Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pelajaran agama pada pertemuan mengenai “Mengetahui Dinul

Islam” ini, dibahas mengenai pengertian Ad-Din dalam Al-Qur’an,

klasifikasi agama dan perbedaannya, ciri-ciri agama wahyu (langit), ciri-ciri

agama budaya (ardhi), dan apa saja kewajiban utama seorang muslim. Untuk

itu kelompok kami berusaha membuat sebaik mungkin pemahaman dan

materi yang ada mengenai Dinul Islam agar dapat di mengerti dan

pembelajaranpun menyenangkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Ad-Din dalam Al-Qur’an ?

2. Apa saja klasifikasi agama dan perbedaannya ?

3. Apa ciri-ciri agama wahyu (langit) ?

4. Apa ciri-ciri agama budaya (ardhi) ?

5. Apa saja kewajiban utama seorang muslim ?

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 1


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ad-Din dalam Al’Qur’an

A.1 Kajian Bahasa

Agama dalam konsep Islam disebut Dien. Kata Ad-Din berasal dari kata
‫ دان يدين و دينا‬yang berarti tanggungan, hutang, keharusan penegakan peraturan.
Ad-Din adalah hutang yang harus dibayar dan dipertanggung jawabkan, atau
peraturan yang harus dilaksanakan. Dalam kamus Bahasa Arab disebutkan
beberapa kemungkinan makna ‫ دين‬dalam Al-Qur’an diantaranya adalah : 1)
‫ = السلطان والحكم‬kekuasaan, 2) ‫= الطاعة‬ketaatan, 3) ‫ = الجزأ‬pembalasan, 4) ‫= العادة‬
kebiasaan, 5) ‫ = الحساب‬perhitungan, 6) ‫ = الملة‬agama.

A.2 Penggunaan kata Ad-Din dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an mengungkapkan kata Ad-Din sebanyak 92 kali. Secara umum


kata Ad-Din diungkap pada surat-surat Makiyah sebanyak 47 kali. Dan pada
surat-surat Madaniyah sebanyak 45 kali. Melihat pengungkapan kata Ad-Din
pada ayat Makiyah dan Madaniyah, maka dapat pula dikatakan bahwa porsi kata
Ad-Din pada keduanya berimbang. Walaupun lebih banyak pada surat-surat
Makiyah. Kondisi ini mengindisikasikan bahwa di Makkah dakwah Islam untuk
memperkenalkan ajaran yang dibawa Muhammad, sedangkan pada zaman
Madaniyah lebih pada penataan atau pendalaman Ad-Din.

Apabila mengkaji ad-Din dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dapat ditarik


kesimpulan bahwa kata Ad-Din mengandung lima makna yang saling terjalin
satu sama lainnya dan tak dapat dipisahkan. Karena makna satu dengan makna
yang lain saling menjelaskan, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Makna-makna tersebut adalah sebagai berikut :

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 2


1. Penyerahan Diri

“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.


Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 19).

Makna Ad-Din pada ayat diatas yakni, kepatuhan kepada Allah dan
ketetapan-Nya, berikrar dengan ucapan dan hati tanpa rasa takabur, tidak
menyekutukan-Nya dengan yang lain serta tidak pula berpaling dari-Nya.
Aplikasinya dengan ibadah dan rendah diri (tunduk), taat pada perintah-Nya
serta meninggalkan larangan-larangan-Nya.

2. Kerajaan dan Kekuasaan

Perkataan dien juga mempunyai arti kerajaan (judicious power).


Konsep ini sangat berkaitan dengan tauhid uluhiyyah yang merupakan
perkara paling penting dalam aqidah Muslim. Seseorang itu tidak diterima
imannya dengan hanya percaya kepada Allah sebagai Rabb akan tetapi ia
hendaklah iman kepada Allah sebagai Ilah. Ini bermakna Allah adalah satu-
satunya tuhan yang disembah, ditaati, Dialah penguasa dan Raja.

“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya


(menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-
buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama
itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar
kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Qs: Yusuf:40)

Tauhid uluhiyyah ini yang membedakan musyrikin dengan mu’minin.


Dari sinilah lahirnya Istilah al-hakimiyyah dimana seoarang muslim harus
menerima Syari’at Allah dan tidak boleh tunduk kepada undang-undang
buatan manusia. Kerana Allah Yang maha bijaksana dan maha mengetahui
telah menetapkan hukum syari’ah yang sesuai untuk manusia untuk
ditegakkan dan dipatuhi.

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 3


3. Tunduk dan Patuh/Taat

“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan


langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta
memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu
adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. Dialah
Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka
sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi
Allah Tuhan semesta alam”. (Q.S. Al-Mukmin [40]:64-65)

Ayat tersebut menjelaskan, bahwa Ad-Din hanyalah milik Allah


semata yaitu kekuasan mutlak (absolute) untuk menciptakan langit, bumi dan
seisinya. Atas kekuasaan-Nya pula Allah mengharuskan manusia untuk
tunduk dan mentaati segala perintah-Nya.

