by Ustadz Miftahulhaq
BAB I
MAKNA AGAMA DAN KONSEP AQIDAH ISLAM
B. Makna Agama
Agama berasal dari kata A dan GAMA, yang berarti tidak berantakan atau hidup teratur
Agama dari arti ini dimaknai bahwa agama memberikan serangkaian aturan kehidupan
kepada para penganutnya sehingga hidupnya tidak berantakan. Agama mengantarkan para
pemeluknya suatu cara hidup yang teratur (Saifuddin Anshari, 1979: 11)
Religion = terbangun dua akar kata yaitu religere dan religare
Religere berarti to treat carefully (melakukan perbuatan dengan kehati-hatian atau
melakukan perbuatan dengan penuh penderitaan untuk yang ghaib
Religare berarti to bind together (mengikat menjadi satu atau perikatan bersama)
Agama membawa satu ajaran yang membentuk aturan yang mengikat pemeluknya (Harun
Nasution)
Al-Din = menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan
Al-Din = keadaan berhutang, kepatuhan, kecenderungan atau tendensi alamiah, kekuasaan
yang bijaksana (Naquib al-Attas)
Din merupakan peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi.
Kewajiban yang apabila tidak dipenuhi akan menjadi hutang baginya, yang memiliki akibat
balasan, dan apabila sering dilakukan maka bisa menjadi kebiasaan
K.H. Azhar Basyir (dalam Mulkhan, 1996), agama adalah: “Hubungan manusia dengan
sesuatu kekuasaan suci yang lebih tinggi dari pada dia, dari mana ia merasa tergantung dan
berusaha mendekatinya”
Dr. D.C. Murder : “Keyakinan tentang adanya kenyataan lain dari pada adanya kenyataan
ini”
H. Aqidah Islamiyah
Keyakinan yang tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat, dan mengandung
perjanjian yang bersumber kepada al-Qur’an dan As-Sunnah
Sumber pokok aqidah Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah
BAB II
MAKNA IMAN DAN TAUHIDULLAH
A. Makna Iman
Iman adalah percaya dan membenarkan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Nabi
Muhammad adalah utusan-Nya.
Pengertian ini membawa tidak hanya pada obyek-obyek rukun iman saja, tetapi juga
mencakup pengimanan atas kewajiban shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya, demikian
juga mengimani pengharaman sesuatu dan semua larangan-Nya (M. Amin Syukur, 2006: 39)
Iman adalah kepercayaan yang terhujam di kedalaman hati dengan penuh keyakinan, tak
ada perasaan syak dan ragu-ragu, serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan
aktifitas keseharian (Qardlawi, 2003: 27)
Iman memiliki unsur-unsur yang merupakan satu kesatuan tak terpisahkan, yaitu:
a) membenarkan dengan hati (tasdiq bil qalb)
b) mengucapkan dengan lisan (iqrar bil lisan)
c) melakukan perbuatan dengan anggota badan (al-amal bil arkan)
C. Macam Tauhidullah
1. Tauhid Rububiyah
Yaitu menyatakan bahwa tidak ada Tuhan Penguasa seluruh alam kecuali Allah yang
menciptakan dan memberi mereka rizki
2. Tauhid Mulkiyah
Yaitu mengimani Allah adalah satu-satunya Raja yang menguasai alam semesta. Allah
sesungguhnya Pemimpin (Wali), Penguasa yang menentukan (hakim), dan Yang menjadi
Tujuan (ghayah) bagi manusia
3. Tauhid Asma’ dan Sifat.
Yaitu beriman bahwa Allah ta’ala memiliki zat yang tidak serupa dengan berbagai zat yang
