Anda di halaman 1dari 3

Nama Mahasiswa : Nurul Andhi Hillal

NPM : 211003742018887
Kelas : N1 Fakultas Hukum Tahun 2021
Mata Kuliah : Pendidikan Agama

UJIAN AKHIR SEMESTER

SOAL :

1. Apa yang saudara ketahui tentang hadas besar dan hadas kecil? Apa saja seseorang
disebut mempunyai hadas besar? Jelaskan cara bersuci dari hadas besar dan hadas
kecil?

2. Sebutkan istilah “manusia” dalam al-Qur’an? Dan jelaskan!

3. Taraktu fi kum amraini lan tadlillu in tamasaktum bihima, kitaballah wa sunnata


rasulihi. Tuliskan kembali konten hadis ini dalam bahasa arab yang benar, dan
jelaskan mengapa demikian?

4. Pernikahan adalah ikatan suci yang dilandasi dengan tuntunan syariah Islam. Apa
yang saudara ketahui tengan pernikahan? Sebutkan dan tuliskan dengan tulis tangan
saudara dalil yang menunjukkan tentang pernikahan. Mengapa seseorang melakukan
pernikahan? Jelaskan.

5. Membangun itu lebih mudah daripada memelihara. Bagaimana kalau dikaitkan


dengan toleransi beragama? Jelaskan.

JAWABAN :

1. Hadas besar adalah hadas yang harus disucikan dengan cara mandi sedangkan hadas
kecil adalah hadas yang dapat disucikan dengan cara berwudu atau tayamum saja.
Contoh hadas besar adalah haid, junub, nifas dan keluar mani. Hadas kecil dapat
bersuci dengan berwudhu. Sementara jika ingin bersuci dari hadas besar harus
dilakukan dengan mandi wajib atau mandi besar.

2. A. Basyar
Al-Basyar adalah gambaran manusia secara materi, yang dapat dilihat, memakan
sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya.
Manusia dalam pengertian ini terdapat dalam Al-Qur’an sebanyak sekitar 35 kali
di berbagai surah. Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar
kata yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata
yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Al-Qur’an menggunakan kata
basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna
untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan
manusia seluruhnya. Dengan demikian, kata basyar dalam Al-Qur’an menunjuk
pada dimensi material manusia yang suka makan, minum, tidur, dan jalan-jalan.
Dari makna ini lantas lahir makna-makna lain yang lebih memperkaya definisi
manusia. Dari akar kata basyar lahir makna bahwa proses penciptaan manusia
terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.

B. Insan
Kata al-ins atau al-insan disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 65 kali, kata al-ins
senantiasa dipertentangkan dengan al-jinn (jin), yakni sejenis makhluk halus yang
tidak bersifat materi yang hidup diluar alam manusia, dan tidak tunduk kepada
hukum alam kehidupan manusia sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam Al-
Qur’an sebagai makhluk diciptakan dari api. Makhluk yang membangkang tatkala
diperintahkan untuk bersujud kepada Adam. Kata al-insan bukan berarti basyar
dan bukan juga dalam pengertian al-ins. Dalam pemakaian Al-Qur’an,
mengandung pengertian makhluk mukallaf (yang dibebani tanggung jawab)
mengemban amanah Allah untuk menjadi khalifah dalam rangka memakmurkan
bumi. Al-insan sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Alaq adalah mengandung
pengertian sebagai makhluk yang diciptakan dari segumpal darah, makhluk yang
mulia sebab memiliki ilmu, dan makhluk yang melampaui batas karena telah
merasa puas dengan apa yang ia miliki. Potensi manusia menurut konsep al-Insan
diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi
(Jalaluddin, 2003: 23). Jelas sekali bahwa dari kreativitasnya, manusia dapat
menghasilkan sejumlah kegiatan berupa pemikiran (ilmu pengetahuan), kesenian,
ataupun benda-benda ciptaan. Kemudian melalui kemampuan berinovasi,
manusia mampu merekayasa temuan-temuan baru dalam berbagai bidang.
Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya makhluk yang berbudaya
dan berperadaban.

C. Annas
Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia
sebagai makhluk sosial (Jalaluddin, 2003: 24). Tentunya sebagai makhluk sosial
manusia harus mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Manusia harus
hidup sosial artinya tidak boleh sendiri-sendiri Karena manusia tidak bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain di sekitarnya. Jika kita kembali ke asal mula
terjadinya manusia yang bermula dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan
Hawa), dan berkembang menjadi masyarakat dengan kata lain adanya pengakuan
terhadap spesis di dunia ini, menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara
dan tidak boleh saling menjatuhkan. Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi
manusia dalam konsep an-naas.

3. Taraktu fi kum amraini lan tadlillu in tamasaktum bihima, kitaballah wa sunnata


rasulihi.

ُ ‫سﻧﱠﺔَ َر‬
‫س ْو ِل ِه‬ ‫َضلﱡ ْو َما تَ َم ﱠ‬
َ ‫ ِكت‬: ‫س ْكت ُ ْم بِ ِه َما‬
ُ ‫َاب ِ َو‬ ِ ‫ت ََر ْكتُ فِ ْي ُك ْم أ َ ْم َري ِْن لَ ْن ات‬
Saya meninggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian Tidak akan sesat apabila
berpegang pada keduanya yaitu kitab allah dan sunnah nabi
4. Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain
juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara
sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan
ke pernikahan, sesuai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.

Dalil Tentang Pernikahan :

Ar-Rum ayat 21

Artinya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-


pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum
yang berpikir.

Mengapa seseorang melakukan pernikahan ?

Pertama, untuk tujuan ibadah kepada Allah SWT. Karena menikah adalah ibadah
terlama bagi seorang Muslim. Dengan menikah, hal yang tadinya haram bisa menjadi
halal, seperti berhubungan suami istri.

Kedua, untuk menyempurnakan agama. Dengan menikah, artinya seseorang


melaksanakan sunah Rasulullah SAW. Karena dasar hukum menikah adalah sunah.

Ketiga, untuk mendapatkan ketenangan hati dan ketenteraman jiwa.

Keempat, untuk menjaga kehormatan diri dan martabatnya. Dalam hal ini
menundukan diri dan menjaga pandangan dari perbuatan maksiat.

Kelima, untuk memiliki keturunan yang sholeh dan sholehah. Sehingga melahirkan
keturunan yang taat dan membela serta menjalankan agama Allah di muka bumi.

5. Toleransi beragama yang dilakukan dengan penuh kesadaran akan melahirkan sikap
inklusif umat bergama. Sikap ini menganggap agama sendiri benar tetapi masih
memberikan ruang untuk menyatakan kebenaran agama lain yang diyakini benar oleh
umatnya. Sikap inklusif umat beragama akan mampu meruntuhkan sikap ekstrimis
dan eksklusif umat beragama, yang biasanya melahirkan pemahaman fanatik buta dan
radikalisme bahkan terorisme yang abadi terhadap umat berbeda agama.

Anda mungkin juga menyukai