Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masyarakat Beradab dan Sejahtera

Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu

wilayah tertentu, bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan

kesadaran pada diri setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan. Asal usul

pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial

yang senantiasa membutuhkan orang lain. Dari fitrah ini kemudian mereka

berinteraksi satu sama lain dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan

hubungan sosial yang pada gilirannya menumbuhkan kesadaran akan kesatuan.

Untuk menjaga ketertiban daripada hubungan sosial itu, maka dibuatlah sebuah

peraturan.

Dalam perkembangan berikutnya, seiring dengan berjumlahnya individu

yang menjadi anggota tersebut dan perkembangan kebudayaan, masyarakat

berkembang menjadi sesuatu yang kompleks. Maka muncullah lembaga sosial,

kelompok sosial, kaidah-kaidah sosial sebagai struktur masyarakat dan proses

sosial dan perubahan sosial sebagai dinamika masyarakat.

Masyarakat beradab dan sejahtera dapat dikonseptualisasikan sebagai

civil society atau masyarakat madani. Meskipun memiliki makna dan sejarah

sendiri, tetapi keduanya, civil society dan masyarakat madani merujuk pada

semangat yang sama sebagai sebuah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis,
sejahtera, dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diimplementasikan dalam

kehidupan sosial.

Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah

keadilan sosial, egalitarianisme, pluralisme, supremasi hukum, dan pengawasan

sosial. Keadilan sosial adalah tindakan adil terhadap setiap orang dan

membebaskan segala penindasan. Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa

diskriminasi baik etnis, agama, suku, dll. Pluralisme adalah sikap menghormati

kemajemukan dengan menerimanya secara tulus sebagai sebuah anugerah dan

kebajikan. Supremasi hukum adalah menempatkan hukum di atas segalanya dan

menetapkannya tanpa memandang “atas” dan “bawah”

2.2 Peran Umat Beragama Dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan

Sejahtera

1. Landasan

Masyarakat, sebagaimana masyarakat madani binaan Rasulullah,

didasarkan pada Alquran dan Assunnah beliau sendiri. Petunjuk Alquran yang

langsung berkenaan dengan masyarakat beradab dan sejahtera didasarkan pada

hal-hal sebagai berikut:

A. Tauhid

Rumusan tauhid terdapat dalam surat al-Ikhlas sebagai berikut:

‫قل هو هللا احد هللا الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا احد‬
Katakanlah, “Dia lah Alah Yang Maha Esa”. Allah adalah Tuhan yang bergantung

kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula dianakkan. Dan tidak

ada seorang pun yang setara dengan Dia (Q.S. al-Ikhlas/ll2:l-4)

Dalam ayat kedua dari surat tersebut menyatakan bahwa segala sesuatu

bergantung kepada Allah swt., termasuk segala urusan yang berkenaan dengan

masyarakat. Kepada Allah mereka, masyarakat, kumpulan dari orang perorang,

yang memiliki sistem budaya dan pandangan hidup, menyembah dan mohon

pertolongan. Allah berfirman:

‫ وايك نستعين‬M‫ايا ك نعبد‬

Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon

pertolongan (Q.S. al-Fatihah/1:5).

Dalam sistem kebangsaan dan kenegaraan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, prinsip tauhid sejalan dengan sila pertama, “ketuhanan Yang Maha

Esa”, bahkan sebenarnya prinsip tauhid menjiwai sila pertama ini.

B. Perdamaian

Suatu masyarakat, negara, bahkan masyarakat yang paling mikro

sekalipun, yaitu keluarga batih (nuclear family: suami, istri, dan anak) tidak akan

bisa bertahan kebaradaannya kalau tidak ada perdamaian diantara warganya.

Alquran mengatakan

‫ انما الموْ منون اخوة فاصلحوا بين اخويكم‬. . . ‫ان طافتان من ا لمؤ منين ا قتتلوا فاصلحوا بينهم‬

Dan jika ada dua golongan orang-orang mukmin berperang (bermusuhan), maka

damaikan diantara keduanya . . . sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah


bersaudara. Karena itu damaikanlah anatara kedua saudaramu itu (Q.S. al-

Hujarat/49: 9 dan l0).

