Anda di halaman 1dari 4

1. Ibadah mahdlah atau ibadah ritual adalah ibadah kepada Allah S.W.

T yang telah ditentukan


macam,tata cara,syarat dan rukunnya oleh Allah S.W.T dalam Al-quran ataupun melalui
sunnah rasul dalam haditsnya. Pelanggaran terhadap tata cara,syarat, dan rukunnya
menjadikan ibadah mahdlah tidak sah. Contoh ibadah mahdloh adalah salat,zakat,dan haji.
Ibadah ghairu mahdlah atau ibadah sosial adalah ibadah yang jenis dan macamnya tidak
ditentukan, baik oleh Al-quran maupun hadits nabi. Ibadah ini menyangkut perbuatan apa
saja yang dilakukan oleh seorang muslim, selama perbuatan itu tidak termasuk yang
dilarang Allah atau rasul-Nya dan dilakukan dengan niat karena Allah. Ibadah ghairu
mahdlah tidak sekadar menyangkut hubungan dengan Allah S.W.T, tetapi juga berkaitan
dengan hubungan sesama makhluk (Hablum minallah wahablum minanas), di samping
hubunganantar manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan lingkungannya. Contoh
ibadah ini adalah mencari nafkah,makan,dan memaafkan orang lain.

2. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan akal, hati, dan rupa yang paling baik. Proses
penciptaan manusia dalam Al-Qur'an tercantum dalam surat Al-Mu'minun ayat 12-14.

Bunyi dalil tentang proses penciptaan manusia tersebut di antaranya sebagai berikut.

‫ ُثَّم َخ َلْقَنا ٱلُّنْطَفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا ٱْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًة َفَخ َلْقَنا‬. ‫ ُثَّم َجَع ْلَٰن ُه ُنْطَفًة ِفى َقَر اٍر َّمِكيٍن‬. ‫َو َلَقْد َخ َلْقَنا ٱِإْل نَٰس َن ِم ن ُس َٰل َلٍة ِّم ن ِط يٍن‬
‫ٱْلُم ْض َغ َة ِع َٰظ ًم ا َفَك َس ْو َنا ٱْلِع َٰظ َم َلْح ًم ا ُثَّم َأنَش ْأَٰن ُه َخ ْلًقا َء اَخ َر ۚ َفَتَباَر َك ٱُهَّلل َأْح َس ُن ٱْلَٰخ ِلِقين‬

Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik".
Dalam ayat di atas, ada beberapa proses penciptaan manusia yang dapat dijelaskan sebagaimana
ayat di atas, yaitu :
Sulalah min thin (Saripati Tanah)
Saripati tanah yang dimaksud adalah suatu zat yang berasal dari bahan makanan (baik tumbuhan
maupun hewan) yang bersumber dari tanah, yang kemudian dicerna menjadi darah, kemudian
diproses hingga akhirnya menjadi sperma.
Nuthfah (Air Mani)
Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat membasahi. Dalam tafsir
Al Misbah, yang dimaksud dengan nuthfah adalah pancaran mani yang menyembur dari alat
kelamin pria yang mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi yang berhasil bertemu
dengan ovum wanita hanya satu.
Alaqah (Segumpal Darah) alaqah diambil dari kata alaqa yang artinya sesuatu yang membeku,
tergantung atau berdempet. Sehingga dapat diartikan sebagai sesuatu yang bergantung di diding
rahim.
Mudghah (Segumpal Daging)
Dalam ilmu kedokteran, ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita intisari bayi yang
akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai zigot dalam ilmu biologi ini akan segera
berkembangbiak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi segumpal daging. Melalui
hubungan ini zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi
pertumbuhannya.
Idzam (Tulang atau Kerangka)
Di dalam fase ini embrio akan mengalami perkembangan dari bentuk sebelumnya yang hanya
berupa segumpal daging hingga berbalut kerangka atau tulang.
Kisa Al-Idzam Bil-Lahim (Penutupan Tulang)
Pengungkapan fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm (daging) diibaratkan
pakaian yang membungkus tulang, selaras dengan kemajuan yang dicapai embriologi yang
menyatakan bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi
adanya satu sel daging sebelum terlihat sel tulang.
Insya (Mewujudkan Makhluk Lain)
Tahap ini menandakan bahwa ada sesuatu yang dianugerahkan kepada manusia yang
menjadikannya berbeda dari makhluk lainnya, yaitu ruh yang menjadikan berbeda dengan
makhluk lainnya.
3. -Insan
Kata Insan , berasal dari kata al-Uns dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 65 kali dan
tersebar dalam 43 surat. Insan dapat diartikan secara etimologis adalah harmonis,
lemahlembut, tampak atau pelupa.Kata insan digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjuk
kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raganya. Kata ini dinyatakan dalam al-
Qur’an sebanyak 73 kali. Di antaranya terdapat dalam surat an-Nisa’ ayat 28.
- Basyar
Basyar dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali . Tersebar dalam 26 surat.
Secara etimologi Basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi tempat
tumbuhnya rambut.Makna etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan
makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan,
minum
-An-nas
Kata An-Nas dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar dalam 55
surat. Kata an-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan
digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah.
-Bani adam
Bani Adam di sebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 9 kali. Di antaranya pada surat
Yasin ayat 60. Adam di dalam al-Qur’an mempunyai pengertian manusia dengan
keturunannya yang mengandung Pengertian basyar, insan dan an-nas. Kata Bani
Adam lebih ditekankan pada aspek amaliah manusia, sekaligus pemberi arah ke mana
dan dalam bentuk apa aktivitas itu dilakukan.
4. Merealisasikan peran sebagai khalifah dalam Islam adalah tugas yang sangat penting bagi
setiap individu yang mengikuti ajaran Islam.Khalifah adalah sebutan bagi manusia sebagai
pemimpin atau wakil Allah di bumi, yang bertanggung jawab menjaga dan mengelola alam
semesta serta mengimplementasikan nil

