Anda di halaman 1dari 9

HAKIKAT AGAMA

Hakikat agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang berkuasa, yang dipatuhi
oleh hamba-Nya. Tuhan menyampaikan ajarannya lewat wahyu-Nya kepada manusia. Islam
adalah agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW, sebagai kelanjutan dan penyempurnaan
agama yang dibawa oleh para Nabi sebelumnya. Tujuan agama ini ialah untuk mencari
keselamatan hidup materi dan keselamatan hidup spiritual, yang dalam istilah agama disebut:
“keselamatan dunia dan akhirat.”, dan puncaknya ingin mencapai rida Allah Swt.

Di dalam Al-Qur’an dan hadist Nabi Saw dinyatakan bahwa agama (tauhid/keimanan
kepada Allah Swt) merupakan fitrah atau potensi dasar bagi manusia (anak). Tugas pendidik
agama adalah mengembangkan dan/atau membantu tumbuh suburnya fitrah tersebut pada
manusia (anak), bukan mengoresikannya. Dengan pengertian lain bagaimana pendidik agama
membelajarkan anak, agar mereka mampu mengaktualkan imannya melalui amalamal saleh
untuk mencapai prestasi iman (takwa).

Dalam pendidik agama pada siswa jenjang pendidikan dasar diperlukan pendekatan-
pendekatan tertentu, diantaranya adalah melalului “Pendekatan Keagamaan”. Pendekatan
keagamaan ialah bagaimana cara pendidik memproses anak didik atau siswa melalui kegiatan
bimbingan, latihan dan/atau pengajaran keagamaan, termasuk di dalamnya mengarahkan,
mendorong dan memberi semangat kepada mereka agar mau mempelajari ajaran agamanya,
serta taat dan mempunyai cita rasa beragama Islam.

Mendirikan salat sesuai dengan tuntutan Nabi Muhammad SAW, istiqomah, dan
ikhlas merupakan seutama-utamanya ibadah yang telah ditetapkan Allah SWT dan Rasul-
Nya. Tujuan utamanaya agar terbentuk jiwa (hati) manusia yang senantiasa tunduk, patuh dan
beribadah kepada Allah SWT.

Fitrah murni yang senantiasa terpelihara tersebut menjadikan diri manusia makin
dekat kepada Allah SWT sehingga dapat mempermudah interaksi dan berkomunikasi dengan-
Nya. Allah SWT pasti akan selalu menjadikan setiap perkataan, amalan, dan akhlak yang
baik bagi para hamba-Nya seolah-olah diriNya sebagai alat pendengaran, penglihatan,
pegangan tangan, memberi perlindungan, dan pertolongan bagi para hamba-Nya tersebut
dalam menjalani kehidupannya secara sempurna di dunia dan di akhirat.
1. Pengertian Agama
Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal, dalam arti
bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang
memenuhi syarat untuk disebut „agama‟ (religious). Ellis, tokoh terapi kognitif behavioral
menulis dalam Journal of Counseling and Clinical Psychology terbitan 1980. Agama yang
dogmatis, ortodoks dan taat (yang mungkin kita sebut sebagai kesalehan) bertoleransi sangat
signifikan dengan gangguan emosional orang umumnya menyusahkan dirinya dengan sangat
mempercayai kemestian, keharusan dan kewajiban yang absolut. Orang sehat secara
emosional bersifat lunak, terbuka, toleran dan bersedia berubah, sedang orang yang sangat
relegius cenderung kaku, tertutup, tidak toleran dan tidak mau berubah, karena itu kesalehan
dalam berbagai hal sama dengan pemikiran tidak rasional dan gangguan emosional.Banyak
dari apa yang berjudul agama termasuk dalam superstruktur, agama terdiri atas tipe-tipe
simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia
menginterpretasikan eksistensi mereka, akan tetapi karena agama juga mengandung
komponen ritual maka sebagian agama tergolong juga dalam struktur sosial.

Ensiklopedi Islam Indonesia menyebutkan, bahwa agama berasal dari kata


Sansekerta, yang pada mulanya masuk ke Indonesia sebagai nama kitab suci golongan Hindu
Syiwa (kitab suci mereka bernama „Agama‟). Kata itu kemudian menjadi dikenal luas dalam
masyarakat Indonesia, akan tetapi dalam penggunaannya sekarang, ia tidak mengacu kepada
kitab suci tersebut tetapi dipahami sebagai nama jenis bagi keyakinan hidup tertentu yang
dianut oleh masyarakat, sebagaimana kata dharma (juga berasal dari bahasa Sansekerta).
Lepas dari masalah pendapat mana yang benar, masyarakat beragama pada umumnya
memang memandang agama itu sebagai jalan hidup yang dipegang dan diwarisi turun-
temurun oleh masyarakat, agar hidup mereka menjadi tertib, damai dan tidak kacau.