Semangat ayat itu hendaklah yang satu kepada yang lain senantiasa

berbuat baik, dan tidak boleh saling bermusuhan.

C. Saling Tolong Menolong

Tolong menolong merupakan kelanjutan dan isi berbuat baik terhadap

orang lain. Secara naluri, orang yang pernah ditolong oleh orang lain di saat ia

tertimpa kesulitan, diam-diam ia berjanji “suatu saat akan membalas budi baik

yang sedang diterima”. Di saat itu ia merasa berhutang budi. Di saat ini pula

sering terlontar kata “semoga Allah membalas budi baik Bapak . . . dan sering

pula diiringi doa “Jazakumu-llahu khairal jaza’, jazakumu-llah khairan

kasira”(semoga Allah membalas kebaikan yang jauh lebih baik dan semoga Allah

membalas dengan kebaikan yang lebih banyak). Dlam hal tolong-menolong, Allah

memerintahkan demikian:

‫تعا ونوا على البر وا لتقوى وال تعاونوا على االثم والعدوا ان هلل شد يد العقاب‬

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah

kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (Q.S.

alMaidah/5:3).

D. Bermusyawarah

Dalam bermusyawarah sering muncul kepentingan yang berbeda dari

masing-masing sub kelompok atau warga. Supaya tidak ada pihak yang dirugikan

atau tertindas, musyawarah untuk mencapai kata sepakat, motto yang harus sama-
sama dijunjung tinggi adalah “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”, nikmat

sama-sama dirasakan”, “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Allah

berfirman:

‫وشا ورهم فى ا المر فاذا عز مت فتو كل على هللا‬

Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila

membulatkan tekad (keputusan) maka bertakwalah kepada Allah (Q.S. Ali

Imran/3: l59).

Musyawarah memang telah terbukti mempersatukan (ta’lluf),

masyarakat (Jaelani, 2006:247).

E. Adil

Adil merupakan kata kunci untuk menghapus segala bentuk

kecemburuan sosial. Aneka macam bentuk protes dan demo-demo kolosal

umumnya menuntut keadilan atau rasa keadilan karena merasa dirugikan oleh

mitra kerja, juragan, majikan, atau pemerintah. Jika para penguasa, majikan,

juragan, dan pemegang amanah lainnya berbuat adil insyaallah kesentosaan dan

kesejahteraan akan menjadi kenyataan bagi masyarakatnya karena rakyat merasa

dilindungi dan diayomi, dan penguasa dihormati dan disegani.

Sifat utama adil dan keadilan amat diserukan dalam Islam. Himbauan,

perintah, janji ganjaran bagi yang berbuat adil, ancaman siksa bagi yang berbuat

tidak adil (curang, culas, dan lalim) disebut 28 kali (‘Abd al-Baqi, [t.th]:569-

700),dan sinonimnya (al-qist) disebut 29 kali dalam Alquran (‘Abd al-Baqi,

[t.th.]:691-692). Ini menendakan adil harus menjadi ciri utama bagi setiap muslim

atau masyarakat muslim dalam semua urusan


F. Akhlak

Nabi Muhammad mengaku bahwa dirinya diutus di muka bumi ini untuk

menyempurnakan akahlak manusia supaya ber-akhlaqul karimah. Pengakuan itu

diwujudkan dengan tindakan konkrit beliau baik sebagai pribadi maupun dalam

membangun masyarakat Islam di masanya, yaitu sebagai masyarakat yang disitir

dalam Alquran:

‫بلدة طيبة و رب غفو ر‬

Negeri yang baik dan Allah berkenan senantiasa menurunkan ampunan-Nya (Q.S.

as-Saba’/34:15).

