Anda di halaman 1dari 16

SUPLEMEN AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

by Ustadz Miftahulhaq

BAB I
MAKNA AGAMA DAN KONSEP AQIDAH ISLAM

A. Fitrah Manusia Beragama


 Manusia tidak bisa dilepaskan dari agama
 Tidak ada masyarakat yang hidup tanpa bentuk agama
 Agama ada sejalan dengan adanya sejarah manusia itu sendiri
 HM Rasyidi (mantan Menag RI) menyatakan bahwa agama itu adalah “problem of ultimate
concern” (problem dari kepentingan mutlak kehidupan manusia)
 Agama merupakan suatu fenomena yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia
 Dalam Islam, dorongan beragama atau ber-Tuhan adalah naluri atau pembawaan alamiah
(fitrah)
 Manusia = homo religius
 Homo religius adalah tipe manusia yang hidup di alam yang sakral, penuh dengan nilai-nilai
keagamaan dan dapat menikmati sakralitas yang ada dan tampak pada alam semesta.
Pengalaman dan penghayatan akan yang suci atau realitas mutlak selanjutnya akan
mempengaruhi, membentuk, dan ikut menentukan corak serta cara hidupnya (Mircea
Eliade, dikutip oleh Sastrapratedja)

B. Makna Agama
 Agama berasal dari kata A dan GAMA, yang berarti tidak berantakan atau hidup teratur
 Agama dari arti ini dimaknai bahwa agama memberikan serangkaian aturan kehidupan
kepada para penganutnya sehingga hidupnya tidak berantakan. Agama mengantarkan para
pemeluknya suatu cara hidup yang teratur (Saifuddin Anshari, 1979: 11)
 Religion = terbangun dua akar kata yaitu religere dan religare
 Religere berarti to treat carefully (melakukan perbuatan dengan kehati-hatian atau
melakukan perbuatan dengan penuh penderitaan untuk yang ghaib
 Religare berarti to bind together (mengikat menjadi satu atau perikatan bersama)
 Agama membawa satu ajaran yang membentuk aturan yang mengikat pemeluknya (Harun
Nasution)
 Al-Din = menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan
 Al-Din = keadaan berhutang, kepatuhan, kecenderungan atau tendensi alamiah, kekuasaan
yang bijaksana (Naquib al-Attas)
 Din merupakan peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi.
Kewajiban yang apabila tidak dipenuhi akan menjadi hutang baginya, yang memiliki akibat
balasan, dan apabila sering dilakukan maka bisa menjadi kebiasaan
 K.H. Azhar Basyir (dalam Mulkhan, 1996), agama adalah: “Hubungan manusia dengan
sesuatu kekuasaan suci yang lebih tinggi dari pada dia, dari mana ia merasa tergantung dan
berusaha mendekatinya”
 Dr. D.C. Murder : “Keyakinan tentang adanya kenyataan lain dari pada adanya kenyataan
ini”

1|Al-Islam dan Kemuhammadiyahan


C. Urgensi Agama untuk Kehidupan
 Mendidik dan membuka alam pikiran serta mendorong manusia meraih kesempurnaan
rohani, jasmani, kesejahteraan material dan spiritual
 Konstitusi sempurna dan pedoman Ilahi bagi umat manusia untuk membina kehidupan yang
bermoral
 Menghidupkan jiwa yang beku, menggugah hati yang layu dan membangkitkan naluri
kebaikan pada diri manusia sehingga mampu menjalin hubungan yang baik dan pergaulan
yang rukun dan damai
 Menuntun kehidupan manusia yang jauh dari perilaku syirik dan tidak mengenal
penganiayaan, penindasan, dan kezaliman, sehingga kehidupan menjadi penuh dengan
keadilan, kebebasan yang terbimbing, jauh dari sifat iri, dengki, tamak, serta penuh dengan
cinta kasih
 Agama berfungsi untuk menuntun akal dan nafsu yang dimiliki oleh setiap manusia agar
berjalan dengan benar dan meraih kehidupan yang baik dan benar

D. Islam Sebagai Pilihan


 Fitrah ketuhanan yang melekat dalam setiap diri manusia tentunya tidak bisa dibiarkan
tumbuh sendiri
 Melainkan harus dipelihara, ditumbuhkan dan dikembangkan secara benar melalui proses
yang diusahakan
 Bila diibaratkan, bahwa setiap diri kita memiliki insting bila lapar maka akan makan, kalau
kita tidak mengarahkan insting makan kita dengan benar maka kita akan makan apa saja
yang penting kenyang, tetapi kalau kita bimbing dengan benar, maka kita kita akan makan
yang tepat dan di tempat yang tepat pula
 Dalam pandangan Islam, Dzat yang harus dijadikan sandaran hanyalah Allah SWT, Tuhan
seru sekalian alam, Maha Esa, Maha Mutlak, Maha Kekal, tidak beranak dan diperanakan,
Maha Suci dari sifat-sifat nisbi yang melekat pada alam semesta dan seisinya
 Tuhan yang Maha Esa adalah wujud yang tidak dapat diingkari. Hakikat-Nya tidak dapat
diketahui dan dijangkau oleh manusia, karena manusia tidak memiliki sarana menembus
alam ghaaib itu
 Manusia harus puas dengan apa yang Dia perkenalkan tentang Dzat-Nya sendiri, baik melalui
firman atau informasi utusan-Nya, atau melalui tanda-tanda keberadaan-Nya di alam
semesta
 Dalam pandangan al-Qur’an setiap manusia sesungguhnya telah bersaksi dalam kandungan
ibunya bahwa Allah adalah Tuhan seru sekalian alam
 Namun sebagian manusia lupa akan persaksiannya saat dalam kandungan, sehingga muncul
sikap penolakan terhadap Allah SWT sebagai Tuhan yang harus disembahnya
 Hal ini mungkin terjadi, karena tidak semua akan ingat dengan persaksian itu, sebagaimana
kita tidak ingat bagaimana yang kita alami pada tanggal 1 Januari di 10 tahun yang lalu
 Apakah ketika lupa terhadap apa yang kita alami 10 tahun lalu kita akan menyatakan bahwa
kejadian pada 1 Januari 10 tahun itu tidak ada?
 Di sinilah diperlukan keyakinan keimanan/kepercayaan yang kuat, tidak hanya
menggunakan kekuatan akal/rasio manusia yang terbatas
 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (TQS. Al-A’raf 7:
1)

