Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL KE 1

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Nama : Dina Tri Mareka

Nim : 050061724

1. Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah. Coba
jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh masing-masing dari jenis ibadah tersebut.

Jawab:

Ibadah dibagi menjadi dua bentuk, yaitu ibadah mahdlah (ibadah yang tertentu) dan ibadah
ghairu mahdlah (ibadah yang umum). Berikut penjelasan dan contoh masing-masing jenis
ibadah:

1. Ibadah Mahdlah (Ibadah yang Tertentu): Ibadah mahdlah adalah jenis ibadah yang
dilakukan dengan cara dan waktu yang telah ditetapkan secara khusus oleh syariat atau
ajaran agama. Ibadah ini memiliki aturan dan ketentuan yang jelas dalam agama Islam.
Contoh-contoh ibadah mahdlah meliputi:
- Shalat: Shalat lima waktu (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya) adalah contoh ibadah
mahdlah yang memiliki tata cara dan waktu yang telah ditentukan.
- Puasa Ramadan: Puasa pada bulan Ramadan adalah ibadah mahdlah yang dilakukan selama
bulan tertentu dengan aturan-aturan yang harus diikuti.

2. Ibadah Ghairu Mahdlah (Ibadah yang Umum): Ibadah ghairu mahdlah adalah jenis
ibadah yang tidak memiliki ketentuan waktu dan tempat yang khusus dalam agama Islam.
Ibadah ini lebih bersifat umum, dan umat Islam dapat melakukannya dengan lebih
fleksibel. Contoh-contoh ibadah ghairu mahdlah meliputi:
- Dzikir: Dzikir (pengingatan) kepada Allah adalah ibadah ghairu mahdlah yang dapat
dilakukan kapan saja dan di mana saja tanpa aturan waktu yang khusus.
- Sedekah: Memberikan sedekah atau bantuan kepada fakir miskin adalah ibadah
ghairu mahdlah yang bisa dilakukan sepanjang waktu tanpa pembatasan khusus.

Ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah memiliki peran yang penting dalam kehidupan
seorang Muslim. Ibadah mahdlah membantu dalam menjalankan kewajiban agama yang
terstruktur, sementara ibadah ghairu mahdlah memberi kebebasan untuk melakukan ibadah dan
amal kebaikan sehari-hari dengan penuh keikhlasan dan rasa cinta kepada Allah.

2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia, serta jelaskan
tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!

Jawab:
Proses penciptaan manusia dalam Al-Qur'an dijelaskan dalam beberapa ayat, salah satunya
adalah Ayat Al-Qur'an Surah Al-Mu'minun (Surah 23), Ayat 12-14:

Surah Al-Mu'minun (23:12-14): "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani dalam tempat yang
kukuh. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, kemudian segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk
(manusia) yang (berbentuk) lain. Maka terpujilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik."

Tafsir Ayat ini menjelaskan proses penciptaan manusia menurut Al-Qur'an:

1. Manusia diciptakan dari "tanah" atau debu (turab). Ini menggambarkan elemen dasar
manusia yang berasal dari unsur-unsur alam dan bahan-bahan yang ada di alam semesta.
2. Kemudian, unsur tanah ini diubah menjadi "sari" atau air mani, yang mengacu pada
proses pembuahan di dalam rahim wanita.
3. Selanjutnya, air mani itu berkembang menjadi "gumpalan darah" yang merupakan fase
awal perkembangan janin dalam rahim.
4. Gumpalan darah berubah menjadi "gumpalan daging," menandakan tahap perkembangan
embrio.
5. Kemudian, tulang-tulang terbentuk di dalam gumpalan daging.
6. Daging membungkus tulang belulang, dan akhirnya, manusia terbentuk dalam bentuk
yang sempurna.

Ayat-ayat ini menunjukkan tahapan penciptaan manusia dari awal hingga menjadi makhluk
hidup yang paling sempurna. Penciptaan manusia dijelaskan sebagai tindakan Allah yang luar
biasa dan patut dipuji. Ini juga menunjukkan keajaiban penciptaan manusia dan peran Allah
sebagai Pencipta yang Paling Baik.

3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan istilah-istilah yang
digunakan tersebut!

Jawab:

Al-Qur'an menggunakan berbagai istilah untuk menyebut manusia, dan setiap istilah tersebut
memiliki makna dan konotasi yang berbeda. Berikut adalah beberapa istilah yang digunakan
dalam Al-Qur'an untuk menyebut manusia beserta penjelasannya:

1. "Insan" (‫)ِإنَس ان‬: Istilah "insan" digunakan secara umum untuk menyebut manusia. Istilah
ini menunjukkan makhluk yang memiliki kecerdasan dan akal budi. Manusia dianggap
sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk berpikir, merasional, dan bertindak.
"Insan" juga mengandung konsep keselamatan dan keprihatinan terhadap kondisi
manusia.
2. "Bani Adam" (‫)َبِني آَدم‬: "Bani Adam" berarti "keturunan Adam" dan merujuk pada seluruh
umat manusia, menekankan kesatuan manusia sebagai keturunan Nabi Adam AS. Ini
menunjukkan hubungan keturunan antara semua manusia, tanpa memandang perbedaan
etnis atau agama.
3. "Bashar" (‫)َبَش ر‬: "Bashar" adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada manusia
sebagai makhluk yang lemah dan rentan. Ini menekankan sifat manusia yang fana dan
terbatas, yang memerlukan perlindungan dan petunjuk Allah.
4. "An-Naas" (‫)الناس‬: "An-Naas" berarti "manusia" atau "masyarakat" dan digunakan dalam
Al-Qur'an untuk merujuk pada manusia secara umum. Ayat "Qul a'uzu birabbin naas"
(Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan manusia') adalah contoh penggunaan istilah
"An-Naas."
5. "Al-Insan al-Kamil" (‫ل‬LL‫)اإلنسان الكام‬: "Al-Insan al-Kamil" mengacu pada manusia yang
sempurna atau manusia yang mencapai tingkat keutamaan dan kesempurnaan dalam
aspek moral dan spiritual. Istilah ini sering digunakan dalam konteks tasawuf dan filsafat
Islam.

Setiap istilah ini mencerminkan aspek-aspek berbeda dari eksistensi manusia dalam pandangan
Al-Qur'an, baik dari segi karakteristik fisik maupun dimensi spiritual dan moral.

4. Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan manusia
untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!

Jawab:

Manusia dalam banyak tradisi agama dan pandangan filosofis dianggap sebagai "khalifah" atau
pemimpin bumi, yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan pelestarian alam serta keadilan
sosial. Untuk merealisasikan peran sebagai khalifah, berikut adalah langkah-langkah yang dapat
dilakukan:

1. Pendidikan dan Kesadaran: Manusia perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang
tanggung jawabnya sebagai khalifah. Ini dapat dicapai melalui pendidikan dan
peningkatan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan, keadilan sosial, dan
nilai-nilai etis.
2. Konservasi Lingkungan: Salah satu tanggung jawab utama sebagai khalifah adalah
merawat alam. Ini mencakup pengurangan polusi, pelestarian keanekaragaman hayati,
serta penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Manusia harus berusaha untuk
meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan.
3. Pemberdayaan Masyarakat: Meningkatkan keadilan sosial adalah aspek penting dari
peran sebagai khalifah. Manusia harus bekerja untuk mengatasi ketidaksetaraan sosial,
memastikan akses yang adil terhadap sumber daya, dan berkontribusi pada pemberdayaan
masyarakat yang kurang beruntung.
4. Pengembangan Teknologi Berkelanjutan: Manusia harus berusaha untuk
mengembangkan dan mengadopsi teknologi yang berkelanjutan, yang mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber
daya.
5. Etika dan Moralitas: Mempraktikkan etika dan moralitas dalam segala aspek kehidupan,
termasuk dalam bisnis, politik, dan interaksi sosial, adalah penting dalam peran sebagai
khalifah. Ini termasuk integritas, kejujuran, dan keadilan dalam tindakan dan keputusan.
6. Advokasi dan Aksi Politik: Manusia juga dapat berperan sebagai khalifah dengan
menjadi suara bagi lingkungan dan keadilan sosial. Ini melibatkan advokasi untuk
perubahan kebijakan yang mendukung tujuan khalifah, serta berpartisipasi dalam
kegiatan politik yang bertujuan untuk mencapai perubahan positif.
7. Penghargaan terhadap Keragaman: Menghargai keragaman budaya, agama, dan
pandangan dunia adalah penting dalam peran sebagai khalifah. Ini menciptakan
kerjasama lintas budaya dan mempromosikan perdamaian dan pemahaman antar
komunitas.
8. Pengembangan Keterampilan dan Pengetahuan: Manusia perlu terus mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola dan merawat bumi
dengan baik. Ini termasuk pemahaman ilmiah, keterampilan kepemimpinan, dan
kemampuan berkomunikasi yang baik.
9. Berkontribusi pada Kesejahteraan Umum: Salah satu aspek penting dari peran sebagai
khalifah adalah berkontribusi pada kesejahteraan umum. Manusia dapat melakukan ini
melalui pekerjaan sukarela, amal, atau kontribusi pada program-program sosial dan
lingkungan.
10. Self-Reflection dan Perbaikan Diri: Manusia juga perlu secara teratur melakukan refleksi
diri untuk mengevaluasi sejauh mana mereka telah memenuhi peran sebagai khalifah.
Mereka harus terbuka terhadap perbaikan diri dan terus berusaha untuk lebih baik dalam
mengemban tanggung jawab ini.