2. Aktualisasi Ajaran

Betapapun rasional dan terperinci suatu ajaran, doktrin, ia hanya terdiri

atas sejumlah pasal, diktum, prinsip yang berisi himbauan, perintah, informasi,

larangan, riward, dan punishment. Ajaran hanya akan bermakna kalau dipandang

penting oleh pemilik, penganut, dan pendukung ajaran. Dengan kata lain ajaran

menjadi nilai sebagai acuan berbuat baik oleh individu, kelompok, maupun

budaya (S.Takdir, l982:20-30). Sebaliknya jika diabaikan, ajaran hanya berhenti

sebagai potensi dan tidak pernah berubah menjadi aktus.

Supaya ajaran sebagai potensi berubah menjadi aktus , pertama

seseorang harus yakin atau iman, bahwa ayat-ayat quraniyah itu benar (al-Ghazali,

[t.trh.]:8) secara mutlak (absolut). Keimanan pada Alquran mengikat diri begitu

kuat (hablummina-llah- tali dari dari Allah) sehingga jika tidak melaksanakan
yang diyakini, diyakini pula pasti ada sanksinya yang dapat merugikan diri

sendiri.

Dengan kata lain kondisi iman telah mukhlis (murni) tanpa sedikitpun

mengandung keraguan. Iman semacam ini mampu melahirkan kehendak untuk

berbuat. Kualitas kehendak atas dasar keyakinan tanpa ragu mendesakkan keluar

untuk melahirkan perbuatan. Jika perbuatan itu dirasa menguntungkan cenderung

untuk diulanginya. Pengulangan yang ajeg dan konstan akan menjadi kebiasaan

atau perbuatan itu telah menjadi pola. Dalam tahap demikian potensi telah

menjadi aktual atau aksi, dan ajaran telah berubah menjadi pelaksanaan ajaran.

Supaya aksi seseorang menjalar menjadi aksi kelompoknya (aksi sosial),

prinsip dakwah Islamiyyah tentang sesuatu yang dipandang baik (amar ma’ruf

nahi munkar) adalah ibda’ binafsik (mulailah dari dirimu). Perintah ini berlaku

secara universal, artinya semua mubaligh - dan setiap muslim adalah mubalgh -

merasa diseru untuk itu. Dalam aksi, unsur keteladanan (uswah hasanah) amat

penting peranannya. Keteladanan membutuhkan figur kharismatik, atau figur-

figur yang memiliki otoritas, termasuk di dalamnya para public figure. Jika orang-

orang semacam ini telah memiliki perbuatan berpola untuk mewujudkan

masyarakat beradab, didukung ketiadaan sekat di dalam bidang komunikasi

modern, dalam waktu singkat aksi para individu atau beberapa individu akan

segera menjadi aksi sosial-masyarakat dan segera menggelinding menjadi budaya.

Sebaliknya jika para public figure dalam berbagai bidang kehidupan:

sosial, politik, seni, ekonomi, dan agama tidak ada yang pantas dicontoh, yang

segera muncul adalah anakhisme. Telah terbukti cost untuk mereformasi budaya
anarkhisme begitu mahal dan membutuhkan waktu beberapa generasi, yang dalam

istilah Jawa pitung turunan (tujuh generasi - pengertian umum tujuh adalah

banyak).

2.3 Usaha yang harus dilakukan oleh umat bergama dalam mewujudkan

masyarakat madani.

1. Menumbuhkan sikap saling pengertian antara sesama umat beragamaPeran ini

bisa dilakukan melalui dialog intensif. Mengutip perkataan Hans Kung yang

tentang keharusan berdialog:

2. Tidak ada perdamaian di antara bangsa-bangsa tanpa adanya dialog

antaragama, tidak ada perdamaian di antara agama-agama tanpa adanya dialog

antar umat beragama; tidak ada dialog antar umat beragama tanpa ada investasi

dasar (fondasi) agama-agama.