Menurut Hendro Puspito, agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh
penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non empiris yang
dipercayainya dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat
pada umumnya.

Pengertian agama bila ditinjau secara deskriptif sebagaimana yang telah diungkapkan
oleh George Galloway adalah sebagai keyakinan manusia terhadap kekuatan yang melampui
dirinya kemana ia mencari pemuas kebutuhan emosional dan mendapat ketergantungan hidup
yang diekspresikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian. Agama merupakan sebuah
kebutuhan fitrah manusia, fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia. Naluri beragama
merupakan fitrah sejak lahir di samping naluri-naluri lainnya, seperti: untuk mempertahankan
diri dan mengembangkan keturunan, maka agama merupakan naluri (fitrah) manusia yang
dibawa sejak lahir.

Agama Islam adalah agama terakhir, agama keseimbangan dunia akhirat, agama yang
tidak mempertentangkan iman dan ilmu, bahkan menurut sunnah Rasulullah, agama yang
mewajibkan manusia baik pria maupun wanita.Allah SWT telah mewahyukan agama ini
dalam nilai kesempurnaan yang tinggi, kesempurnaan yang mana meliputi segi-segi
fundamental tentang duniawi dan ukhrowi guna menghantarkan manusia kepada kebahagiaan
lahir dan batin serta dunia dan akhirat. Setiap manusia pasti ada dorongan untuk beragama.
Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan alamiah, dalam
watak kejadian manusia dalam relung jiwanya, manusia merasakan adanya suatu dorongan
yang mendorong untuk mencari dan memikirkan Sang Pencipta.

Agama memiliki peraturan yang mutlak berlaku dengan segenap manusia dan bangsa,
dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh Sang Pencipta alam semesta sehingga
peraturan yang dibuatnya itu betul-betul adil, secara terperinci, agama memiliki peranan yang
bisa dilihat dari aspek keagamaan (religius), kejiwaan (psikologis), kemasyarakatan
(sosiologis), hakekat kemanusiaan (human nature), dan asal-usulnya (anthropologies) dan
moral (ethics). Aspek religius agama menyadarkan manusia, siapa pencipta-Nya faktor
keimanan dalam hal ini sangat menentukan. Pondasi dalam beragama adalah iman, maka
tanpa iman, perilaku kehidupan manusia tidak akan tertata, keberagamaan yang kuat mampu
mewujudkan hidup yang damai dan sejahtera.

Islam diturunkan ke bumi oleh Dzat Yang Maha Adil melalui para rasul-Nya, risalah
Islam datang sebagai akumulasi dari ajaran-ajaran yang telah ada yang disampaikan oleh para
rasul sebelum Muhammad SAW. Salah satu ajaran yang fundamental dalam Islam adalah
prinsip keadilan. Prinsip keadilan dinyatakan secara tegas dalam banyak ayat al-Quran,
seperti prinsip keadilan dalam kehidupan keluarga berupa perintah menegakkan keadilan,
kebaikan, berbuat baik kepada keluarga.

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW supaya
beliau dapat menyerukan kepada seluruh manusia agar manusia dapat mempercayai wahyu
itu dan mengamalkan segala ajaran dan peraturanperaturannya. Inti dari ajaran Islam sendiri
adalah keyakinan terhadap adanya Dzat yang maha segalanya, Allah Azza wa Jalla. Oleh
karenanya, istilah agama tauhid memang layak disematkan pada Islam.

Sebagai agama tauhid, selain mengajarkan tentang keimanan (kepercayaan) kepada


Allah, Islam juga mengajarkan tentang moralitas. Setiap pemeluk Islam (Muslim) dituntut
memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan. Setiap perilaku harus senantiasa dilandasi kaidah
etika, mawas diri, serta pandai dalam membawa dan memperhatikan diri dalam lingkungan
sekitar.

Al-Qur‟an sebagai dasar utama Islam menunjukkan bahwa Islam tidak dapat
menemukan jalannya ke dalam lubuk hati dan pikiran tanpa penerimaan dua lubuk utama,
yaitu iman dan syari‟ah. Dan yang pertama-tama diwajibkan oleh Islam adalah kepercayaan
yang mendalam kepada Allah tanpa keraguan maupun kesangsian.

