Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Ruang Lingkup Pendidikan Islam


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas mata kuliah
Akhlak Sebagai Perhiasan Dalam Hidup
Dosen Pembimbing
Drs.H.Ahmad saifudin

Disusun oleh:
HUSNI MUBAROK (202044012692)
LUTFI HAKIM
M.THORIQUL AZIZ
AHMAD RIYANTO

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL FALAH ASSUNNIYYAH
KENCONG-JEMBER
SEPTEMBER 2021
Kata Pengantar

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT , karena berkat Rahmat dan hidayah-Nya
makalah ini dapat terselesaikan. Dalam makalah ini, kami membahas tentang “Lingkungan sebagai
media pmbelajaran’’ dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti
mata kuliah “MEDIA DAN TEKHNOLOGI PEMBELAJARAN ”.
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, dan
koreksi serta saran, untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada
Dosen MUKHSIN S.Pd.i, M.pd. selaku dosen mata kuliah “MEDIA DAN TEKHNOLOGI
PEMBELAJARAN” yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh

karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan dalam

makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Lingkungan Sebagai Media Pembalajaran.......................................................2
B. Jenis-jeni dan Teknik Lingkungan Sebagai Media Pendidikan.....................4
C. Kelebiha dan Kekuranagan Lingkungan Sebagai Media Pendidikan...........7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.........................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai
individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung
pada bagaimana akhlaknya. Apabila baik akhlaknya, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila
rusak akhlaknya, maka rusaklah lahir batinnya.
Konsep akhlaqul karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak hanya mengatur
hubungan antara manusia, alam sekitarnya tetapi juga terhadap penciptaannya. Allah
menciptakan ilmu pengetahuan bersumber dari Al-Quran. Namun, tidak semua orang
mengetahui atau percaya akan hal itu. Ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan manusia dalam
menggali ilmu-ilmu yang ada dalam Al-Quran itu sendiri. Oleh karna itu, permasalahan ini
diangkat, yakni keterkaitan akhlak islam dengan ilmu yang berdasarkan Al-Quran dan Hadits.
B.     RUMUSAN MASALAH
Untuk mempermudah pembahasan, dalam makalah ini dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1.      Apa pengertian akhlak?
2.      Apa landasan hukum tentang akhlak?
3.      Apa saja ruang lingkup ajaran akhlak?
4.      Apa saja kegunaan mempelajari akhlak?
5.      Berapa dan berapa pembagian akhlak?
6.      Apa aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak?
C.    TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian akhlak
2.      Untuk mengetahui landasan hukum tentang akhlak
3.      Untuk mengetahui ruang lingkup ajaran akhlak
4.      Untuk mengetahui kegunaan mempelajari akhlak
5.      Untuk mengetahui Pembagian akhlak
6.      Untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak
BAB II
AKHLAK

A. PENGERTIAN AKHLAK
Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dalam bahasa arab yang berarti perangai, tabiat,
adat (diambil dari kata dasar khuluqun). Kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata khalqun).
Secara etimologis menurut Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib Al-Akhlaq, beliau
mendefenisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan.
Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran
tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatannya dengan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Dari dua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau sikap dapat
dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria berikut ini:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah terjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-
main, atau karena sandiwara.
B.     LANDASAN HUKUM TENTANG AKHLAK
1.      Al-Quran

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (QS. An-nisa: 36)
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.(QS. Ali-Imron: 104)

