Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MERANGKUM MATERI

RESKI RAHAYU
1703148
DIII RMIK – C

REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
2017
BAB 1
AGAMA DAN KEHIDUPAN MANUSIA

1. Pengertian Agama
Di Indonesia, kata agama mula-mula lebih dipopulerkan oleh sebagian penulis,
bahwa agama berasal dari Bahasa sansekerta yakni, a berarti tidak dan gama berarti
kacau. Argumentasi itu mengisaratkan, bahwa agama dapat menghindarkan manusia
dari kekacauan serta mengantarkan manusia dalam kehidupan yang tertib dan
teratur. Sehingga “agama” adalah jalan yang mengantarkan manusia menuju
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi ( M. Quraisy Shihab, 2005:21).
Lebih lanjut Prof. Dr. M. Quraish Shihab menguraikan, di bali dikenal istilah
agama, igama, dan ugama. Agama menurut istilah mencerminkan peraturan yang
mengatur hubungan manusia dengan penguasa, igama adalah yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan atau dewa-dewa mereka, sedangkan ugama adalah
ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya.
Menurut Prof. KH. Ali Yafie, kata agama sejalan dengan Bahasa Arab Hadramaut
Selatan Jazirah Arabia, diucapkan agama yang maknanya adalah menetap.
Kata din dalam Bahasa Al-Quran, seringkali dipersamakan dengan kata agama.
Kata tersebut terdiri dari 3 huruf hijaiyah yaitu, dal, ya dan nun. Maknanya selalu
mendeskripsikan hubungan antara dua pihak seperti dain yang berarti hutang, atau
din yang berarti balasan dan kepatuhan. Maka din adalah hubungan antara manusia
dengan Allah SWT.
Filosofi inggris John Locke ( 1632-1704 M ) memberi komentar bahwa “agama
bersifat khusus, pribadi, sumbernya adalah jiwaku dan mustahil bagi selainku,
memberi aku petunjuk itu”.
Sementara Seneque (2-66 M) menggambarkan bahwa agama adalah pengetahuan
tentang Tuhan dan upaya meneladaninya”. Agama pengabdian kemanusiaan, kata
Agust Comte (1798-1557). Ber-agama adalah menjadikan semuanya kewajiban kita,
yaitu “perintah suci yang harus dilaksanakan menurut Immanuel Kant (1724-1804).
Agama adalah sekumpulan petunjuk ilahi yang disampaikan melalui Nabi dan
Rasul untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia untuk meraih kebahagiaan dunia
dan akhirat, menurut para pakar muslim umumnya.
Menurut M. Quraish Shihab, 2005:23) untuk dapat dinamai beragama, ada tiga
hal yang harus dipatuhi, yaitu:
Pertama : Merasakan dalam jiwa tentang adanya pencipta alam ini. Yaitu
meyakini tenyang wujud Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua : Lahirnya dorongan untuk taat melaksakan perintah atau kehendak-
Nya. Yaitu beribah kepada-Nya.
Ketiga : Meyakini bahwa adanya hari pembalasan di akhirat dan akan
mendapatkan balasan/ganjaran atas perbuatannya. Yaitu tentang
adanya hari kemudian.

2. Fungsi Agama Bagi Kehidupan Manusia.


Kebutuhan manusia ada dua aspek, yaitu kebutuhan rohani dan kebutuhan
jasmani kebutuhan primer adalah mempercayai adanya zat Tuhan Yang Maha Esa.
Mempercayai adanya zat Tuhan Yang Maha Esa itu merupakan fitrah atau naluri
yang ada pada manusia sejak lahirnya, berupa pembawaan anugrah Tuhan kepada
setiap manusia.

