Anda di halaman 1dari 7

1.Dalam bahasa Arab, mahdhah artinya murni dan tidak tercampur dengan apa pun.

Selanjutnya, pengertian ibadah mahdhah adalah segala bentuk amalan yang pelaksanaannya
(syarat, rukun, dan tata caranya) sudah ditetapkan oleh nas Al-Quran atau hadis, seperti salat,
puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Ibadah mahdhah dikerjakan karena ada wahyu,
berdasarkan perintah dari Allah SWT untuk mendirikannya.
Contoh:
Sebagai misal, tidur adalah perbuatan mubah yang dilakukan manusia, tidak memperoleh
dosa atau tidak mendatangkan pahala. Akan tetapi, apabila seorang muslim tidur siang,
dengan maksud agar bersemangat untuk bangun demi mendirikan salat tahajud di malam
harinya, tidur yang pada mulanya perkara mubah, menjadi bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Salah seorang ulama terkenal mazhab Maliki, Ibnu Rusyd menyatakan bahwa ibadah
mahdhah adalah ibadah yang tak bisa dijangkau oleh akal budi manusia.

"Ghairu mahdhah" artinya yang tidak murni atau sudah tercampur dengan hal lain. Dalam
perkara ini, ibadah ghairu mahdhah tidak diatur secara spesifik pelaksanaannya, namun bisa
menjadi ibadah karena ada niat ikhlas dari muslim bersangkutan.
Contoh:
Sebagai misal, ibadah salat atau haji tidak akan dilakukan manusia, kecuali karena perintah
Allah SWT. Namun, ibadah ghairu mahdhah bisa dinalar bahwa hal itu akan mendatangkan
pahala, serta bernilai baik bagi diri sendiri atau lingkungan sekitar.
SUMBER:Abdul hadi
(tirto.id - Sosial Budaya)
https://tirto.id/gsrn

2.“Katakanlah, ‘Dialah yang menciptakan kalian dan menjadikan pendengaran, penglihatan


dan hati nurani bagi kalian. (Tatapi) sedikit sekali kalian bersyukur” (QS. Al-Mulk: 23).
Ayat diatas adalah mengenai bagaimana hakikat penciptaan manusia, Allah menciptakan dan
memberikannya anugerak fisik dan hati nurani. Al-Quran mengatakan bahwa manusia adalah
hasil ciptaan Allah dan anugerah yang diberikan kepada manusia sangatlah banyak sekali.
Tahapan Penciptaan Manusia
Di dalam Al Quran proses penciptaan manusia terjadi dengan dua tahapan yang berbeda.
Tahapan pertama adalah tahapan primordial dan tahapan kedua adalah tahapan biologi.

Tahapan Primordial
Tahapan Pertama adalah saat manusia pertama diciptakan pertama kali dari saripati tanah dan
diberikan ruh hingga bentuk yang seindah-indahnya. Hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat
berikut :
QS Al An’am (6) : 2
Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan
ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian
kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).

QS Shaad (38) : 71
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah.”
QS Al-Hijr (15) : 28
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk.

Di dalam ayat-ayat Al-Quran tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari
bahan dasar tanah yang kemudian dengan kekuasaan dan hukum-hukumnya dibentuk rupa
dan beragam fungsi dari fisik yang ada dalam tubuh manusia. Hal ini tentunya dilakukan
Allah pada manusia pertama yaitu Nabi Adam SAW. Hingga setelah itu ada proses
penciptaan manusia berupa hukum biologis.
Tahapan Biologi
Tahapan biologi adalah sunnatullah atau hukum Allah melalui proses biologis yang terdapat
dalam fisik atau tubuh manusia beserta segala perangkatnya. Proses biologi ini membedakan
hakikat manusia menurut islam dengan makhluk lainnya yang tidak memiliki ruh dan akal
untuk mengambil keputusan saat dewasanya. Proses tersebut adalah sebagai berikut :
Nuthfah (inti sari tanah yang dijadikan air mani)
Rahim (tersimpan dalam tempat yang kokoh)
Alaqah (darah yang beku menggantung di rahim)
Mudgah (Segumpal daging dan dibalut dengan tulang belulang)
Ditiupkan ruh
Proses Setetes Mani dipancarkan
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang
dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37)

Di dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa proses penciptaan manusia berawal dari air mani
atau sperma yang terpancar. Namun hanya setitik yang menjadi manusia. Sehingga Allah
memberikan nikmat hidup melalui proses tersebut.
Sebelum adanya proses pembuahan dalam rahim wanita, ada kurang lebih 250 juta sperma
terpancar dari laki-laki pada satu waktu. Dari 250 juta sperma yang terpancar hanya ada satu
yang bisa bertemu dengan sel telur wanita atau ibu melalui saluran reproduksi wanita .

“Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan


manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (QS
32:7-8).

Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim


“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah” (QS Al Alaq : 2)

Setelah melalui proses selama 40 hari, maka terjadilah gumpalan darah yang ada di dalam
rahim ibu. Proses ini berawal dari sperma yang bertemu dengan sel telur, menjadi sel tunggal
yang dikenal sebagai zigot. Setelah munculnya zigot, ia akan berkembang biak dengan
membelah diri menjadi gumpalan daging.

Zigot melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di tanah. Zigot mampu
mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu sebagai proses pertumbuhannya. Saat zigot
yang tumbuh ini ada dalam tubuh ibu maka Allah SWT menggunakan istilah alaqah yang
artinya sesuatu yang menempel pada suatu tempat. Secara harfiah digunakan untuk
menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
Pembungkusan Tulang oleh Otot
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al
Mu’minun:14)

Menurut para ahli embriologi, tulang dan otot terbentuk secara bersamaan. Penelitian
berbagai ilmuan menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu sama persis
sebagaimana yang disampaikan di dalam Al Quran.
Pada awalnya jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Setelahnya, sel-sel otot yang
terpilih di jaringan sekitar tulang bergabung membungkus tulang-tulang ini.
SUMBER: https://dalamislam.com/info-islami/proses-penciptaan-
manusia#:~:text=Review%20by%20%3A%20Redaksi%20Dalamislam

َ ‫) ِإ ْن‬
3. 1."Insan" (‫سان‬

Istilah ini merujuk pada manusia secara umum, menekankan pada sifat manusiawi,
kerapuhan, dan keterbatasan manusia.

Ini mencerminkan dimensi spiritual dan jasmani manusia, menunjukkan kesadaran akan
ketergantungan manusia pada Tuhan dan kebutuhan akan bimbingan-Nya.

2."Bashar" (‫) َبشَر‬

Istilah ini merujuk pada manusia sebagai makhluk duniawi yang rentan terhadap kesalahan
dan godaan, menyoroti kelemahan dan keterbatasan manusia dalam menjalani kehidupan
dunia.
Istilah ini menekankan aspek kemanusiaan yang lemah dan sering kali tersesat.

3. "Nas" (‫)نَاس‬
Istilah ini mengacu pada manusia sebagai komunitas atau kelompok yang berbeda-beda,
menunjukkan keberagaman manusia dalam masyarakat dan kebutuhan akan interaksi sosial
serta kerja sama antar sesama manusia.
4. "Ibadi" (‫) ِعبَادِي‬

Istilah ini merujuk pada hamba-hamba Allah, menekankan hubungan antara manusia dengan
Tuhan sebagai pencipta dan pemilik segala sesuatu.
Ini menunjukkan pentingnya pengabdian dan ketaatan manusia kepada Allah dalam setiap
aspek kehidupan.
5. "Khalifah" (‫) َخلِيفَة‬

Istilah ini merujuk pada manusia sebagai wakil atau khalifah Allah di bumi, menunjukkan
tanggung jawab manusia untuk menjaga dan merawat alam semesta serta menjalankan
amanah yang diberikan Allah dengan adil dan bijaksana.
6. "Rajul" (‫)ر ُجل‬
َ

Istilah ini merujuk pada manusia atau laki-laki secara spesifik, menekankan identitas gender
dan peran laki-laki dalam masyarakat dan keluarga.

Istilah ini sering digunakan dalam konteks kisah-kisah Al-Qur'an untuk merujuk pada
individu-individu tertentu.Penggunaan beragam istilah untuk merujuk pada manusia dalam
Al-Qur'an memberikan gambaran yang kaya dan menyeluruh tentang kedudukan, sifat, dan
peran manusia dalam kehidupan.
Setiap istilah mencerminkan dimensi spiritual, sosial, dan psikologis manusia serta
mengingatkan manusia akan tanggung jawabnya dalam menjalankan peran dan tugasnya di
bumi sesuai dengan ajaran agama dan tuntunan-Nya.
SUMBER: https://www.dikasihinfo.com/author/24465/Masruro

4. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan manusia untuk merealisasikan peran


sebagai khalifah:

Iman dan Taqwa

Memiliki keyakinan yang kuat pada Allah dan ajaran Islam.

