Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HADITS TENTANG LINGKUP PENDIDIKAN ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : H.Ahmad Munadirin M.Pd. I

Disusun Oleh:
M.Nurul Alam (22111728)
Farihal Husna Dewi (22111742)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul '
Hadits Tentang Ruang Lingkup Pendidikan Islam ' . Dalam penulisan makalah ini
kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis maupun materi ,
mengingat kemampuan yang kami miliki . Oleh karena itu , kritik dan saran
sangat kami butuhkan demi penyempurnaan makalah pada waktu berikutnya .

Dalam penyusunan makalah ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada
pihak- pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini , terutama kepada
Dosen mata kuliah Hadits Tarbawi Bapak Dosen H. Ahmad Munadirin M.Pdi .
Semoga Allah SWT memberikan keberkahan bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin .

Kendal , 10 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Hadits Tentang Ruang Lingkup Pendidikan Islam………………3

B. Perspektif Hadits Tentang Ruang Lingkup Islam Dalam

Konteks Dunia Pendidikan…………………………………………..12

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 18

A. Kesimpulan ................................................................................ 18

B. Saran .......................................................................................... 18

DAFTAR PUSAKA...................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah
Al-Qur‟an dan Hadis Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para
intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya
kedalam dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan
keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata.

Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang


terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan
pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur‟an,
Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal
dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur‟an;
demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur‟an menunjukkan
bahwa dalam Al-Qur‟an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan
kepada pendidikan.

Hadis juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan Islam. Hadis


sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw.,
merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur‟an. Di samping Al-
Qur‟an dan hadis sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih
memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Qur‟an dan hadis,
berupa ijma‟, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula dianggap
sebagai dasar pendidikanAkan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah tempat
berpijak yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Al-Qur‟an
dan hadis Nabi Muhammad saw.

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, kita bisa mengambil rumusan masalah :

1. Apa hadits tentang ruang lingkup pendidikan Islam?

2. Bagaimana perspektif hadits tentang ruang lingkup Islam dalam


konteks dunia pendidikan?

C.Tujuan Penulisan

Tujuan makalah ini disusun guna untuk :

1. Mengetahui hadits tentang ruang lingkup pendidikan Islam.

2. Mengetahui perspektif hadits tentang ruang lingkup Islam dalam


konteks dunia pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits Tentang Ruang Lingkup Pendidikan Islam

1) Pendidik dan Perbuatan Mendidik

a. Hadits

-ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ع‬ٍٝ‫ص‬- ‫هللا‬ ِ ‫ ُي ه‬ُٛ‫بي َسع‬ َ َ‫ل‬َٚ ‫ّب‬ٕٙ‫ هللا ع‬ٟ‫عٓ اثٓ عجبط سض‬ٚ
ٍُ‫اٖ ِغ‬ٚ‫ س‬. ُ‫األََٔبح‬َٚ ُُ ٍْ ‫هللاُ ْاٌ ِح‬ ِ ١َ‫ٌِألَ َشظِّ أَ َشظِّ َع ْج ِذ ْاٌم‬
‫ُ َّب ه‬ُّٙ‫ ُِحج‬٠ ِْٓ ١َ‫هَ خَ صْ ٍَز‬١‫ْظ إِ هْ ِف‬

Artinya : Dan dari Ibnu Abbas RA berkata, Rasulallah Saw bersabda kepada
„‟Abdul Qais yang terluka: “sesungguhnya didalam dirimu ada dua sifat yang
disukai oleh Allah yaitu: santun dan sabar”. (HR Muslim)

b. Kandungan Hadits

Sifat santun dan sabar memang disukai oleh Allah SWT, maka
dari itu kita sebagai umat manusia harus memiliki sikap seperti itu.
Memang sifat seperti itu telah ada di dalam diri manusia, namun
tergantung kepada kita bagaimana memanfaatkan dan
menggunakan sifat itu. Dengan sifat santun, diharapkan kita dapat
berlaku sopan santun kepada siapa saja baik itu orang yang lebih
tua dari kita, orang yang lebih muda, dan orang yang sebaya
dengan kita. Sedangkan dengan sifat sabar, diharapkan kita dapat
sabar dalam menghadapi apapun, baik itu berupa cobaan,
maupun kenikmatan. Karena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang memiliki sifat santun dan sabar. 2) Anak
Didik

3
a. Hadits

[1] ًُّ‫ ُو‬: َُ ‫عٍه‬


َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ هللاُ َع‬ٝ‫صٍه‬ َ َ‫ هللاُ َع ُْٕٗ ل‬َٟ ‫ض‬
َ َ‫ ل‬: ‫بي‬
َ ِ‫ْ ُي هللا‬ُٛ‫بي َسع‬ ِ ‫ َْشحَ َس‬٠‫ ٘ َُش‬ْٝ ‫ع َْٓ اَ ِث‬
ِ َ‫اُٖ ْاٌجُخ‬َٚ ‫(س‬
ُْ ٍِ‫ ُِ ْغ‬َٚ ٜ‫بس‬ َ ِٗ ِٕ‫ُ َّغِّ َغ‬٠ َْٚ‫َصِّشِٔ ِٗ ا‬ ْ ِ‫ ْاٌف‬ٍَٝ‫ْ ٌَ ُذ َع‬ُٛ٠ ‫ْ ٍد‬ٌُٛ َِْٛ
َ ُٕ٠ َْٚ‫دَأِ ِٗ ا‬ِّٛ َُٙ٠ ُٖ‫ا‬َٛ َ‫ط َش ِح فَبَث‬
)

