UNIVERSITAS TERBUKA
2023
1. Ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis ibadah sejak asal
penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan atau ucapan tersebut tidaklah
bernilai kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa bernilai netral (bisa jadi ibadah atau
bukan ibadah). Ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan dalil-dalil yang menunjukkan
terlarangnya ditujukan kepada selain Allah Ta’ala, karena hal itu termasuk dalam
kemusyrikan.
Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh Allah
SWT, yang dalam pelaksanaannya dilandaskan dengan niat untuk mencari ridha dan
pahala dari Allah SWT. Dan jika tidak berdasarkan niat karena Allah SWT, maka
amalannya tetap sah, hanya saja tidak ada nilai pahala dalam pengerjaannya.
Contoh sederhana dari ibadah ghairu mahdhah adalah aktivitas makan. Makan pada
asalnya bukanlah ibadah khusus. Orang bebas mau makan kapan saja, baik ketika
lapar ataupun tidak lapar, dan dengan menu apa saja, kecuali yang
Allah Ta’ala haramkan. Bisa jadi orang makan karena lapar, atau hanya sekedar ingin
mencicipi makanan. Akan tetapi, aktivitas makan tersebut bisa berpahala ketika
pelakunya meniatkan agar memiliki kekuatan (tidak lemas) untuk shalat atau berjalan
menuju masjid.
Sumber: https://muslim.or.id/46004-perbedaan-antara-ibadah-mahdhah-dan-ibadah-
ghairu-mahdhah-bag-1.html
2. Proses penciptaan manusia dalam Al-Qur'an tercantum dalam surat Al-Mu'minun ayat
12-14.
. .
Artinya:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan
dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik"
Proses penciptaan manusia yang dijelaskan dalam surat Al-Mu'minun ayat 12-14
menjelaskan bahwa manusia berasal dari sari pati tanah liat. Sulalah min thin (Saripati
Tanah). Saripati tanah yang dimaksud adalah suatu zat yang berasal dari bahan
makanan (baik tumbuhan maupun hewan) yang bersumber dari tanah, yang kemudian
dicerna menjadi darah, kemudian diproses hingga akhirnya menjadi sperma. Nuthfah
(Air Mani) Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat
membasahi. Dalam tafsir Al Misbah, yang dimaksud dengan nuthfah adalah pancaran
mani yang menyembur dari alat kelamin pria yang mengandung sekitar dua ratus juta
benih manusia, tetapi yang berhasil bertemu dengan ovum wanita hanya satu.
Alaqah (Segumpal Darah) Alaqah diambil dari kata alaqa yang artinya sesuatu yang
membeku, tergantung atau berdempet. Sehingga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
bergantung di diding rahim
Mudghah (Segumpal Daging) Dalam ilmu kedokteran, ketika sperma pria bergabung
dengan sel telur wanita intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal
sebagai zigot dalam ilmu biologi ini akan segera berkembangbiak dengan membelah
diri hingga akhirnya menjadi segumpal daging. Melalui hubungan ini zigot mampu
mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya
Idzam (Tulang atau Kerangka) Di dalam fase ini embrio akan mengalami
perkembangan dari bentuk sebelumnya yang hanya berupa segumpal daging hingga
berbalut kerangka atau tulang.
Kisa Al-Idzam Bil-Lahim (Penutupan Tulang) Pengungkapan fase ini dengan kisa yang
berarti membungkus, dan lahm (daging) diibaratkan pakaian yang membungkus tulang,
selaras dengan kemajuan yang dicapai embriologi yang menyatakan bahwa sel-sel
tulang tercipta sebelum sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel
daging sebelum terlihat sel tulang.
Insya (Mewujudkan Makhluk Lain) Tahap ini menandakan bahwa ada sesuatu yang
dianugerahkan kepada manusia yang menjadikannya berbeda dari makhluk lainnya,
yaitu ruh yang menjadikan berbeda dengan makhluk lainnya.