2.      Hadits
Gَ‫ ال‬G‫ َو‬Gً‫ا‬G ‫ ش‬G‫ح‬Gِ G‫ ا‬Gَ‫ ف‬G‫م‬G‫ل‬G ‫س‬G‫ و‬G‫ه‬G ‫ي‬G‫ل‬G‫ ع‬G‫ هللا‬G‫ى‬G‫ل‬G ‫ ص‬G‫ي‬G‫ب‬G ‫ن‬G‫ل‬G‫ ا‬G‫ن‬G‫ك‬G‫ ي‬G‫م‬G‫ ل‬G: G‫ل‬G‫ا‬G ‫ ق‬G‫ا‬G ‫م‬G‫ه‬G‫ن‬G‫ ع‬G‫ هللا‬G‫ي‬G ‫ض‬G‫ ر‬G‫و‬G‫ر‬G‫م‬G‫ ع‬G‫ن‬G‫ ب‬G‫ هللا‬G‫د‬G‫ب‬G‫ ع‬G‫ن‬G‫ع‬
1(G‫ي‬G‫ر‬G‫ا‬G‫خ‬G‫ب‬G‫ل‬G‫ ا‬G‫ه‬G‫ا‬G‫و‬G‫ر‬1) Gً‫ا‬G‫ ق‬Gَ‫ ال‬G‫خ‬Gْ Gً‫ أ‬G‫ ْم‬G‫ ُك‬Gُ‫ ن‬G‫ َس‬G‫ح‬Gْ Gَ‫ أ‬G‫ ْم‬G‫ ُك‬G‫ ُر‬G‫ ا‬Gَ‫ ي‬G‫خ‬Gِ G‫ن‬Gْ G‫ ِم‬G‫ َّن‬Gِ‫ إ‬G: G‫ ُل‬G‫و‬Gْ Gُ‫ ق‬Gَ‫ ي‬G‫ن‬Gَ G‫ ا‬G‫ َك‬G‫و‬Gَ Gً‫ا‬G‫ ش‬GِّG‫ ح‬Gَ‫ ف‬Gَ‫ ت‬G‫ُم‬
Artinya: Dari Abdullah bin Amru  berkata: Nabi  tidak pernah berbuat keji sendiri
tidak pula berbuat keji kepada orang lain. Beliau bersabda: “Sesungguhnya
termasuk sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Bukhari)
‫ سئل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن أكثر ما يدخل الناس الجنة؟ فقال‬: ‫ هللا عنه قال‬G‫عن أبي هريرة رضي‬
‫ان‬GG‫ وابن حب‬G‫ رواه الترمذي‬.‫الفم والفرج‬ : ‫ وسئل عن أكثر ما يدخل الناس النار؟ فقال‬،‫تقوى هللا وحسن الخلق‬ :
.‫ حديث حسن صحيح غريب‬:‫ وقال الترمذي‬،‫في صحيحه والبيهقي في الزهد وغيره‬
Artinya: “Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah saw ditanya tentang hal yang paling banyak
memasukan manusia ke dalam surga? Rasulullah saw menjawab: Taqwa kepada Allah, akhlak
yang baik. Kemudian Rasulullah SAW ditanya kembali tentang hal yang paling banyak
memasukan manusia kedalam neraka? Rasulullah saw menjawab: mulut dan farji’
(kemaluan). (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hiban dalam sahihnya dan Baihaqi dalam Bab zuhud dan
selainnya, dan Tirmidzi berkata: hadis ini hasan sahih gharib)

‫ َوال‬، ‫ا‬11‫لم فَا ِحش‬11‫ه وس‬11‫لى هللا علي‬11‫و ُل هَّللا ص‬11‫لَ ْم يَ ُكنْ َرس‬: ‫ال‬11‫ ق‬: ‫ا‬11‫ي هللا عنهم‬11‫وعن عبد هللا بن عمرو بن العاص رض‬ 
(‫ والترمذي‬، ‫ ومسلم‬، ‫)رواه البخاري‬ .‫سنُ ُك ْم أَ ْخالقا‬ َ ‫إِنَّ ِمنْ ِخيَا ِركم أَ ْح‬ : ‫ وكان يقول‬، ‫ُمتَفَ ِّحشا‬
Artinya: “Dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash r.a berkata: Tidaklah Rasulullah itu orang yang keji
dan tidak pula orang yang berkata keji. Dan beliau bersabda: Sesungguhnya yang paling baik di
antara kalian adalah orang yang paling di antara kalian akhlaknya.” (HR. Bukhari, Muslim,
Tirmizdi)
C.    RUANG LINGKUP AJARAN AKHLAK
Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri,
khususnya berkaitan dengan pola hubungan.