Pengutamaan mengenai keimanan merupakan seruan utama dan pertama yang


dilakukan oleh Nabi Muhammad seperti halnya yang pernah dilakukan dan disampaikan oleh
para Nabi dan Rasul sebelumnya. Hal inipun telah dijelaskan Allah dalam surat al-Baqarah
ayat 136 :
‫ٰٓل‬
‫ُقْو ُلْٓو ا ٰا َم َّنا ِباِهّٰلل َو َم ٓا ُاْنِز َل ِاَلْيَنا َو َم ٓا ُاْنِز َل ِا ى ِاْبٰر ٖه َم َو ِاْسٰم ِع ْيَل َو ِاْس ٰح َق َو َيْع ُقْو َب َو اَاْلْس َباِط َو َم ٓا ُاْو ِتَي ُم ْو ٰس ى َوِع ْيٰس ى َو َم ٓا ُاْو ِتَي‬
‫الَّنِبُّيْو َن ِم ْن َّرِّبِهْۚم اَل ُنَفِّر ُق َبْيَن َاَحٍد ِّم ْنُهْۖم َو َنْح ُن َلٗه ُم ْس ِلُم ْو َن‬
Artinya: “Katakanlah (hai orang-orang mukmin): ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan
anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada
nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan
kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Q.S. alBaqarah : 136)

Pada perkembangan pengetahuan (dalam dunia Islam) selanjutnya lebih dikenal


bahwa iman secara pengakuan terwujudkan dalam enam rukun yang disebut sebagai rukun
iman sedangkan iman sebagai tindakan termanifestasikan dalam rukun Islam yang harus
dijalankan oleh umat Islam.

Meskipun pengakuan dan pembenaran dalam hati terhadap keesaan Allah dan
kebenarantentang utusan-utusanNya beserta ajaran yang dibawa dapat dijadikan sebagai
acuan keislaman seseorang, tetapi dilihat dari segi makna keimanan akan dirasa masih
kurang. Pada hakekatnya, iman adalah pengakuan dalam hati yang dilanjutkan dengan
pengucapan melalui lisannya dan dibuktikan dengan tindakan-tindakan sesuai dengan
syari‟at Islam. Dengan demikian, seseorang yang mengaku beriman kepada Allah tidak
cukup hanya dengan memberikan pengakuan, baik secara batin maupundengan ucapan, akan
tetapi juga harus dimanifestasikan ke dalam tindakan-tindakan nyata yang sesuai dan terdapat
dalam Islam.Dari beberapa istilah di atas maka agama secara istilah didifinisikan
dengan mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia.

2. Unsur-UnsurAgama
Menjelaskan definisi agama merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Penjelasan
yang dikemukakan oleh para ahli tidak dapat menjawab secara tuntas mengenai realitas
agama dalam kehidupan manusia. Untuk memudahkan kita memahami arti agama, maka kita
perlu mengetahui unsur-unsur pokok yang terkandung dalam agama itu sendiri. Berikut ini
adalah tiga unsure pokok agama:
a. Manusia
Manusia merupakan mahluk yang memiliki akal budi, dapat berpikir dan berusaha dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini, manusia adalah umat atau penganut suatu
agama yang berpikir dan percaya bahwa ada sesuatu diluar dirinya yang memiliki kuasa dan
kekuatan yang tidak bisa dijelaskan dengan hukum alam.
b. Penghambaan
Dalam konteks agama, penghambaan bukan berarti perbudakan. Tapi lebih kepada adanya
kebutuhan manusia akan kedudukannya dihadapan sang penciptanya. Dalam hal ini,
penghambaan manusia kepada Tuhan akan melibatkan banyak hal, seperti; simbol-simbol
agama, praktik agama, serta pengalaman keagamaan manusia itu sendiri.
c. Tuhan
Pada dasarnya tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada
banyak konsep ketuhanan, seperti teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Namun, secara
umum Tuhan dipahami sebagai Roh Maha kuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Dalam
ajaran teisme, Tuhan adalah pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta.
3. Fungsi Agama Bagi Manusia
Dalam proses kehidupan, agama memiliki fungsi-fungsi penting yang berperan dalam
kehidupan seseorang. Dalam Jurnal Tarbiyah Al-Awlad yang berjudul "Agama dan
Pengaruhnya dalam Kehidupan", menyebutkan fungsi agama yaitu:
a. Edukatif
Fungsi agama yang pertama adalah fungsi edukatif. Para penganut agama berpendapat
bahwa ajaran agama mereka memberikan ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara
yuridis, berfungsi untuk menyuruh dan melarang seseorang bertindak. Kedua unsur suruh dan
larangan ini mempunyai latar belakang untuk mengarahkan seseorang agar para penganutnya
menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.
b. Penyelamat
Fungsi agama yang kedua yaitu fungsi penyelamat. Setiap orang pasti menginginkan
dirinya selamat di mana pun berada. Agama hadir dengan membawa keselamatan tersebut.
Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi keselamatan di dua alam, yaitu di dunia dan
akhirat. Tapi untuk mendapatkan keselamatan tersebut, agama mengajarkan para
penganutnya melalui pengenalan kepada masalah sakral, berupa keimanan kepada Tuhan.
c. Pendamai
Fungsi agama yang ketiga adalah sebagai pendamai. Dengan agama, seseorang yang
bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa
dan rasa bersalah yang ada pada dirinya akan segera menjadi hilang dari batinnya, ketika
seorang pelanggar tersebut telah menebus dosanya dengan cara tobat, pensucian, ataupun
penebusan dosa.
d. Sosial Kontrol
Fungsi agama yang keempat yaitu sebagai sosial kontrol. Para penganut agama akan
terikat batinnya pada ajaran agama yang dipeluknya, baik secara pribadi maupun secara
kelompok. Oleh penganutnya, ajaran agama tersebut dianggap sebagai pengawasan sosial
secara individu maupun kelompok.5

4. Mengapa Manusia Membutuhkan Agama


a. Agama memberikan kedamaian mental (mental peace).
Menurut pendapat ini, kehidupan manusia sangat tak menentu. Manusia berkerumun
untuk tetap hidup di tengah-tengah ketidakpastian, ketidaknyamanan, dan bahaya- bahaya.
Kadang-kadang ia merasa tak berdaya maka agama lah yang memberikan penghiburan dan
dorongan dalam masa-masa krisis tersebut. Agama memberi tempat perlindungan yang benar
bagi manusia maka manusia memperoleh kedamaian mental dan dukungan emosional.
Agama memberi dorongan kepada manusia untuk menghadapi kehidupan dan masalah-
masalahnya.
b. Agama menanamkan kebajikan-kebajikan sosial.
Agama mempromosikan kebajikan-kebajikan sosial yang utama, misalnya, kebenaran,
kejujuran, sikap anti kekerasan, pelayanan, cinta kasih, disiplin, dsb. Seorang pengikut agama
tertentu menginternalisasi kebajikan-kebajikan ini dan menjadikan warga masyarakat yang
ber disiplin.
c. Agama meningkatkan solidaritas sosial.
Agama membangkitkan semangat persaudaraan. Durkheim berpendapat bahwa agama
memperkuat solidaritas sosial. Ahli lain Menunjukkan bahwa agama mempunyai kekuatan
mengintegrasikan dalam masyarakat manusia. Hal ini benar karena orang beragama
mempunyai kepercayaan yang sama, sentimen yang sama, ibadah yang sama, Berpartisipasi
dalam ritual bersama dan seterusnya merupakan faktor-faktor perekat yang penting, yang
memperkuat kesatuan dan solidaritas.
d. Agama adalah agen sosialisasi dan kontrol sosial.
Dikatakan oleh Parson bahwa agama adalah salah satu agen paling penting untuk sosialisasi
dan kontrol sosial. Agama mempunyai peranan penting dalam mengatur/mengorganisasikan
dan mengarahkan kehidupan sosial, agama juga menolong menjaga norma-norma sosial dan
kontrol sosial. Ia mensosialisasikan individu dan melakukan kontrol baik terhadap individu
maupun kelompok dengan berbagai cara. Organisasi seperti gereja, masjid, dan sejenisnya
juga mengontrol perilaku dari individu pada tingkat yang berbeda-beda.
e. Agama meningkatkan kesejahteraan.
Agama mengajarkan kepada umatnya agar melayani masyarakat serta meningkatkan
kesejahteraan masayarakat. Ia mengajarkan bahwa pelayanan kepada sesama manusia adalah
juga bentuk dari pelayanan kepada Tuhan. Karena itulah manusia menggunakan uang nya
untuk memberi makan kepada yang miskin dan yang membutuhkan. Agama-agama tertentu
seperti Hindu, Islam dan Kristen, dan lain-lainnya, memberi tekanan kepada tujuan, memberi
kepada yang miskin dan peminta-minta. Agama mengembangkan sikap filantropis manusia
dan dengan demikian mendorong ide saling menolong dan bekerjasama. Karena dipengaruhi
oleh kepercayaan agamawi, berbagai organisasi agamawi melibatkan diri dalam berbagai
aktivitas menyejahterakan orang lain. Mungkin saja tidak semua orang beragama sependapat
dengan hal ini, tetapi hampir pasti bahwa ada ajaran seperti ini ada dalam berbagai
agama.
f. Agama memberikan rekreasi kepada manusia.
Apa maksud dari fungsi ini? Agama memainkan peranan yang mempesona atau
mengagumkan dalam memberikan rekreasi kepada umat. Misalnya, dalam ritus agamawi
maupun festival-festival/perayaan agamawi yang diselenggarakan oleh berbagai agama
memberikan kelegaan atau kebebasan kepada umatnya dari berbagai tekanan mental. Hal ini
juga terjadi bilamana ada kuliah atau khotbah-khotbah agamawi atau konser musik agamawi
yang diiringi oleh lagu-lagu pujian, memberikan lebih banyak kesenangan kepada umat dan
menyediakan rekreasi abadi kepada umat.
g. Agama berfungsi memperkuat rasa percaya diri.
Agama dianggap sebagai cara efektif untuk mengukuhkan atau memperkuat rasa
percaya diri. Ada kepercayaan-kepercayaan tertentu seperti “kerja Sebagai ibadah”,
“tanggung jawab atau tugas adalah bersifat ilahi,” dan lain-lain. Ajaran yang ada dalam
berbagai agama memberi penguatan kepada individu individu dan sekaligus memperkuat rasa
percaya diri.
h. Agama juga mempunyai pengaruh kepada ekonomi serta sistem politik.
Max Weber misalnya mempunyai tesis yang membuktikan hubungan antara etika
protestan dan perkembangan kapitalisme. Begitu pula ada yang kita kenal dengan ekonomi
syariah. Contoh bahwa agama memengaruhi sistem dalam negara-negara modern dan
demokratis, pengaruh agama tak terhindarkan dalam dunia politik. Politik misalnya sangat
banyak, baik pada zaman dulu maupun pada zaman modern ini. Ada negara yang didasarkan
pada agama (negara agama).

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan kenapa manusia itu membutuhkan agama:
1. Mengapa manusia harus beragama
adalah bahwa beragama merupakan fitrah manusia. Allah Ta’ala berfirman, “Maka wajahmu
kepada din dengan lurus, sebagai fitrah Allah yang atasnya manusia diciptakan.” (QS. Rum
30).

‫َفَأِقْم َو ْج َهَك ِللِّديِن َحِنيًفاۚ ِفْطَر َت ٱِهَّلل ٱَّلِتى َفَطَر ٱلَّناَس َع َلْيَهاۚ اَل َتْبِد يَل ِلَخ ْلِق ٱِهَّللۚ َٰذ ِلَك ٱلِّديُن ٱْلَقِّيُم َو َٰل ِكَّن َأْكَثَر ٱلَّناِس اَل َيْع َلُم وَن‬

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

2. Manusia tidak bisa lepas dari agama


Sebab agama lah yang mengatur tata kelola kehidupan manusia, hingga terjadi kedamaian
dan ritme hidup sebagaimana mestinya. Menurut Ketua Pengurus Cabang LDNU Jember,
KH Mustain Billah, setidaknya ada tiga alasan mengapa manusia butuh agama (Islam).
a. Pertama, manusia diciptakan oleh Allah dalam dua komponen, yaitu jasad dan ruh.
“Dua komponen itu harus ada dalam diri manusia. Kalau hanya salah satunya, itu
bukun manusia namanya. Maka manusia secara utuh dan apa yang harus dilakukannya,
agama sudah mengaturnya”
b. Kedua, manusia diciptakan oleh Alah dalam bentuk yang paling sempruna.
Karena manusia sudah sangat sempruna dari sisi bentuk fisiknya, maka tentu harus
pandai bersyukur. Salah satu bentuk syukur itu adalah beribadah kepada Allah. “Untuk
beribadah dengan baik dan benar, ada aturannya. Dan Islam sudah mengatur itu dengan
sangat lengkap,” lanjutnya.
c. Ketiga, manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah (pemimpin).
Semua manusia adalah khalifah, sesuai dengan tingkatannya. Untuk menjadi
pemimpin yang baik, pasti butuh panduan. Maka Islam sudah menyiapkan panduannya secara
detail, mulai dari bagaimana menjadi pemimpin dalam rumah tangga, hingga pemimpin
negara. “Islam sudah menyiapkan semuanya,”

Anda mungkin juga menyukai