Artinya: Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda :


“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang
menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)

b. Kandungan Hadits

Setiap anak telah memiliki fitrah sejak ia dilahirkan atau suatu


potensi yang telah ada di dalam dirinya, orang tuanyalah yang memiliki
tanggung tawab untuk mendidik dan menjadikan anaknya seperti apa
tergantung kepada kedua orang tuanya. Potensi anak itu sangat bersih
bagaikan suatu kertas putih yang belum tercorat-coret oleh tinta.
Sebagaimana yang dikatakan Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya
„Ulumuddin, mengibaratkan anak sebagai permata indah (Jauhar) yang
belum diukir, dibentuk dengan ke dalam suatu rupa. Permata itu
merupakan amanat Allah yang dititipkan kepada para orangtua. Karena
itu, menurut Al-Ghazali, orangtua harus memperhatikan fase-fase
perkembangan anaknya dan memberikan pendidikan yang memadai sesuai
dengan fase yang ada agar permata yang diamanatkan kepadanya dapat
dibentuk rupa yang indah.

3) Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

a. Hadits

ُ‫ ُِش ِد هللا‬٠ ْٓ َِ : َُ ‫ َعٍه‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ هللاُ َع‬ٝ‫صٍه‬َ ‫هللا‬ ِ ‫ْ ُي‬ُٛ‫بي َسع‬ َ َ‫ ل‬: ‫بي‬َ َ‫ هللاُ َع ُْٕٗ ل‬َٟ ‫ض‬ ِ ‫ع َْٓ اِثُْٓ َعج‬
ِ ‫هبط َس‬
ِ ‫اُٖ ْاٌج‬َٚ ‫(س‬
) ْٜ‫ُخَبس‬ َ ...... ُِ ٍُّ ‫ أِه َّب ْاٌ ِع ٍْ ُُ ِثباٌزه َع‬َٚ ِْٓ ٠‫ اٌ ِّذ‬ْٟ ‫ُٗ ِف‬ْٙ ِّ‫ُفَم‬٠ ‫ْشً ا‬١ َ‫ِث ِٗ خ‬

4
Artinya: Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki
Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan
dalam hal agama. Dan sesungguhnya ilmu itu
dengan belajar” (HR. Bukhori) b. Kandungan
Hadits

Sumber kebahagiaan ada dihati, yakni ketenangan dalam


berdzikir kepada Allah SWT. Dengan demikian, kebahagiaan
menjadi tujuan dalam pendidikan, namun tujuan tersebut tidak
hanya didunia tetapi juga kebahagiaan di akhirat. Untuk
memperoleh kebahagiaan ini kuncinya adalah ilmu yang dapat
dicapai melalui proses belajar.

4) Kurikulum Pendidikan Islam

a. Hadits

‫ْ ا‬ُٛ‫ اَ ِّدث‬: َُ ‫ َعٍه‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ هللاُ َع‬ٝ‫صٍه‬ َ ‫هللا‬ ِ ‫ْ ُي‬ُٛ‫بي َسع‬ َ ‫ َل‬: ‫بي‬ َ َ‫ هللاُ َع ُْٕٗ ل‬َٟ ‫ض‬ِ ‫ َس‬ٍّٟ ٍِ ‫ع َْٓ َع‬
ْ‫ ِل َشأَحُ ْاٌمُشْ أَ ِْ َفإ ِ ه‬َٚ ِٗ ‫ ِز‬١ْ ‫حُتِّ اَ ْ٘ ًِ َث‬َٚ ُْ ‫ِّ ُى‬١‫ حُتِّ َٔ ِج‬: ‫بي‬ ٍ ‫ص‬َ ‫س ِخ‬ ِ ‫ صَ ََل‬ٍَٝ‫ْ ََل َد ُو ُْ َع‬َٚ‫ا‬
ِ ًِّ‫ ِظ‬ْٟ ‫َح ٍَّْخَ ْاٌمُشْ أَُْ ِف‬
َ ِٗ ‫ب ِئ‬١َ ‫اَصْ ِف‬َٚ ِٗ ‫ب ِئ‬١َ ‫ْ ََ ََل ِظً ِظٍهُٗ َِ َع اَ ْٔ ِج‬ٛ٠َ ‫هللا‬
) ُِ ٍَ٠ْ ‫اُٖ اٌ هذ‬َٚ ‫(س‬

Artinya: Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW


bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara
yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-
Qur‟an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-
Qur‟an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada
lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi
dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami

b. Kandungan Hadits

Dalam hadis diatas dijelaskan bahwasannya orang tua


wajib memberikan ilmu yang baik kepada anak, hal itu dilakukan
untuk mengembangkan keterampilan serta menambah kecerdasan

5
anak, salah satunya adalah dengan mengajari anak membaca Al-
Qur‟an yang merupakan kitab suci umat Islam, dan juga sebagai
pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Dengan memahami
kandungan isi dari Al-Qur‟an tentunya akan menjadikan akhlak
anak menjadi baik, anak akan menjadi tahu mana yang baik dan
buruk bagi dirinya. Hadis tersebut menjelaskan tugas pendidik
yaitu orang tua dalam mendidik anaknya dengan mencintai Nabi
yaitu sebagai pendidik orang tua memiliki kewajiban meyakinkan
anaknya untuk mempercayai Nabi dan juga menjalankan
sunnahnya. Kita diajarkan oleh Nabi supaya mencintai keluarga
Nabi seperti kita mencintai Nabi.Selain itu sebagai orangtua juga
harus mengajari etika yang baik seperti mengucap salam kepada
sesama muslim jika bertemu.

5) Materi Pendidikan Islam

a. Hadits

- ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ع‬ٍٝ‫ ص‬- ٟ‫ج‬ ّ ‫ وٕذ خٍف إٌه‬: ‫بي‬ َ َ‫ ل‬، ‫ّب‬ٕٙ‫ هللا ع‬ٟ‫ط سض‬ ٍ ‫اثٓ عجب‬ِ ٓ‫ع‬
ْ َ‫َحْ ف‬٠ ‫هللا‬
ُٖ‫ احْ فَ ِع هللاَ ر َِغ ْذ‬، َ‫ظه‬ ٍ ‫ أعٍّ ُّهَ َوٍِ َّب‬ِّٟٔ‫ إ‬، َُ ‫َب ُغَل‬٠ : ‫بي‬
َ ‫ احْ فَ ِع‬: ‫د‬ َ َ‫ فَم‬، ً ‫ِب‬ٛ٠
ٌَْٛ َ‫أْ األُ هِخ‬
‫ ه‬: ُْ ٍَ‫ا ْع‬َٚ ، ِ‫إِ َرا ا ْعزَ َع ْٕذَ فَب ْعزَ ِع ْٓ ثبهلل‬ٚ ، ‫ إِ َرا َع ْأٌذَ فَبعأ َ ِي هللا‬، َ‫رُ َغبَ٘ه‬
‫ا‬ُٛ‫إِْ اعزَ َّع‬َٚ ، ‫ه‬ َ ٌَ ُ‫ ٍء لَ ْذ َوزَجُٗ هللا‬ٟ‫نَ إَل ه ثِ َش‬ُٛ‫َ ْٕفَع‬٠ ُْ ٌَ ‫ ٍء‬ٟ‫نَ ثِ َش‬ُٛ‫َ ْٕفَع‬٠ ْ‫أ‬ ْ ‫اعْ زَ َّ َع‬
ْ ٍَٝ‫ذ َع‬
َُ َ‫ذ األَ ْلَل‬
ِ ‫ ُسفِ َع‬، َ‫ه‬١ْ ٍَ‫ ٍء لَ ْذ َوزَجَُٗ هللاُ َع‬ٟ‫نَ إَله ثِ َش‬ٚ ُّ‫َضُش‬٠ ُْ ٌَ ‫ ٍء‬ٟ‫نَ ثِ َش‬ٚ ُّ‫َضُش‬٠ ْ‫أ‬
ْ ٍَٝ‫َع‬
ُ‫ذ اٌصُّ حف‬ ِ ‫ َعفه‬َٚ

)ٞ‫اٖ اٌزشِز‬ٚ‫(س‬

Artinya: Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Kali tertentu saya berada
dibelakang Nabi SAW, kemudian beliau bersabda “Hai anak kecil, aku
akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat, yaitu: “ Jagalah (perintah)
Allah niscaya kamu dapati Allah selalu di hadapanmu. Jika engkau minta,
mintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, maka
mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, jika umat manusia

6
bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) kepadamu niscaya mereka
tidak akan dapat melakukan hal itu kepadamu kecuali dengan sesuatu hal
yang telah ditentukan Allah padamu. Dan jika mereka bersatu hendak
mencelakakan dirimu niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakanmu
kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah padamu. Telah
diangkat pena dan telah keringlah (tinta) lembaran-lembaran itu” (HR.
Imam Tirmidzi).[2]

b. Kandungan Hadits

Hadits ini mengandung penjelasan tentang 'Aqidah Islam. Rasul


menyampaikan pelajaran ini kepada Abdullah ibn 'Abbas pada usia
mudanya. Ini menunjukkan bahwa pendidikan Aqidah sudah ditanamkan
kepada seseorang sejak ia kecil. Karena usia inilah yang paling tepat untuk
menanamkan nilai. Bila nilai itu sudah tertanam, maka kehidupan setelah
dewasa dan masa tua banyak dipengaruhi oleh masa muda itu. Sehingga
kalaupun seseorang hidup di lingkungan yang sangat jauh dari ajaran
Islam, tetapi ideologinya tidak terpengaruh, keyakinannya tidak goyah.
Adapun jika penanaman nilai itu terlambat, apalagi setelah kepalanya terisi
oleh teori-teori dan doktrin di luar Islam, maka manusia seperti inilah
susah untuk disadarkan dan dibimbing ke jalan Islam.

Rasul SAW juga mengajarkan kepada Ibnu 'Abbas, agar


senantiasa memelihara aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah
SWT, tidak melanggar batasan-batasanNya. Kalau ini dilakukan, niscaya
Allah akan memeliharanya juga. Dan jika Allah dijaga dalam arti hukum-
hukumNya ditaati, maka pada saat manusia membutuhkan bantuan Allah,
maka Allah senantiasa di hadapanNya, menolong kesusahannya,
meringankan bebannya.

6) Metode Pendidikan Islam

Ø Metode Tamsil/Perumpamaan

a.Hadits

7
ٌَُٗ ُِْ ١ِ‫َز‬١ٌ‫عٍُ َوب فِ ًُ ْا‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ع‬ٍٝ‫ي هللا ص‬ٛ‫ هللا عٕٗ لبي لبي سع‬ٟ‫شح سض‬٠‫ ٘ش‬ٟ‫عٓ اث‬
ٌ ٌِ ‫بس َِب‬
ٍُ‫ ( اخشعٗ ِغ‬.‫ه ِثبٌ هغجَب ثَ ِخ‬ َ ْ‫ ا‬ِٟ‫ ِْٓ ف‬١َ‫َبر‬ٙ‫ َو‬َُٛ َ٘ٚ ‫ ِْش ِٖ أََب‬١‫ْ ٌِ َغ‬َٚ‫ا‬
َ ‫اَ َش‬َٚ ‫ٌغٕه ِخ‬

Artinya: Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata, Rasulullah


SAW bersabda, “Orang yang mencukupi anak yatim
miliknya atau milik orang lain, Aku dan orang yang
menanggung (mengurusi) anak yatim berada di
Surga adalah seperti ini (Mengisyaratkan dengan
jari telunjuk dan jari tengahnya) (HR.Muslim)
b. Kandungan Hadits

Dalam hal ini Nabi menggambarkan kedudukan seorang yang


menanggung kehidupan Anak yatim akan berada dalam surga seperti di
isyaratkan menggunakan kedua jari beliau.Adakalanya Nabi yang mulia
menyampaikan pelajaran dan pengajarannya pada para
sahabatnya melalui perumpamaan atau tamsil.[3]

Ø Metode Cerita (Kisah)

a. Hadits

ًٌ ُ‫َٕب َسع‬١ْ َ‫بي ث‬ َ َ‫ َعٍه َُ ل‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ هللاُ َع‬ٝ‫صٍه‬ َ ِ‫ْ َي هللا‬ُٛ‫ هللا َع ْٕٗ اَ هْ َسع‬ٟ‫ض‬ ِ ‫ َْشحَ َس‬٠‫ ٘ َُش‬ْٟ ِ‫ع َْٓ اَث‬
ًُ‫َأْ ُو‬٠ ‫ش‬
ُ َٙ ٍْ َ٠ ‫ت‬
ٍ ٍْ ‫ ثِ َى‬َُٛ ٘ ‫َب صُ هُ خَ َش َط فَب ِ َرا‬ْٕٙ ِِ ‫ة‬ َ َٕ‫ ِٗ اٌ َعطَشُ ف‬١ْ ٍَ‫ فَب ْشزَ هذ َع‬ٟ‫َ ّْ ِش‬٠
َ ‫َضَي ثِ ْئشً ا فَ َش ِش‬
َٟ ‫ ِٗ صُ هُ َس ِل‬١ْ ِ‫ فَ ََّلَ ُخفهُٗ صُ هُ أَ ِْ َغ َىُٗ ثِف‬ِٟ‫ ثٍََ َغ ث‬ٞ‫بي ٌَمَ ْذ ثٍََ َغ َ٘ َزا ِِ ْض ًُ اٌه ِز‬ ِ َ‫ َِِٓ اٌ َعط‬ٜ‫اٌضه َش‬
َ َ‫ش فَم‬
ِٟ‫بي ف‬ َ َ‫َب ئِ ُِ أَعْ شً ا ل‬َٙ‫ اٌج‬ِٟ‫إِ هْ ٌََٕب ف‬َٚ ِ‫ْ َي هللا‬ُٛ‫بسع‬ َ ٠َ ‫ا‬ٌُٛ‫ت فَ َش َى َش هللاُ ٌَُٗ فَ َغفَ َش ٌَُٗ لَب‬َ ٍْ ‫ اٌ َى‬َٝ‫فَ َغم‬
ْ ‫ُوًِّ َوجِ ٍذ َس‬
ٞ‫طجَ ٍخ أَعْ ٌش (اخشعٗ اٌجخبس‬

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya


Rasulullah SAW bersabda: ”Ketika seorang laki-
laki sedang berjalan-jalan, tiba-tiba ia merasakan

8
sangat haus sekali. Kemudian ia menemukan sumur
lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia
keluar (dari sumur) kemudian datang seekor anjing
yang menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah
karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing sangat
haus sebagaimana aku, kemudian ia masuk kedalam
sumur lagi dan ia memenuhi sepatunya (dengan air)
kemudian (ia naik lagi) sambil menggigit sepatunya
dan ia memberi minum anjing itu kemudian Allah
bersyukur kepadanya dan mengampuninya. Sahabat
bertanya: ”Wahai Rasulullah, adakah kita mendapat
pahala karena menolong hewan?”, Nabi menjawab:
”Disetiap yang mempunyai limpa hidup ada
pahalanya.”(HR.Bukhori) b. Kandungan Hadits

Dari hadist di atas menerangkan bahwa apabila kita berbuat baik


kepada sesama makhluk Allah SWT walaupun perbuatan tersebut hanya
sebesar biji jagung, maka perbuatan kita akan mendapat pahala dan ridho
Allah SWT. Misalnya memberi minum pada hewan sekalipun itu hewan
yang najis.

Ø Metode Tanya Jawab

a. Hadits

َ‫بي أ ُ ُِّه‬
َ َ‫ْٓ اٌصُّ حْ جَ ِخ؟ ل‬ ِ ‫ك إٌه‬
ِ ‫بط ثِ ُحغ‬ ُّ ‫ْ َي هللاِ َِ ْٓ أَ َح‬ُٛ‫َب َسع‬٠ ًٌ ‫بي َس ُع‬ َ َ‫ َْشحَ ل‬٠‫ ٘ َُش‬ْٟ ِ‫ع َْٓ اَث‬
َ َ‫بي ل‬
َ ُِّ ُ ‫صُ هُ أ ُ ُِّهَ صُ هُ أ‬
ٍُ‫ْ نَ صُ هُ أ َ ْدَٔبنَ أَ ْدَٔبنَ أخشعٗ ِغ‬ُٛ‫ه صُ هُ أَث‬

Artinya: Dari Abi Hurairah, ia berkata: ada seorang


laki-laki datang pada Rasulullah SAW kemudian ia
bertanya: ”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang
paling berhak aku hormati?”. Beliau menjawab
Ibumu, ia berkata kemudian siapa?” Beliau
menjawab kemudian ibumu, ia berkata kemudian

9
siapa? Beliau menjawab kemudian ibumu, ia
berkata kemudian siapa? Beliau menjawab
kemudian Bapakmu dan saudara-saudara
dekatmu.(HR. Muslim) b. Kandungan Hadits

Hadist di atas menerangkan bahwa suatu ketika ada seseorang laki-laki


datang kepada Rasulullah, kemudian bertanya tentang orang-orang yang
paling berhak untuk dihormatinya. Kemudian terjadilah dialog antara
Rasulullah dan laki-laki tersebut dan Rasulullanpun mengajarinya tentang
akhlak terhadap orang tuanya terutama ibunya, maka terjadilah tanya
jawab antar keduanya.

Ø Metode Diskusi

a. Hadits

َْٚ‫ َعٍه َُ ا ْٔصُشْ أَخَ بنَ ظَب ٌِ ًّبأ‬َٚ ِٗ ْ١ٍَ‫ هللا َع‬ٝ‫صٍه‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫ْ ُي‬ُٛ‫بي َسع‬ َ َ‫ هللا َع ْٕٗ ل‬ٟ‫ض‬
َ َ‫بي ل‬ ِ ‫ظ َس‬ ٍ ََٔ‫ع َْٓ أ‬
ٞ‫ ِٗ (أخشعٗ اٌجخبس‬٠ْ ‫َ َذ‬٠ ‫ق‬ َ َْٛ‫بي رَأْ ُخ ُزف‬
َ َ‫هللا َ٘ َزا َٔ ْٕصُشُ ُٖ ظَب ٌِ ًّب ل‬
ِ ‫ْ َي‬ُٛ‫بسع‬ ْ َِ
َ َ٠ ‫ا‬ٌُٛ‫ْ ًِب لَب‬ٍُٛ‫ظ‬

Artinya: Dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Rasulullah telah


bersabda: tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang didhalimi.
Mereka bertanya: wahai Rasulullah, bagaimana menolong orang dzalim?,
Rasulullah menjawab tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari
kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan
kepadanya.(HR. Bukhori)

b. Kandungan Hadits

Hadist ini menjelaskan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita


untuk menolong orang yang dzalim dan yang didzalimi. Anas berkata ia
telah menolong orang yang didzalimi, kemudian ia berkata kepada
Rasulullah bagaimana cara menolong orang yang dzalim? Rasul pun
menjawab untuk menghentikannya dan mengembalikannya dari

10
kedzaliman. Diskusi terdapat pada permasalahan bagaimana cara
menghentikan orang dzalim tersebut dan mengembalikan dia dari
kedzalimannya.

7) Evaluasi Pendidikan Islam

a. Hadits

‫بس ع َْٓ َع ْج ِذ ه‬
ِ‫هللا‬ ٍ َ‫ة ث ِْٓ ِدص‬ِ ‫بس‬ ِ ‫ ِعَٕب ٍْ ع َْٓ ُِ َح‬ِٟ‫ ًٍْ ع َْٓ أَث‬١‫ض‬
َ ُ‫ ُِ َح هّ ُذ ثُْٓ آ َد ََ ع َْٓ اث ِْٓ ف‬ِٟٔ‫أَ ْخجَ َش‬
ِ ُ‫بس ِح ْاٌمُج‬
‫س‬ٛ َ َ٠‫زُ ُى ُْ ع َْٓ ِص‬١ْ ََٙٔ َُ ‫ َعٍه‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫هللاُ َع‬
‫ ه‬ٝ‫صٍه‬ ِ ‫ ُي ه‬ُٛ‫بي َسع‬
َ ‫هللا‬ َ َ‫ ِٗ ل‬١ِ‫ َذحَ ع َْٓ أَث‬٠ْ ‫ث ِْٓ ث َُش‬
َ َ‫بي ل‬
َْٓ ‫زُ ُى ُْ ع‬١ْ َََٙٔٚ ُْ ‫ا َِب ثَذَا ٌَ ُى‬ٛ‫ ٍهبَ فَب ِْ ِغ ُى‬٠َ‫ق صَ ََلصَ ِخ أ‬
َ َْٛ‫ ف‬ِّٟ ‫بح‬
ِ ‫ض‬َ َ‫َ ْاأل‬ُٛ
ِ ‫زُ ُى ُْ ع َْٓ ٌُح‬١ْ َََٙٔٚ ‫َ٘ب‬ٚ‫ ُس‬ٚ‫فَ ُض‬
‫ا ُِ ْغ ِىشً ا‬ُٛ‫ ََل رَ ْش َشث‬َٚ ‫َب‬ٍِّٙ‫َ ِخ ُو‬١ِ‫ ْاألَ ْعم‬ِٟ‫ا ف‬ُٛ‫ ِعمَب ٍء فَب ْش َشث‬ِٟ‫ ِز إِ هَل ف‬١‫إٌه ِج‬

Artinya :Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin


Adam dari Ibnu Fudlail dari Abu Sinan dari Muharib bin
Ditsar dari „Abdullah bin Buraidah dari bapaknya dia berkata; Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Aku telah melarang kalian
berziarah kubur, maka sekarang ziarahlah kubur, dan aku pernah
melarang kalian memakan daging kurban lebih dari tiga hari, maka
simpanlah apa yang kalian kehendaki dari daging-daging tersebut dan aku
pernah melarang kalian dari nabidz (minuman yang terbuat dari anggur)
kecuali yang terdapat dalam tempat minum, maka minumlah yang ada
dalam semua tempat minum dan janganlah kalian minum sesuatu yang
memabukkan.” (HR. Muslim)

b. Kandungan Hadits

Dalam hadist ini beliau mengevaluasi suatu perbuatan yang


dilakukan oleh para sahabat, dari asalnya dilarang oleh Nabi, tapi setelah
itu dibolehkan karena melihat banyak manfaatnya dari pada madharatnya,
dan begitu juga dari asalnya dibolehkan oleh Nabi SAW. tapi setelah itu
dilarang oleh Nabi SAW karena melihat banyak madharatnya dari pada
manfaatnya.

11
B. Perspektif Hadits Tentang Ruang Lingkup Pendidikan Islam Dalam
Konteks Dunia Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau


disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman
untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang
luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu
sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu


kepada term al-tarbiyah, al-ta‟dib, dan al-ta‟lim. Dari ketiga istilah
tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam
adalah tern al-tarbiyah. Sedangkan tern al-ta‟dib dan al-ta‟lim jarang
sekali digunakan. Padalah kedua istilah tersebut telah digunakan sejak
awal pertumbuhan pendidikan Islam.[4]

Pendidikan Islam berarti proses transiternalisasi pengetahuan dan


nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan,
bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensi guna
mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan
akhirat yang merujuk pada nilai-nilai ajaran-ajaran Islam, yang
menjadikan Alquran dan Hadits sebagai sumber utamanya. Ruang lingkup
pendidikan Islam diantaranya adalah :

1. Pendidik dan Perbuatan Mendidik

Para pendidik adalah ayah, ibu, guru, ustadz, ulama serta siapa saja
yang memfungsikan dirinya untuk mendidik. Sedangkan perbuatan
mendidik artinya adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan serta
sikap yang memberikan teladan, pemahaman yang dilakukan pendidik
sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didik ke arah yang
dijadikan tujuan dalam pendidikan Islam.

Santun, lembut, arif dan sabar adalah sifat yang harus ada didalam diri
seorang pendidik. Dari keempat sifat tersebut, apabila ada yang hilang

12
salah satu maka tidak akan seimbang. Contohnya kalau tidak ada sifat
sabar dari seorang pendidik maka tidak akan disukai oleh peserta didik dan
akan hancur proses pendidikan tersebut. Apalagi kalau guru PAUD atau
SD harus mempunyai jiwa kesabaran yang baik dan Istiqamah.

Dalam dunia pendidikan tidak sepantasnya ada kesombongan baik


guru maupun peserta didik. Apalagi seorang guru yang menjadi faktor
sentral dalam pendidikan. Menjadi contoh bagi peserta
didiknya dan bagaikan malaikat yang memberikan motivasi ketika peserta
didiknya mulai malas dan sebagai pembawa solusi ketika peserta didiknya
ada masalah. Dalam istilah orang jawa “ digugu dan ditiru”. Kalau
gurunya mempunyai Akhlak yang jelek. Bagaimana dengan murdinya?
Mungkin akan lebih parah. Masalah inilah yang hendaknya kita waspadai.

2. Anak Didik

Anak didik adalah objek para pendidik dalam melaksanakan


tindakan yang bersifat mendidik.Dari hadits di atas ada dua hal yang dapat
dipahami, yaitu pertama: setiap manusia yang lahir memiliki potensi
menjadi orang baik, orang jahat dan potensi yang lainnya. Kedua: potensi
tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama orang tua karena
merekalah yang pertama kali yang sangat berperan dalam menjadikan
anaknya menjadi yahudi, nasrani, dan majusi. Konsep hadits tersebut
sesuai dengan teori konvergensi pada perkembangannya dipengaruhi oleh
keturunan dan lingkungan. Yaitu setiap anak yang lahir akan dipengaruhi
oleh faktor keturunannya, contoh anak yang terlahir dari keluarga yang
baik-baik tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta dipengaruhi oleh
lingkungannya.

Apalagi untuk zaman sekarang orangtua sangat berperan penting


dalam mendidik anaknya, sebelum anaknya itu dimasukan ke sekolah atau
anak itu melihat dunia luar yang sangat bebas. Karena dasar tempat
pendidikan utama adalah rumah dan pendidiknya adalah semua orang-

13
orang yang ada dalam rumah anak tersebut terutama orang tua (Ibu
Bapaknya).

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan hendaknya hanya untuk menjadi orang yang


berilmu, pembelajar, pendengar, dan pecinta ilmu. Jangan pernah
mencapai tujuan yang sifatnya hanya sementara , jabatan, pangkat, dan
kekayaan. Hal ini diisyaratkan dalam hadis Rasulullah SAW yang artinya:
”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau
orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah
engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka. (HR.Baihaqi)

Hadist tersebut mengajak kita untuk menjadi orang yang berilmu,


atau orang yang mencari ilmu, atau pendengar ilmu, atau pecinta ilmu.
Itulah hakikat tujuan dari pendidikan, yakni memiliki ilmu, bukan tujuan
lain, maksudnya jangan jadi selain dari yang empat tersebut seperti
pemalas, pembenci ilmu, perusak ilmu, dan lain sebagainya. Terlebih jika
tujuan pendidikan diorientasikan untuk memperoleh kekayaan duniawi.

4. Kurikulum Pendidikan Islam

Proses pendidikan seorang anak menggunakan berbagai cara dan


perencanaan dari start hingga finish yang kemudian dalam dunia
pendidikan disebut kurikulum pendidikan.

Dalam Pendidikan Islam, pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya


sadar yang dirancang untuk membantu seseorang, sekelompok orang
dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan
hidup, baik yang bersifat manual maupun mental dan sosial. Dalam
pandangan Islam berarti pandangan hidup, sikap dan keterampilan hidup
tersebut harus dijiwai oleh ajaran Islam dan nilai Islam yang bersumber
dari Al Qur‟an dan As Sunah/ Al Hadis. Kurikulum Pendidikan Islam
yang berarti rancangan pendidikan dan pembelajaran pendidikan islam

14
yang diberikan kepada peserta didik agar dapat menjadi pribadi yang
beriman, bertaqwa dan memiliki keterampilan dalam hidup harus dijiwai
oleh ajaran islam dan nilai islam yang bersumber dari Al Qur‟an dan As
Sunnah sehingga menjadi pribadi yang sempurna.

Pada prinsipnya landasan pengembangan kurikulum Islam tidak


bolehsenantiasa menjadikan Al Qur‟an dan hadis sebagai landasan
normatif pengembangan kurikulum Pendidikan Islam.Sehingga dalam
Landasannya baik filosofis, psikologis, sosio- kultural, ilmu pengetahuan
dan teknologi serta organisator tidak boleh menyimpang dari Ajaran
Agama Islam. Ciri- ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah agama
dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan diamalkan
harus berdasarkan dengan Al Qur‟an dan As- Sunah serta ijtihad para
ulama.

Dalam hadis tersebut juga ditegaskan bahwasannya dalam


pengembangan kurikulum hendaknya berdasarkan pada prinsip Al Qur‟an
dan As- Sunah agar selamat hidupnya didunia dan akhirat.

5. Materi Pendidikan Islam

Untuk bisa melahirkan peserta didik yang menjadi teladan dalam


bertindak, berucap maka dalam setiap lembaga pendidikan khususnya
pendidikan agama Islam, materi pendidikan Islam dapat ditanamkan dalam
pembelajaran Aqidah, , Fikih, Alquran Hadits, dan sebagainya. Contoh
seperti yang dijelaskan dalam hadits diatas mengenai pembelajaran
Aqidah. Yang diharapkan darinya ialah, doktrin tersebut tertanam dalam
benaknya hingga ia tua. Pada waktu ia dewasa ia tetap teringat bahwa
apabila seseorang ingin senantiasa mendapat penjagaan dari Allah maka ia
harus juga menjaga Allah Swt dalam kesehariannya.[5]

Rasulullah SAW mengajarkan di dalam hadits ini dasar-dasar


'aqidah, yaitu tempat meminta hanya kepada Allah Swt. Tempat mengadu
hanya Allah Swt. Manusia tidak pantas mengadukan masalahnya kepada

15
manusia apalagi kepada Jin, sementara ia tidak mengadu kepada Zat Yang
Menciptakannya. Manusia tak layak meminta bantuan kepada makhluk
Allah, apalagi kepada musuh Allah seperti syaitan, padahal kepada Allah
ia tidak meminta bantuan. Inilah pelajaran penting dalam Aqidah.

Pelajaran inilah yang perlu ditanamkan kepada setiap manusia,


khususnya anak didik yang masih muda agar ia siap menghadapi
kehidupan yang penuh dengan ujian kesabaran dan keadaan yang serba
sulit.

6. Metode Pendidikan Islam

Metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang


ditempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain.
Diantaranya:

a. Metode Tamsil/Perumpamaan.

Adapun tujuan di buatnya perumpamaan sebagaimana di jelaskan


dalam hadits di atas ialah untuk memahamkan sesuatu yang bersifat
abstrak ( kepada orang yang diajak berbicara) dengan cara menyerupakan
kepada sesuatu yang bersifat konkret. Atau, menyerupakan sesuatu yang
bersifat konkret dengan sesuatu yang bersifat konkret yang lebih jelas.

b. Metode Cerita (Kisah).

Dapat dijelaskan bahwa pendidikan metode kisah atau cerita ini


dapat menimbulkan kesan mendalam pada jiwa seorang anak didik,
sehingga dapat membuka hati nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal
yang baik dan menjauhkan dari perbuatan yang buruk sebagai dampak dari
kisah itu, apalagi penyampaikan kisah-kisah tersebut dilakukan dengan
cara menyentuh hati dan perasaan. Al-Qur‟an mempergunakan meode
cerita untuk seluruh pendidikan dan bimbingan yang mencakup seluruh
metodologi pendidikannya, yaitu untuk pendidikan mental, akal dan

16
jasmani serta menaruh jaringan-jaringan yang berlawanan yang terdapat
didalam jiwanya itu, pendidikan melalui teladan dan pendidikan melalui
nasehat. Oleh karena itu, cerita merupakan kumpulan bimbingan yang
sangat baik.

c. Metode Tanya Jawab[6].

Metode tanya jawab merupakan metode yang paling tua digunakan


disamping metode yang lain, karena metode ini banyak sekali digunakan
para Nabi terdahulu. Dan dalam penggunaan metode ini, pengertian dan
pemahaman akan terasa lebih mantap. Sehingga segala bentuk
kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat
dihindari semaksimal mungkin.

d. Metode Diskusi.

Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat


dan unsur-unsur pengalaman, secara teratur dengan maksud untuk
mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan
bersama. Oleh karena itu diskusi bukan debat atau perang mulut. Dalam
diskusi tiap orang diharapkan memberikan smbangan sehingga seluruh
kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama.

7. Evaluasi Pendidikan Islam

Dalam suatu pendidikan pasti dibutuhkan suatu evaluasi, karena


dengan evaluasi inilah untuk meningkatkan kualitas seorang pendidik dan
melihat bagaimana perkembangan pengetahuannya.

Berdasarkan hadist di atas dalam melaksanakan sesuatu itu kita perlu


melakukan evaluasi, tidak hanya dalam hal pendidikan tetapi juga tentang
perbuatan-perbuatan kita serta ibadah kita kepada Allah SWT.

17
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Pendidikan Islam berarti proses transiternalisasi pengetahuan dan nilai


islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan,
bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensi guna
mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.

2. Ruang lingkup pendidikan Islam terdiri dari : Pendidik dan


perbuatan mendidik, anak didik, dasar dan tujuan pendidikan Islam,
kurikulum pendidikan Islam, materi pendidikan Islam, metode
pendidikan Islam, dan evaluasi pendidikan.

B.Saran

Demikian hanya sebagian dari hadits nabi yang kami kaji,


sementara masih banyak lagi hadits-hadits nabi yang menjelaskan tentang
pendidikan. Kritik dan saran sangat kami perlukan untuk pembenahan
yang lebih baik di waktu mendatang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Baqi, Muhammad Fuad Abdul. 1949. Al-Lu‟lu‟ wal Marjan:Mutiara


hadits Shohih Bukhari dan Muslim. Ummul Qura.

Sudiyono, 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryani. 2012. Hadis Tarbawi:Analisis Paedagogis Hadis-Hadis


Nabi. Yogyakarta:Teras.

Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi (Pendidikan dalam Perspektif


Hadis). Jakarta: Amzah.

[1] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-lu‟lu‟ wal Marjan:Mutiara


Hadits Sahih Bukhari dan Muslim, (Ummul Qura, 1949), hadits no.1702.

[2] Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (Pendidikan dalam Perspektif


Hadis), (Jakarta: Amzah, 2012), 54.

[3] Suryani, Hadis Tarbawi:Analisis Paedagogis Hadis-Hadis


Nabi, (Yogyakarta:Teras, 2012), 34.

[4] Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 6.

[5]Ibid., 66.

[6] Ibid, 60.

19

Anda mungkin juga menyukai