3. Melakukan studi-studi agama dengan tujuan menciptakan kerukunan umat

beragama

4. Melakukan usaha-usaha penumbuhan sikap-sikap demokratis, pluralis, dan

toleran kepada umat beragama sejak dini melalui pendidikanIslam mewajibkan

umatnya untuk berdakwah, akan tetapi dakwah tersebut harus disampaikan

dengan cara yang baik dan manusiawi. Keyakinan yang berbeda harus dihormati.

Islam mengajarkan umatnya sikap toleransi karena tidak ada paksaan untuk

menerima Islam. Islam juga tidak membenarkan umatnya menghina umat agama

lain.
Dalam hal ini, Allah berfirman dalam Q.S. Al-An’aam:108

1.

َ ِ‫َواَل تَ ُسبُّوا الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ فَيَ ُسبُّوا هَّللا َ َع ْد ًوا بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم ۗ َك ٰ َذل‬
‫ك زَ يَّنَّا لِ ُك ِّل أُ َّم ٍة َع َملَهُ ْم ثُ َّم إِلَ ٰى‬

َ‫َربِّ ِه ْم َمرْ ِج ُعهُ ْم فَيُنَبِّئُهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah

selain Allah.”

2.

ْ ُ‫اس َحتَّى يَ ُكون‬


َ‫وا ُم ْؤ ِمنِين‬ َ َّ‫ض ُكلُّهُ ْم َج ِميعًا أَفَأَنتَ تُ ْك ِرهُ الن‬
ِ ْ‫ك آل َمنَ َمن فِي األَر‬
َ ُّ‫َولَوْ َشاء َرب‬

Artinya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang

yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia

supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”(Q.S. Yunus:99)

Selain dalam Al-Qur’an, Perintah bertoleransi juga terdapat dalam hadits Rasul.

Al-Bukhari dalam Kitab Iman, bab Agama itu Mudah, menyebutkan: 

3.

‫ف قَا َل َح َّدثَنِي ُم َح َّم ُد بْنُ ْال ُم ْنكَ ِد ِر ع َْن جَ ابِ ِر ب ِْن‬


ٍ ‫ش َح َّدثَنَا أَبُو َغسَّانَ ُم َح َّم ُد بْنُ ُمطَ ِّر‬
ٍ ‫َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْنُ َعيَّا‬

َ ِ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬


‫ ْمحًا إِ َذا بَا َع َوإِ َذا‬M ‫ َر ِح َم هَّللا ُ َر ُجاًل َس‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬ ِ ‫َع ْب ِد هَّللا ِ َر‬

َ ‫ا ْشتَ َرى َوإِ َذا ا ْقت‬. 


‫َضى‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada

saya Abi telah menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan

kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari

Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah


yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-

Samhah (yang lurus lagi toleran)"

Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang

toleran.

5. Mengerahkan energi bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama membangun

masyarakat madani
DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an al karim

‘Abd al-Baqi, Ahmad Fuad , al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an

al-Karim.Indonesia:Maktabah Dahlan, [t.th.].

Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, al-Munqid min ad-

Dalal.Surabaya: Salim Nabhan, [t.th.].

Daud Ali,Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Departemen Pendidikan &kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta:PN.Balai Pustaka, l990.

Jaelani, Aan, Masyarakat Islam dalam Pandangan al-Mawardi, Bandung:

Pustaka, 2006.

Lidinillah, Mustofa Anshori (et all), Pendidikan Agama Islam.

Yogyakarta: Filsafat UGM, 2006.

Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam. Jakarta: Attahiriah, l976.

Syahbana, S.Takdir, Values as Integrating Forces in Personality, Society,

and Culture. Kuala Lumpur: University Malay Press, l982.

Syadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara. Jakarta: Universitas

Indonesia,l990.at-Turmuzi, Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa Ibn Sauroh, Sunan at-
Turmuzi al-Jami’ ash-Shahih, Juz III. Semarang: Maktabah wa mathba’ah Taha

Putra [t.th].

Anda mungkin juga menyukai