Anda di halaman 1dari 6

Nama : Della Anggeli

Nim : 048494277
Prodi : Manajemen

1. Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah.
Coba jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh masing-masing dari
jenis ibadah tersebut.
2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia, serta
jelaskan tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!
3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan istilah-
istilah yang digunakan tersebut!
4. Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan
manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!
5. Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera. Jelaskan
prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera!

Jawaban

1. Ibadah merupakan bagian integral dari praktik agama dan merupakan ekspresi dari
pengabdian dan ketaatan seseorang kepada Tuhan.
Dalam terminologi keagamaan, terdapat dua bentuk ibadah utama, yaitu ibadah mahdhah dan
ibadah ghairu mahdhah.
Berikut adalah penjelasan tentang kedua jenis ibadah ini beserta contohnya:

1.) Ibadah Mahdhah

Ibadah mahdhah merujuk pada ibadah yang dilakukan berdasarkan aturan yang jelas dan
spesifik yang telah ditetapkan dalam ajaran agama.
Ibadah jenis ini memiliki ketentuan yang tegas dalam praktiknya dan diwajibkan oleh ajaran
agama yang bersangkutan.
Pelaksanaan ibadah mahdhah ini cenderung memiliki ritual yang terstandarisasi dan
dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan ketentuan agama.
Contoh Ibadah Mahdhah:
a. Shalat
Shalat merupakan salah satu contoh utama ibadah mahdhah dalam agama Islam. Pelaksanaan
shalat dilakukan lima kali sehari secara terjadwal dengan gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan
yang telah ditetapkan.
b. Puasa
Puasa dalam agama Islam merupakan bentuk ibadah mahdhah yang dilakukan selama bulan
Ramadan.
Puasa diwajibkan dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan dengan aturan-aturan yang telah
ditetapkan dalam Al-Quran.
c. Persembahan kurban
Persembahan kurban merupakan ibadah mahdhah dalam agama Islam yang dilakukan pada
Hari Raya Idul Adha.
Ibadah ini melibatkan penyembelihan hewan tertentu dan pembagian daging kepada yang
membutuhkan sesuai dengan ketentuan agama.

2.) Ibadah Ghairu Mahdhah

Ibadah ghairu mahdhah merujuk pada ibadah yang tidak memiliki ketentuan yang spesifik
dalam ajaran agama dan cenderung lebih terbuka dalam pelaksanaannya.
Ibadah jenis ini tidak memiliki format atau ketentuan yang baku dan dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk sesuai dengan konteks dan kebutuhan individu atau masyarakat.
Contoh Ibadah Ghairu Mahdhah:
a. Sedekah
Sedekah merupakan salah satu contoh ibadah ghairu mahdhah yang umum dilakukan dalam
agama Islam.
Bentuk sedekah dapat bervariasi, termasuk memberi makanan kepada orang miskin,
menyumbangkan pakaian, atau memberikan sumbangan uang kepada yayasan amal.
b. Doa pribadi
Doa pribadi merupakan bentuk ibadah ghairu mahdhah yang dilakukan secara personal dan
dapat dilakukan kapan saja tanpa aturan atau format yang kaku. Doa pribadi dapat berupa
ungkapan rasa syukur, permohonan, atau pengharapan kepada Tuhan.
c. Amal kebajikan
Amal kebajikan meliputi berbagai bentuk aktivitas positif yang dilakukan untuk membantu
sesama tanpa mengikuti aturan ritual yang kaku.
Contohnya termasuk membantu orang lain dalam keadaan darurat, melakukan pekerjaan
sukarela, atau memberikan bantuan kemanusiaan.
Dengan memahami perbedaan antara ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah, umat
beragama dapat mengembangkan praktik spiritual mereka sesuai dengan ajaran agama serta
memberikan kontribusi yang positif kepada masyarakat dan lingkungan sekitar mereka.

2. Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang proses penciptaan
manusia:
Surah Al-Mu'minun (23:12-14):
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah Pencipta yang Paling Baik."
Tafsir: Ayat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian menjadi air
mani yang disimpan dalam rahim. Air mani tersebut kemudian berkembang menjadi
segumpal darah, segumpal daging, tulang belulang, dan akhirnya menjadi makhluk yang
berbentuk manusia.
Surah Al-Hajj (22:5):
"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kematian), maka
sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna bentuknya
dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu. Dan Kami simpan dalam rahim
apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian agar kamu sampai kepada kematangan (pikiran). Dan di antara
kamu ada yang diwafatkan dan di antara kamu ada yang dibawa kembali kepada umur yang
paling rendah, sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu apa pun setelah ilmu
pengetahuannya. Dan kamu lihat bumi yang kering, apabila Kami turunkan air di atasnya, ia
bergoncang, dan tumbuhlah dan menjadi berbagai macam tumbuhan yang indah."
Tafsir: Ayat ini menjelaskan bahwa manusia awalnya diciptakan dari tanah dan air mani.
Kemudian, melalui tahapan perkembangan yang dijelaskan sebagai segumpal darah dan
segumpal daging yang sempurna bentuknya, manusia akhirnya lahir sebagai bayi dan tumbuh
menjadi dewasa.

Tahapan Penciptaan Manusia menurut Al-Qur'an


Berdasarkan ayat-ayat di atas, tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur'an dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Manusia diciptakan dari tanah.
2.Tanah tersebut menjadi air mani yang disimpan dalam rahim.
3. Air mani berkembang menjadi segumpal darah.
4. Segumpal darah tersebut berkembang menjadi segumpal daging.
5. Segumpal daging tersebut berkembang menjadi tulang belulang yang dilapisi dengan
daging.
6.Manusia akhirnya menjadi makhluk yang berbentuk manusia.
7.Manusia lahir sebagai bayi dan tumbuh menjadi dewasa.
Tahapan ini menggambarkan proses penciptaan manusia yang berlangsung secara bertahap
dan kompleks. Hal ini menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah sebagai Pencipta yang
Maha Suci.

3. Tiap huruf dan kata dalam Alquran menyimpan makna khusus baik secara tekstual maupun
kontekstual. Salah satu firman Allah dalam Alquran banyak membahas tentang manusia.
Berikut 3 istilah dan cara Allah menyebut manusia dalam Alquran sebagai cerminan kualitas
ruhaninya.

1. Basyar (Manusia ada, human being)

Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan
baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia
dinamai basyar karena kulitnya nampak jelas, dan berbeda dengan kulit makhluk lain yang
tertutupi bulu. Dengan demikian istilah basyar merupakan gambaran manusia secara materi
yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia dalam pengertian ini disebutkan di dalam Alquran sebanyak 35 kali
dalam berbagai surat. Diantaranya terdapat dalam surat Al-Anbiyaa: 2-3, Al-Kahfi: 110,
Ibrahim: 10, Hud: 26, Al-Mukminuun: 24 dan 33, As-Syu’araa: 93, Yassin: 15, Al-Isra: 93,
dan lain-lain.
Basyar adalah makhluk yang sekedar ada (being). Singkatnya, basyar adalah manusia dalam
arti fisis-biologis. Manusia dilihat sudut fisik tidaklah jauh berbeda dengan hewan. Manusia
bisa makan, minum, tidur, sakit dan mati. Begitu pula hewan. Bahkan, bila manusia dan
hewan dibandingkan dari segi perbuatan nistanya, maka manusia bisa lebih jahat dan kejam)

2. Insan/An-Naas (Manusia menjadi, manusia being)

Kata insan diambil dari akar kata uns yang berarti jinak, lawan dari binatang liar; harmonis
dan tampak. Namun dari sudut pandang Alquran, barangkali lebih tepat diambil dari kata
nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).
Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming). Ia terus-menerus maju menuju ke
kesempurnaan. Karakter “menjadi” ini membedakan manusia dengan fenomena lain di alam.
Hewan tidak dapat mengubah kondisinya, sedangkan manusia bisa terus berupaya
menyempurnakan dirinya serta berevolusi dengan akal dan ilmu. Di tataran ini, manusia
sudah mulai memiliki perbedaan daripada hewan.
Alquran sering kali memperhadapkan insan dengan jin. Jin adalah makhluk halus yang tidak
tampak, sedangkan manusia memiliki ‘badan kasar’ yang nyata dan berwatak ramah
dibanding bangsa jin. Kata insan digunakan Alquran untuk menunjuk kepada manusia secara
menyeluruh dalam jiwa dan raga.
Sedangkan An-Naas adalah bentuk jamak dari insan. Alquran menyebut manusia sebagai
naas dalam statusnya sebagai makhluk sosial yang bergaul dan bermasyarakat serta dalam
berbagai contoh perilakunya terhadap Tuhan.

3. Bani Adam

Manusia disebut sebagai Bani Adam untuk merujuk asal-usulnya sebagai keturunan Nabi
Adam AS. Dalam konteks, dari mana seorang manusia berasal, untuk apa dia hidup, dan
kemana dia akan kembali. Penggunaan istilah Bani Adam menunjukkan bahwa manusia
bukan hasil dari evolusi makhluk anthropus (sejenis kera). Manusia dalam pandangan Al-
Quran bukan makhluk anthropomorfisme, yaitu makhluk penjasadan sifat-sifat Tuhan.
Alquran menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang
agung di dalam dirinya. Di samping itu manusia dianugerahi akal yang dapat membedakan
nilai baik dan buruk, sehingga membawa ia pada kualitas tertinggi sebagai makhluk yang
bertakwa. Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk yang suci dan mulia, bukan
sebagai makhluk yang kotor dan penuh dengan dosa, sebagaimana pandangan mereka bahwa
nabi Adam dan Hawa yang diturunkan dari surga karena melanggar larangan Allah
merupakan asal mula hakikat manusia sebagai pembawa dosa bawaan (turunan).
Alquran memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi, yang sedang dalaam perjalanan
menuju kehidupan spiritual yang suci dan abadi di akhirat kelak, meskipun ia harus melewati
rintangan dan cobaan dengan beban dosa ketika melakukan kesalahan di dalam kehidupan
dunia
4. Sebagai khalifah, manusia memiliki tanggung jawab besar untuk menjalankan tugasnya
sebagai pemimpin dan pengelola bumi dengan bijaksana sesuai dengan ajaran agama.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan manusia untuk merealisasikan peran
sebagai khalifah:

1. Merawat dan Melestarikan Alam

Manusia perlu menjaga dan melestarikan alam serta lingkungan hidup. Langkah-langkah ini
mencakup pelestarian sumber daya alam, pengurangan limbah, penanaman pohon,
pengelolaan air, dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati.
Tindakan-tindakan ini akan membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan
lingkungan.

2. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dapat menciptakan


inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan alam.
Pengembangan teknologi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup manusia tanpa merusak lingkungan.

3. Mendorong Keadilan Sosial dan Ekonomi:

Sebagai khalifah, manusia harus mendorong keadilan sosial dan ekonomi di masyarakat.
Hal ini mencakup distribusi yang adil dari sumber daya dan kekayaan, pemberdayaan
masyarakat yang kurang mampu, serta penghapusan kemiskinan dan ketidakadilan sosial.

4. Membangun Masyarakat yang Beradab

Manusia sebagai khalifah dituntut untuk membentuk masyarakat yang beradab dan harmonis.
Hal ini mencakup membangun hubungan yang baik antara sesama manusia, memperkuat
persaudaraan, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat.

5. Islam mengajarkan prinsip-prinsip yang kuat untuk menegakkan masyarakat yang beradab
dan sejahtera, yang meliputi aspek spiritual, moral, sosial, dan ekonomi.
Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang damai, adil, dan
berkeadilan.
Berikut adalah beberapa prinsip utama Islam untuk mencapai masyarakat yang beradab dan
sejahtera:
1. Keadilan
Islam mendorong keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam sistem hukum,
ekonomi, maupun sosial.
Prinsip keadilan ini mengharuskan perlakuan yang sama dan adil terhadap semua individu
tanpa memandang latar kobelakang, agama, atau status sosial.
Keadilan menjadi dasar bagi stabilitas masyarakat yang beradab dan sejahtera.
2. Persaudaraan dan Toleransi

Islam mengajarkan nilai persaudaraan antar sesama manusia, tidak memandang perbedaan
ras, agama, atau budaya.
Prinsip toleransi menghormati keberagaman dan mempromosikan dialog antar agama dan
budaya, menciptakan lingkungan yang harmonis dan beradab di tengah masyarakat yang
multikultural.
3. Kesejahteraan Sosial

Islam mendorong masyarakat untuk peduli terhadap kesejahteraan sosial dan kesejahteraan
umum.
Prinsip ini mendorong pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu, pendistribusian yang
adil dari sumber daya, dan penghapusan kemiskinan.
Islam menekankan pentingnya zakat dan sedekah untuk membantu mereka yang
membutuhkan dalam masyarakat.

Sumber : Dikasihinfo.com, studocu.com, megazine.hijup.com

Anda mungkin juga menyukai