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan manusia untuk merealisasikan peran sebagai
khalifah:

Iman dan Taqwa

Memiliki keyakinan yang kuat pada Allah dan ajaran Islam.

Mempraktikkan taqwa, yaitu kesadaran dan ketakutan kepada Allah dalam setiap tindakan dan
perkataan.
Memahami Ajaran Islam

Belajar dan memahami Al-Quran, Hadis, dan prinsip-prinsip Islam.


Memahami nilai-nilai Islam, etika, dan moralitas yang diamanatkan oleh agama.
Kepemimpinan yang Adil

 Bertindak sebagai pemimpin yang adil dalam semua aspek kehidupan, termasuk
dalam keluarga, masyarakat, dan pekerjaan.
 Memastikan bahwa keputusan dan tindakan didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan.
Perilaku Etis

 Menjalani kehidupan dengan etika yang tinggi, termasuk jujur, amanah, dan
menghindari perilaku yang melanggar prinsip-prinsip Islam.
Pendidikan dan Pengembangan Diri

 Terus menerus belajar dan mengembangkan diri dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk pengetahuan agama, ilmu pengetahuan, dan keterampilan praktis.
Kepedulian Sosial

 Membantu mereka yang membutuhkan dan berkontribusi pada kesejahteraan


masyarakat.
 Mengambil bagian dalam kegiatan amal, sosial, dan kegiatan kemanusiaan.
Pelestarian Alam

 Menjaga lingkungan dan alam semesta sebagai amanah dari Allah.


 Berperan aktif dalam pelestarian alam dan sumber daya alam.
Berdialog dan Berkomunikasi

 Membangun dialog antarumat beragama dan berkomunikasi dengan baik dalam


masyarakat.
 Membangun pemahaman yang baik antara umat Islam dan non-Muslim.
Keselarasan dengan Hukum

 Menghormati dan mematuhi hukum dan peraturan negara, selama tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip Islam.
 Berpartisipasi dalam proses demokrasi dan pembangunan masyarakat.
Doa dan Ibadah

 Melaksanakan ibadah secara teratur dan konsisten, seperti shalat, puasa, zakat, dan
haji.
 Selalu berdoa dan memohon petunjuk Allah dalam menjalani peran sebagai khalifah.

5. Islam memiliki prinsip-prinsip yang penting untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan
sejahtera. Berikut adalah beberapa prinsip utama yang dapat dijelaskan:
Keadilan: Islam menekankan pentingnya keadilan dalam semua aspek kehidupan. Keadilan
harus ditegakkan dalam sistem hukum, distribusi sumber daya, perlakuan terhadap individu,
dan hubungan sosial. Dengan adanya keadilan, masyarakat dapat hidup dalam harmoni dan
keseimbangan.
Kesejahteraan: Islam mendorong kesejahteraan bagi semua anggota masyarakat. Ini
mencakup pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat tinggal, pendidikan, dan
perawatan kesehatan. Islam juga mendorong pemberdayaan ekonomi dan penghapusan
kemiskinan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera secara ekonomi.
Kerjasama: Islam mendorong kerjasama dan solidaritas antara anggota masyarakat. Ini
melibatkan saling membantu, berbagi sumber daya, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Dengan kerjasama yang baik, masyarakat dapat membangun hubungan yang
harmonis dan saling mendukung.
Pendidikan: Islam menghargai pentingnya pendidikan dan pengetahuan. Pendidikan harus
diakses oleh semua anggota masyarakat, baik pria maupun wanita. Dengan pendidikan yang
baik, masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup, mengembangkan potensi mereka, dan
berkontribusi secara positif dalam pembangunan masyarakat.
Etika: Islam menekankan pentingnya etika dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat yang beradab harus didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang baik, seperti
kejujuran, integritas, kesopanan, dan saling menghormati. Etika yang baik membentuk dasar
yang kuat untuk hubungan sosial yang sehat dan harmonis.
Kepemimpinan yang Adil: Islam mengajarkan pentingnya kepemimpinan yang adil dan
bertanggung jawab. Pemimpin harus memperhatikan kepentingan masyarakat, mengambil
keputusan yang bijaksana, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Kepemimpinan yang
adil dapat menciptakan lingkungan yang stabil dan memberikan kepercayaan kepada
masyarakat.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, Islam berusaha untuk menciptakan masyarakat yang beradab
dan sejahtera, di mana keadilan, kesejahteraan, kerjasama, pendidikan, etika, dan kepemimpinan yang
adil menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai