Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGERTIAN TAUHID DAN MACAM-MACAMNYA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Aqidah Tauhid


Dosen Pengampu : Ulul Aedi, M.Ag.

Kelompok 6 :
Muhammad Burhanudin Habiburahman (X.03/20.21/01.1237)
Muhammad Setia Wicaksono (X.03/20.21/06.052)
Ervi Revilda (X.03/20.21/06.056)

INSITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Alloh yang maha pengasih lagi maha penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah aqidah tauhid dengan tema pengertian tauhid dan
macam-macamnya ini dengan semaksimal mungkin.

Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Sang Pembawa Risalah


kebenaran yang semakin teruji kebenarannya, yakni Baginda Nabi Muhammad
SAW, keluarga, para sahabat, serta pengikutnya dan semoga syafaatnya menyertai
kehidupan ini.

Makalah ini telah kami susun dan mendapatkan bantuan dari berbagai
sumber sehingga dapat memperlancar proses pembuatannya. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasa.Oleh karena itu dengan
tangan terbuka Kami menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengaetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, 10 Oktober 2020

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia berdasarkan fitrah dan akal sehat pasti mengakui bahwa Allah itu esa,
tidak bersekutu istilah ini yang disebut tauhid. Tauhid adalah kunci dari makna
hidup, bahkan manusia dan jin diciptakan hanya untuk bertauhid kepada Allah
semata.

Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling penting bagi tiap-tiap muslim karena
bahasan ilmu tauhid ini menyangkut akidah islam. Sedangkan akidah islam
merupakan pondasi bagi keberagaman seseorang dan benteng yang kokoh untuk
memelihara akidah muslim dari setiap ancaman keraguan dan kesesatan. Tanpa
mengetahui ilmu tauhid kita tidak akan mengetahui tujuan hidup yang sebenarnya.

Dalam makalah ini akan diuraikan mengenai macam-macam tauhid, seperti


tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, tauhid asma wa sifat. Setiap macam dari ketiga
macam tauhid itu memiliki makna yang harus dijelaskan agar perbedaan antara
ketiganya menjadi jelas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tauhid?
2. Apa pengertian tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma’  wa sifat?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tauhid.
2. Untuk mengetahui macam-macam tauhid.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid
           Asal makna Tauhid ialah karena bagiannya yang terpenting menetapkan
sifat “ wahdah “ (satu) bagi Allah dalam zat-nya dan dalam perbuatannya
menciptakan alam seluruhnya dan bahwa ia sendiri pula tempat kembali segala
alam ini dan penghabisan segala tujuan.1
           Menurut  para ahli, ilmu tauhid ialah :

‫علم يبحث فيه عن اثبات العقائد الدينية باألدلة اليقينية‬


“Ilmu yang membahas segala kepercayaan keagamaan dengan menggunakan
dalil-dalil yang meyakinkan”.2

Sedangkan menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, ilmu


tauhid ialah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama
dengan mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik berupa dalil aqli, dalil
naqli, ataupun dalil wijdani.3

Keyakinan tauhid sebagai pegangan hidup, wajib di jadikan pangkal atau


sumber pikiran umat tauhid, dengan arti ketentuan-ketentuan Allah harus
menerangi dan menghidupkan roh, dan memberikan nur yang membukakan
pikiran dan alam pikiran.4

1
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid
2
Zainudin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 1.
3
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid atau
Ilmu Kalam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 1.
4
Malik Ahmad, Tauhid Membina Pribadi Muslim dan Masyarakat, (Jakarta: Al-Hidayah,
1980), cet. 4. hlm. 33.

4
B.   Tauhid Rububiyah
Tauhid al-Rububiyah adalah diambil dari salah satu nama Allah yaitu al-
Rabb, yang memiliki beberapa makna, diantaranya : pemeliharaan, pengasuh,
pendamai, pelindung, penolong dan penguasa.5 Sedangkan secara umumnya dapat
diartikan mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai,
memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll. Yang semuanya hanya Allah semata
yang mampu dalam semua alam semesta. Dan semua orang meyakini adanya
Rabb yang menciptakan, menguasai, dll.Setelah mengetahui bahwa pencipta kita
adalah Allah swt, dan bahwa keberadaan dan managemen kita hanya berada di
tangan-Nya, kita juga harus percaya bahwa tak seorangpun selain Dia yang
mempunyai hak untuk memerintah dan membuat hukum bagi kita.

Yang dimaksud dengan hal ini ialah bahwa alam raya ini diatur oleh
mudabbir (pengelola), pengendali tunggal, tak disekutui oleh siapa dan apa pun
dalam pengelolaan dan pen-tadbiran-Nya.  Dialah Allah  (Mahasuci Dia)
Pengelola alam semesta ini.Adapun  pentadbiran para  malaikat serta semua
sebab  (lantaran) yang saling berkaitan, tidak lain adalah perintah-Nya. Hal ini
berlawanan dengan pendapat sebagian kaum musyrikin yang percaya bahwa yang
berkaitan dengan Allah SWT hanyalah perbuatan penciptaan dan pengadaan mula
pertama saja, sedangkan pentadbiran  dan pengaturan segala jenis makhluk dan
benda diatas bumi ini selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada benda-benda
langit,malaikat, jin,serta maujudat spiritual yang diperankan oleh berhala-berhala
yang disembah. Jadi menurut mereka  tidak ada sangkut paut Allah dalam hal
pentadbiran dan pengelolaan urusan segala nya.

Akan tetapi,  dengan jelas dan terang Al-Quran menegaskan bahwa Allah
adalah sang pengatur dan  pengelola (al-Mudabbir) bagi alam semesta,  maka
yang demikian itu semata-mata atas izin dan perintah-Nya. Allah SWT berfirman:

5
‘Abd Al- ‘Aziz Al –Muhammad As- Salman, Tanya Jawab Masalah Aqidah,(Jakarta:
Binamenteng Rayaperdana,1986), cet. 1. hlm. 23.

5
‫إن ربكم اهلل الذى خلق السموات واألرض فى ستة ايام تم استوى على العرش يغشى اليل‬

‫ حثيثا والشمس والقمر والنجوم ميخرت بأمره أال له الخلق واألمر تباركاهلل‬,‫النها ر يطلبه‬

‫رب العلمين‬ 

“ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah SWT yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia menguasai diatas arasy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dan (diciptakan –Nya
pula)matahari, bulan dan bintang, yang semuanya tunduk kepada perintah-
Nya.ingatlah  menciptakan dan memerintah hanyalah hal Allah. Maha Suci Allah,
Tuhan semesta alam”.(QS.Al-A’raf : 54)6

Maka, siapa saja yang memiliki pengetahuan, walaupun sedikit, tentang


ayat-ayat  Al-Quran, pasti mengetahui manakala Allah SWT menisbahkan banyak
dari perbuatan atau tindakan kepada diri-Nya sendiri,  sementara disaat yang sama
dan diberbagai ayat lain Ia menisbahkannya kepada selain Dia,  maka yang
demikian itu sama sekali tidak mengandung pertentangan (kontradiksi). Sebab,
adanya pembatasan timbulnya segala perbuatan pada zat-Nya sendiri saja ialah
yang semata-mata bersifat “mandiri sepenuhnya”. Hal ini tidak bertentangan
dengan penyekutuan sesuatu selain-Nya dalam perbuatan itu, dalam arti bahwa ia
hanya sebagai pelaksana perintah dan kehendak-Nya.7

C.   Tauhid Uluhiyah
Uluhiyyah diambil dari kata al-ilah yang maknanya sesuatu yang
disembah (sesembahan) dan sesuatu  yang ditaati secara mutlak dan total.kata llah
ini diperuntukkan bagi sebutan sesembahan yang benar (haq).8 Tauhid uluhiyyah
adalah menyakini bahwa tiada tuhan selain Allah SWT.Ini juga merupakan hasil

6
Ja’far Subhani, Tauhid dan syirik, (Bandung: Mizan, 1987),  hlm. 17.
7
Ibid. hlm. 19. 
8
Ibid. hlm. 43.

6
lain keyakinan alamiah-warisan dalam diri manusia.Jika eksistensi kita berasal
dari Allah Swt.,pengaturan dan pengarahan hidup kita diserahkan kepada-Nya.

Anda mungkin telah menyadari bahwa Al-Quran memandang politeisme


sebagai sebuah dosa. Ketika dosa-dosa besar diperhitungkan,”politeisme berada
dipuncak daftarnya,”demikian dikatakan orang politeisme dalam praktiknya
berarti menyembah kepada selain Allah Swt., meskipun si penyembah tidak
mempercayai bahwa sembahannya itu patut disembah, dan hanya menyembahnya
karena kepentingan-kepentingan tertentu.9 Allah SWT berfirman,

‫وإلهكم إله واحد الإله إال هوالرحمن الرحيم‬

“Dan  Tuhanmu  adalah  Tuhan Yang  Maha  Esa  tidak ada  Tuhan  melainkan 
Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (QS. Al  Baqarah:163)

Tauhid Uluhiyyah ini berhubungan erat dengan dua hal, yaitu


Amal/perbuatan dan ibadah. Supaya kedua hal tersebut mendapat pahala, maka
wajib bagi setiap muslim untuk meyakinkan pentingnya Niat/Ikhlas didalam
beramal dan beribadah. Para ulama telah sepakat Niat yang Murni berperan
penting dalam meridhoi amal dan ibadah yang kita lakukan sehari-hari.

Ibnu Athoillah menyatakan bahwa niat/ikhlas adalah ruhnya:


“Amal-Amal adalah laksana gambaran-gambaran yang berdiri tegak dan yang
menjadi ruhnya adalah rahasia ikhlas/niat”

Berdasarkan keterangan di atas, amal-amal seperti sholat dan bersedekah


tidak akan ada ruhnya dalam arti tidak akan diterima dan diberi pahala apabila
tidak diiringi dengan niat yang murni. Sholat yang dikerjakan ataupun sedekah
yang berjuta-juta tanpa ada niat yang benar seolah-olah sholat dan sedekah yang
berjuta-juta itu laksana jasad yang mati tergeletak tak ada arti.

9
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Filsafat Tauhid, (Bandung: Arasy, 1424), cet. 1. hlm. 62.

7
Oleh karena itu, setiap aktifitas ibadah seperti: sedekah, puasa,  apabila
kosong tanpa keikhlasan/niat didalamnya, maka sedekah, puasa, berdzikir tidak
disebut sebagai ibadah tetapi disebut adat (kebiasaan).

Ibnu Abbas menyatakan bahwa:

‫ كل‬ ‫عبادة‬  ‫خلت‬ ‫من اإلخالص‬  ‫فليست‬ ‫عبادة بل هي عادة‬


“Setiap ibadah yang kosong dari ikhlas/niat, maka itu bukanlah ibadah tetapi ia
disebut kebiasaan (adat)”

D.    Tauhid  Al Asma Wa’ al Sifat


Tauhid al Asma wa al Sifat adalah penetapan dan pengakuan yang  kokoh
atas nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT yang luhur berdasarkan petunjuk Allah
SWT dalam Al-Quran dan petunjuk rasulullah dalam sunnahnya. Mayoritas ulama
salaf  yakni ulama yang konsisten dalam mengikuti sunnah rasulullah, pandangan
para sahabat dan tabiin yang shalih, menetapkan segala nama dan sifat yang
ditetapkan Allah SWT untuk diri-Nya, dan apa-apa yang dijelas oleh Rasullulah
bagi-Nya. Tanpa melakukan ta’thil (penolakan), tahrif (perubahan dan
penyimpangan lafadz dan makna), tamtsil (penyerupaan) dan takyif (menanya terlalu
jauh tentang sifat Allah SWT). Sebagaimana firman Allah SWT :

‫ليس كمثله شيء وهو السميع البصير‬

“Tiada yang menyerupai-Nya segala sesuatu, dan Dia Maha Mendengar lagi
Maha Melihat” (QS. As Syura : 11)   
      ‘Itiqad Ahlus Sunnah dalam masalah Sifat Allah Subhanhu wa Ta’ala didasari
atas dua prinsip :
1. Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala wajib disucikan dari semua sifat-sifat
kurang secara mutlak, seperti ngantuk, tidur, lemah, bodoh, mati, dan lainnya.
2 .Allah mempunyai sifat-sifat yang sempurna yang tidak ada kekurangan sedikit
pun juga, tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang menyamai Sifat-Sifat Allah.

8
  Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak menolak sifat-sifat yang disebutkan
Allah untuk Diri-Nya, tidak menyelewengkan kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala
dari kedudukan yang semestinya, tidak mengingkari tentang Asma’ (Nama-Nama)
dan ayat-ayat-Nya, tidak menanyakan tentang bagaimana Sifat Allah, serta tidak
pula mempersamakan Sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani bahwa Allah Azza wa Jalla tidak
sama dengan sesuatu apapun juga. Hal itu karena tidak ada yang serupa, setara
dan tidak ada yang sebanding dengan-Nya Azza wa Jalla, serta Allah tidak dapat
diqiaskan dengan makhluk-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam menuturkan Sifat dan Asma’Nya,


memadukan antara an-Nafyu wal Itsbat (menolak dan menetapkan) Maka Ahlus
Sunnah wal Jama'ah tidak menyimpang dari ajaran yang dibawa oleh para Rasul,
karena itu adalah jalan yang lurus (ash-Shiraathal Mustaqiim), jalan orang-orang
yang Allah karuniai nikmat, yaitu jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada dan
shalihin.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu tauhid ialah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan
akidah agama dengan mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik berupa
dalil aqli, dalil naqli, ataupun dalil wijdani.

Tauhid al-Rububiyah adalah diambil dari salah satu nama Allah al-Rabb,
yang memiliki beberapa makna yaitu : pemeliharaan, pengasuh, pendamai,
pelindung, penolong dan penguasa. Tauhid uluhiyyah adalah menyakini bahwa
tiada tuhan selain Allah SWT.Ini juga merupakan hasil lain keyakinan alamiah-
warisan dalam diri manusia.Jika eksistensi kita berasal dari Allah Swt.,pengaturan
dan pengarahan hidup kita diserahkan kepada-Nya. Sedangkan Tauhid al Asma
wa al Sifat adalah penetapan dan pengakuan yang  kokoh atas nama-nama dan
sifat-sifat Allah SWT yang luhur berdasarkan petunjuk Allah SWT dalam Al-
Quran dan petunjuk rasulullah dalam sunnahnya.

B. Kritik dan Saran


Demikianlah makalah yang telah kami susun, semoga bermanfaat bagi
pembaca dan pemakalah sendiri. Dan semoga apa yang kita diskusikan dapat
menambah rasa syukur kita kepada Allah dan menambah pengetahuan kita. Kami
menyadari masih banyak salah dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun.

10

Anda mungkin juga menyukai