalah
Hidup adalah ujian
Urip mung mampir ngombe
 Dalam Pandangan Islam, Hidup di dunia itu bagaikan
berladang, hasil panenan ladang akan dinikmati di
kehidupan akhirat.
 Barang siapa yang buruk dalam berladang, maka
akan menuai hasil yang buruk pula.
 Barang siapa yang baik dalam berladang, maka
akan menikmati hasil yang baik.
Konsep Hidup dalam Islam

Allah Berfirman:
 “ Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali
dan telah menghidupkan kami dua kali pula, lalu kami
mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan
bagi kami untuk keluar dari neraka?”. – Qs. Al-Mu’min: 11
 “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu
tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian
kamu dimatikan dan dihidupkan_Nya kembali, kemudian
kepada-Nya kamu dikembalikan.” – Qs. Al-Baqarah: 28
 “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
setetes air mani yang bercampur yang Kami hendak
mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu
Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” – Qs. Al-Insan:
2
Untuk apa kita hidup?

 Pertanyaan yang serupa adalah “Untuk apa kita


diciptakan di dunia?”
 Sebagian tidak mau tahu untuk apa dia hidup atau
tidak memiliki tujuan final dari dia hidup
 Ada yang memiliki tujuan hidup, tetapi dia salah
menentukan tujuan hidupnya
 Tidak ada kajian atau studi ilmiah yang dapat
memberitahu kita untuk apa kita hidup di dunia
 Oleh sebab itu, muncullah golongan-golongan di atas
Untuk apa kita hidup

 Namun, Allah memberitahu kita apa tujuan hidup kita

“ Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk


menyembah kepada-KU.” – Qs. Adz-Dzariyat: 56
Jelaslah bahwa tujuan kita hidup di dunia adalah untuk
semata-mata mengabdi kepada Allah.
Pada akhirnya, semua amal dan usaha yang dilakukan
semasa hidup di dunia akan kembali kepada kita di
akhirat.
8 KEHIDUPAN = POLA
AKADEMI
Jeffrey Lang: ujian di dunia ini, kemudian ada hari
pembalasan memiliki kemiripan dengan pola akademi.
Ia menyerupai akhir semester atau hari wisuda di
perguruan tinggi.
Manusia saat itu akan disaring menjadi tiga kelompok
(QS. al-Waqi’ah [56]: 7-56):
1. Golongan paling beriman, yaitu mereka yang paling
baik dalam ketundukan kepada Tuhan dan mereka
didekatkan kepada Tuhan.

Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A. 9/8/2018


9 KEHIDUPAN =POLA AKADEMI

2. Golongan kanan, yaitu orang-orang yang beramal


cukup baik di dunia tetapi tidak mencapai
keunggulan golongan paling beriman.
3. Golongan kiri, yaitu orang-orang yang gagal dalam
mengarungi kehidupan dan akan mendapat azab di
akhirat. Wajah orang-orang gagal tampak terhina,
tertekan, dan kepayahan, sedang mereka yang
berhasil, wajah mereka tampak senang dan berseri-
seri (QS. al-Gasyiyah [88]:1-16)

Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A. 9/8/2018


Kehidupan Akhirat

 Setiap manusia akan mengalami sakaratul maut.


Dalam sebuah hadis, ketika maut datang menjemput
Rasulullah Saw. Mengusap keringat seraya bersabda:
“Mahasuci Allah, sesungguhnya sakaratul maut itu
pada setiap orang yang meninggal”.
 Setelah mengalami kematiannya (kematian kedua),
manusia akan menjalani kehidupan keduanya, yakni
kehidupan akhirat.
 Kehidupan akhirat inilah yang dinamakan dengan
kehidupan hayawan (kehidupan yang sempurna).
Sementara, kehidupan dunya disebut dengan
kehidupan yang rendah. Lihat QS. Al- ‘Ankabut: 64,
An-Nisa’: 77, At-Taubah: 38.
Kehidupan Akhirat

 Fase kehidupan Akhirat:

Hari
Pembalasan
Hari
Pengadilan
Peniupan
sangkakala
Peniupan kedua
Sangkakala
pertama
Hakikat Masyarakat

 Masyarakat didefinisikan sebagai kumpulan individu atau


kelompok yang diikat oleh kesatuan Negara,
kebudayaan, dan agama. Termasuk segala jalinan
hubungan timbal balik yang berangkat atas kepentingan
bersama, adat kebiasaan, pola-pola, teknik-teknik, sistem
hidup, undang-undang, isntitusi, segala segi fenomena
yang dirangkum oleh masyarakat.
 Banyak pendapat yang mendefinisikan masyarakat. Dari
segala definisi, maka diambil unsur-unsur sebagai berikut:
a) Hidup bersama dua orang atau lebih, b) hidup
bercampur dan bergaul cukup lama, c) hidup dalam
kesatuan yang utuh, d) merasa adanya keterikatan, e)
adanya aturan yang jelas dan disepakati bersama.
Masyarakat Islam

