MERANGKUM MATERI
RESKI RAHAYU
1703148
DIII RMIK – C
1. Pengertian Agama
Di Indonesia, kata agama mula-mula lebih dipopulerkan oleh sebagian penulis,
bahwa agama berasal dari Bahasa sansekerta yakni, a berarti tidak dan gama berarti
kacau. Argumentasi itu mengisaratkan, bahwa agama dapat menghindarkan manusia
dari kekacauan serta mengantarkan manusia dalam kehidupan yang tertib dan
teratur. Sehingga “agama” adalah jalan yang mengantarkan manusia menuju
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi ( M. Quraisy Shihab, 2005:21).
Lebih lanjut Prof. Dr. M. Quraish Shihab menguraikan, di bali dikenal istilah
agama, igama, dan ugama. Agama menurut istilah mencerminkan peraturan yang
mengatur hubungan manusia dengan penguasa, igama adalah yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan atau dewa-dewa mereka, sedangkan ugama adalah
ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya.
Menurut Prof. KH. Ali Yafie, kata agama sejalan dengan Bahasa Arab Hadramaut
Selatan Jazirah Arabia, diucapkan agama yang maknanya adalah menetap.
Kata din dalam Bahasa Al-Quran, seringkali dipersamakan dengan kata agama.
Kata tersebut terdiri dari 3 huruf hijaiyah yaitu, dal, ya dan nun. Maknanya selalu
mendeskripsikan hubungan antara dua pihak seperti dain yang berarti hutang, atau
din yang berarti balasan dan kepatuhan. Maka din adalah hubungan antara manusia
dengan Allah SWT.
Filosofi inggris John Locke ( 1632-1704 M ) memberi komentar bahwa “agama
bersifat khusus, pribadi, sumbernya adalah jiwaku dan mustahil bagi selainku,
memberi aku petunjuk itu”.
Sementara Seneque (2-66 M) menggambarkan bahwa agama adalah pengetahuan
tentang Tuhan dan upaya meneladaninya”. Agama pengabdian kemanusiaan, kata
Agust Comte (1798-1557). Ber-agama adalah menjadikan semuanya kewajiban kita,
yaitu “perintah suci yang harus dilaksanakan menurut Immanuel Kant (1724-1804).
Agama adalah sekumpulan petunjuk ilahi yang disampaikan melalui Nabi dan
Rasul untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia untuk meraih kebahagiaan dunia
dan akhirat, menurut para pakar muslim umumnya.
Menurut M. Quraish Shihab, 2005:23) untuk dapat dinamai beragama, ada tiga
hal yang harus dipatuhi, yaitu:
Pertama : Merasakan dalam jiwa tentang adanya pencipta alam ini. Yaitu
meyakini tenyang wujud Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua : Lahirnya dorongan untuk taat melaksakan perintah atau kehendak-
Nya. Yaitu beribah kepada-Nya.
Ketiga : Meyakini bahwa adanya hari pembalasan di akhirat dan akan
mendapatkan balasan/ganjaran atas perbuatannya. Yaitu tentang
adanya hari kemudian.
( QS Al-A’raf : 172 )
(QS. Ar-Rum : 30 )
Maksud fitrah dalam ayat tersebut ialah bahwa manusia diciptakan Allah
mempercayai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia yang tidak
beragama, tauhid atau monoterisme, maka inilah akibat pengaruh lingkungan.
Kebutuhan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam segala peraturannya,
dapat ditinjau dari aspek psikologi dan aspek sosiologi.
Secara psikologi orang yang akalnya sehat dapat pada kesimpulan mengetahui
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan meperhatikan alam dan lingkungannya timbul
perasaan bahwa ala mini ada yang mengatur tetapi manusia tidak dapat menjelaskan
apa, siapa dan bagaimana zat Tuhan Yang Maha Esa.
