Anda di halaman 1dari 5

Nama : IRFAN ADITYA RIZKI

NIM : 044585914
Kelas : 414 – Pendidikan Agama Islam
Program Studi : S1 Manajemen
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam – MKDU4101
UPBJJ : UPBJJ – Bandung
Guru Tutor : Soni Samsu Rizal, M.Pd.I. 01001414
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Selamat Sore, kepada Guru Tutor Bapak Soni Samsu Rizal mengampu pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) semoga diberikan kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-harinya.
Mohon izin, saya menjawab soal diskusi yang telah Bapak berikan.
1. Manusia pertama diciptakan oleh Allah adalah adam, kemudian beranak pianak dan
membentuk sebuah masyarakat. Menurut Aristoteles, manusia adalah zoon politicon (man is
social animal) dimana manusia tidak bisa hidup sendiri, hal yang sama dijelaskan oleh
Bouman bahwa Manusia baru menjadi manusia setelah manusia itu hidup dengan manusia
lainnya. Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah
tertentu, bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran pada diri
setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan. Jelaskan secara singkat asal usul pembentukan
masyarakat?
1) Nabi Adam a.s merupakan manusia pertama di muka bumi ini, kemudian Allah
menciptakan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam a.s. dan dipasangkan keduanya. Kemudian
Nabi Adam a.s dan Hawa beranak pianak yang terdiri dari Qabil, Habil, Iklima dan Labuda
sehingga dapat membentuk sebuah masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial, dimana manusia adalah makhluk yang bersama. Aristoteles
menyatakan manusia adalah zoon politicon (man is social animal), maka dari itu jati diri
manusia dapat terbentuk setelah ia bersama dengan orang lain. Seperti yang dijelaskan oleh
Bouman yaitu “manusia baru menjadi manusia setelah manusia itu hidup dengan manusia
lainnya”.
Keinginan manusia agar bisa bersama dengan orang lain atau membutuhkan orang lain adalah
salah satu fitrah. Bahkan Soerjono Soekanto menyatakan “Di dalam diri manusia pada
dasarnya telah terdapat keinginan, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia yang
lainnya dan keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya”. Maka dari itu perbuatan
pengasingan diri atau yang disebut dengan isolasi dapat dikatakan pengingkaran terhadap
fitrah dan dapat berakibat fatal bagi manusia itu sendiri. Banyak fakta yang ditunjukkan oleh
studi sosial dan psikologi bahwa pengingkaran hakikat sosial manusia (cara hidup bersendiri)
akan mempengaruhi perkembangan hidupnya dan manusia tersebut akan mengalami
gangguan yang cukup serius.
Hal ini dijelaskan bahwasanya Allah SWT berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 195 yang
artinya ”Lalu Tuhan mereka memperkenankan permintaannya, (seraya berkata):
Sesungguhnya Aku tiada menyia-nyiakan (pahala) amalan orang yang beramal di antara
kamu baik laki-laki maupun perempuan, setengah kamu dari yang lain (sebangsa). Maka
orang-orang yang hijrah dan diusir dari negerinya, lagi disakiti dalam jalan-Ku (agama-Ku)
dan mereka berperang dan terbunuh, sesungguhnya Aku hapuskan segala kesalahannya dam
Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir air sungai di bawahnya, sebagai
pahala dari Allah, dan Allah di sisi-Nya pahala yang baik”. Dalam ayat lain, Allah SWT
juga berfirman dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13 bahwasanya Allah menciptakan manusia terdiri
dari laki-laki dan perempuan, kemudian Allah menjadikannya berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar semua manusia dapat “lita’aarofuu” (supaya saling mengenal). Dan
diantara yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa.
Interaksi sosial merupakan wujud keinginan dari makhluk sosial, sehingga dengan adanya
pergaulan dan interaksi tersebut dapat terciptanya suatu pergaulan hidup. Dari pergaulan
hidup itulah dapat menumbuhkan kesadaran diantara tiap-tiap manusia akan pentingnya
keberadaan. Akan tetapi, karena setiap individu dalam berhubungan sosial memiliki
karakteristik yang bermacam-macam, maka dapat dimungkinkan terjadinya konflik. Agar
konflik tersebut tidak dapat terjadi, maka perlu adanya suatu aturan dan norma-norma yang
dapat mengatur hubungan sosial tersebut.