Mengimplementasikan langkah-langkah ini akan membantu manusia lebih baik dalam memenuhi
peran sebagai khalifah, yang berarti menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan
berkelanjutan atas bumi dan semua isinya.

5. Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera. Jelaskan prinsip-
prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera!

Jawab:

Islam mengajarkan prinsip-prinsip yang mendorong tegaknya masyarakat yang beradab dan
sejahtera. Prinsip-prinsip ini mencakup berbagai aspek, termasuk sosial, ekonomi, etika, dan
keadilan. Berikut adalah beberapa prinsip utama yang dapat membantu menegakkan masyarakat
yang beradab dan sejahtera dalam perspektif Islam:
1. Taqwa (Takwa): Taqwa adalah kesadaran dan takut kepada Allah. Ini adalah prinsip
dasar dalam Islam yang mengingatkan individu untuk selalu berperilaku baik, jujur, dan
adil dalam semua aspek kehidupan mereka.
2. Keadilan (Adil): Islam sangat menekankan pentingnya keadilan dalam segala aspek
kehidupan. Ini termasuk keadilan dalam hukum, distribusi sumber daya, perlakuan
terhadap individu, dan hubungan sosial.
3. Zakat dan Sadaqah (Amal Kebaikan): Islam mendorong berbagi kekayaan dengan yang
kurang beruntung melalui zakat (wajib) dan sadaqah (sukarela). Ini membantu
mengurangi kesenjangan ekonomi dan memastikan bahwa orang-orang yang
membutuhkan mendapatkan dukungan.
4. Menghindari Kemewahan dan Pemborosan: Islam menekankan pentingnya menghindari
kemewahan berlebihan dan pemborosan. Mengelola sumber daya dengan bijak adalah
prinsip yang sangat ditekankan.
5. Etika dalam Bisnis (Muamalat): Prinsip-prinsip bisnis yang baik dan etika sangat
dijunjung tinggi dalam Islam. Kejujuran, kepercayaan, dan kualitas dalam transaksi bisnis
sangat penting.
6. Pendidikan dan Pengetahuan: Islam mendorong pengetahuan dan pendidikan sebagai
sarana untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Masyarakat yang berpendidikan
cenderung lebih beradab dan sejahtera.
7. Perlindungan Hak Asasi Manusia: Islam menghormati dan melindungi hak asasi manusia.
Ini termasuk hak atas kebebasan, keadilan, dan perlindungan dari penindasan.
8. Menghindari Perilaku Haraam (Dilarang oleh Agama): Islam mendorong masyarakat
untuk menghindari perilaku yang dianggap haram, seperti perjudian, alkohol, dan riba
(bunga). Ini bertujuan untuk menjaga kesejahteraan sosial dan moral.
9. Pemberdayaan Perempuan: Islam menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan
dalam masyarakat. Perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam banyak
aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi dalam pengambilan
keputusan.
10. Kerja Sama dan Solidaritas Sosial: Islam mendorong kerja sama dan solidaritas sosial.
Individu dan komunitas harus bekerja bersama untuk membantu yang membutuhkan dan
membangun masyarakat yang lebih sejahtera.
11. Penghormatan terhadap Tetangga dan Lingkungan: Islam mengajarkan penghormatan
terhadap tetangga dan pelestarian lingkungan. Manusia harus berperan sebagai khalifah
(pemimpin) yang bertanggung jawab atas alam.
12. Ketekunan dalam Ibadah dan Moralitas Pribadi: Prinsip-prinsip moralitas pribadi dan
ketekunan dalam ibadah membantu individu untuk menjadi anggota masyarakat yang
lebih baik dan beradab.

Prinsip-prinsip ini adalah panduan dalam Islam untuk menciptakan masyarakat yang beradab dan
sejahtera. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, diharapkan masyarakat dapat mencapai
kesejahteraan fisik, sosial, dan spiritual yang seimbang.

Anda mungkin juga menyukai