( QS Al-A’raf : 172 )
(QS. Ar-Rum : 30 )

Maksud fitrah dalam ayat tersebut ialah bahwa manusia diciptakan Allah
mempercayai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia yang tidak
beragama, tauhid atau monoterisme, maka inilah akibat pengaruh lingkungan.
Kebutuhan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam segala peraturannya,
dapat ditinjau dari aspek psikologi dan aspek sosiologi.
Secara psikologi orang yang akalnya sehat dapat pada kesimpulan mengetahui
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan meperhatikan alam dan lingkungannya timbul
perasaan bahwa ala mini ada yang mengatur tetapi manusia tidak dapat menjelaskan
apa, siapa dan bagaimana zat Tuhan Yang Maha Esa.
Dari aspek sosiologi, manusia pada dasarnya mahkluk hidup yang selalu ingin
bergaul dan bermasyarakat. Keadaan masyarakat yang teratur akan terwujud bila ada
yang mengatur pergaulan hidup manusia itu, dalam hal ini yang tepat adalah agama.
Kita ketahui bahwa manusia lahir dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, dalam
kehidupannya pasti berhadapan dengan berbagai tantangan dan ujian. Sehingga
semua itu memerlukan metode atau solusi untuk pemecahannya.
Problem yang menghadapi manusia itulah yang terkadang membuat tidak terang
dan kegelisahan, sementara manusia dalam hidupnya akan senantiasa mengharapkan
ketenangan dan kebahagiaan.
Ketenangan dan kebahagian yang hakiki tidak mungkin dapat dicapai, kecuali
dengan melalui petunjuk agama, karena ia adalah kolam ilahi,dimana dengan agama
itu bias melahiran keimanan atau keyakinan adanya sang khaliq ( pencipta) alam
semesta yang diimani atau yakini dengan “Haqqul Yakul”, bahwa segalanya hanya
ada pada ke Maha kuasaannya untuk itu manusia wajib untuk mengabdi kepada-Nya.
Orang yang beriman akan senantiasa bertawakkal kepada Allah, berharap dan
berserah diri dengan jalan memperbanyak ibadah dan berdoa tanpa ada keraguan, dan
senantiasa bersyukur terhadap nikmat Allah, dan bersabar menghadapi musibah yang
datang.

AGAMA ISLAM
Arti dan Ruang Lingkup Agama Islam

Islam berasal dari kata aslama yang merupakan turunan dari kata assalmu,
assalamu, assalamatu yang artinya bersih dan selamat dari kekacauan lahir batin.
Dari asal kata ini dapat diartikan bahwa dalam islam terkandung makna suci, bersih
tanpa cacat atau sempurna.
Kata islam juga dapat diambil dari kata “assalmu” yang berarti perdamaian dan
kedamaian dan keamanan. Dari asal kata ini islam mengandung makna perdamaian
dan keselamatan, Karena itu “assalamu’alaikum” merupakan tanda kecintaan seorang
muslim kepada orang lain. Karena itu selalu menebarkan doa dan kedamaian kepada
sesama.
Islam mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya kepada
kehendak Allah. Kepatuhan dan ketundukan kepada Allah itu melahirkan
keselamatan dan kesejahteraan diri serta kedamaian kepada sesama manusia dan
lingkungannya.
Pengertian islam secara terminologis yang diungkapkan Ahmad Abdullah
Almasdoosi (1962) bahwa islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada
manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi, dan terbina dalam bentuknya yang
terakhir dan sempurna dalam Al-Quran yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya
yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad Bin Abdullah, yaitu kaidah hidup lengkap
mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual maupun material.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui Rasul-
rasulNya, berisi hokum-hukum, yang mengatur hubungan manusia dengan Allah,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Agama diturunkan ke
muka bumi sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw adalah agama Islam.

( QS. Ali Imran 3:19)

Uraian diatas mempertegas bahwa semua agama wahyu sejak dari Nabi Adam as
sampai kepada Nabi Muhammad saw adalah “islam”. Kelompok atau pembagian
agama wahyu dan agama budaya. Agama wahyu adalah agama yang bersumber dari
Allah kepada 25 Nabi dan Rasul sedangkan agama budaya adalah agama yang
bersumber dari pikir atau produk manusia.
Agama islam yang dianut oleh para pengikutnya itu mengalami perkembangan
dan perubahan baik nama maupun isi ajarannya setelah Rasul-Rasul yang
membawanya wafat. Akhirnya Islam menjadi nama bagi satu-ssatunya agama, yaitu
agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw sebagai penutup Nabi dan Rasul.
Agama islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah Islam yang
terakhir diturunkan Allah kepada manusia.
Agama Islam berisi ajaran yang komprehensip menyangkut seluruh aspek
kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat,
maupun sebagai mahkluk dunia.