1. Akhlak terhadap Allah


Akhlak terhadap Allah adalah yang dapat diartikan sebagi sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khaliq.
Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia
perlu berakhlak kepada Allah, yaitu:
a) Karena Allah menciptakan manusia
b) Allah telah memberikan perlengkapan panca indera
c) Allah telah mnyediakan bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti udara, air dan lainnya.
d) Allah telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai
daratan dan lautan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berakhlak kepada Allah dan kegiatan
menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya akan membentuk
pendidikan keagamaan. Diantara nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar adalah:
a) Iman yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada tuhan. Jadi, tidak hanya
cukup dengan kata percaya. Namun, harus terus meningkat menjadi sikap
mempercayai tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.
b) Ihsan yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau
bersama manusia dimanapun manusia berada. Berkaitan dengan ini dan karena
menginsafi bahwa Allah selalu mengawasi manusia, maka manusia harus berbuat,
berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa
tangguh jawab, tidak hanya sekedarnya saja.
c) Takwa yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi manusia.
Kemudian, manusia selalu berusaha untuk melakukan sesuatu yang diridhai Allah,
dengan menjauhi atau menjaga diri dari hal-hal yang tidak diridhai Allah. Taqwa
inilah yang mendasari budi pekerta luhur (akhlakul karimah).
d) Ikhlas yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi
memperoleh keridahaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin.
e) Tawakkal yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan
kepada-Nya dan berkeyakinan bahwa Dia akan menolong manusia dalam mencari
dan menemukan jalan yang terbaik.
f) Syukur yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan pengahargaan atas semua nikmat
yang tak terbilang banyaknya yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia.
g) Sabar yaitu sikap tabah menhadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan
batin dan lainnya.

2. Akhlak terhadap sesama manusia


Nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia yang patut sekali untuk dilakukan, antaralai
a) Silaturrahmi
b)      Persaudaraan (ukhuwah)
c)      Persamaan(al-musawah)
d)     Adil
e)      Baik sangka
f)       Rendah hati
g)      Tepat janji
h)      Lapang dada
i)        Dapat dipercaya
j)        Perwira
k)      Hemat
l)       Dermawan
3. Akhlak Terhadap Lingkungan
Lingkungan di sini meliputi segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang,
tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
            Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber
dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia
dengan sesamanya dan terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta bimbingan.
            Binatang, tumbuhan, benda-benda yang tak bernyawa semuanya diciptakan oleh
Allah dan menjadi milik-Nya, serta semuanya ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan
ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat tuhan
yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
            Dari uraian di atas memperhatikan bahwa akhlak dalam islam sangat
komprehensif, menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan tuhan. Hal
yang demikian dilakukan secara fungsional, karena seluruh makhluk tersebut satu sama
lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk tuhan akan
berdampak negatif bagi makhluk lainnya.

D.    KEGUNAAN MEMPELAJARI AKHLAK


Suatu ilmu dipelajari karena ada kegunaannya. Oleh karena itu, mempelajari ilmu akhlak
akan membuahkan hikmah yang besar bagi yang mempelajarinya, antara lain:

1. Kemajuan rohani
Seseorang dapat membedakan mana perbuatan baik dan buruk. Sesorang akan selalu
berusaha memlihara diri agar senantiasa berada si garis akhlak yang mulia, dan menjauhi
segala bentuk tindakan yang tercela yang dimurkai oleh Allah.

2. Penuntun kebaikan
Bukan hanya sekedar memberitahu mana yg baik dan buruk, melainkan juga
mempengaruhi dan mendorong manusia supaya membentuk hidup yang lurus dengan
melakukan kebaikan yang mendatangkan manfaat bagi sesama manusia.
3. Kebutuhan primer dalam keluarga
Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan kelaurga sejahtera. Keluarga yang
tidak dibina dengan tonggak akhlak yang baik, tidak akan bahagia, sekalipun
bergelimang kekayaan. Keharmonisan keluarga terlahir dari akhlak yang luhur.