ada, serta memiliki sifat yang tidak serupa dengan berbagai sifat yang ada
4. Tauhid Uluhiyah.
Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dalam seluruh amalan
ibadah yang Allah perintahkan, seperti: berdoa, khouf (takut), raja’ (harap), tawakkal,
raghbah (berkeinginan), rahbah (takut), Khusyu’, Khasyah (takut disertai pengagungan),
taubat, minta pertolongan, menyembelih, nazar dan ibadah yang lainnya yang
diperintahkan-Nya
BAB III
IMAN PADA ALLAH DAN MALAIKAT
H. Penjabaran Iman
Unsur / kepada Allah Malaikat
Membenarkan dalam Menyakini adanya Mempercayai malaikat
hati Allah sebagai makhluk ghaib
Mengamalkan dengan Menjalankan Menyadari adanya
perbuatan perintah Allah malaikat Izroil sehingga
selalu ingat mati dan
berhati-hati
BAB IV
IMAN KEPADA KITAB DAN RASUL
E. Sifat Nabi/Rasul
Setiap Nabi dan Rasul memiliki sifat: Shidiq (Benar), Amanah (dapat dipercaya), Fathonah
(Cerdas), dan Tabligh (Menyampaikan)
Nabi/Rasul adalah manusia yang ma’shum, terjaga dari segala perbuatan dosa dan maksiat,
baik kecil maupun besar
Sebagai manusia Nabi/Rasul bisa juga berlaku salah dan lupa
10 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
BAB V
IMAN KEPADA HARI AKHIR DAN TAKDIR
11 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
E. Gambaran Hari Akhir
“Hari kiamat; Apakah hari kiamat itu?; tahukah kamu Apakah hari kiamat itu?; pada hari itu
manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran; dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang
dihambur-hamburkan; dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya; Maka Dia
berada dalam kehidupan yang memuaskan; dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan
(kebaikan)nya; Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah; tahukah kamu Apakah neraka
Hawiyah itu?; (yaitu) api yang sangat panas” (Al-Qori’ah ayat 1- 11)
12 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
K. Manusia Dan Takdir
Manusia adalah Makhluk yang Musayyar dan Mukhoyyar
Musayyar berarti manusia sama seperti benda, tanaman, hewan yaitu manusia tidak bisa
menolak atas kehendak Allah. Hal ini seperti kelahiran, jenis kelamin, ukuran tubuh,
kematian, dan lain sebagainya. Ada yang mengatakan ini adalah takdir mubram
Mukhayyar berarti manusia berkehendak untuk memilih sehingga manusia memiliki
kebebasan untuk free will, free act, free choice. Seperti bebasnya manusia untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Ada yang mengatakan ini adalah takdir mu’allaq
BAB V
PENYIMPANGAN AQIDAH DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
A. Pendahuluan
Islam, pada hakekatnya, adalah agama yang lurus dan murni yaitu agama yang suci serta
terhindar dari pada hal-hal yang kotor, yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berisi
sekumpulan wahyu Allah untuk mengatur tatanan kehidupan manusia di dunia
Namun walaupun begitu ternyata masih saja bentuk-bentuk penyimpangan akidah yang
dilakukan dan berkembang dalam kehidupan manusia
C. Bentuk Penyimpangan
1. Syirik
Syirik kata dasarnya adalah syarika yang berarti ‘jadilah ia berteman atau bersekutu’,
kemudian ditambah awalan hamzah menjadi asyraka yang berarti menyekutukan atau
menjadikan sesuatu (yang satu) menjadi dua (ja’ala syarīkan)
Dalam Islam syirik di artikan dengan keyakinan Tuhan yang banyak
13 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
Dalam tauhid, syirik dimaknai sebagai suatu keyakinan bahwa terdapat kekuatan lain
bersama Allah dalam pelaksanaan takdir dan pengaturan alam
Syirik juga diartikan ialah percaya, bahwa ada yang memberi bekas selain Allah dan
percaya bahwa ada sesuatu yang mempunyai kekuasaan yang mutlak selain Allah
Dalam tataran pelaksanaan ibadah/amaliyah, syirik juga ada yang memaknai apabila
seseorang yang melakukan ibadah atau ‘amaliyah dengan tujuan selain Allah tanpa
diikuti dengan keesaan tauhid, iman, serta ikhlas maka hal dipandang syirik
Syirik ada yang mengklasifikasikan kepada dua, yaitu syirik akbar (besar) dan syirik
asghar (kecil).
Syirik akbar adalah dapat mengeluarkan pelakunya dari jalan islam dan baginya wajib
kekal di dalam neraka, dan haram pula untuknya surga hal ini apabila ia mati dalam
keadaan syirik
Syirik asghar, ia tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam, tetapi ia termasuk
sebesar-besarnya diantara dosa yang paling besar
Bentuk syirik:
1) Bersumpah kepada selain Allah
2) Menggantung/memakai Jimat
3) Rukyah dan Pelet. Untuk rukyah tidak dilarang apabila memenuhi syarat:
a. menggunakan kalam Allah (al-Qur’an) atau nama dan sifat-sifat-Nya,
b. Dengan bahasa ‘arab atau dengan bahasa yang diketahui atau dipahami
maknanya,
c. menyakini bahwa rukyah itu tidak memberi bekas/pengaruh, kecuali dengan
kekuasaan Allah
4) Menyembelih untuk selain Allah dan dijadikan media memperoleh
keberuntungan/kesembuhan tertentu
5) Sihir dan perdukunan, karena hal ini merupakan perbuatan syirik yang melibatkan
Jin dan Setan sebagai teman dan pembantu mereka
6) Keyakinan terhadap Bintang/Zodiak
2. Bid’ah
Bid’ah merupakan segala sesuatu yang dibuat-buat oleh sebagian orang yang dulunya
tidak ada menjadi ada
Hasbi Ash Shiddiqi menytajan bahwa bid’ah adalah “yaitu segala sesuatu yang diada-
adakan dalam bentuk yang belum ada contohnya”
Pekerjaan menciptakan bid’ah dalam bahasa arab dinamai ibtida’. Barang yang dibuat
itu, dinamai bid’ah, demikian juga rupa dan kelakuannya
Bid’ah menurut definisi syar’i adalah setiap orang yang menyembah Allah tanpa syariat
yang Dia tetapkan, baik itu dalam akidah, ucapan, dan perbuatan
Barang siapa menyembah Allah tanpa syariat yang ditetapkan-Nya, baik dari segi
akidah, ucapan, atau perbuatan maka ia adalah seorang Mubtadi’ (pelaku)
Contoh perbuatan bid’ah:
1. Segala hal yang bertentangan dengan sunnah berupa ucapan, pebuatan atau
keyakinan, walaupun berasal dari ijtihad
2. Segala perkara yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, padahal
Rasulullah telah melarangnya
3. Segala perkara yang tidak mungkin disyariatkan kecuali dengan nash (dalil),
kecuali amalan yang berasal dari sahabat pada masa Rasulullah SAW
4. Peribadatan dari kebiasaan kaum kafir atau sesuatu yang diklaim bagian darinya
14 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
5. Apa yang ditetapkan sebagian ulama tentang kesunahannya, padahal tidak ada
dalilnya
6. Segala ibadah yang tatacaranya tidak disebutkan kecuali dari hadis dha’if atau
maudhu
7. Berlebih-lebihan dalam ibadah
8. Segala ibadah yang disyariatkan oleh syar’i, tetapi manusia membatasinya dengan
beberapa batasan, seperti tempat, waktu, cara atau bilangan
F. Pluralisme Agama
Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama
adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu,
setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar
sedangkan agama yang lain salah
Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup
berdampingan di surga
G. Liberalisme
Liberalisme agama adalah memahami nash-nash agama (al-Qur’an dan Sunnah) dengan
menggunakan akal pikiran yangg bebas; dan hanya menerima doktrin-doktrin agama
yang sesuai dengan akal pikiran semata
H. Sekularisme
Sekularisme agama adalah memisahkan urusan dunia dari agama; agama hanya digunakan
untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia
diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial
15 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
I. Syi’ah
Kata "Syi'ah" menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Pembela dan pengikut seseorang.
Selain itu juga bermakna: Kaum yang berkumpul atas suatu perkara
Adapun menurut terminologi Islam, kata ini bermakna: mereka yang menyatakan
bahwa Ali bin Abi Thalib adalah yang paling utama di antara para sahabat dan yang berhak
untuk memegang tampuk kepemimpinan atas kaum Muslim, demikian pula anak cucunya
J. Ciri Syi’ah
Kesucian para imam (‘Ishmatul A’immah)
Wasiat pengganti Nabi (al-Washiyah). Dalam Syiah dikenal istilah Rafidhah yaitu orang
yang menolak para sahabat, menyakini pengganti Nabi itu adalah Ali bin Abi Thalib
Kultus terhadap Ali bin Abi Thalib
Validitas Hadits hanya berasal dari ahlu baits (keluarga Nabi)
K. Macam Syi’ah
Syiah Ghaliyah atau Ghulat, kelompok ini sampai menganggap Ali sebagai Nabi bahkan
sampai menuhankannya. Ulama sepakat kelompok ini sesat dan kafir
Syiah Rafidhah, kelompok ini meyakini adanya wasiat Nabi terhadap Ali dan mencaci
sahabat Nabi yang lain, bahkan mengkafirkannya. Ulama sepakat kelompok ini sesat
Syiah Zaidiyah, kelompok ini pengikut Zaid bin Ali Zainal Abidin yang lebih mengutamakan
Ali bin Abi Thalib dibanding sahabat Nabi lainnya, tetapi masih menghormati serta loyal
kepada Abu Bakar dan Umar bin Khattab sebagai khalifah yang sah
L. Ahmadiyah
Ahmadiyah adalah suatu aliran yang meyakini ada nabi setelah Nabi Muhammad saw,
mereka meyakini Mirza Gulam Ahmad sebagai nabi mereka
Selain itu mereka mempunyai kitab suci yang dikenal dengan nama Tadzkirah sebagaimana
umat Islam mempunyai Al-Qur`an
Aliran ini didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889, di sebuah
kota kecil yang bernama Qadian, Punjab, India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku
sebagai Mujaddid, al-Masih dan al-Mahdi
16 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n