Mempraktikkan taqwa, yaitu kesadaran dan ketakutan kepada Allah dalam setiap tindakan
dan perkataan.

Memahami Ajaran Islam


Belajar dan memahami Al-Quran, Hadis, dan prinsip-prinsip Islam.

Memahami nilai-nilai Islam, etika, dan moralitas yang diamanatkan oleh
agama.
Kepemimpinan yang Adil

• Bertindak sebagai pemimpin yang adil dalam semua aspek kehidupan,


termasuk dalam keluarga, masyarakat, dan pekerjaan.
• Memastikan bahwa keputusan dan tindakan didasarkan pada prinsip-prinsip
keadilan.
Perilaku Etis

• Menjalani kehidupan dengan etika yang tinggi, termasuk jujur, amanah, dan
menghindari perilaku yang melanggar prinsip-prinsip Islam.
Pendidikan dan Pengembangan Diri
•Terus menerus belajar dan mengembangkan diri dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk pengetahuan agama, ilmu pengetahuan, dan keterampilan
praktis.
Kepedulian Sosial

• Membantu mereka yang membutuhkan dan berkontribusi pada kesejahteraan


masyarakat.
• Mengambil bagian dalam kegiatan amal, sosial, dan kegiatan kemanusiaan.
Pelestarian Alam

• Menjaga lingkungan dan alam semesta sebagai amanah dari Allah.


• Berperan aktif dalam pelestarian alam dan sumber daya alam.
Berdialog dan Berkomunikasi

• Membangun dialog antarumat beragama dan berkomunikasi dengan baik


dalam masyarakat.
• Membangun pemahaman yang baik antara umat Islam dan non-Muslim.
Keselarasan dengan Hukum

•Menghormati dan mematuhi hukum dan peraturan negara, selama tidak


bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
• Berpartisipasi dalam proses demokrasi dan pembangunan masyarakat.
Doa dan Ibadah

• Melaksanakan ibadah secara teratur dan konsisten, seperti shalat, puasa, zakat,
dan haji.
• Selalu berdoa dan memohon petunjuk Allah dalam menjalani peran sebagai
khalifah.
Dalam Islam, setiap individu dianggap sebagai khalifah Allah di bumi, dan tanggung jawab
ini harus dijalani dengan penuh kesadaran, kepatuhan pada ajaran Islam, dan dedikasi untuk
menciptakan kebaikan dalam masyarakat dan lingkungan sekitar.

Sumber: https://www.kitahebat.co.id/jelaskan-langkah-langkah-yang-dilakukan-manusia-
untuk-merealisasikan-peran-sebagai-khalifah/

5. jelaskan prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera” yang
disajikan secara lengkap.
1. Demokratis
Prinsip ini diwujudkan dengan kesantunan pada pola hubungan interaksi dalam masyarakat
dan dilakukan tanpa melihat latar belakang suku, ras, atau agama yang dimiliki individu.
2. Toleransi
Dengan sikap saling menghormati dan saling menghargai perbedaan dan keragaman yang
terjadi antara individu dalam masyarakat, masyarakat yang beradab dan sejahtera akan
terbentuk.
3. Pluralisme
Dengan masyarakat yang memiliki keragaman dalam berbagai hal, mulai dari keragaman
suku, ras, hingga agama, kehidupan masyarakat yang beradab dan sejahtera dapat tercapai.
4. Keadilan sosial
Mewujudkan kesamaan dan keadilan pada hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masing-
masing individu dalam masyarakat dapat membantu suatu negara memiliki masyarakat yang
beradab dan sejahtera.
5. Kebebasan di Ruang Publik
Keberadaan kebebasan di ruang publik memungkinkan masyarakat untuk menyuarakan
pendapatnya secara bebas dan bertanggung jawab sehingga masyarakat yang beradab dan
sejahtera dapat terbentuk dalam suatu negara.

Sumber : https://kumparan.com/berita-terkini/prinsip-prinsip-untuk-menegakkan-masyarakat-
yang-beradab-dan-sejahtera-21Q9q9ovF7W

Anda mungkin juga menyukai