4. Pertanggung Jawaban

Telah dijelaskan diatas bahwa kata Daana bisa menjadi Dain yang
bermakna hutang. Dalam hal ini ia berkaitan erat dengan perwujudan manusia
yang merupakan suatu hutang yang perlu dibayar(lihat surah al-
Baqarah:245), manusia yang berasal dari tiada kemudian dicipta dan
dihidupkan lalu diberi berbagai nikmat yang tak terhingga.

“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan


sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi”. (Q.S. Adz Dzaariyat [51]:
51-56)

Ayat ini menjelaskan kepada manusia kepada manusia bahwa semua


yang dilakukan manusia baik/buruk, salah/benar akan mendapatkan
pembalasan.

5. Fitrah untuk Menyempurnakan Tatanan Hidup

Pengertian yang lain ialah kecendrungan (inclination). Sudah menjadi


fitrah manusia diciptakan mempunyai kecendrungan untuk percaya kepada
perkara yang supernatural, percaya adanya tuhan yang mengatur alam

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 4


semesta dan kuasa ghaib tidak bisa apa yang dicerna oleh indera manusia.
Inilah yang dinamakan dienul fitrah.

Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan setiap bayi
tang lahir sebagai seorang Muslim. Disamping itu sudah menjadi fitrah,
manusia dijadikan oleh Allah sebagai makhluq sosial yang membutuhkan
orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Maka mau tidak mau manusia
harus berkerjasama didalam menata kehidupannya.

B. Klasifikasi Agama dan Perbedaannya


B.1 Klasifikasi Agama dan Ciri-cirinya
Cukup banyak agama yang ada di dunia ini, sekedar menyebut contoh
agama Sinto, Kong Hu Cu, Bahai, Budha, Katolik, Protestan, Hindu, Islam dan
lain-lainnya.
Namun dari sekian banyak agama ini oleh para ahli diklasifikasikan ke
dalam dua golongan (berdasar tolok ukur tertentu). Salah satu tolok ukur yang
dapat dipergunakan adalah asal (sumber) ajaran agama. Menurut sumber ajaran
suatu agama, agama-agama tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Agama Wahyu (revealed religion)
Agama Wahyu juga disebut agama samawi, agama langit. Agama
wahyu adalah agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah (Tuhan) kepada
ummat manusia melalui Rasul-Nya. Adapun cirri-cirinya sebagai berikut :
a. Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya.
b. Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah yang bertugas
menyampaikan dan menjelaskan lebih lanjut wahyu yang diterimanya
denganberbagaicaradan danupaya.
c. Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap.
d. Sistem merasa dan berfikirnya tidak inheren dengan sistem merasa dan
berfikir tiap segi kehidupan masyarakat, malahan menuntut supaya
system merasa dan berfikir mengabdikan diri kepada agama.
e. Ajarannya serba tetap, tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah
dengan perubahan akal.
f. Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak.

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 5


g. Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tahan terhadap kritik akal;
mengenai alam nyata dalam perjalanan ilmu satu demi satu terbukti
kebenarannya, mengenai alam ghaib dapat diterima oleh akal.
h. Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan
ukuran dan hakekat kemanusiaan.
i. Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan
peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil (sempurna)
yang bersih dari dosa.

2. Agama Ra'yu (cultural religion/natural religion)


Agama Ra’yu juga disebut Agama Ardhi, Agama Bumi, kadang
disebut agama Budaya Dan Agama Alam. Agama ra'yu adalah agama yang
ajaran-ajarannya diciptakan oleh manusia sendiri, tidak diwahyukan oleh
Allah melalui Rasul-Nya. Adapun cirri-cirinya sebagai berikut :
a. Agama ra'yu tidak dapat dipastikan kelahirannya
b. Tidak mengenai utusan atau Rasul Allah. Yang mengajarkan agama
budaya adalah filsof atau pendiri agama tersebut.
c. Tidak memiliki kitab suci. Sekalipun memiliki kitab suci
d. Sistem merasa dan berfikirnya inheren dengan sistem merasa dan berfikir
tiap segi kehidupan
e. Ajarannya berubah seiring perubahan masyarakat yang menganut, atau
oleh filosofnya
f. Konsep ketuhanannya dinamisme, animisma, poleteisme paling tinggi
monoteisme nisbi
g. Kebenaran prinsip ajarannya tak tahan terhadap kritik akal, mengenai
alam nyata satu satu ketika dibuktikan keliru oleh ilmu dalam
perkembangannya, mengenai alam ghaib tak termakan oleh akal.
h. Nilai agama ditentuakan oleh manusia sesuai dengan cita-cita,
pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya
i. Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan
masyarakat penganutnya yang belum tentu diakui oleh masyarakat lain.

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 6


B.2 Perbedaan Agama
Adapun Perbedaan dari kedua jenis agama ini dikemukakan Al
Masdoosi dalam Living Religious of the World sebagai berikut :
1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama
bukan wahyu tidak demikian.
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu
tidak.
3. Dalam agama wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah
kitab suci yang diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu kitab suci
tidak penting.
4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan
wahyu lahir di luar itu.
5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh
ras semetik.
6. Agama wahyu sesuai dengan ajarannya adalah agama misionari,
sedangkan agama bukan wahyu agama misionari.
7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu
kabur dan elastis.
8. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek
spritual maupun material, sedangkan agama bukan wahyu lebih menitik
beratkan kepada aspek spritual saja, seperti pada Taoisme, atau pada
aspek material saja seperti pada Confusianisme.

Mengenai kitab sucinya, sebagai contoh dapat dibuktikan oleh para


ahli bahwa Taurat dan Injil telah mengalami perubahan, tidak asli lagi
memuat wahyu yang disampaikan oleh malaikat (Jibril) dahulu kepada
Musa dan Isa sebagai Rasul-Nya. Menurut Profesor Charles Adams, seorang
ilmuwan, pendeta agama (Kristen) Protestan (1971) kitab suci yang masih
asli memuat wahyu Tuhan hanyalah Al-Qur'an. Selain dari itu, sifat ajaran
agama Yahudi adalah local, khusus bagi orang Yahudi saja tidak untuk
manusia lain. Tentang agama Nasrani dapat dikemukakan bahwa konsep
ketuhanannya bukanlah monoteisme murni tetapi monoteisme nisbi.
Menurut ajaran (akidah) agama Nasrani, Tuhan memang satu tetapi terdiri
dari tiga oknum yakni Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Roh Qudus.

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 7


Ketiganya disebut trinitas atau tritunggal, kesatuan tiga pribadi. Selain dari
itu, menurut Maurice Bucaile, ada hal-hal dalam kitab suci agama Nasrani
yang bertantangan dengan sains modern.
Bagaimana dengan wahyu terakhir, yaitu agama Islam? Kalau
kesembilan tolok ukur tersebut di atas ditetapkan kepada agama Islam
hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Kelahiran agama Islam adalah pasti yaitu tanggal 17 Ramadhan tahun
Gajah, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M.
2. Disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai
utusan atau Rasulullah.
3. Memilki kitab suci yaitu Al-Qur'an yang memuat asli semua wahyu
yang diterima oleh Rasul-Nya.
4. Ajaran agama Islam mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha
Benar. Ajaran Islam berlaku abadi tidak berubah dan tidak boleh
dirubah.
5. Konsep ketuhanan Islam adalah tauhid, monotiesme murni, Allah
adalah Esa, Esa dalam zat, Esa dalam sifat dan Esa dalam perbuatan.
6. Dasar-dasar agama Islam bersifat fundamental dan mutlak, berlaku
untuk seluruh umat manusia di manapun dia berada.
7. Nilai-nilai terutama nilai etika dan estetika yang ditentukan oleh agama
Islam sesuai dengan fitrah manusia dan kemanusiaan.
8. Soal-soal alam semesta yang disebutkan dalam agama Islam yang
dahulu diterima dengan keyakinan saja, kini telah banyak dibuktikan
kebenarannya oleh sains modern.
9. Bila petunjuk, pedoman dan tuntunan serta peringatan agama Islam
dilaksanakan dengan baik dan benar maka akan terbentuklah insan
kamil yaitu manusia yang sempurna.

Dari uraian di atas dan dari ciri-ciri agama wahyu yang disebutkan di
muka, dapatlah disimpulkan bahwa pada agama Islamlah kita temui ciri-ciri
agama wahyu yang lengkap. Oleh karena itu pula dapatlah secara pasti kita
katakan bahwa agama Islam, bukan hanya agama yang benar, tetapi juga
agama yang sempurna.

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 8


B.3 Kewajiban Utama Seorang Muslim
Ada beberapa kewajiban utama seorang muslim, diantaranya :
1. Kewajiban terhadap Allah SWT
Ini adalah kewajiban yang paling utama. Seorang muslim tidak
boleh melalaikan kewajiban ini. Dia wajib menyembah Allah sebagai
Pencipta makhluk, Pemilik Segala Urusan, Pemberi karunia hidup,
Pemilik seluruh nikmat, dan sebagainya. Dan seorang muslim tidak
boleh mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Salah satu contoh kewajiban kepada Allah yang paling tampak
adalah sholat. Seorang muslim seharusnya tidak hanya sekedar sholat
saja, tapi juga harus sholat yang khusyu. Khusyu dalam sholat termasuk
juga menjaga dan memelihara sholat merupakan ciri utama seorang
beriman. Allah SWT juga mengancam orang-orang yang melalaikan
sholatnya hingga habis waktu yang telah ditetapkan.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS. Al Maun: 45).

2. Kewajiban terhadap ibu-bapak


Seorang muslim wajib berbuat baik kepada kedua ibu-bapaknya.
Kewajiban ini menduduki tempat setelah tauhid dan memurnikan ibadah
kepada Allah SWT. Kewajiban terhadap keduanya, tidak cukup hanya
dilaksanakan pada saat peringatan Hari Ibu atau Hari Bapak (kalau ada),
tapi setiap hari. Kita tentu tidak akan rela bila melaksanakan kewajiban
kepada mereka hanya setahun sekali. Karena Allah SWT sangat
memberikan perhatian khusus kepada orang tua, terutama ibu. Allah
SWT berfirman:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah,
dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya
Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 9


dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al Ahqaf : 15).

3. Kewajiban terhadap kerabat karib


Karib kerabat antara lain saudara laki-laki dan perempuan, paman
dan bibi dari bapak, paman dan bibi dari ibu, anak perempuan dan laki-
laki, dan kerabat lainnya.
4. Kewajiban terhadap anak yatim dan orang-orang miskin
Sudahkah hari ini kita menunaikan kewajiban kita terhadap
orang-orang yang lemah di sekitar kita? Mereka adalah anak-anak yatim
dan fakir miskin.

5. Kewajiban terhadap tetangga dekat dan tetangga jauh


Tetangga dekat tampak lebih didahulukan ketimbang tetangga
jauh. Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan lokasi / jarak,
hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim dan yang
bukan muslim.

6. Kewajiban terhadap teman sejawat


DR. Yusuf Qordhowi menjelaskan, teman sejawat atau teman
dekat, termasuk diantaranya adalah teman dekat yang bersifat selamanya
(antara lain: suami / istri), maupun teman dekat yang bersifat sementara.

7. Kewajiban terhadap ibnu sabil


Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan
maksiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui
ibu bapaknya.

8. Kewajiban terhadap hamba sahaya


DR. Yusuf Qordhowi berpendapat, pengertian kewajiban
terhadap hamba sahaya tidak hanya terbatas pada konteks zaman
perbudakan (yang kini sudah tidak ada lagi). Pengertian itu sangat luas,

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 10


yakni mencakup semua yang berada dalam kekuasaan dan milik setiap
orang, misalnya seperti binatang, alat-alat, dan barang-barang. Seorang
muslim diamanatkan Allah SWT untuk menjaga, memelihara, dan
mengatur semua itu.

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 11


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pengertian Dinul Islam, klasifikasi agama dan perbedaannya,
ciri-ciri agama wahyu (langit), dan ciri-ciri agama budaya (ardhi), dapat
kami simpulkan bahwa pada agama Islamlah kita temui ciri-ciri agama
wahyu yang lengkap. Oleh karena itu pula dapatlah secara pasti kami
katakan bahwa agama Islam, bukan hanya agama yang benar, tetapi juga
agama yang sempurna. Dan dari ajaran Islam pula kita dapat mengerti
kewajiban utama kita sebagai seorang muslim.

B. Saran
Kita sebagai umat Islam sebaiknya mengerti mana yang hak dan
yang bathil, serta menumbuhkan sikap toleransi kepada pemeluk agama
lain, agar tidak terjadi konflik. Walaupun Islam agama yang sempurna, di
dalamnya juga diajarkan sikap menghormati sesama, dimana kita harus
menghargao kepercayaan orang lain.

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 12


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya

Madjrie, Abdurrahman, 2003, Meluruskan Aqidah, (Tim KB Pres) cet I.

Munawwir, Ahmad Warson, 1984, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka


Progresiff).

Muhammad, Abi Ja’far (224-310 H), Ath Thabari, 2001, Tafsir Ath Thabari,
(Beirut). Jilid V.

Al-Quraisyi, Ismail bin Katsir, 2001, Tafsir Ibnu Katsir, Beirut: Resalah
Puliser.

Bakie, Muhammad Fuad Abdul, 2005, Nu’jamul Mufahras li Afadhil Qur’an,


Beirut: Dar El Marefah.

Asy-Syarafa, Ismail, Ensiklopedi Filsafat. Jakarta: Khalifa.2002

Madjrie Abdurrahman, 2003, Meluruskan Aqidah, (Tim KB Press), cet I, hlm 9

Abi Ja’far Muhammad (224-310), Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari. Jilid V, hal
281.

Pendidikan Agama Islam | Mengetahui Dinul Islam 13

Anda mungkin juga menyukai