Sumber : https://www.merdeka.com/jatim/3-proses-penciptaan-manusia-menurut-
alquran-menambah-wawasan-kln.html#
3. Al-Qur’an memberikan sebutan manusia dalam tiga kata yaitu al-basyar, an-nas, dan al-
ins atau al-insan, ketiga kata ini lazim diartikan sebagai manusia
Pertama, Al-Insan. Kata Insan ini dinyatakan dalam Alquran sebanyak 65 kali dan
tersebar dalam 43 surat. Kata al-Insan dalam ayat (Surah Al-Mu’minun: 12 -14) berarti
menguatkan karakter manusia sebagai insan, makhluk yang berdimensi rohani dan
jasmani. Ini bisa dipahami dari redaksi Tsumma, oleh para ulama disebut fase peniupan
ruh, yang penyebutannya setelah menjelaskan proses fisik manusia di dalam rahim.
Karena itu term Insan kepada manusia dalam Alquran bisa menunjukkan sifat dan
karakter manusia tersebut sebagai makhluk rohani yang berjasad kasar.
Kedua, Al-Basyar. Term al-Basyar yang juga berarti manusia. Al-Basyar dinyatakan
dalam Alquran sebanyak 36 kali dan tersebat dalam 26 surat. Berarti manusia dari segi
fisik – jasmaniah. Atau lebih tepatnya, manusia adalah makhluk jasmani; justru, jasmani
atau jasad kasar diciptakan untuk mendukung keberadaan rohani atau subordinat bagi
rohani. Karena itu ayat-ayat yang mengecam manusia, selalu diarahkan kepada
mereka yang diperbudak oleh kebutuhan jasmaninya, yang biasanya dikendalikan oleh
hawa nafsu.
Ketiga, An-Nas. Term an-Naas berasal dari kata nawasa yang artinya goncangan atau
fluktuatif. An-Nas dalam Alquran disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar dalam 55
surat. Dikatakan goncangan atau fluktuatif, karena manusia itu cenderung berubah jika
bertemu dengan sesamanya. ada juga yang memahami term A-Nas itu menunjuk arti
manusia dewasa dan berakal.
4. Untuk merealisasikan peran khalifah
1. Pemahaman Agama
Langkah pertama dalam menjadi khalifah adalah memahami prinsip-prinsip agama
Islam. Ini mencakup memahami ajaran agama, etika, dan hukum-hukumnya.
Pemahaman yang mendalam tentang Islam adalah dasar untuk tindakan yang sesuai
dengan prinsip khalifah.
3. Akhlak Mulia
Seorang khalifah harus menjaga akhlak yang mulia. Ini mencakup berperilaku baik,
jujur, adil, dan menjaga integritas dalam segala aspek kehidupan.
4. Pengembangan Diri
Manusia harus berusaha untuk terus mengembangkan diri dalam segala aspek
kehidupan.
Ini termasuk pendidikan, keterampilan, dan kemampuan yang memungkinkan mereka
untuk memberikan kontribusi yang lebih baik dalam peran khalifah mereka.
5. Keadilan
Salah satu prinsip kunci khalifah adalah keadilan. Manusia harus memastikan bahwa
mereka berperilaku adil dalam semua hubungan dan tindakan mereka.
Ini mencakup perlakuan yang adil terhadap semua individu, tanpa memandang suku,
agama, atau ras.
6. Menjaga Lingkungan
Manusia sebagai khalifah juga memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan. Mereka
harus menjaga alam dan sumber daya alam dengan bijak, serta berperilaku ramah
lingkungan.
9. Pemberdayaan Masyarakat
Manusia sebagai khalifah harus berusaha untuk memajukan masyarakat. Ini bisa
dilakukan melalui pendidikan, pembangunan ekonomi, dan program sosial yang
membantu mereka yang membutuhkan.
Sumber : https://metro.aspirasiku.id/khazanah/84210568794/jelaskan-langkah-langkah-
yang-dilakukan-manusia-untuk-merealisasikan-peran-sebagai-khalifah-cari-tahu-disini