Anda di halaman 1dari 4

Nama:: Nisya Rivanti Aulia

Nim: 88232031
Kelas: 1c
*UTS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM*
*JURUSAN KEPERAWATAN*
*ARS UNIVERSITY*
*Sabtu, 11 November 2023*

*JAWABLAH PERTANYAAN TERBUKA DI BAWAH INI DENGAN ANALISA YANG CERMAT DAN LENGKAP!*

1. Berdasarkan QS. 51:56 dan QS. 2 : 30 Allah SWT mengutus Nabi Adam dan kita semua ke bumi
untuk dijadikan abid dan khalifah. Mengapa Nabi Adam yang akhirnya dipilih Allah SWT menjadi
khalifah dan jelaskan fungsi serta peranan kita sebagai abid dan khalifah di muka bumi!

2. Allah SWT menciptakan manusia dengan beraneka ragam warna kulit, budaya, bahasa, dsb (QS.
49:13) sebagai wujud kekuasaan-Nya. Coba sebutkan dan jelaskan persamaan serta perbedaan aneka
ragam ras, agama, dan suku bangsa yang ada di dunia, khususnya Indonesia yang teman-teman
ketahui!

3. Jelaskan definisi manusia dan hakikat penciptaannya beserta dalil aqli dan naqlinya!

4. Jelaskan secara rinci proses penciptaan manusia yang ada dalam QS. Al-Mukminun ayat 12-14!

5. Uraikan empat tujuan penciptaan manusia beserta ayat Al-Qur'an yang menjadi landasannya!

6. Agama merupakan risalah Allah SWT sebagai petunjuk bagi manusia sehingga manusia dapat
menyelenggarakan tata cara hidup yang sesuai dengan kehendak Alloh SWT. Jelaskan hakikat dan
sumber hukum agama Islam yang teman-teman ketahui!

7. Sebutkan 3 komponen dalam beragama dan jelaskan satu persatu disertai ayat Al-Qur'annya!

8. Sebutkan minimal 3 perintah dan larangan yang ada dalam Al-Qur'an atau hadist!

9. Jelaskan makna sakit dan sehat dalam pandangan Islam beserta dalilnya!

10. Ceritakan penyakit yang dialami Nabi Ayub

*SELAMAT MENGERJAKAN SEMOGA ILMUNYA MENJADI LANDASAN NIAT DAN AMAL IBADAH DI
HADAPAN ALLAH SWT*
Jawab

1. Menurut pemahaman saya, QS. 51:56 dan QS. 2:30 merujuk pada Allah SWT menciptakan
manusia, khususnya Nabi Adam, sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, Nabi Adam dan
keturunannya memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengelola bumi sesuai dengan
petunjuk Allah. Fungsi utama kita sebagai abid (hamba) dan khalifah (pengelola) adalah
untuk beribadah kepada Allah dan menjaga keseimbangan ekosistem serta memelihara
keadilan di muka bumi.

Kita diharapkan menjalankan peran ini dengan mempraktikkan nilai-nilai keadilan, kebaikan,
dan keberlanjutan, serta menjauhi tindakan yang merusak lingkungan atau menciptakan
ketidakadilan. Dengan mematuhi petunjuk Allah dan menjaga bumi, kita berkontribusi pada
tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi.

2. Persamaan antar berbagai ragam ras, agama, dan suku bangsa di dunia, termasuk Indonesia,
terletak pada hakikat kemanusiaan yang sama. Semua manusia memiliki kebutuhan dasar,
impian, dan potensi yang dapat dikembangkan. Selain itu, nilai-nilai universal seperti
keadilan, cinta, dan belas kasih bersifat lintas ras, agama, dan suku bangsa.

Di sisi lain, perbedaan terlihat dalam aspek-aspek seperti bahasa, budaya, tradisi, dan
keyakinan agama. Indonesia sebagai contoh memiliki beragam suku bangsa seperti Jawa,
Sundanese, Batak, dan masih banyak lainnya, masing-masing dengan bahasa, adat istiadat,
dan kepercayaan yang berbeda. Begitu pula dengan perbedaan agama, di mana Indonesia
memiliki mayoritas Muslim, namun juga masyarakat yang menganut agama-agama lain
seperti Kristen, Hindu, Buddha, dan agama tradisional.

3. Definisi manusia dalam Islam mencakup pemahaman bahwa manusia adalah makhluk yang
memiliki unsur jasmani dan rohani. Hakikat penciptaan manusia dalam perspektif Islam
didasarkan pada kehendak Allah SWT. Terdapat beberapa dalil aqli (rasional) dan naqli (dari
Al-Qur'an dan hadis) yang mendukung pemahaman ini.

Dalil aqli mencakup kemampuan manusia untuk berfikir, merenung, dan merasakan
kebenaran di sekitarnya. Manusia diberikan akal (pikiran) sebagai anugerah utama yang
membedakannya dari makhluk lainnya. Kemampuan ini tercermin dalam firman Allah dalam
QS. 38:72, "Apakah mereka tidak melihat bahwa Kami telah menciptakan manusia dari
sedikit air yang (menjadi) sukarela?"

Dalil naqli dapat ditemukan dalam Al-Qur'an, seperti QS. 95:4 yang menyebutkan,
"Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." Selain itu,
QS. 38:71-72 menjelaskan penciptaan Adam, "Apakah mereka tidak melihat bahwa Kami
menciptakan baginya dari apa yang telah Kami ciptakan dengan tangan Kami sendiri?"

Hakikat penciptaan manusia dalam Islam menekankan tanggung jawab sebagai khalifah di
bumi dan makhluk yang beribadah kepada Allah. Manusia diminta untuk menjalani hidup
sesuai petunjuk-Nya dan berkontribusi pada kemaslahatan umat manusia serta alam
semesta.

4. Ayat 12:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah."
Proses dimulai dengan penciptaan manusia dari suatu saripati, yaitu zat yang sangat halus
dan terpilih. Ini menggambarkan tahap awal penciptaan manusia dari elemen yang berasal
dari tanah.
Ayat 13:
"Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani yang terkumpul (di dalam rahim)."
Setelah itu, zat yang telah diciptakan dari tanah diubah menjadi air mani. Proses ini merujuk
pada tahap pembentukan awal manusia di dalam rahim.
Ayat 14:
"Kemudian Kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik."
Proses ini memberikan langkah-langkah detail evolusi manusia dari air mani, segumpal
darah, segumpal daging, tulang belulang, dan akhirnya menjadi makhluk yang memiliki
bentuk yang sempurna. Proses ini menekankan keagungan dan kehebatan Allah sebagai
Pencipta yang Maha Baik dan Maha Suci.

5. -Beribadah kepada Allah:


Tujuan utama penciptaan manusia dalam perspektif Islam adalah untuk beribadah kepada
Allah. Firman Allah dalam QS. 51:56 menyatakan, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."
-Mengelola Bumi sebagai Khalifah:
Manusia diangkat sebagai khalifah di bumi, bertugas menjaga dan mengelola alam semesta
dengan kebijaksanaan. QS. 2:30 menyebutkan, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'"
-Menguji Ketaqwaan dan Kesabaran:
Kehidupan manusia di dunia ini juga merupakan ujian untuk menguji ketaqwaan dan
kesabaran. Firman Allah dalam QS. 67:2 menyatakan, "Allah yang menciptakan kematian dan
kehidupan untuk menguji kamu (yang lebih baik) di antara kamu dalam amal perbuatan
(mengabdi kepada-Nya)."
-Mencapai Kesejahteraan dan Kebaikan:
Penciptaan manusia juga dimaksudkan agar mereka mencapai kesejahteraan dan berbuat
kebaikan di muka bumi. QS. 7:31 menegaskan, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."

6. Hakikat Agama Islam:


Agama Islam memandang dirinya sebagai risalah atau petunjuk yang Allah SWT berikan
kepada manusia melalui wahyu-Nya. Hakikat agama Islam mencakup keyakinan kepada satu
Tuhan yang Maha Esa (Allah), pengakuan terhadap kenabian, dan kewajiban untuk
menjalankan ajaran-Nya dalam berbagai aspek kehidupan. Islam juga mengajarkan nilai-nilai
moral, etika, dan tata cara hidup yang sesuai dengan petunjuk Allah.

Sumber Hukum Agama Islam:


-al Quran
-Hadits

7. -Iman (Keyakinan):
Iman merupakan pondasi utama dalam beragama Islam. Ini mencakup keyakinan kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir baik
atau buruk yang berasal dari Allah SWT.
Ayat Al-Qur'an yang mendukung:
"Iman itu adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan
dengan anggota badan. (HR. al-Bukhari dan Muslim)"
-Islam (Penyerahan diri kepada Allah):
Islam adalah komponen berikutnya, mencakup tindakan konkret yang menunjukkan
penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah. Ini termasuk melaksanakan ibadah-
ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, serta mematuhi hukum-hukum Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
Ayat Al-Qur'an yang mendukung:
"Maka bertakwalah kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan
infakkanlah (harta bendamu) itu lebih baik bagimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Hashr: 18)
-Ihsan (Kesempurnaan dalam Beribadah):
Ihsan mencakup aspek kedalaman dan kesempurnaan dalam beribadah, yakni beribadah
seolah-olah melihat Allah, sekaligus menyadari bahwa walaupun tidak terlihat, Allah
senantiasa melihat hamba-Nya.
Ayat Al-Qur'an yang mendukung:
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
baik." (QS. An-Nahl: 128)

8. Perintah:
-menjaga sholat
-memberikan zakat
-berbuat ihsan

Larangan:
-mengonsumsi ribawi
-berzina
-berbohong

9. Sakit:
Dalam pandangan Islam, sakit adalah ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah kepada
hamba-Nya. Meskipun sakit bisa menjadi penghapus dosa dan pelipur hati bagi seorang
Muslim yang sabar, namun sakit juga menjadi pengingat akan keterbatasan manusia dan
kekuasaan Allah sebagai Sang Maha Penyembuh. Selain itu, sakit juga dapat menjadi
pembuka pintu ampunan bagi dosa-dosa yang telah dilakukan.
Dalil Al-Qur'an yang mendukung:
"Dan apabila Aku menimpakan penyakit kepada seorang hamba-Ku, maka itu adalah suatu
kabar gembira baginya, sebab itu melainkan petunjuk bahwa Dia ridha kepadanya." (HR.
Bukhari)
-Sehat:
Sehat dalam pandangan Islam adalah nikmat dan karunia dari Allah yang seharusnya
diucapkan syukur. Sehat memberikan kesempatan bagi seorang Muslim untuk beribadah,
beramal, dan mencari keridhaan Allah dengan lebih baik. Sehat juga menjadi tanggung jawab
untuk dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin dalam rangka mencapai kebaikan dan
kesejahteraan.
Dalil Al-Qur'an yang mendukung:
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman: 13)

10. Menurut kisah dalam Al-Qur'an, Nabi Ayub mengalami ujian berupa penyakit yang sangat
parah yang menimpa tubuhnya. Meskipun dia adalah seorang nabi yang diberkahi oleh Allah
dengan kekayaan, keluarga yang besar, dan kesehatan, ujian tersebut datang sebagai cobaan
yang besar. Penyakit tersebut membuat tubuhnya sakit dan cacat.

Dalam keadaan tersebut, Nabi Ayub tetap sabar dan bersyukur kepada Allah. Dia tidak
mengeluh atau menyalahkan-Nya. Kesabaran Nabi Ayub dalam menghadapi ujian tersebut
menjadi teladan bagi umat Islam. Allah kemudian menyembuhkan penyakitnya dan
memberikan kehidupan yang lebih baik sebagai balasan kesabaran dan keimanan yang
teguh.

Anda mungkin juga menyukai