Dari aspek sosiologi, manusia pada dasarnya mahkluk hidup yang selalu ingin
bergaul dan bermasyarakat. Keadaan masyarakat yang teratur akan terwujud bila ada
yang mengatur pergaulan hidup manusia itu, dalam hal ini yang tepat adalah agama.
Kita ketahui bahwa manusia lahir dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, dalam
kehidupannya pasti berhadapan dengan berbagai tantangan dan ujian. Sehingga
semua itu memerlukan metode atau solusi untuk pemecahannya.
Problem yang menghadapi manusia itulah yang terkadang membuat tidak terang
dan kegelisahan, sementara manusia dalam hidupnya akan senantiasa mengharapkan
ketenangan dan kebahagiaan.
Ketenangan dan kebahagian yang hakiki tidak mungkin dapat dicapai, kecuali
dengan melalui petunjuk agama, karena ia adalah kolam ilahi,dimana dengan agama
itu bias melahiran keimanan atau keyakinan adanya sang khaliq ( pencipta) alam
semesta yang diimani atau yakini dengan “Haqqul Yakul”, bahwa segalanya hanya
ada pada ke Maha kuasaannya untuk itu manusia wajib untuk mengabdi kepada-Nya.
Orang yang beriman akan senantiasa bertawakkal kepada Allah, berharap dan
berserah diri dengan jalan memperbanyak ibadah dan berdoa tanpa ada keraguan, dan
senantiasa bersyukur terhadap nikmat Allah, dan bersabar menghadapi musibah yang
datang.
AGAMA ISLAM
Arti dan Ruang Lingkup Agama Islam
Islam berasal dari kata aslama yang merupakan turunan dari kata assalmu,
assalamu, assalamatu yang artinya bersih dan selamat dari kekacauan lahir batin.
Dari asal kata ini dapat diartikan bahwa dalam islam terkandung makna suci, bersih
tanpa cacat atau sempurna.
Kata islam juga dapat diambil dari kata “assalmu” yang berarti perdamaian dan
kedamaian dan keamanan. Dari asal kata ini islam mengandung makna perdamaian
dan keselamatan, Karena itu “assalamu’alaikum” merupakan tanda kecintaan seorang
muslim kepada orang lain. Karena itu selalu menebarkan doa dan kedamaian kepada
sesama.
Islam mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya kepada
kehendak Allah. Kepatuhan dan ketundukan kepada Allah itu melahirkan
keselamatan dan kesejahteraan diri serta kedamaian kepada sesama manusia dan
lingkungannya.
Pengertian islam secara terminologis yang diungkapkan Ahmad Abdullah
Almasdoosi (1962) bahwa islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada
manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi, dan terbina dalam bentuknya yang
terakhir dan sempurna dalam Al-Quran yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya
yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad Bin Abdullah, yaitu kaidah hidup lengkap
mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual maupun material.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui Rasul-
rasulNya, berisi hokum-hukum, yang mengatur hubungan manusia dengan Allah,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Agama diturunkan ke
muka bumi sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw adalah agama Islam.
Uraian diatas mempertegas bahwa semua agama wahyu sejak dari Nabi Adam as
sampai kepada Nabi Muhammad saw adalah “islam”. Kelompok atau pembagian
agama wahyu dan agama budaya. Agama wahyu adalah agama yang bersumber dari
Allah kepada 25 Nabi dan Rasul sedangkan agama budaya adalah agama yang
bersumber dari pikir atau produk manusia.
Agama islam yang dianut oleh para pengikutnya itu mengalami perkembangan
dan perubahan baik nama maupun isi ajarannya setelah Rasul-Rasul yang
membawanya wafat. Akhirnya Islam menjadi nama bagi satu-ssatunya agama, yaitu
agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw sebagai penutup Nabi dan Rasul.
Agama islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah Islam yang
terakhir diturunkan Allah kepada manusia.
Agama Islam berisi ajaran yang komprehensip menyangkut seluruh aspek
kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat,
maupun sebagai mahkluk dunia.