Kerangka Dasar Ajaran Islam


Secara garis besar, lingkup agama Islam menyangkut tiga hal pokok, yaitu:
1. Aspek keyakinan yang disebut aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan
terhadap Allah dan semua yang difirmankan-Nya untuk diyakini.
2. Aspek norma atau hokum yang disebut syariah, yaitu aturan-aturan Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan dengan alam
semesta.
3. Aspek perilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap-sikap atau perilaku yang
Nampak dari pelaksanaan aqidah dan syariah.

(firman Allah QS. Al-Baqarah, : 208)

Dapat disimpulkan bahwa aqidah merupakan landasan bagi tegak beedirinya


syariah dan akhlak adalah perilaku nyata pelaksanaan syariah.
Aqidah mempunyai peranan pranan yang sangat penting dalam tata kehidupan
beragama. Aqidah yang kokoh akan mampu melaksanakan syariah atau hokum-
hukum Al-Quran dan hadis, yang kemudian berimplikasi melahirkan akhlakul
karimah.
BAB II

KONSEP KETUHANAN MENURUT ISLAM

1. Urgensi Iman Kepada Tuhan


Aspek yang akan dikaji adalah aspek keimanan dan nilai. Kecintaan kepada
Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabadikan diri serta
bertawakkal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang ushuli
(pokok) dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan. (M. Abduh Malik dkk,
2009:1).
Pendidikan modern dimungkinkan telah berimplikasi negative terhadap jiwa
peserta didik generasi penerus bangsa dari berbagai arah. Untuk itu perlu
ditanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar, pikiran, dan akal budi mereka, agar
mereka selamat dari pengaruh negative tersebut.
Islam agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang
dipenuhi dengan keikhlasan dan cinta. Seorang muslim tidaklah sempurnah jika
kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan
ketajaman nalar. Pentingnya budi bagi ima, ibarat pentingnya mata bagi orang yang
sedang berjalan.
Urgensi iman kepada Tuhan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
 Iman kepada Tuhan bersifat ushuli atau pokok.
 Iman kepada Tuhan bersifat kausa prima (sebab akibat).
 Iman kepada Tuhan berpengaruh pada nilai atau derajat iman pada rukun-
rukun iman lainnya.

2. Filsafat Ketuhanan dalam Islam


Perkataan ilah, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang
dibesarkan dan/atau dipentingkan oleh manusia.
Makna ilah dalam ayat-ayat tersebut menunjukkan, bahwa perkataan ilah bias
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun
benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam
Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal, ganda, dan banyak.
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang sangat dipentingkan oleh manusia, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan dipenting-kan hendaklah
diartikan secara luas, tercakup didalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan,
diharapkan dapat mem-berikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula
sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Definisi Ilah menurut Ibnu Taimiyah:
Ilah (Tuhan) ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk hanya
kepada-Nya, merendah diri dihadapan-Nya, takut dan mengharapkan-Nya. Kepada-
Nya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakkal
kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari pada-Nya, dan
menimbul-kan ketenangan disaat mengigat-Nya dan terpaut cinta kepada-Nya (M.
Imaduddin, 1989:56).
3. Sejarah Pemikiran Tentang Tuhan Menurut Barat
Konsep Ketuhanan menurut pemikiran Barat didasarkan atau hasil pemikiran,
baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah. Dalam literartur sejarah agama,
dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, selanjutnya mengalami peningkatan menjadi
sempurna.
Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme
dalam M. Abduh Malik dkk, 2009:4:
a. Dinamisme
Sejak zaman primitive telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh
dalam kehidupan. Setiap benda diyakini mempunyai pengaruh pada manusia,
ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negative
b. Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitive juga mempercayai
adanya roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik,
mempunyairoh. Roh dipercaya sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya
telah mati.
c. Potistheisme
Roh yang lebih dari yang lain, kemudian disebut dewa. Dewa yang mepunyai
tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya.
d. Henotheisme.
Yaitu kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa
e. Monotheisme.
Hanya mengakui adanya satu Tuhan untuk seluruh bangsa.

Berdasarkan penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh


kebanyakan masyarakat primitive. Dalam penyelidikan didapatkan bukti –bukti,
bahwa asal usul kepercayaan masyarakat primitive adalah manotheisme dan
monotheisme bearasal dari ajaran wahyu Tuhan.
4. Sejarah dan Perkembangan Pemikiran Umat Islam
Sebagian umat Islam memahami dengan pendekatan tekstual, sehingga lahir
aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat islam yang lainnya memahami
dengan pendekatan antara kontekstual dan tekstual, sehingga lahir yang bersifat
antara liberal dan tradisional.
Aliran-aliran tersebut adalah:
a. Mu’tazilah, adalah kaum rasionalis dikalangan umat islam yang menekankan
pemakaian akal dalam memahami ajaran-Nya.
b. Qadariah berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalan
berkehendak dan berbuat
c. Jabariah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
kehendak dan berbuat
d. Asy’ariah dan Maturidiah pendapatnya berada diantara Qadariah dan
Jabariah.
5. Tuhan Menurut Agama Wahyu
Sebagai manusia yang mengikrarkan kalimat La ilaha illa Allah dalam syahadat,
harus menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap gerak, ucapan, dan
tindakannya. Konsep La ilaha illa Allah yang bersumber dari Al-Quran, memberi
petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari Tuhan yang lain
selain Allah.
6. Pembuktian Wujud Tuhan
Untuk membuktikan ada-Nya Allah diluar petunjuk wahyu antara lain :
a. Metode Pembuktian Ilmiah
Menurut metode ini agama batarl, sebab agama tidak mempunyai landasan
ilmiah. Sebagian besar modern juga batal, sebab juga tidak mempunyai
landasan ilmiah. Metode pembuktian Tuhan melalui pemahaman dan
penghayatan keserasian alammembuktikan adanya Tuhan melalui pemahaman
dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia.

Keimanan dan Ketakwaan


Pengertian Iman
Iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan. Dengan demikian, iman merupakan kesatuan,
atau keselarasan antara hati, ucapan, dan perbuatan, serta dapat juga dikatakan
sebagai pandangan hidup.

Wujud Iman
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan
segala aturan hokum yang dtang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang muslim
berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam
sehingga seluruh hidupnya didasarkan ajaran Islam.

7. Proses Terbentuknya Iman


Berbagai pengaruh akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang
datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan yang
lain, kerah yang belum tentu baik. Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung
maupun tidak langsung, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, amat
berpengaruh terhadap iman seseorang.

Beberapa prinsip implikasi metodologisnya, yaitu:


a. Prinsip pembinaan berkesinambungan
Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin lama semakin
mampu bersikap selktif.
b. Prinsip Internalisasi dan Individuasi
Usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya, dan individuasi, yakni
menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya.
c. Prinsip Sosialisasi
Pada umumnya nilai-nilai hidup baru benar-benar mempunyai arti apabila telah
memperoleh dimensi social. Oleh karena itu suatu bentuk tingkah laku terpola
dan teruji secara tuntas apabila sudah diterima secara social.
d. Prinsip Konsistensi dan Koherensi
Secara tetap dan konsisten, secara koheren, yaitu mengandung pertentangan
antara nilai yang satu dengan nilai lainnya.

8. Ciri-ciri Orang Beriman


Al-Quran menjelaskan ciri-ciri orang yang beriman, sebagai berikut:
a. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak terlepas dari syaraf memorinya. (QS. Al-Anfal, 8:2)
b. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,
diiringi dengan Allah (QS. Ali-Imran, (3) : 120; QS.Al-Maidah, (5):12).
c. Menafkahkan rezki yang diterimanya QS. Al-Anfal, (8):3; QS. Al-
Mukminun, (23):4
d. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan. (QS.
Mukminun, (23):3 dan 5
e. Memelihara amanah dan menepati janji (QS. Al-Mukminun, (23): 6
f. Berjuhat dijalan Allah dan suka menolong (QS. Al-Anfal, (8):74.
g. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (QS. An-Nur, (24): 62

Ciri-ciri orang beriman:


Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik
Mempunyai kepercayaan terhadap dirinya dan tahu harga diri
Bersifat rendah hati dan khidmat
Senantiasa jujur dan adil
Bersifat damai dan ridha kolerasi keimanan dan ketakwaan.

Tauhid terioritis adalah tauhid yang membahas tentang Keesaan Zat, Sifat dan
Perbuatan Allah. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat La
Ilaha Illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya
kepada Allah.
9. Implementasi Iman dan Takwa
Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern.
a. Masalah social-budaya yang sudah established, adalah problematika dalam
kehidupan modern yang sulit sekali memperbaikinya.
b. Pada millennium ke tiga, bangsa Indonesia dideskripsikan sebagai masyarakat
yang slaing bermusuhan. Adanya Tarik menarik antara kekuatan idealisme
dengan naturalism menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak menentu.
c. Secara ekonomi, bangsa Indonesia masih terpuruk karena diadopsi-nya system
ekonomi kapitalis yang ternyata meyuburkan pelaku korup.

Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Tantangan Kehidupan Modern.


Pengaruh iman terhadap kehidupan umat manusia sangat besar. Manfaat dan
pengaruh iman pada kehidupan umat manusia:
a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
b. Iman menanamkam semangat berani mati
c. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan
d. Iman memberikan ketentraman jiwa

10. Fungsi Iman Bagi Manusia


Iman mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan seorang mukmin, karena hakikat
iman harus mencakup tiga kesatuan yaitu, diucapkan dengan lidah dibenarkan
dengan hati dan diamalkan dengan aggota.
a. Iman mewujudkan kehidupan yang baik
b. Iman melahirkan sikpa ikhlas dan konsekuen
c. Iman memberikan keberuntungan
d. Iman mencegah penyakit
BAB III
KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM

1. Keberadaan manusia
Pada diri manusia terdapat perpaduan sifat yang berlawanan. Manusia adalah
hadits, baru dari sifat jasmaniahnya, dan azali daro roh Ilahiahnya.
Pada diri manusia terdapat sifat baik, yang menyerupai sifat Tuhan. Namun
terdapat sifat buruk pula, seperti ketika Allah menyaksikan kesombongan iblis, yaitu
tidak mau sujud kepada adam, dalam
(QS. Shad, (38):75.

2. Hakikat Manusia
Teori Darwin memuat dua aspek. Aspek pertama besifat ilmiah, namun ketika
diungkapkan dan dilaksanakan, ternyata aspek ilmiahnya sangat rapuh. Aspek kedua
bersifat filosofis yang diberi penekanan oleh Darwin sangat kuat dan diungkapkan
secara jelas. Teori evolusi tidaklah segalanya.
Evolusi manusia menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat
kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu:
a. Tingkat pra manusia dinamakan Australopithecus (1924)
b. Tingkat manusia kera dinamakan pithecanthropus erectus (1891)
c. Tingkat manusia purba dinamakan homo neanderthalensis
d. Tingkat manusia modern atau homo sapiens yang telah pandai berpikir,
menggunakan otak dan nalarnya.
Menurut aliran kognitif, manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang
bereaksi secara pasif pada lingkungannya, tetapi sebagai mahkluk yang selalu
berusaha memahami lingkungannya dan mahkluk yang selalu berfikir.
3. Konsep Manusia Menurut Al-Quran
Konsep manusia perspektif Al-Quran dipahami dengan memperhatikan kata-kata
yang saling menunjuk pada makna manusia.
a. Basyar (QS. Al-Kahfi, (18):110
Konsep Basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia.
b. Al-Insan (QS. Al-‘Alaq (96):5
Konsep insan selalu dihubungkan dengan sifat psikologis atau spiritual
manusia sebagai mahkluk yang berfikir, berilmu dan memikul amanah.
c. Al-Nas (QS. Al-Zumar (39):27
Konsep Al-Nas merujuk pada semua manusia sebagai mahkluk social atau
secara kolektif.
d. Bani Adam (QS. Al-A’raf (7):31
e. Abdun (QS. Saba’ (24):9