Dalam perkembangannya, sebuah masyarakat terdapat sistem yang kompleks dimana sistem
tersebut melibatkan berbagai macam unsur. Unsur tersebut yaitu struktur dan dinamika dari
sosial itu sendiri. Struktur masyarakat atau struktur sosial yaitu keseluruhan jalinan antar
unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kaidah-kaidah sosial, Lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial. Pada unsur dinamika sosial, dinamika
sosial yaitu apa yang disebut dengan proses sosial atau perubahan-perubahan sosial. Proses
sosial merupakan pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Jadi
perubahan sosial dapat dimaksudkan sebagai suatu cara-cara hidup yang sudah ada karena
pengaruh-pengaruh yang menyertainya.
2. Untuk mencapai sebuah tujuan, setiap manusia wajib memiliki prinsip-prinsip yang harus
dipegang teguh oleh manusia. Begitu juga untuk menciptakan masyaraka madani harus
memiliki prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dan diimplentasi dalam tatanan
kehidupan umat manusia. Prinsip-prinsip tersebut adalah 1) keadilan, 2) supremasi hukum 3),
egalitarianisme (persamaan), 4) pluralisme, 5) pengawas sosial. Jelaskan kelima prinsip
tersebut!
2) A). Keadilan, yaitu suatu tindakan yang adil terhadap setiap orang dan membebaskan
segala bentuk-bentuk penindasan. Keadilan sendiri merupakan bersifat fitrah yang harus
ditegakkan karena sebagai pengejawantahan dari perjanjian manusia mengakui Allah sebagai
Tuhannya. Dalam Al-Qur’an, keadilan sebagai hukum keseimbangan (hukum jagat raya),
karena keadilan juga adalah bentuk sikap yang paling dekat dengan taqwa. Maka dari itu
bentuk ketidakadilan adalah suatu bentuk penyelewengan yang dikutuk keras dalam Al-
Qur’an. Hal ini difirmankan oleh Allah SWT dalam Q.S At-Takaatsur ayat 1-8 dan Q.S Al-
Humazah ayat 1-9 yang artinya :
“(1) Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (2) Sampai kamu masuk ke dalam kubur,
(3) Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat dari perbuatanmu itu), (4)
Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. (5) Sekali-kali tidak! Sekiranya
kamu mengetahui dengan pasti. (6) Nisacaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim.
(7) Kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepada sendiri. (8)
Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di
dunia itu).” (Q.S At-Takaatsur ayat 1-8)
“(1) Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, (2) yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitungnya, (3) dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat
mengekalkannya. (4) Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka)
Hutamah. (5) Dan tahukah kamu apakah (neraka) Hutamah itu? (6) (Yaitu) api (azab) Allah
yang dinyalakan, (7) yang (membakar) sampai ke hati. (8) Sungguh, api itu ditutup rapat
atas (diri) mereka, (9) (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (Q.S Al-
Humazah ayat 1-9)
B) Supremasi hukum, yaitu suatu tindakan penempatan hukum di atas segalanya. Supremasi
hukum harus dietapkan kepada siapapun tanpa pandang bulu, bahkan kepada orang yang
membenci kita, tetap berlaku adil. Sebagaimana ditegaskan dalam Q.S Al-Maidah ayat 8
yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri karena Allah,
menjadi saksi dengan keadilan. Janganlah kamu tertarik karena kebencianmu kepada satu
kaum, sehingga kamu tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena keadilan itu lebih dekat
kepada taqwa dan takutlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa
yang kamu kerjakan” (Q.S Al-Maidah ayat 8).
Dan juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Sebenarnya hancurnya mereka sebelum kamu
karena mereka menegakkan hukum atas rakyat jelata dan meninggalkan hukum atas orang
besar. Demi dia, Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya Fatimah berbuat jahat
pasti aku potong tangannya” (H.R Bukhari dan Muslim).
C) Egalitarianisme (persamaan), yaitu sikap kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis, suku,
ras, agama dan lain-lain. Karena pada dasarnya semua manusia di kalangan manapun, dari
keanekaragaman manapun, yang dihargai bukan atas dasar geneologis, melainkan atas dasar
prestasi yang dalam bahasa Al-Qur’an yaitu taqwa. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah
SWT dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13 yang artinya “Wahai manusia! sesungguhnya Aku telah
menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan kemudian Kami jadikan kalian
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal, Sesungguhnya semulia-
mulianya kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kalian” (Q.S Al-Hujurat
ayat 13).