Wujud Iman
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan
segala aturan hokum yang dtang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang muslim
berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam
sehingga seluruh hidupnya didasarkan ajaran Islam.
Tauhid terioritis adalah tauhid yang membahas tentang Keesaan Zat, Sifat dan
Perbuatan Allah. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat La
Ilaha Illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya
kepada Allah.
9. Implementasi Iman dan Takwa
Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern.
a. Masalah social-budaya yang sudah established, adalah problematika dalam
kehidupan modern yang sulit sekali memperbaikinya.
b. Pada millennium ke tiga, bangsa Indonesia dideskripsikan sebagai masyarakat
yang slaing bermusuhan. Adanya Tarik menarik antara kekuatan idealisme
dengan naturalism menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak menentu.
c. Secara ekonomi, bangsa Indonesia masih terpuruk karena diadopsi-nya system
ekonomi kapitalis yang ternyata meyuburkan pelaku korup.
1. Keberadaan manusia
Pada diri manusia terdapat perpaduan sifat yang berlawanan. Manusia adalah
hadits, baru dari sifat jasmaniahnya, dan azali daro roh Ilahiahnya.
Pada diri manusia terdapat sifat baik, yang menyerupai sifat Tuhan. Namun
terdapat sifat buruk pula, seperti ketika Allah menyaksikan kesombongan iblis, yaitu
tidak mau sujud kepada adam, dalam
(QS. Shad, (38):75.
2. Hakikat Manusia
Teori Darwin memuat dua aspek. Aspek pertama besifat ilmiah, namun ketika
diungkapkan dan dilaksanakan, ternyata aspek ilmiahnya sangat rapuh. Aspek kedua
bersifat filosofis yang diberi penekanan oleh Darwin sangat kuat dan diungkapkan
secara jelas. Teori evolusi tidaklah segalanya.
Evolusi manusia menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat
kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu:
a. Tingkat pra manusia dinamakan Australopithecus (1924)
b. Tingkat manusia kera dinamakan pithecanthropus erectus (1891)
c. Tingkat manusia purba dinamakan homo neanderthalensis
d. Tingkat manusia modern atau homo sapiens yang telah pandai berpikir,
menggunakan otak dan nalarnya.
Menurut aliran kognitif, manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang
bereaksi secara pasif pada lingkungannya, tetapi sebagai mahkluk yang selalu
berusaha memahami lingkungannya dan mahkluk yang selalu berfikir.
3. Konsep Manusia Menurut Al-Quran
Konsep manusia perspektif Al-Quran dipahami dengan memperhatikan kata-kata
yang saling menunjuk pada makna manusia.
a. Basyar (QS. Al-Kahfi, (18):110
Konsep Basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia.
b. Al-Insan (QS. Al-‘Alaq (96):5
Konsep insan selalu dihubungkan dengan sifat psikologis atau spiritual
manusia sebagai mahkluk yang berfikir, berilmu dan memikul amanah.
c. Al-Nas (QS. Al-Zumar (39):27
Konsep Al-Nas merujuk pada semua manusia sebagai mahkluk social atau
secara kolektif.
d. Bani Adam (QS. Al-A’raf (7):31
e. Abdun (QS. Saba’ (24):9
4. Martabat Manusia
Manusia pada hakikatnya samasaja dengan mahkluk hidup lainnya, yaitu
memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung
pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi
pengetahuan, kesdaran, dan tingkat tujuan.
Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para
pemikir menyamakan dengan binatang. Kebudayaan hanya dimiliki oleh manusia,
sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiassan yang bersifat instingitif.
Karakteristik manusia adalah:
a. Aspek Kreasi, tangan manusia lebih fungsional dari tangan simpanse,
demikian pula organ-organ lainnya.
b. Aspek Ilmu, manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus
berkembang.
c. Aspek Kehendak, manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bias
mengadakan pilihan dalam hidupnya.
d. Aspek Ahklak, manusia adalah mahkluk yang dapat dibentuk akhlaknya.