4. Kerukunan antar tetangga


Untuk membina kerukunan antar tetangga diperlukan pergaulan yang baik, dengan jalan
mengindahkan kode etik bertetangga.

E.     PEMBAGIAN AKHLAK

1. Akhlak yang Baik (Akhlaqul Karimah)

a. Bersifat sabar
Kesabaran dapat di bagi menjadi empat kategori yaitu: Pertama, sabar
menanggung beratnya melaksanakan kewajiban. Kedua, sabar menanggung
musibah atau cobaan. Ketiga, sabar menahan penganiayaan dari orang. Keempat,
sabar menanggung kemiskinan.
b. Bersifat benar (istiqamah)
c. Memelihara amanah
d. Bersifat kasih sayang
e. Bersifat hemat (harta benda, tenaga, waktu)
f. Bersifat kuat (Al-Quwwah): kuat fisik, jiwa, dan akal
g. Bersifat malu
h. Memelihara kesucian diri (Al-‘Ifafah)
i. Bersifat berani
j. Bersifat adil
k. Menepati  janji

2. Akhlak yang Tidak Baik/ Tercela (Akhlaqul Madzmumah)


a)      Sifat dengki
b)      Sifat iri hati
c)      Sifat angkuh (sombong)
d)     Sifat riya
e)      Mengambil harta anak yatim, kecuali untuk keperluan anak itu sendiri
f)       Berkata kasar terhadap ibu-bapaknya atau menghardiknya
g)      Mengurangkan timbangan
h)      Berzina
i)        Membunuh
Akhlak yang terpuji menyebabkan munculnya rasa saling mencintai dan saling
menyayangi. Sedangkan akhlak tercela menjadikan sling benci, hasud, dan permusuhan.
Laksana biji yang baik akan menghasilkan panen yang baik
F. ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI AKHLAK
1.      Tingkah laku manusia
Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak
tercermin dalam perilaku sehari-hari tapi adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah
laku.
Fitrah manusia selalu untuk berbuat baik (hanif). Seseoarang itu di nilai berdosa
karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya, seperti pelanggaran terhadap
akhlakul karimah, melanggar fitrah manusia, melanggar aturan agama dan adat istiadat.
2.      Insting dan Naluri
Dalam ilmu akhlak ,insting berarti akal pikiran. Akal dapat memperkuat akidah,
namun harus ditopengi ilmu ,amal, dan takwa pada Allah.
Naluri merupakan asa tingkah laku perbuatan manusia. Naluri dapat diartikan
sebagai kemauan tak sadar yang dapat melahirkan perbuatan mencapai tujuan tanpa
berfikir kearah tujuan dan tanpa dipengaruhi oleh latihan berbuat.
Selain itu, banyak insting yang mendorong perilaku perbuatan yang menjurus
kepada akhlaqul karimah maupun akhlaqul madzmumah, tergantung  yang
mengendalikannya.
3.      Nafsu
Nafsu berasal dari bahasa Arab, yaitu, nafsun yang artinya niat. Nafsu ialah
keinginan hati yang kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari kekuatan amanah dan syahwat
yang ada pada manusia. Menurut Kartini Kartono nafsu ialah dorongan batin yang sangat
kuat,memili kecenderungan yang sangat hebat sehingga dapat menggangu  keseimbangan
fisik. Nafsu dapat menyingkirkan semua pertimbangan akal, memengaruhi peringatan
hati nurani dan menyingkirkan hasrat baik yang lainnya.
Nafsu merupakan salah satu potensi yang diciptakan Allah dalam diri manusia
hingga ia dapat hidup,bersemangat,dan lebih kreatif. Nafsu sangat penting bagi
kehidupan manusia. Hanya saja mengingat tabiat nafsu itu berkecenderungan untuk
mencari kesenangan, lupa diri, bermalas-malasan yang membawa kesesatan dan tidak
pernah merasa puas, maka manusia harus dapat mengendalikannya agar tidak membawa
kepada kejahatan.
Manusia yang tidak berkepribadian selalu mengikuti nafsunya tanpa
pertimbangan kemanusiaannya, yang dijadikan pedoman ialah  kepuasannya. Nafsu yang
sudah menjadi-jadi sehingga bukan lagi manusia yang menguasainya melainkan nafsulah
yang menguasai manusia itu.
4.      Adat dan Kebiasaan.
            Adat menurut bahasa (etimologi) ialah aturan yang lazim diikuti sejak dahulu.
Adat adalah suatu pandangan hidup yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang objektif ,
kokoh dan benar serta mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam
masyarakat.
Kebiasaan adalah rangkain perbuatan yang dilakukan dengan sendirinya , tetapi masih di
pengaruhi oleh akal pikiran. Pada permulaan sangat dipengaruhi oleh pikiran. Tetapi
makin lama pengaruh pikiran itu makin berkurang  karena sering kali dilakukan.
Kebiasaan merupakan kualitas kejiwaan, keadaan yang tetap, sehingga memudahkan
pelaksanaan perbuatan. Lingkungan yang baik mendukung kebiasaan yang baik pula.
Lingkungan dapat mengubah  kepribadian seseorang. lingkungan yang tidak baik dapat
menolak adanya disiplin dan pendidikan.kebiasaan buruk mendorong kepada hal-hal
yang lebih rendah, yaitu kembali kepada adat kebiasaan primitif. Seseorang yang
hidupnya dikatakan modern,tetapi lingkungan bersifat primitif bisa merubah kepada hal
yang primitif.  Kebiasaan itu bisa timbul  karena ada pada diri pribadi seseorang itu yang
dibawah sejak lahir. Kebiasaan yang sudah melekat pada diri seseorang sukar untuk
dihilangkan, tetapi jika ada dorongan yang kuat dalam dirinya untuk menghilangkannya,
ia dapat mengubahnya.
5.      Kehendak dan Takdir
Kehendak menurut bahasa (etimologi) ialah kemauan, keinginan, dan harapan
yang keras. Kehendak yaitu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan
kekuatan dari dalam hati, bertautan dengan pikiran perasaan.
Kehendak mempunyai dua macam perbuatan , yaitu:
a)      Perbuatan yang menjadi pendorong, yakni kadang-kadang mendorong kekuatan
manusia  supaya berbuat sepaerti, membaca,menulis,mengarang,dll
b)      Perbuatan menjadi penolak, yaitu terkadang mencegah perbuatan tersebut seperti,
melarang berkata atau berbuat.
Kehendak bukanlah sesuatu kekuatan, tetapi merupakan tempat penerapan seluruh
kekuatan. Allah menciptakan dengan kehendak. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan
kehendak dalam diri, pada hakikatnya adalah suatu kekuatan Allah.
Takdir yaitu ketetapan Allah, apa yang sudah ditetapkan Allah sebelumnya  atau
nasib manusia. Secara bahasa takdir ialah ketentuan jiwa, yaitu suatu peraturan  tertentu
yang telah dibuat Allah baik aspek struktual  maupun aspek fungsionalnya untuk segala
yang ada dalam alam semesta yang maujud ini
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria berikut ini:
1)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah terjadi kepribadiannya.
2)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa paksaan atau tekanan dari luar.
4)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan
main-main, atau karena sandiwara.
Landasan hukum tentang akhlak salah satunya adalah: “Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS.
An-nisa: 36)

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran”. Jakarta: Amzah. 2007
Alim, Muhammad. “Pendidikan Agama Islam”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006
Al-Qosim, Abdul Malik Muhammad. “Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah”. Yogyakarta: Mitra
Pustaka. 1999
Nata, Abuddin. “Akhlak Tasawuf”. Jakarta: Rajawali Pers. 2010
Yunus, Mahmud. “Pendidikan Islam”. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. 1992

Anda mungkin juga menyukai