Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

MA'RIFATUL MABDA MENGENAL ALLAH SWT

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Tauhid

Dosen Pengampuh :
Dr. Adnan, M.A

Disusun Oleh :

1. Siti May Muna Siregar (0406232074)


2. Wardatul Jannaha (0406232039)
3. Ikbal Ma'hadi Daulay (0406233067)

JURUSAN ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN & STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Ma’rifatul Mabda.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita dari
dunia yang gelap menuju dunia yang terang-benderang.Tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah tauhid.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan penulis dan
pembaca tentang ma’rifatul mabda.
Semoga dapat memberikan manfaat yang banyak kepada orang lain.Kami
mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Adnan, M.A selaku dosen dari mata kuliah
tauhid yang telah memberikan tugas inisehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kami tentang bidang yang kami tekuni. Kami menyadari dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan.
Maka dari itu, kami menerima kritik, tanggapan,dan saran dari pembaca agar menjadi
pembelajaran bagi kami untuk kedepannya. Akhir kata, semoga dengan ditulisnya
makalah ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi siapa saja yang
membacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN……………………..4
A. Latar Belakang…………………4
B. Rumusan Masalah………………5
C. Tujuan…………………………..5
BAB II PEMBAHASAN………………………6
A. Pengertian Kosmologi…………..6
B. Hakikat Ilmu Pengetahuan ……12
C. Jenis-jenis Pengetahuan……….13
BAB III PENUTUP……………………………17
A. Kesimpulan……………………17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………..…….18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencintaan Penciptaan alam semesta beserta isinya, termasuk manusia dengansegala
kelebihan dan kekurangannya pasti ada yang menciptakan. Siapa Dia? Sudah tentu
“Sang Pencipta” Dialah Allah SWT. Untuk mengakui kebenaran dan keberadaan Allah
SWT dibutuhkan dalam hati mengakui dan membenarkan tentang adanya Allah SWT.
Percaya kepada kitab-kitab Allah SWT hukumnya adalah wajib ‘ain atau wajib bagi
seluruh muslim didunia. Hal ini seharusnya telah kita ketahui, karena Indonesia
merupakannegara yang memiliki mayoritas masyarakat beragama muslim terbesar
didunia.
Sebagai umat islam seharusnya kita mengetahui betapa pentingnya pengetahuan
mengenai agama islam. Dengan adanya pengetahuantentang ilmu agama, kita tidak akan
tersesat dalam memahami suatubidang ilmu yang kita pelajari. Kita juga harus
mengetahui bahwa semua ilmu itu merupakan penjabaran dari Al-Qur’an dan Al-hadist.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Iman Kepada Allah?
2. Apa saja sifat sifat Allah?
3. Bagaimana implementasi tentang iman kepada Allah dalam kehidupan sehari-
hari?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi iman kepada Allah SWT.
2. Untuk mengetahui sifat sifat Allah baik itu wajib, mustahil, dan jaiz.
3. Untuk mengetahui implementasi tentang iman kepada Allah dalamkehidupan
sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ma'rifatul Mabda


Yang dimaksud dengan ma’rifah al-Mabda’ ialah mengenal dengan penuh keyakinan
terhadap pencipta alam, Allah Swt. yang Maha Sempurna, hal ini sering diartikan
dengan wujud yang sempurna, wujud yang mutlak atau wajibul wujud. Ungkapan
ini bermakna bahwa ma’rifah al-Mabda’ adalah mengetahui tentang keyakinan kepada
Allah Swt. yang Maha Kuasa dan Maha Esa sebagai pencipta alam.
Dialah zat yang wajibul wujud atau wujud yang mutlak sebagai pengatur,
penguasa alam semesta dengan segenap isinya. Lebih tegas lagi, bahwa isi dari ma’rifah
al-Mabda’ ini adalah membahas tentang iman kepada Allah Swt.
Yang menurut Syekh Husain Afandi Al-Djasr, hendaknya seseorang hamba Allah
itu mengi’tikadkan yang teguh akan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala baik yang
wajib, mustahil serta jaiz. Dengan demikian ma’rifah al-Mabda’ iniadalah mengenal
Allah Swt. sebagai ajaran dasar Islam (ushul al-Din), yang di atasnyalah dibangun
ajaran syariat berupa ibadah, muamalah, akhlak dan semua aspek kehidupan manusia.
Inti dasar dari iman kepada Allah adalah kalimat thayibah berupa kalimat “tiada Tuhan
kecuali Allah”. Kalimat ini sesungguhnya merupakan kalimat yang agung, adalah
sasuatu yang pertama kali diwajibkan kepada manusia dan kalimat yang terakhir bagi
seseorang.
¹Untuk mengenal Allah Swt (ma’rifah Allah) pada hakikatnya Allah Swt. telah
memperkenalkan diri-Nya kepada hamabanya melalui beberapa cara:
Pertama, wahyu: Tuhan mengirimkan utusan (Rasul) baik Malaikat maupun manusia
biasa yang membawa pesan dari Tuhan untuk disampaikan kepada seluruh manusia.
Pesan Tuhan itu ditulis dalam Al-Kitab (kitab suci) yang diperpegangi oleh penganut
agama. Kedua, hikmat: Tuhan menganugerahkan kebijaksanaan dan kecerdasan berfikir
kepada manusia untuk mengenal adanya Tuhan dengan memperhatikan alam sebagai
bukti-bukti hasil pekerjaan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil pekerjaan tangan
(kekuasaan) Tuhan serba teratur, cermat dan berhati-hati, yang menerima hikmat inilah
disebut “Hukama” atau “Filosuf”. Katiga, fitrah: Sejak manusia lahir, ia telah membawa
tabiat perasaan tentang adanya Yang Maha Kuasa diatasnya, karena ia jelas mereka
terbatas kekuatan, kemampuan dan umurnya (Ya’rub, 1972).
Dengan ketiga aspek ini, manusia mengenal adanya Allah Swt. sebagai pencipta
alam dengan segenap isinya. Dengan anugerah akal fikiran yang diberikan kepada
manusia yang dapat dipergunakan untuk menganalisa alam semesta. Sunggupun
terasa bahwa membahas tentang Tuhan menimbulkan problematika tersendiri
tentang wujud-Nya. Hal ini merupakan sesuatu yang manusiawi, oleh karena Tuhan
itu sendiri adalah Maha Ghaib yang tidak dapat ditatap oleh mata manusia. Karena
Ia Maha Ghaib maka manusia wajib menerima wujud Tuhan sebagai sesuatu yang
sakral dan ta’abbudi melalui iman. Islam mewajibkan manusia beriman kepada Allah
dan merupkan salah satu rukun iman yang pertama. Ahli sunnah menetapkan
bahwa iman kepada Allah Swt. yaitu meyakini adanya Allah yang Maha Esa dan
bahwa Dia tidak dapat dimisalkan dan disamakan dengan sesuatu dan Dia Masa
Esa yang memiliki sifat kesempurnaan (Ulyan, 1981).
Kata Allah menurut Al Kisa'i dan Al-Farra' berasal dari “Ilaallah” kemudian mereka
membuang huruf hamzah dan mengidghamkan (menggabungkan menyatukan) huruf
"lam", yang pertama ke dalam huruf "lam" yang kedua. Maka kemudian jadilah ia
satu lam yang ditasydidkan dan dibaca dengan tebal atau berat".
Sedangkan penakwilan lafaz ”Allah” hal itu berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh
Abdullah bin Abbas yang berkata, "Dia adalah Yang di Tuhankan oleh setiap
sesuatu dan disembah oleh setiap makhluk"(Purba, 2016).
Selanjutnya Abu Ja'far bin Jarir menyebutkan sanadnya dari Adh-Dhahhak dari
Abdullah bin Abbas. Dia berkata, “Allah yang memiliki sifat ke Tuhanan dan
keberhakan untuk diibadahi atau disembah atas semua makhluknya". Tidaklah seseorang
menyebut nama ini pada sesuatu yang sedikit melainkan Allah akan menjadikannya
banyak, tidaklah dikala takut melainkan Dia lenyapka, tidaklah dikala duka melainkan
Dia hilangkan, tidaklah ketika sedih dan amat berhajat melainkan Dia mudahkan,
tidaklah dikala sempit melainkan Dia lapangkan, tidaklah seorang yang lemah
bergantung kepada-Nya melainkan Dia akan memberikan kekuatan, tidaklah dikala
hina dina melainkan Dia akan memberikannya kemuliaan, tidaklah dikala fakir
melainkan Dia akan menjadikannya kaya, tidaklah dikala merasa sunyi melainkan Dia
hibur, tidaklah dikala kalah melainkan Dia menangkan dan Dia tolong, tidaklah dikala
sangat berhajat melainkan Dia kabulkan hajatnya, dan tidaklah dikala takut
melainkan Dia berikan perlindungan.

Anda mungkin juga menyukai