Dengan demikian, Al-Quran memandang manusia sebagai mahkluk biologis,


psikologis, social, keturunan Adam, dan pengabdi. Manusia memiliki fitrah dalam
arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia.
Akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat
Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu. Keduanya merupakan kesatuan
daya ruhani uantuk dapat memahami kebenaran, sehingga manusia dapat memasuki
kesdaran tertinggi yang menyatu dengan kebenaran ilahi.
Adapun nafsu, dalam Bahasa Indonesia sering disebut hawa nafsu, adalah suatu
kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Nafsu yang
terkendali oleh akal dan berada pada jalur yang ditunjukkan agama disebut an-nafs
al-muth-mainnah
Menurut pandangan Murtadha, manusia adalah mahkluk serba dimensi:
a. Secara fisik manusia hamper sama dengan hewan, membutuhkan makanan,
minum, istirahat, berkembang.
b. Manusia memiliki potensi sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin
memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian.
c. Manusia mempunyai perhatian terhadap keindahan.
d. Manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan.
e. Manusia memiliki kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda, karena ia
dikarunia akal dan kehendak bebas, sehingga ia mampu menahan hawa nafsu
dan dapat menciptakan keseimbangan dalam hidupnya.
f. Manusia mampu mengendalikan dirinya sendiri.

4. Martabat Manusia
Manusia pada hakikatnya samasaja dengan mahkluk hidup lainnya, yaitu
memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung
pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi
pengetahuan, kesdaran, dan tingkat tujuan.
Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para
pemikir menyamakan dengan binatang. Kebudayaan hanya dimiliki oleh manusia,
sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiassan yang bersifat instingitif.
Karakteristik manusia adalah:
a. Aspek Kreasi, tangan manusia lebih fungsional dari tangan simpanse,
demikian pula organ-organ lainnya.
b. Aspek Ilmu, manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus
berkembang.
c. Aspek Kehendak, manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bias
mengadakan pilihan dalam hidupnya.
d. Aspek Ahklak, manusia adalah mahkluk yang dapat dibentuk akhlaknya.

5. Tujuan Penciptaan Manusia


Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada penciptanya yaitu
Allah. Pengertian ibadah kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan
membatasi aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja.
Peribadahan yang sempurna dari seorang manusia akan menjadikan dirinya
sebagai khalifah Allah yang amanah dimuka bumi dalam mengolah kehidupan alam
semesta.

6. Fungsi dan Peranan Manusia


Status dasar manusia yang diawali dari Nabi Adam as adalah sebagai khalifah
Allah. Jika khalifah diartikan sebagai mahkluk hidup pengemban amanah Allah,
maka peran yang dilakukan manusia adalah sebagai pelaksana ajaran Allah dan
sekaligus menjadi pelopor dalam pembudayaan ajaran Allah.
Semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesame umat manusia, serta
mempertanggung jawabkannya kepada diri sendiri, masyarakat, dan kepada Allah
swt.

7. Tanggung Jawab Manusia


Gambaran dalam Al-Quran sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah yaitu :
a. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah
Manusia menghambakan diri kepada Allah, dan dilarang menghamba pada
dirinya sendiri dan hawa nafsunya. Kesediaan manusia menghamba hanya
kepada Allah dengan sepenuh hatinya, akan mencegah manusia pada
penghambaan terhadap sesama manusia. Tanggung jawab terhadap dirinya
adalah memelihara iman yang dimiliki.
b. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah
Manusia menjadi khalifah memegang mandate Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia
bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendaya-
gunakan apa yang ada dimuka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Allah dan hamba Allah swt merupakan
kesatuan yang saling menyempurnakan nilai kemanusiaan sebagai mahkluk yang
memiliki kebebasan berkreasi dan sekaligus menghadapkan pada tuntutan kodrat yang
menepatkan posisi pada keterbatasan.

Anda mungkin juga menyukai