 Masyarakat Islam memiliki ciri tertentu yang dapat


dibedakan dari kelompok masyarakat lainnya.
 Gambaran masyarakat Islam yang utuh dapat dilihat
pada masa Rasulullah Saw, sahabat, dan masa
keemasan Islam, bahkan mungkin zaman sekarang.
 Kehidupan masyarakat Islam menerapkan ajaran
Islam dalam seluruh aspek kehidupannya seperti
dalam bidang akidah, ibadah, akhlak, undang-
undang dan sistem pemerintahan.
Dasar Pembentukan
Masyarakat Islam
1. Persaudaraan -- masyarakat yang dibina atas dasar
persaudaraan yang utuh dilandasi keyakinan bersama akan
tauhidullah. Al-hujurat: 10
2. Kasih sayang -- Sabda Rasulullah Saw., “ tak sempurna iman
seorang muslim sehingga ia mencintai saudaranya seperti
mencintai saudaranya sendiri”.
3. Persamaan – masyarakat Islam memiliki hak dan kewajiban
yang sama. Tidak ada perbedaan yang didasarkan status,
kekayaan, suku, ras kecuali ketakwaannya d hadapan Allah
Swt.
4. Kebebasan – masyarakat Islam dibina untuk memiliki
kebebassan atau kemerdekaan. Kemerdekaan adalah hak
asasi setiap manuuia
5. Keadilan Sosial – islam sangat menekankan keadilan, yaitu
meletakkan sesuatu pada proporsinya sesuai dengan aturan
Allah Swt.
Hidup Sosial Bermasyarakat
 Dalam pandangan Islam, hidup bermasyarakat ini termasuk
dalam muamalah. Dalam bermuamalah, ada nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang perlu dibina dan dipelihara:

Musyawarah

Gotong Royong

Keadilan

Toleransi

DLL
Membangun Ukhuwah
Islamiyah
Rasulullah Bersabda:
 “Seorang muslim adalah orang yang ucapan dan
tangannya menyelamatkan kepada yang lainnya.”
(Al-Hadis)
 “Sebaik-baiknya manusia adalah yang lebih
bermanfaat bagi kehidupan sesamanya.” (Al-Hadis)
 “Muslim satu dengan muslim lainnya bersaudara
bagaikan suatu bangunan yang satu bagiannya
menguatkan bagian lainnya.” (Al-Hadis)
Membangun Ukhuwah
Islamiyah
 Ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan yang lahir
karena Islam yang dipeluk oleh sekelompok orang
atau masyarakat, dengan Islam diletakkan sebagai
pedoman bagi kehidupannya.
 Dengan kata, berbagai macam perbedaan sosial,
politik, ekonomi, budaya, suku disatukan di bawah
naungan Islam.
 Persamaan dalam bidang akidah (ushul) dan
toleransi dalam bidang furu’ akan mengantarkan
pada terbinanya ukhuwah Islamiyah.
Membangun Ukhuwah
Islamiyah
 Qs. Al-Hujurat: 10, 11, 12

“Sesungguhnya orang Mukmin itu bersaudara, karena itu


damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
“Wahai orang-orang beriman, Janganlah suatu kaum mengolok-
olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang diperolok-
olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-olok. Dan jangan
pula perempuan mengolok-olok perempuan lain, karena boleh
jadi perempuan yang diolok-olok lebih baik dari perempuan
yang mengolok-olok. Janganlah saling mencela satu sama
laindan jangan saling memanggil dengan gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk setelah
beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang zalim.”
Membangun Ukhuwah
Islamiyah
“ Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak
dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. apakah ada di
antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah
Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
Karakteristik Masyarakat
Islam
 Karakteristik masyarakat Islam yang diinginkan dapat
dilihat dalam piagam madinah. Terdapat dua landasan
pokok dalam piagam Madinah.
1. Semua pemeluk islam adalah satu umat walaupun
mereka berbeda suku dan bangsa
2. Hubungan antara komunitas Muslim dan Non Muslim
didasarkan pada prinsip-prinsip:
- berintegrasi secara baik dengan sesama tetangga
- saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
- membela mereka yang teraniaya
- saling menasihati
- menghormati kebebasan beragama.
Referensi

 Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid, Bandung: Pustaka, 1995


 Musa Asy’ari, Dialektika Agama untuk Pembebasan
Spiritual, Yogyakarta: LESFI, 2002
 Nurcholish Majid, Masyarakat Religius, Jakarta: Dian
Rakyat, 2010
 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung:
Mizan, 2004
 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Jilid 1, 2015

Anda mungkin juga menyukai