2|Al-Islam dan Kemuhammadiyahan


E. Arti dan Hakikat Islam
 Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu aslama yang artinya menyerahkan diri
 Menurut Al-Maududi (1991), Islam berarti tunduk dan patuh kepada perintah orang yang
memberi perintah dan kepada larangannya tanpa membantah
 Islam hakikatnya adalah agama alam semesta karena sesungguhnya alam semesta ini tunduk
pada patuh kepada Allah SWT
 Menurut K.H. AR Fakhruddin (1984): “Agama Islam adalah petunjuk, peraturan hidup lahir
dan bathin, yang berasal dari Allah di mana orang mempunyai rasa, anggapan dan keyakinan
bahwa tiap-tiap tindakannya akan mendapatkan pembalasan sesudah mati, baik tindakan
yang terpuji maupun tindakan tercela”
 Agama yang diturunkan Allah dalam al-Quran dan yang disebut dalam Sunnah yang sahih
berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di
dunia dan akhirat (Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah (HPT), Yogyakarta,
1969, hlm. 279)
 Berdasar pengertian di atas, maka agama Islam memiliki ciri:
a) Sumber ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah
b) Berisi perintah dan larangan
c) Berisi petunjuk untuk kebaikan hidup manusia, baik di dunia (saat ini) maupun di
akherat (masa depan)
 Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh,
Ibrahim, Musa, Isa, dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW sebagai
hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin
kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi
 Islam adalah agama tauhid yang menuntunkan manusia untuk beribadah
(taqarrub/mendekatkan diri) kepada Allah dan menjalankan fungsi dan misinya sebagai
hamba dan khalifah Allah di bumi
 Islam adalah agama yang dapat mengantarkan manusia pada tata kehidupan masyarakat
yang baik guna mewujudkan kemakmuran dunia, dalam rangka ibadah kepada Allah

F. Sistematika Ajaran Islam


 Ajaran Islam terdiri dari:
1. Aqidah: berisi hal-hal pokok terkait dengan keyakinan terhadap Allah SWT
2. Akhlaq: berisi panduan berperilaku, baik antara manusia dengan Allah maupun manusia
dengan manusia
3. Ibadah: berisi mengenai tata cara mendekatkan diri kepada Allah SWT
4. Muamalat Duniawiyat: berisi panduan mengenai bagaimana pengelolaan kehidupan
manusia secara umum dalam kehidupan dunia
 Ke empat pokok ajaran Islam tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait dan mempengaruhi
satu sama lain untuk kesempurnaan Islam
 Ke empat pokok ajaran memberikan pengaruh yang sama bagi kebermaknaan Islam sebagai
agama bagi kehidupan manusia
 Ke empat pokok ajaran Islam tidak bisa dilakukan satu persatu tanpa terkait dengan yang
lain, kesempurnaan Islam seseorang adalah ketika ia dapat mengamalkan ajaran pokok
tersebut secara bersama dan semaksimal mungkin (sekuat tenaga)

3|Al-Islam dan Kemuhammadiyahan


G. Pengertian Aqidah
 Secara bahasa; aqidah berakar dari kata ‘aqada-ya’qidu-’aqdan-’aqidatan. ‘Aqdan berarti
simpul, ikatan, perjanjian, dan kokoh. Sedangkan ‘aqidatan berarti keyakinan.
 Bila dikaitkan antara ‘aqdan dan ‘aqidah secara bahasa dapat dimaknai keyakinan itu
tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat, dan mengandung perjanjian
 Secara Istilah aqidah adalah:
“Beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-
raguan” (Syeikh Hasan al-Banna, dikutip dari Yunahar Ilyas, 2011, Kuliah Aqidah, LPPI UMY)
 Secara Istilah aqidah adalah:
“Sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal,
wahyu, dan fitrah. (Kebenaran) itu dipatrikan (oleh manusia) di dalam hati (serta) diyakini
kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan
dengan kebenaran itu”
(Abu Bakar Jabir al-Jazairy, dikutip dari Yunahar Ilyas, 2011, Kuliah Aqidah, LPPI UMY)

H. Aqidah Islamiyah
 Keyakinan yang tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat, dan mengandung
perjanjian yang bersumber kepada al-Qur’an dan As-Sunnah
 Sumber pokok aqidah Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah

I. Ruang Lingkup Aqidah


1. Ilahiyat. Yakni pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Illah.
2. Nubuwat. Yakni pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul.
3. Ruhaniyat. Yakni pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik.
4. Sam’iyyat. Yakni pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya diketahui lewat sam’i (dalil
naqli)
5. Selain keempat di atas, pembahasan aqidah juga mengikuti sistematika rukun iman.

J. Istilah Lain Terkait Aqidah


 IMAN  adalah keyakinan, sehingga ada pendapat yang menyamakan antara aqidah dan
iman. Tetapi ada yang membedakan, di mana aqidah lebih dipahami sebagai keyakinan,
sedangkan iman adalah keyakinan yang meliputi ucapan dengan lisan dan pengamalan
dengan anggota tubuh
 TAUHID  berarti meng-Esa-kan Allah SWT. Ajaran tauhid adalan inti dari aqidah Islamiyah
dan iman, sehingga aqidah dan iman sering diidentikkan dengan istilah Tauhid
 USHULUDDIN  artinya pokok-pokok agama. Aqidah, iman, dan tauhid disebut juga
ushuluddin karena ketiga adalah pokok-pokok ajaran agama
 ILMU KALAM  kalam artinya berbicara atau pembicaraan. Dinamai ilmu kalam karena
dalam aqidah banyak luasnya dialog dan perdebatan yang terjadi antara pemikir masalah
aqidah
 FIKIH AKBAR ATAU FIKIH BESAR  pemahaman ini didasarkan pemaknaan terhadap
perintah tafaqquh fiddin (Q.S. At-Taubah: 22) tidak hanya masalah fikih, tetapi juga aqidah

4|Al-Islam dan Kemuhammadiyahan


K. Fungsi Aqidah
 Aqidah merupakan akar atau pondasi yang
memiliki pengaruh kuat terhadap
bangunan kepribadian seorang muslim
 Aqidah kuat dan Salimah :
a) Tertib Ibadah
b) Ber-akhlakul karimah
c) Muamalah baik

BAB II
MAKNA IMAN DAN TAUHIDULLAH

A. Makna Iman
 Iman adalah percaya dan membenarkan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Nabi
Muhammad adalah utusan-Nya.
 Pengertian ini membawa tidak hanya pada obyek-obyek rukun iman saja, tetapi juga
mencakup pengimanan atas kewajiban shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya, demikian
juga mengimani pengharaman sesuatu dan semua larangan-Nya (M. Amin Syukur, 2006: 39)
 Iman adalah kepercayaan yang terhujam di kedalaman hati dengan penuh keyakinan, tak
ada perasaan syak dan ragu-ragu, serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan
aktifitas keseharian (Qardlawi, 2003: 27)
 Iman memiliki unsur-unsur yang merupakan satu kesatuan tak terpisahkan, yaitu:
a) membenarkan dengan hati (tasdiq bil qalb)
b) mengucapkan dengan lisan (iqrar bil lisan)
c) melakukan perbuatan dengan anggota badan (al-amal bil arkan)

B. Tauhidullah (Mengesakan Allah)


 Tauhid atau meng-Esa-kan Allah merupakan esensi ajaran Iman dalam agama Islam
 Meng-Esa-kan Allah meliputi aspek dzat-Nya, asma’ wa-shiffat-Nya, dan af’al-Nya
 Tauhid adalah mengesakan Allah semata dalam beribadah dan tidak menyekutukan-Nya.
 Tauhid sesungguhnya merupakan ajaran semua Rasul. Bahkan tauhid merupakan pokok
yang dibangun di atasnya semua ajaran, maka jika pokok ini tidak ada, amal perbuatan
menjadi tidak bermanfaat dan gugur, karena tidak sah sebuah ibadah tanpa tauhid.
 Tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Yaitu: menghambakan diri hanya kepada
Allah secara murni dan konsekwen dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya
(Muhammad Ibn Abdul Wahab)
 Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena
tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan.
 Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidullah, menurut tuntunan Islam, yang akan
menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam
akhirat nanti
 “Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedang ia
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan
5|Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik lagi dari apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS. An Nahl: 97)

C. Macam Tauhidullah
1. Tauhid Rububiyah
Yaitu menyatakan bahwa tidak ada Tuhan Penguasa seluruh alam kecuali Allah yang
menciptakan dan memberi mereka rizki
2. Tauhid Mulkiyah
Yaitu mengimani Allah adalah satu-satunya Raja yang menguasai alam semesta. Allah
sesungguhnya Pemimpin (Wali), Penguasa yang menentukan (hakim), dan Yang menjadi
Tujuan (ghayah) bagi manusia
3. Tauhid Asma’ dan Sifat.
Yaitu beriman bahwa Allah ta’ala memiliki zat yang tidak serupa dengan berbagai zat yang
ada, serta memiliki sifat yang tidak serupa dengan berbagai sifat yang ada
4. Tauhid Uluhiyah.
Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dalam seluruh amalan
ibadah yang Allah perintahkan, seperti: berdoa, khouf (takut), raja’ (harap), tawakkal,
raghbah (berkeinginan), rahbah (takut), Khusyu’, Khasyah (takut disertai pengagungan),
taubat, minta pertolongan, menyembelih, nazar dan ibadah yang lainnya yang
diperintahkan-Nya

D. Prinsip Memahami Macam Tauhid


1. Teori (dalil) at-Talazum (kemestian)
Seseorang yang menyakini tauhid rububiyah mesti menyakini tauhid mulkiyah, asma wa
shifat, dan uluhiyah
2. Teori (dalil) at-Tadhamun (cakupan)
Seseorang yang sudah mencapai tingkat tauhid uluhiyah tentunya sudah mencapai
tingkat tauhid sebelumnya. Kenapa dia beribadah? Tentu karena dia yakin bahwa Allah
adalah Dzat yang suci, Raja, dan memelihara alam semesta, dan seterusnya

E. Hikmah Memiliki Tauhid


 Membebaskan diri dari penguasaan orang lain (Q.S. Yunus 10: 106-107)
 Membesarkan hati dan menumbuhkan keberanian (Q.S. Al-Jumuah 62: 8)
 Menenangkan hati dan menentramkan jiwa (Q.S. al-Fath 48: 4)
 Menumbuhkan harapan dan optimisme (Q.S. Al-Insyirah 94: 5-6)
 Menumbuhkan perasaan harga diri (Q.S. Al-Isra’ 17: 70)
 Memelihara kebersihan diri dan mempertinggi nilai-nilai moril
 Menimbulkan rasa dekat dengan Tuhan (Q.S. Al-Baqarah 2: 186)

6|Al-Islam dan Kemuhammadiyahan


F. Penjabaran Iman
Unsur/kepada Allah Malaikat Kitab Rasul Hari Akhir Taqdir
Meyakini bahwa Meyakini bahwa
Mempercayai Meyakini bahwa Meyajini bahwa
Membenarkan Menyakini ada kehidupan Allah telah
malaikat sebagai turunnya kitab Allah telah
dalam hati adanya Allah setelah menetukan
makhluk ghaib dari Allah mengutus Rasul
kehidupan dunia segala sesuatu
Menyebutkan
bahwa apa yang
Mengucapkan Menyebut nama Menyebutkan Menyebut ciri dan
Mengucapkan Menyebut nama- ada pada dirinya
dua kalimat dan tugas nama dan jumlah nama lain hari
dengan lisan nama kitab tidak bisa
syahadat malaikat Rasul akhir
dilepaskan dari
Allah
Bersikap hati-hati
Menyadari
karena
Mengamalkan adanya malaikat Mempelajari dan Meneladani Ikhtiar / usaha
Menjalankan menyadari akan
dengan Izroil sehingga mengajarkan al- pribadi dan tawakkal /
perintah Allah diminta
perbuatan selalu ingat mati Qur’an Rasulullah SAW berserah diri
pertanggung
dan berhati-hati
jawaban

BAB III
IMAN PADA ALLAH DAN MALAIKAT

A. Iman Kepada Allah


 Iman kepada Allah berarti menyakini akan wujud Allah serta mengesakan-Nya, baik dalam
dzat, asma, sifat maupun perbuatan-Nya
 Iman kepada Allah harus bersih dan murni, menutup setiap celah yang akan menimbulkan
perbuatan syirik (menyekutukan Allah)
 Bukti adanya Allah
1. Melalui akal fikiran dengan merenungi ciptaan-Nya (Al-Baqarah/2: 164)
2. Melalui dalil fitrah (ar-Ruum/30: 30)
3. Dengan naqli (al-Qur’an dan as-Sunnah)

B. Iman Kepada Malaikat


 Iman pada malaikat adalah salah satu unsur rukun iman yang tidak boleh tercampur
sedikitpun dengan keraguan
 Malaikat secara bahasa berarti ar-risalah (misi atau pesan)
 Secara istilah malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya
dengan wujud dan sifat-sifat tertentu
 Malaikat merupakan makhluk ghaib yang wujudnya tidak dapat dilihat, diraba, didengar,
dicium, dan dicicipi (dirasakan) oleh manusia, kecuali jika Malaikat menampilkan diri dalam
rupa seperti manusia
 Malaikat tidak bersifat materi, tetapi sebagai tabiatnya ia dapat menjelma ke alam materi
 Malaikat tidak dilengkapi hawa nafsu, tidak memiliki keinginan seperti manusia, tidak
berjenis lelaki dan perempuan, dan tidak berkeluarga
 Malaikat memiliki sifat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala
perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah SWT
 Pengetahuan manusia tentang malaikat semata-mata berdasar al-Qur’an dan keterangan
Nabi SAW

7|Al-Islam dan Kemuhammadiyahan


C. Tugas Malaikat
 Mendoakan orang mukmin; memohon rahmat dan ampunan bagi mereka
 Mencatat perbuatan manusia
 Memperkukuh pendirian orang mukmin
 Mencabut nyawa
 Menggembirakan hati orang mukmin
 Membaca doa bersama orang yang shalat
 Hadir dalam shalat-shalat Subuh dan Ashar
 Mendengarkan bacaan al-Qur’an
 Menghadiri majelis dzikir dan pengajian
 Memberitahu tentang orang-orang yang dicintai Allah dan orang-orang yang dibenci Allah

D. Konsep Jin, Iblis, dan Syetan


 Selain malaikat, ada makhluk ghaib lain yang bernama Jin, Iblis, dan Syetan
 Jin secara bahasa artinya bersembunyi. Dinamakan al-jin karena tersembunyi dari
pandangan manusia
 Iblis menurut sebagian ahli bahasa berarti putus asa. Dinamakan iblis karena ia putus asa
dari rahmat Allah
 Jin merupakan makhluk ghaib yang diciptakan Allah SWT dari api
 Sebagaimana manusia, jin merupakan makhluk Allah yang mukallaf (terkena beban untuk
menjalankan syari’at Allah). Ajaran yang diikuti adalah ajaran Rasul seperti Rasulnya manusia
 Bangsa jin ada yang patuh dan juga ada durhaka
 Jin yang durhaka adalah Iblis, karena dia menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam
 Iblis merupakan nenek moyang syetan yang selalu durhaka kepada Allah SWT dan bertekad
untuk menggoda manusia agar mengkuti langkah mereka dan menentang Allah SWT

E. Terkait Jin Qorin


Keberadaan jin qorin ini dimaknai dari:
“Siapa yang berpaling dari dzikir kepada Ar-Rahman maka kami akan buat syaithon berkuasa
terhadap sehingga dia menjadi qorinnya” [Az-Zukhruf: 36]
“Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari
golongan jin.” Para sahabat bertanya, “Termasuk Anda, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:
“Termasuk saya, hanya saja Allah membantuku untuk menundukkannya, sehingga dia masuk
Islam. Karena itu, dia tidak memerintahkan kepadaku kecuali yang baik.” (HR. Muslim)

F. Golongan Syetan (Hizbu Syaithan)


 Cara syetan menggoda manusia dengan; tadhil (menyesatkan) dan takhwif (menakut-nakuti)
 Syetan menyesatkan manusia melalui; bisikan (waswasah), lupa, angan-angan (menghayal),
memandang baik perbuatan maksiat, janji palsu, tipu daya, hambatan (menghalangi), dan
permusuhan
 Syetan menakut-nakuti yaitu menakut-nakuti manusia agar tidak berani mengatakan yang
benar, dengan dimunculkannya kekhawatiran terhadap dampak yang akan diakibatkan bila
manusia itu memiliki sikap berani

8|Al-Islam dan Kemuhammadiyahan


G. Hikmah Iman Kepada Malaikat
 Semangat berbuat baik di segala tempat dan waktu
 Mendorong untuk selalu dekat dengan Allah, mensucikan hati dan membersihkan diri dari
sifat-sifat yang tidak disukai Allah
 Menjauhkan diri dari sikap kufur (kekafiran)

H. Penjabaran Iman
Unsur / kepada Allah Malaikat
Membenarkan dalam Menyakini adanya Mempercayai malaikat
hati Allah sebagai makhluk ghaib
Mengamalkan dengan Menjalankan Menyadari adanya
perbuatan perintah Allah malaikat Izroil sehingga
selalu ingat mati dan
berhati-hati

BAB IV
IMAN KEPADA KITAB DAN RASUL

A. Iman kepada Kitab Allah


 Kitab berarti tulisan. Kitab adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi
dan Rasul-Nya
 Kitab berisikan wahyu Allah yang berarti kalam Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan
Rasul-Nya
 Kitab Allah terdiri dari: Kitab Zabur, Taurat, Injil dan al-Qur’an

B. Perbedaan Al-Quran dengan Kitab Terdahulu


 Kitab terdahulu sudah hilang keutuhan dan kemurniaannya, al-Qur’an masih tetap terjaga
 Kitab terdahulu untuk golongan tertentu, al-Qur’an untuk seluruh umat hingga hari akhir
 Kitab terdahulu menggunakan bahasa yang telah hilang, bahasa Al-Qur’an masih tetap
terjaga
 Wahyu Allah dalam kitab dahulu bercampur dengan perkataan manusia, wahyu dalam al-
Qur’an murni berasal dari Allah
 Al-Qur’an mengukuhkan kebenaran kitab-kitab sebelumnya

C. Hikmah Iman Kepada Kitab (al-Qur’an)


 Menumbuhkan rasa cinta sejati
 Menimbulkan gairah untuk membacanya, karena membacanya merupakan bagian dari
ibadah
 Memberi inspirasi untuk belajar dari kehidupan umat terdahulu
 Menjadikan hidup lebih terarah dan nyaman karena adanya panduan yang jelas

D. Iman Kepada Nabi/Rasul


 Nabi berarti yang ditinggikan atau dapat juga berita
 Nabi berarti orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah dengan memberinya berita
(wahyu)
 Rasul berarti yang diutus
 Rasul berarti seorang yang diutus Allah SWT untuk menyampaikan misi atau pesan

9|Al-Islam dan Kemuhammadiyahan


 Nabi atau Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah untuk menerima
wahyu
 Apabila tidak diiringi kewajiban menyampaikan wahyu tersebut maka dinamakan Nabi
 Namun apabila diiringi kewajiban menyampaikan wahyu tersebut maka dinamakan Rasul
 Tidak semua orang bisa menjadi seorang Nabi/Rasul
 Pemilihan seseorang menjadi Nabi/Rasul ditentukan dan hak preogratif dari Allah SWT
 Seseorang yang terpilih sebagai Nabi/Rasul memiliki prasyarat kepribadian, sebagai berikut:
a) al-Mitsaliyah (keteladanan)
b) Syaraf al-Nasab (keturunan yang mulia)
c) ‘Amil al-Zaman (dibutuhkan oleh zaman)

E. Sifat Nabi/Rasul
 Setiap Nabi dan Rasul memiliki sifat: Shidiq (Benar), Amanah (dapat dipercaya), Fathonah
(Cerdas), dan Tabligh (Menyampaikan)
 Nabi/Rasul adalah manusia yang ma’shum, terjaga dari segala perbuatan dosa dan maksiat,
baik kecil maupun besar
 Sebagai manusia Nabi/Rasul bisa juga berlaku salah dan lupa

F. Tugas dan Mukjizat Rasul


 Setiap Rasul ditugaskan untuk mengajak umat manusia untuk bertauhid, mengesakan dan
menyembah hanya kepada Allah
 Cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan basyiran (kabar gembira) dan nadziran
(peringatan)
 Untuk pelaksanaannya Nabi/Rasul terkadang diberi Mukjizat; kejadian luar biasa yang
diberikan Allah kepada Rasul yang bersifat melemahkan dan tidak bisa ditandingi

G. Perbedaan Sikap kepada Rasulullah SAW dan Rasul sebelumnya


 Kepada Rasulullah mengakui kebenarannya, mencintai, mentaati, dan mengikuti beliau
 Kepada Rasul sebelumnya mengakui kebenarannya dan mencintainya

H. Hikmah Iman Kepada Rasul


 Semakin memantapkan keimanan kepada Allah
 Semakin memantapkan keimanan pada Rasulullah SAW
 Belajar meneladani kehidupan para Rasul dan mengambil ibrah dari cara hidup umat
terdahulu

10 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
BAB V
IMAN KEPADA HARI AKHIR DAN TAKDIR

A. Iman Kepada Hari Akhir


 Pokok keimanan kelima adalah percaya kepada hari akhir, hari penghabisan kehidupan
makhluk dunia
 Beriman kepada hari akhir berarti percaya akan terjadi hari kiamat dan apa saja yang
berhubungan dengannya
 Akhir kehidupan di dunia bukanlah akhir kehidupan manusia
 Proses iman kepada hari akhir termasuk suatu yang sulit dipahami oleh manusia, karenanya
banyak manusia yang tidak mempercayai
 Hal ini karena hari akhir belum pernah terjadi dan belum pernah ada orang yang
mengalaminya
 Keimanan kepada hari akhir dibutuhkan keyakinan yang kuat dan kepercayaan akan
kebenaran informasi Allah dan Rasul dalam al-Qur’an dan as-Sunnah

B. Alam Kubur (Alam Barzakh)


 Setiap jiwa manusia akan mengalami mati, kematian sering disebut juga sebagai kiamat
shugra (kiamat kecil)
 Alam kubur bukan dimaknai sebagai “kuburan”, tetapi sebuah masa yang akan dilalui oleh
setiap orang yang mengalami kematian
 Sering disebut sebagai alam barzakh, yang berarti pemisah dua hal, yaitu pemisah antara
dunia dan akhirat

C. Perhatian Al-Qur’an Terhadap Hari Akhir


 Sering disebut langsung iman kepada hari akhir setelah iman kepada Allah
 Banyaknya al-Qur’an menyebut hari akhir dibanding masalah ghaib lainnya
 Banyaknya nama-nama hari akhir yang masing-masing menunjukkan proses, peristiwa, dan
keadaan yang terjadi pada hari itu

D. Tanda-Tanda Hari Akhir


 Tanda-tanda Kecil (shugra):  Tanda-tanda Kubra (besar):
1. diutusnya Nabi Muhammad SAW, 1. keluarnya asap (dukhan),
2. wanita budak melahirkan tuannya, 2. keluarnya sejenis binatang aneh
3. orang sudah berlomba-lomba (dabbah),
bermegah-megahan, 3. keluarnya dajjal,
4. lenyapnya ilmu pengetahuan, 4. terbitnya matahari dari barat,
5. maraknya perzinaan dan minuman 5. turunnya Isa Putra Maryam,
keras (termasuk Narkoba), 6. munculnya Ya’juj dan Ma’juj,
6. meluasnya kebodohan, 7. terjadinya gerhana di timur,
7. waktu terasa pendek, 8. gerhana di barat dan gerhana di jazirah
8. laki menyerupai wanita dan Arab,
sebaliknya, dan lain sebagainya 9. serta keluarnya Api dari Yaman (H.R.
Muslim)

11 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
E. Gambaran Hari Akhir
“Hari kiamat; Apakah hari kiamat itu?; tahukah kamu Apakah hari kiamat itu?; pada hari itu
manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran; dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang
dihambur-hamburkan; dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya; Maka Dia
berada dalam kehidupan yang memuaskan; dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan
(kebaikan)nya; Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah; tahukah kamu Apakah neraka
Hawiyah itu?; (yaitu) api yang sangat panas” (Al-Qori’ah ayat 1- 11)

F. Nama lain hari Kiamat


1. Yaumul qiyamah (kebangkitan sesudah mati)
2. Yaumul ba’ts (kebangkitan dari kubur)
3. Yaumul jam’i (berkumpul)
4. Yaumul hisab (perhitungan amal)
5. Yaumul fashl (keputusan)
6. Yaumuddin (pembalasan)
7. Yaumul wa’id (terlaksananya ancaman)

G. Dialog Antara Penghuni Surga dan Neraka


 “dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan
mengatakan): "Sesungguhnya Kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan
Kami menjanjikannya kepada kami. Maka Apakah kamu telah memperoleh dengan
sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" mereka (penduduk
neraka) menjawab: "Betul". kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara
kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim”
 “(yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan
agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat.“ (TQS. Al-A’raf
44 – 45)

H. Hikmah Iman Kepada Hari Akhir


 Hidup manusia memiliki tujuan
 Manusia akan berusaha semaksimal mungkin berjuang untuk kebaikan dan menjauhkan
sejauh mungkin dari dosa
 Manusia akan lebih berhati-hati dalam bersikap dalam kehidupan dunia

I. Iman Kepada Takdir


 Taqdir atau qadar secara bahasa berarti ukuran, batasan, atau ketentuan
 Takdir adalah peraturan yang dibuat Tuhan untuk segala yang maujud di alam semesta yang
merupakan undang-undang umum atau kepastian-kepastian yang berkaitan di dalamnya
antara sebab dengan musababnya atau antara sebab dan akibatnya (Sayyid Sabiq)
 Iman kepada takdir berarti percaya bahwa Allah membuat ketentuan-ketentuan, peraturan-
peraturan dan undang-undang yang diterapkan untuk segala yang maujud ini
 Semua yang ada di alam semesta ini berjalan sesuai ketetapan dan perundangan Allah SWT

J. Tingkatan Iman Kepada Takdir


1. Al-Ilmu; Allah mengetahui segala sesuatu
2. Al-Kitabah; Allah telah menentukan segala sesuatu
3. Al-Masyi’ah; Allah memiliki kehendak atas segala sesuatu
4. Al-Khalq; Allah menciptakan segala sesuatu

12 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
K. Manusia Dan Takdir
 Manusia adalah Makhluk yang Musayyar dan Mukhoyyar
 Musayyar berarti manusia sama seperti benda, tanaman, hewan yaitu manusia tidak bisa
menolak atas kehendak Allah. Hal ini seperti kelahiran, jenis kelamin, ukuran tubuh,
kematian, dan lain sebagainya. Ada yang mengatakan ini adalah takdir mubram
 Mukhayyar berarti manusia berkehendak untuk memilih sehingga manusia memiliki
kebebasan untuk free will, free act, free choice. Seperti bebasnya manusia untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Ada yang mengatakan ini adalah takdir mu’allaq

L. Hikmah Iman Kepada Takdir


 Mempercayai bahwa apa yang terjadi berdasar ketetapan Allah, karenanya apabila ada hal
buruk jangan menyesal, sebaliknya kalau menyenangkan tidak lupa diri
 Menimbulkan keberanian untuk menghadapi berbagai kesulitan dan melahirkan optimisme
dalam hidup
 Selalu berupaya memilih takdir yang baik bagi hidupnya

BAB V
PENYIMPANGAN AQIDAH DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

A. Pendahuluan
 Islam, pada hakekatnya, adalah agama yang lurus dan murni yaitu agama yang suci serta
terhindar dari pada hal-hal yang kotor, yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berisi
sekumpulan wahyu Allah untuk mengatur tatanan kehidupan manusia di dunia
 Namun walaupun begitu ternyata masih saja bentuk-bentuk penyimpangan akidah yang
dilakukan dan berkembang dalam kehidupan manusia

B. Penyebab Penyimpangan Aqidah


1. Ketidaktahuan terhadap aqidah shahihah (yang benar). Hal ini bisa dikarenakan tidak mau
(enggan) mempelajari dan mengajarkannya, atau bisa juga karena kurangnya perhatian
terhadap masalah aqidah ini
2. Ta’ashshub (fanatisme) terhadap sesuatu yang diwarisi dari nenek moyang atau orang
terdahulu, sekalipun itu salah
3. Taqlid buta, yaitu mengambil dan mengikuti pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa
mengetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenaran dalil tersebut
4. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih. Menjadikan para
wali sebagai perantara antara Allah dan makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat
penyembahan para wali tersebut dan bukan menyembah Allah
5. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-
ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam KitabNya (ayat-ayat Qur’aniyah),
lebih mengedepankan rasionalitas. Sikap ini melahirkan keyakinan bahwa kemajuan
teknologi dan sains adalah hasil jerih payah manusia semata, tidak ada campur tangan Allah
SWT

C. Bentuk Penyimpangan
1. Syirik
 Syirik kata dasarnya adalah syarika yang berarti ‘jadilah ia berteman atau bersekutu’,
kemudian ditambah awalan hamzah menjadi asyraka yang berarti menyekutukan atau
menjadikan sesuatu (yang satu) menjadi dua (ja’ala syarīkan)
 Dalam Islam syirik di artikan dengan keyakinan Tuhan yang banyak
13 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
 Dalam tauhid, syirik dimaknai sebagai suatu keyakinan bahwa terdapat kekuatan lain
bersama Allah dalam pelaksanaan takdir dan pengaturan alam
 Syirik juga diartikan ialah percaya, bahwa ada yang memberi bekas selain Allah dan
percaya bahwa ada sesuatu yang mempunyai kekuasaan yang mutlak selain Allah
 Dalam tataran pelaksanaan ibadah/amaliyah, syirik juga ada yang memaknai apabila
seseorang yang melakukan ibadah atau ‘amaliyah dengan tujuan selain Allah tanpa
diikuti dengan keesaan tauhid, iman, serta ikhlas maka hal dipandang syirik
 Syirik ada yang mengklasifikasikan kepada dua, yaitu syirik akbar (besar) dan syirik
asghar (kecil).
 Syirik akbar adalah dapat mengeluarkan pelakunya dari jalan islam dan baginya wajib
kekal di dalam neraka, dan haram pula untuknya surga hal ini apabila ia mati dalam
keadaan syirik
 Syirik asghar, ia tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam, tetapi ia termasuk
sebesar-besarnya diantara dosa yang paling besar
 Bentuk syirik:
1) Bersumpah kepada selain Allah
2) Menggantung/memakai Jimat
3) Rukyah dan Pelet. Untuk rukyah tidak dilarang apabila memenuhi syarat:
a. menggunakan kalam Allah (al-Qur’an) atau nama dan sifat-sifat-Nya,
b. Dengan bahasa ‘arab atau dengan bahasa yang diketahui atau dipahami
maknanya,
c. menyakini bahwa rukyah itu tidak memberi bekas/pengaruh, kecuali dengan
kekuasaan Allah
4) Menyembelih untuk selain Allah dan dijadikan media memperoleh
keberuntungan/kesembuhan tertentu
5) Sihir dan perdukunan, karena hal ini merupakan perbuatan syirik yang melibatkan
Jin dan Setan sebagai teman dan pembantu mereka
6) Keyakinan terhadap Bintang/Zodiak

2. Bid’ah
 Bid’ah merupakan segala sesuatu yang dibuat-buat oleh sebagian orang yang dulunya
tidak ada menjadi ada
 Hasbi Ash Shiddiqi menytajan bahwa bid’ah adalah “yaitu segala sesuatu yang diada-
adakan dalam bentuk yang belum ada contohnya”
 Pekerjaan menciptakan bid’ah dalam bahasa arab dinamai ibtida’. Barang yang dibuat
itu, dinamai bid’ah, demikian juga rupa dan kelakuannya
 Bid’ah menurut definisi syar’i adalah setiap orang yang menyembah Allah tanpa syariat
yang Dia tetapkan, baik itu dalam akidah, ucapan, dan perbuatan
 Barang siapa menyembah Allah tanpa syariat yang ditetapkan-Nya, baik dari segi
akidah, ucapan, atau perbuatan maka ia adalah seorang Mubtadi’ (pelaku)
 Contoh perbuatan bid’ah:
1. Segala hal yang bertentangan dengan sunnah berupa ucapan, pebuatan atau
keyakinan, walaupun berasal dari ijtihad
2. Segala perkara yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, padahal
Rasulullah telah melarangnya
3. Segala perkara yang tidak mungkin disyariatkan kecuali dengan nash (dalil),
kecuali amalan yang berasal dari sahabat pada masa Rasulullah SAW
4. Peribadatan dari kebiasaan kaum kafir atau sesuatu yang diklaim bagian darinya

14 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
5. Apa yang ditetapkan sebagian ulama tentang kesunahannya, padahal tidak ada
dalilnya
6. Segala ibadah yang tatacaranya tidak disebutkan kecuali dari hadis dha’if atau
maudhu
7. Berlebih-lebihan dalam ibadah
8. Segala ibadah yang disyariatkan oleh syar’i, tetapi manusia membatasinya dengan
beberapa batasan, seperti tempat, waktu, cara atau bilangan

D. Cara Menghindari Penyimpangan


 Terus mendekatkan diri kepada Allah
 Belajar aqidah dan ajaran Islam lainnya dengan benar dan bersumber pada rujukan yang
benar
 Mengamalkan ajaran Islam dengan benar dan didasarkan dalil yang bersumber dari al-
Qur’an dan as-Sunnah
 Bergaul dengan orang sholeh; orang yang memiliki pemahaman dan pengamalan Islam
dengan benar

E. Ciri – Ciri Ajaran Sesat


 Mengingkari salah satu dari rukun iman dan rukun Islam
 Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Alquran dan sunnah
 Meyakini turunnya wahyu setelah al quran
 Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran
 Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir
 Mengingkari kedudukan Hadist/Sunnah Rasulullah SAW
 Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
 Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir
 Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan
oleh syariah, seperti haji tidak ke baitullah, salat wajib tidak 5 waktu.
 Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i seperti mengkafirkan muslim hanya karena
bukan kelompoknya

F. Pluralisme Agama
 Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama
adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu,
setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar
sedangkan agama yang lain salah
 Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup
berdampingan di surga

G. Liberalisme
 Liberalisme agama adalah memahami nash-nash agama (al-Qur’an dan Sunnah) dengan
menggunakan akal pikiran yangg bebas; dan hanya menerima doktrin-doktrin agama
yang sesuai dengan akal pikiran semata

H. Sekularisme
 Sekularisme agama adalah memisahkan urusan dunia dari agama; agama hanya digunakan
untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia
diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial

15 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n
I. Syi’ah
 Kata "Syi'ah" menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Pembela dan pengikut seseorang.
Selain itu juga bermakna: Kaum yang berkumpul atas suatu perkara
 Adapun menurut terminologi Islam, kata ini bermakna: mereka yang menyatakan
bahwa Ali bin Abi Thalib adalah yang paling utama di antara para sahabat dan yang berhak
untuk memegang tampuk kepemimpinan atas kaum Muslim, demikian pula anak cucunya

J. Ciri Syi’ah
 Kesucian para imam (‘Ishmatul A’immah)
 Wasiat pengganti Nabi (al-Washiyah). Dalam Syiah dikenal istilah Rafidhah yaitu orang
yang menolak para sahabat, menyakini pengganti Nabi itu adalah Ali bin Abi Thalib
 Kultus terhadap Ali bin Abi Thalib
 Validitas Hadits hanya berasal dari ahlu baits (keluarga Nabi)

K. Macam Syi’ah
 Syiah Ghaliyah atau Ghulat, kelompok ini sampai menganggap Ali sebagai Nabi bahkan
sampai menuhankannya. Ulama sepakat kelompok ini sesat dan kafir
 Syiah Rafidhah, kelompok ini meyakini adanya wasiat Nabi terhadap Ali dan mencaci
sahabat Nabi yang lain, bahkan mengkafirkannya. Ulama sepakat kelompok ini sesat
 Syiah Zaidiyah, kelompok ini pengikut Zaid bin Ali Zainal Abidin yang lebih mengutamakan
Ali bin Abi Thalib dibanding sahabat Nabi lainnya, tetapi masih menghormati serta loyal
kepada Abu Bakar dan Umar bin Khattab sebagai khalifah yang sah

L. Ahmadiyah
 Ahmadiyah adalah suatu aliran yang meyakini ada nabi setelah Nabi Muhammad saw,
mereka meyakini Mirza Gulam Ahmad sebagai nabi mereka
 Selain itu mereka mempunyai kitab suci yang dikenal dengan nama Tadzkirah sebagaimana
umat Islam mempunyai Al-Qur`an
 Aliran ini didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889, di sebuah
kota kecil yang bernama Qadian, Punjab, India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku
sebagai Mujaddid, al-Masih dan al-Mahdi

16 | A l - I s l a m d a n K e m u h a m m a d i y a h a n

Anda mungkin juga menyukai