D) Pluralisme, yaitu suatu sikap yang menerima dan menghormati kemajemukan secara
tulus dan menganggap sebagai sebuah anugerah dan kebaikan. Sikap tulus tersebut dapat
memperkaya budaya melalui interaksi yang dinamis dengan pertukaran budaya yang
beranekaragam itu. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Yunus ayat 99 dan Q.S
Al-An’aam ayat 108 yang artinya :
“Dan apabila Tuhanmu menghendaki niscaya semua manusia akan beriman kepada Allah,
apakah engkau akan memaksa manusia sehingga mereka beriman” (Q.S Yunus ayat 99)
”Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah” (Q.S
Al-An’aam ayat 108)
E) Pengawasan Sosial, yaitu suatu bentuk kegiatan demi kebaikan bersama, seperti amal
saleh. Karena pada dasarnya manusia adalah fitrah dan suci, maka dari itu kejahatan yang
dilakukan bukan karena dirinya akan tetapi dapat disebabkan oleh faktor-faktor luar yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu, agar manusia berada dalam jalan kebaikan maka perlu
adanya pengawasan sosial. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S Al-Asr ayat 1-3 yang artinya
“Demi masa. Sesungguhnya, manusia itu ada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal saleh dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati
dalam kesabaran” (Q.S Al-Asr ayat 1-3).
3. Agama sejatinya selalu membawa kedamaian, kenyamanan, dan ketentraman baik bagi
pemeluknya ataupun bukan pemeluknya karena setiap agama selalu memberikan keselamatan
bagi pemeluhnya masing-masing. Namun, masih banyak pemelukan yang mengklaim bahwa
agama sendiri yang paling benar dan agama orang lain harus dimusnahkan, sebagaimana
insiden di bangsa kita Indonesia seperti Situbondo (Jawa Timur), Ketapang (Jakarta) di mana
gereja dibakar oleh umat Islam, Kupang (Nusa Tenggara Timur) di mana masjid dibakar oleh
umat Kristiani. Belum lagi kasus Maluku dan Poso yang hingga hari ini belum terselesaikan
dengan baik. Salah satu penyebabkan adalah karena kesempitan berfikir dalam beragama.
Untuk itu, dibutuhkan peran umat beragama. Jelaskan bagaimana Peran yang dapat
dilakukan oleh umat beragama dalam mewujudkan masyarakat madani?
3) Peran yang perlu dilakukan oleh umat beragama dalam perwujudan masyarakat madani
adalah sebagai berikut :
1) Perlu adanya saling pengertian antar sesama umat beragama. Peran ini dilakukan seperti
dialog intensif. Mukti Ali mengemukakan bahwa dialog tersebut dengan cara
mempertemukan orang-orang atau kelompok dari agama atau ideologi yang berbeda sampai
pada pengertian bersama tentang isu tertentu, setuju atau tidak setuju dengan sikap yang
penuh apresiasi, dan untuk bekerja sama, dan menemukan rahasia makna kehidupan ini.
Dialog adalah proses dimana setiap individu atau kelompok berupaya untuk menghilangkan
rasa takut dan rasa tidak percaya satu sama lain dan dapat mengembangkan hubungan baru
dengan rasa saling percaya. Maka, dengan dialog tersebut perdamaian antar umat beragama
akan tercapai.
2) Perlu adanya studi-studi agama yang bermaksud untuk menghayati ajaran agama masing-
masing, dapat membangun iman yang dialogis, menumbuhkan rasa etika pergaulan antar
umat beragama, rasa kesadaran untuk menghilangkan bias-bias (propaganda) dari satu umat
beragama terhadap umat agama lain, dapat menghancurkan rintangan-rintangan budaya yang
ada pada masing-masing umat beragama seperti ekslusivisme, menumbuhkan rasa kesadaran
pluralisme, dan menumbuhkan rasa kesadaran adanya solidaritas, dan kerja sama untuk
menyelesaikan kemiskinan, keterbelakangan, ketidakadilan dan lain-lain.
3) Perlu adanya usaha-usaha yang dapat menumbuhkan sikap demokratis, pluralis, dan
toleran kepada umat beragama sejak dini melalui pendidikan.
4) Perlu mengerahkan energi bersama agar cita-cita membangun masyarakat madani dapat
terwujud.
Sumber Pembelajaran :
- Modul Pendidikan Agama Islam (PAI) karangan Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, Wawan
Suharmawan terdapat pada modul ke-3 halaman 3.4 – 3.41
- Penunjang Inovasi Belajar : http://fee88isa.blogspot.com/2015/03/masyarakat-
beradab-peran-umat.html
Mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam berdiskusi ke-3 ini. Mohon bisa
untuk didiskusikan lagi.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai