DOSEN PENGAMPU :
Dr. Hapni Laila Siregar S.Ag., M.A.
Kelompok 2 :
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat-NYA
sehingga kami bias menyelesaikan makalah yang mencakup: Keimanan ( Aqidah Islam). Kami
mengharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam mempelajari agama islam
terutama pada bidang studi pendidikan agama islam. Dan kami menyadari masih banyak
kekurangan yang ada pada makalah kami ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan krtik dan saran dari pembaca khususnya
pada Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Demi kesempurnaan dalam membuat
makalah pada waktu mendatang. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.
Kelompok 2
Daftar Isi
Daftar Isi..........................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan...........................................................................................4
Bab II Pembahasan..........................................................................................5
A. Kesimpulan...........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai
manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama
adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang
yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih
bodoh dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya.
Aqidah dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat sudah
rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Di sinilah
pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan
akhirat. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek kehidupan
keagamaan seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan
sebagainya.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui serta mendalami materi
tentang keimanan (Aqidah Islam).
C. Manfaat
PEMBAHASAN
Ayat ini mengisyaratkan bahwa manusia pada dasarnya sudah terikat oleh sebuah
perjanjian dengan Tuhannya bahwa ia akan bertuhan kepada Allah. Ini pila yang dijadikan alas
an pendapat para ulama yang mengatakan bahwa (1) manusia pada dasarnya memiliki fitrah
ketuhanan (2) manusia ini pada dasarnya meyakini Tuhan Yang Maha Esa yang di dalam konsep
ajarna Islam disebut Tahuid.
Akidah dalam istilah sehari-hari lazim disebut iman atau keimanan. Didalam Al-Quran
banyak sekali disebut kata iman dengan berbagai derivasinya yang kesemuanya menunjuk
kepada kepercayaan atau keyakinan, dengan demikian, kata akidah maknanya disamakan dengan
iman.
Iman dapat dibagi dilihat pada tiga sisi yang disebut tiga dimensi iman yakni :
1. Al-illahiyyat
Masalah ilahiyyat ialah masalah yang berkaitan dnegan ketuhanan yang
mencakup pembahasan tentang zat Allah SWT, asma’ (nama-nama-Nya) dan sifat-Nya.
Secara sederhana yang dimaksud dengan sifat disini adalah segala atribut yang
menjelaskan tentang Allah selain zat-Nya. Seorang muslim pendapat petunujk bahwa alam
semeta ini memiliki pencipta yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan dan maha suci
sifat kekurangan. Sifat-sifat Allah terdiri dari dua puluh sifat yang wajib bagiAllah dan dua
puluh sifat yang mustahil bagi-Nya. Sifat-sifat tersebut ditetapkan berdasarkan intetprestasi
terhadap firman Allahh terkait dengan sifat-sifat dimaksud.
Sifat-sifat Allah SWT antara lain sebagai berikut:
1. Al-Wujud (Ada)
2. Al-Qidam dan Al-Baqa ( Maha Dahulu dan Maha kekal)
3. Mukhalafatun lil-Hawadits (Berbeda dengan Makhluk Allah)
4. Al-Qiyamu bi Nafsihi (Berdiri Sendiri)
5. Al-Wahdaniyah ( Maha Esa)
6. Al-Qudrah (MAha Kuasa)
7. Iradah (MAna Berkehendak)
8. Al-‘Ilm (MAha Berkehendak)
9. Al-Hayah (Maha Hidup)
10.As-Sama’u wal Bashar (Maha mendengar dan Maha Melihat)
11.Al-Kalam (Maha Berbicara)
1. Argumen Ontologi
Argumen moral ini dikemukakan pertama kali oleh Immanuel Kant (1724-1804
M). Inti dalam argumen ini adalah:’’ wujud Tuhan hanya daapat ditetapkan dengan
tanda-tanda dalam jiwa manusia. Tanda-tanda tersebut berbentuk “larangan moral”.
Di dalam diri setiap manusia ada satu timbangan yang disebut dengan “kata hati”
(dhamir). Kata hati tersebut tidak pernah berbohong dan selalu mengingatkan kepada
kebenaran, kebaikan dan keadilan. Seperti diketahui, kata Immanuel Kant, di alam
semesta tidak ditemukan timbangn kebenaran moral untuk menamkan kewajiban
tersebut. Lalu dari manakah timbulnya kebenaran moral di dalam diri manusia kalau
bukan dari sesuatu yang diluar dirinya istilahkebeanran moral itu berasal dari Yang Maha
Baik ( Maha Bermoral ).
Kesadaran moral adalah kesadaran tentang diri kita sendiri ketika kita berhadapan
dengan keadaan baik atau buruk. Pada saat yang sama manusia dapat membedakan antara
yang halal dan yang haram, yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan meskipun belum
mampu dilakukan. Dalam hal ini kita dapat melihat sesuatu yang spesifik atau khusus
manusiawi.
Kedua, kata Ilah dalam bahasa arab menunjuk kepada sesuatu yang disembah atau
yang dipuja oleh manusia dalam hidupnya. Misalnya firman-Nya : “ dan kami tidak
mengutus seorang rosul pun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepada-Nya
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku” ( Q.S
Al-Anbiya/21:25)
Secara umum uraian Al-Quran tentang bukti-bukti keesaan Tuhan dapat dibagi
dalam tiga bagian pokok yaitu: Pertama :Menjelasakan kenyataan wujud yang tampak
(fenomena alam semesta). Kedua : Menjelaskan rasa yang terdapat dalam jiwa manusia,
dan Ketiga :Menjelaskan dengan dalil-dalil logika. Untuk yang pertama itu Al-Quran
menggunakan seluruh wujud sebagai bukti. Semua fenomena yang terjadi di alam
semesta merupakan saksi saksi tentang keberadaan-Nya.
Untuk yang kedua, Al-Quran sering berbicara tentang situasi dan kondisi jiwa
manusia, misalnya dalam firman-Nya: “Katakanlah, terangkanlah kepada-Ku jika datang
siksaan Allah Kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamatapakah kamu menyeru
(tuhan) selain Allah, jika kamu orang-orangnya benar?” (Q.S. Al-An’Am/6:40-41).
F. Al-Nubuwwat ( kenabian)
Pembahasan penting mengenai nubuwwat ini berkaitan dengan iman kepada para
nabi/raasul Allah, tugas-tugas mereka,wahyu,mukjizat, dan keumuman risalah Nabi
Muhammad SAW. Berikut ini dijelaskan satu persatu secara singkat :
Sebagai muslim kita wajib beriman kepada para rasul dan Nabi. Bahwa
Allah telah mengutus manusia-manusia pilihan pada periode tertentu dan kepada
ummat tertentu untuk membimbing mereka kepada jalan kebenaran. Barang siapa
mengingkarinya maka dia terhukum kafir.
a. Wajib beriman kepada para rasul dan nabi yang diutus Allah baik yang
diketahui namanya secara rinci maupun yang tidak diketahui namanya. Nama-
nama Nabi yang disebutkan secara jelas (rinci) ada sebanyak dua puluh lima.
Diantara dua puluh lima nabi tersebut ada yang ulul azmi yaitu Nabi Nuh,
Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW.
b. Wajib beriman bahwa Allah telah membuktikan kebenaran rasul-rasul-Nya
dengan member mukjizat dan menurunkan kitab-kitab suci kepada mereka
yang berisi petunjuk dan cahaya. Kitab-kitab suci yang disebutkan secara
tertentu wajib diimani dengan yakin, seperti Taurat, Zabur, Injil dan Al-
Quran.
c. Tidak boleh membatasi para rasul pada jumlah tertentu, karena pembatasan ini
tidak terdapat dalam Al-Quran dan sunnah, bahkan Al-Quran menyebutkan
bahwa mereka tidak terbatas pada jumlah tertentu.
Ada beberapa alasan tentang kebutuhan manusia terhadap rasul, yaitu: pertama :
seluruh manusia membutuhkan rasul, karena akal merekayang diciptakan dalam keadaan
serba terbatas ini tidak cukup untuk mengetaui apa saja yang baik bagi dirinya di dunia
dan akhirat. Kedua : Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkumpul dengan orang
lain, sedangkan mereka memiliki insting bertindak yang melampaui batas terhadap orang
lain. Oleh karena itu, perlu adanya peraturan yang dihormati oleh semua manusia serta
undang-undang yang mereka patuhi. Undang-undang dan peraturan seperti ini hanya
dapat diperoleh lewat para rasul untuk memutuskan perselisihan yang terjadi diantara
manusia. Ketiga : Tanpa Rasul, mustahil manusia dapat mengenal Rabb-Nya, dan
mengetahui nama-nama-Nya, Sifat-sifat-Nya, dan af’al-Nya, yang selanjutnya tidak
mungkin mereka beribadah kepada-Nya dan hidup sesuai dengan manhaj-Nya. Oleh
karena itu, keberadaan para mutlak diperlukan.
3. Tugas rasul
Secara garis besar tugas para rasul dapat dikemukakan sebagai berikut :
4. Hal-hal yang Wajib, Mustahil, dan Jaiz bagi para rasul Para rasul wajib memiliki seluruh sifat
kesempurnaan secara garis besar sebagai manusia, sebagaimana rincian berikut:
a. Ash-Shidqu (benar) yaitu benar dalam semua perkataannya dan pada semuayang
disampaikannya yang berasal dari Rabb-Nya.
5. Mukjizat
Mukjizat ialah perkara (kejadian) luar biasa yang ditampakkan Allah kepada orang yang
mengaku sebagai Nabi sesuai dengan kehendak-Nya untuk membenarkan pengakuan tersebut.
Dalam hal ini semua makhluk tidak mampu menandinginya atau melakukan hal seperti itu.
Menurut hukum akal (logika), mukjizat adalah sesuatu yang mungkin, dan secara faktual
merupakan kenyataan. Mukjizat dihukumi sebagai sesuatu yang mungkin karena merupakan
perbuatan Allah, He sedangkan Allah tidak mustahil melakukan sesuatu. Adapun mukjizat
dikatakan sebagai suatu fakta ialah karena adanya berita mutawatir yang menjelaskan bahwa
Allah SWT telah mengukuhkan rasul-rasul- Nya dengan mukjizat tersebut. Dalam hal ini, setiap
Nabi memiliki satu mukjizat atau lebih.
Mukjizat itu bertujuan selain untuk menyelamatkan para rasul dari ancaman orang-orang
kafir juga sebagai bukti kerasulannya. Sesuai dengan makna dasar kata mu'jizat ialah sesuatu
yang melemahkan atau membuat sesuatu menjadi lemah dan tak berdaya maka mukjizat juga
bertujuan untuk melemahkan dan mematahkan keangkuhan lawan- lawanya sekaligus menjadi
bukti kemahakuasaan Allah SWT.
a. Mukjizat hissiyyah (indrawi), seperti terbelahnya bulan, Laterpancarnya air dari celah-celah
jari beliau, merintih-nya pohon kurma dan kepada beliau, menyembuhkan mata Qatadah bin
Nu'man pada waktu Perang Uhud, dan Isra Mi'raj.
b. Mukjizat aqliyyah (yang dirasakan dan diketahui dengan akal atau penalaran), seperti Al-
Quranul-Karim yang merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar. Bangsa Arab
yang pandai fashahah dan balaghah (sastra) pernah mencoba menandinginya, tetapi mereka tidak
mampu. Al-Quran ini juga memberitakan perkara-perkara gaib, serta mensyariatkan hukum-
hukum dan kemaslahatan manusia.
1. Malaikat
Malaikat adalah jisim-jisim (tubuh) yang halus yang diciptakan dari cahaya yang kadang-
kadang dapat menampakkan diri dengan wujud yang nyata. Umumnya mereka berada di langit.
Mereka selalu bertasbih, mensucikan Allah SWT pada waktu siang dan malam tanpa merasa
letih, dan tidak pernah melanggar perintah Allah SWT. Sebagian mereka bertugas memberikan
bantuan atau pertolongan kepada orang-orang yang beriman.
Malaikat tidak makan, tidak minum, dan tidak berketurunan. Mereka bukan laki-laki,
bukan perempuan, dan bukan banci. Barangsiapa menyifati mereka dengan laki-laki, maka dia
fasik; dan barangsiapa yang menyifati mereka dengan perempuan, maka ia telah kafir karena
menentang firman Allah SWT dalam QS. Az-Zukhruf: 19:
3. Ruh
Kata ruh diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan roh adalah sejenis makhluk Allah
SWT yang wajib dipercaya keberadaannya. Setiap manusia memiliki ruh tetapi tidak dapat
mengetahui hakikatnya
ِ ۗ اِاَّل ْال ِع ْل ِم ِّم َن اُ ْوتِ ْيتُ ْم َو َمٓا َرب ِّْي اَ ْم ِر ِم ْن الرُّ ْو ُح قُ ِل الرُّ ْو
َ َح َع ِن َويَ ْسـَٔلُ ْون
ك
قَلِ ْياًل
Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk
urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”
Sebagian ulama menjadikan ayat ini sebagai alasan untuk tidak memperbincangkan lebih
jauh soal roh karena roh itu adalah urusan Tuhan dan manusia tidak akan mampu mencapai
hakikatnya
H. As-Sam'iyyat
Kata Sam'iyyat berasal dari sam'u yang berarti pendengaran. Yang dimaksud dengan As-
Sam'iyyat disini ialah hal-hal yang berhubungan dengan alam akhirat dan alam barzakh
seperti surga, neraka, titian (shirath), timbangan (mizan) dan azab kubur
Adapun peristiwa-peristiwa lain yang terjadi di hari akhirat itu yang wajib diimani
adalah mengenai: mizan (penimbangan amal baik dan amal buruk), 'aradh (penayangan
amal baik dan amal buruk manusia) dan jaza' (pembalasan) yakni surga bagi yang berbuat
kebaikan dan neraka bagi yang berbuat kejahatan
I. Pemurnian Aqidah
Pemeliharaan dan pemurnian aqidah ialah menjaga dan memelihara iman dari segala
sesuatu yang dapat merusak dan mencemarinya seperti, syirik, kufur (kekafiran), nifaq
(kemunafikan), dan kurafaq ( keyakinan terhadap pemberitaan bohong).
a. Pengertian Syirik
Syirik adalah sikap atau tingkah laku yang pada intinya lahir dari suatu
keyakinan tentang adanya kekuasaan lain yang dapat menandingi bahkan melebihi
kekuasaan Allah baik itu terdapat dalam hati maupun lahir dalam bentuk tindakan
nyata.
b. Pembagian Syirik
Syirik dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu syirik besar (jali) dan
syirik kecil (khafi). Yang dikakatan syirik besar adalah mempercayai tuhan selain
Allah yang diikuti dengan pemujaan atau penyembahan kepadanya secara terang –
terangan. Sedangkan yang dikatakan Syirik kecil ialah keyakinan seorang muslim
kepada selian Allah di samping meyakini Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah.
Kiat-kiat pemeliharaan iman itu seperti dikemukakan oleh Zakiah Darajat (1986) adalah
sebagai berikut:
Ilmu aqidah yang telah dikuasai haruslah diwujudkan dalam bentuk tindakan
nyata dalam kehidupan sehari-hari(amalan sholeh) baik amal sholeh dalam bentuk
ibadah mahdhahmaupun amalan saleh dalam bentuk ibadah ghairu maghdhah
b. Membiasakan jihad
Melawan godaan hawa nafsu merupakan jihad yang paling berat dalam
sejarah ummat manusia di muka bumi ini.Oleh karena itu bila manusia telah mampu
menundukkan bisikan hawa nafsu maka telah melakukan jihad dalam hidup.Maka
selalulah berjihad agar kita berhasil mengarungi lautan kehidupan yang banyak
gelombang dan badainya
c. Berserah diri kepada Allah
Langkah lainnya untuk memelihara iman adalah berserah diri kepada Allah
SWT (Tawakkal). Dalam hidup kita tidak selalu sukses dalam setiap yang kita
usahakan dan rencanakan karena itu kita harus yakin bahwa di balik rencana manusia
ada kekuatan dahsyat yang maha menentukan yakni takdir Allah SWT
Bila kita ingin meraih ridha Allah SWT dalam hidup ini maka lakukanlah
semua aktivitas sesuai dengan koridor yang ditetapkan Allah,yang dijelaskan dan
dicontohkan oleh Rasulnya.Tidak ada artinya kekayaan kalau diraih dengan cara yang
tidak diridhoi Allah begitulah seterusnya
e. Memakmurkan mesjid
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina
setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca
mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan
persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-
perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur
kekuatan yang mampu menciptakan mu’jizat dan merealisasikan kemenangan-
kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu muslim
sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya, dan
bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya
dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan
perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-
Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan manusia.
Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.