Anda di halaman 1dari 16

Tugas AIKA 2 tentang Akhlak

Semester 2

Dosen pembimbing :
Ir. H. Sugeng Purwanto . MM . MT
Di susun oleh :

Tedi Hermawan
19.22.201.069

Universitas Muhammadiyah Tangerang


FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul tentang akhlak ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ir. H. Sugeng
Purwanto . MM . MT  pada Al Islam Kemuhammadiyahaan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Akhlak bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. H. Sugeng Purwanto . MM . MT,
selaku dosen Al Islam Kemuhammadiyahaan  yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Tangerang, 30 Maret 2020
BAB I
PENDAHULUAN
 
    A.   LATAR BELAKANG
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting,
sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu
masyarakat tergantung pada bagaimana akhlaknya. Apabila baik akhlaknya, maka
sejahteralah lahir batinnya, apabila rusak akhlaknya, maka rusaklah lahir batinnya.
Konsep akhlaqul karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak hanya
mengatur hubungan antara manusia, alam sekitarnya tetapi juga terhadap
penciptaannya. Allah menciptakan ilmu pengetahuan bersumber dari Al-
Quran. Namun, tidak semua orang mengetahui atau percaya akan hal itu. Ini
dikarnakan keterbatasan pengetahuan manusia dalam menggali ilmu-ilmu yang ada
dalam Al-Quran itu sendiri . Oleh karna itu,  permasalahan ini diangkat, yakni
keterkaitan akhlak islam dengan ilmu yang berdasarkan Al-Quran dan Hadits
B.     RUMUSAN MASALAH
Untuk mempermudah pembahasan, dalam makalah ini dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1.      Apa pengertian akhlak?
2.      Apa landasan hukum tentang akhlak?
3.      Apa saja ruang lingkup ajaran akhlak?
4.      Apa saja kegunaan mempelajari akhlak?
5.      Berapa dan berapa pembagian akhlak?
6.      Apa aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak?
7.      Apa karakteristik ajaran akhlak dalam dunia sains?
8.      Bagaimana hubungan akhlak dengan keadilan dan sains modern?
Permasalahan di atas akan menjadi sasaran pembahasan makalah ini, dengan harapan
pembahasan yang kami lakukan menjadi terarah.
 
C.    TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah:

1.      Untuk mengetahui pengertian akhlak


2.      Untuk mengetahui landasan hukum tentang akhlak
3.      Untuk mengetahui ruang lingkup ajaran akhlak
4.      Untuk mengetahui kegunaan mempelajari akhlak
5.      Untuk mengetahui Pembagian akhlak
6.      Untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak
7.      Untuk mengetahui karakteristik ajaran akhlak dalam dunia sains
8.      Untuk mengetahui hubungan akhlak dengan keadilan dan sains modern
 
BAB II
AKHLAK
 
A.    PENGERTIAN AKHLAK
Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dalam bahasa arab yang berarti:
1)      Perangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar khuluqun).
2)      Kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata khalqun)[1]
Secara etimologis akhlak adalah:
1)      Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib Al-Akhlaq, beliau mendefenisikan akhlak adalah
keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu
melalui pemikiran dan pertimbangan.[2]
2)      Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah
gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatannya dengan
mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[3]
Dari dua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau sikap dapat
dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria berikut ini:
1)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah terjadi kepribadiannya.
2)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa paksaan atau tekanan dari luar.
4)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-
main, atau karena sandiwara.[4]
 
B.     LANDASAN HUKUM TENTANG AKHLAK
1.      Al-Quran

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri. (QS. An-nisa: 36)

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.(QS. Ali-Imron: 104)

 
2.      Hadits

َ ‫احشا ً َوالَ ُمتَفَحِّ شا ً َو َك‬


‫ إِ َّن ِم ْن ِخيَا ُر ُك ْم‬: ‫ان يَقُ ْو ُل‬ ِ َ‫ لم يكن النبي صلى هللا عليه وسلم ف‬: ‫عن عبد هللا بن عمرو رضي هللا عنهما قال‬
(‫)رواه البخاري‬ ً‫أَحْ َسنُ ُك ْم أً ْخالَقا‬
Artinya: Dari Abdullah bin Amru  berkata: Nabi  tidak pernah berbuat keji sendiri tidak pula
berbuat keji kepada orang lain. Beliau bersabda: “Sesungguhnya termasuk sebaik-baik kalian
adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Bukhari)
 
‫تقوى هللا وحسن‬ : ‫ سئل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن أكثر ما يدخل الناس الجنة؟ فقال‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ رواه الترمذي وابن حبان في صحيحه والبيهقي في الزهد‬.‫الفم والفرج‬ : ‫ وسئل عن أكثر ما يدخل الناس النار؟ فقال‬،‫الخلق‬
.‫ حديث حسن صحيح غريب‬:‫ وقال الترمذي‬،‫وغيره‬
Artinya: “Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah saw ditanya tentang hal yang paling banyak
memasukan manusia ke dalam surga? Rasulullah saw menjawab: Taqwa kepada Allah, akhlak
yang baik. Kemudian Rasulullah SAW ditanya kembali tentang hal yang paling banyak
memasukan manusia kedalam neraka? Rasulullah saw menjawab: mulut
dan farji’ (kemaluan). (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hiban dalam sahihnya dan Baihaqi dalam Bab
zuhud dan selainnya, dan Tirmidzi berkata: hadis ini hasan sahih gharib)
 
، ‫ َوال ُمتَفَ ِّحشا‬، ‫احشا‬ ِ َ‫لَ ْم يَ ُكنْ َرسو ُل هَّللا صلى هللا عليه وسلم ف‬: ‫ قال‬: ‫وعن عبد هللا بن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما‬ 
(‫ والترمذي‬، ‫ ومسلم‬، ‫)رواه البخاري‬ .‫سنُ ُك ْم أَ ْخالقا‬ َ ‫إِنَّ ِمنْ ِخيَا ِركم أَ ْح‬ : ‫وكان يقول‬
Artinya: “Dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash r.a berkata: Tidaklah Rasulullah itu orang yang keji
dan tidak pula orang yang berkata keji. Dan beliau bersabda: Sesungguhnya yang paling baik di
antara kalian adalah orang yang paling di antara kalian akhlaknya.” (HR. Bukhari, Muslim,
Tirmizdi)
C.    RUANG LINGKUP AJARAN AKHLAK
Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya berkaitan dengan
pola hubungan.
1. Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah adalah yang dapat diartikan sebagi sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khaliq. Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa
manusia perlu berakhlak kepada Allah, yaitu:
a)      Karena Allah menciptakan manusia
b)      Allah telah memberikan perlengkapan panca indera
c)      Allah telah mnyediakan bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti udara, air dan
lainnya.
d)     Allah telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.[5]
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berakhlak kepada Allah dan kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah
yang sesungguhnya akan membentuk pendidikan keagamaan. Diantara nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar adalah:
a)      Iman. Yaitu, sikap batin yang penuh kepercayaan kepada tuhan. Jadi, tidak hanya cukup dengan kata percaya. Namun,
harus terus meningkat menjadi sikap mempercayai tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.
b)      Ihsan. Yaitu, kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau bersama manusia dimanapun
manusia berada. Berkaitan dengan ini dan karena menginsafi bahwa allah selalu mengawasi manusia, maka manusia harus
berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tangguh jawab, tidak hanya
sekedarnya saja.
c)      Takwa. Yaitu, sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi manusia. Kemudian, manusia selalu berusaha
untuk melakukan sesuatu yang diridhai Allah, dengan menjauhi atau menjaga diri dari hal-hal yang tidak diridhai Allah.
Taqwa inilah yang mendasari budi pekerta luhur (akhlakul karimah).
d)     Ikhlas. Yaitu, sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi memperoleh keridahaan Allah dan
bebas dari pamrih lahir dan batin.
e)      Tawakkal. Yaitu, sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan kepada-Nya dan  berkeyakinan bahwa
Dia akan menolong manusia dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik.
f)       Syukur. Yaitu, sikap penuh rasa terima kasih dan pengahargaan atas semua nikmat yang tak terbilang banyaknya yang
dianugerahkan oleh Allah kepada manusia.
g)      Sabar. Yaitu, sikap tabah menhadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin dan lainnya.
 
2. Akhlak terhadap sesama manusia
Nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia yang patut sekali untuk
dilakukan, antara lain:

a)      Silaturrahmi
b)      Persaudaraan (ukhuwah)
c)      Persamaan(al-musawah)
d)     Adil
e)      Baik sangka
f)       Rendah hati
g)      Tepat janji
h)      Lapang dada
i)        Dapat dipercaya
j)        Perwira
k)      Hemat
l)        Dermawan
 
3. Akhlak Terhadap Lingkungan

Lingkungan di sini meliputi segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-
tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
            Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari
fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan
sesamanya dan terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta
bimbingan.
            Binatang, tumbuhan, benda-benda yang tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah
dan menjadi milik-Nya, serta semuanya ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini
mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat tuhan yang harus
diperlakukan secara wajar dan baik.
            Dari uraian di atas memperhatikan bahwa akhlak dalam islam sangat komprehensif,
menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan tuhan. Hal yang demikian
dilakukan secara fungsional, karena seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling
membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk tuhan akan berdampak
negatif bagi makhluk lainnya.[6]
 
D.    KEGUNAAN MEMPELAJARI AKHLAK
Suatu ilmu dipelajari karena ada kegunaannya. Oleh karena itu, mempelajari ilmu akhlak akan
membuahkan hikmah yang besar bagi yang mempelajarinya, antara lain:

1. Kemajuan rohani
Seseorang dapat membedakan mana perbuatan baik dan buruk. Sesorang akan selalu berusaha
memlihara diri agar senantiasa berada si garis akhlak yang mulia, dan menjauhi segala bentuk
tindakan yang tercela yang dimurkai oleh Allah.
 
2. Penuntun kebaikan
Bukan hanya sekedar memberitahu mana yg baik dan buruk, melainkan juga mempengaruhi dan
mendorong manusia supaya membentuk hidup yang lurus dengan melakukan kebaikan yang
mendatangkan manfaat bagi sesama manusia.

3. Kebutuhan primer dalam keluarga


Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan kelaurga sejahtera. Keluarga yang tidak
dibina dengan tonggak akhlak yang baik, tidak akan bahagia, sekalipun bergelimang kekayaan.
Keharmonisan keluarga terlahir dari akhlak yang luhur.

4. Kerukunan antar tetangga


Untuk membina kerukunan antar tetangga diperlukan pergaulan yang baik, dengan jalan
mengindahkan kode etik bertetangga.[7]
 
E.     PEMBAGIAN AKHLAK
1. Akhlak yang Baik (Akhlaqul Karimah)
a)      Bersifat sabar
Kesabaran dapat di bagi menjadi empat kategori yaitu: Pertama, sabar menanggung beratnya
melaksanakan kewajiban. Kedua, sabar menanggung musibah atau cobaan. Ketiga, sabar
menahan penganiayaan dari orang. Keempat, sabar menanggung kemiskinan.
a)      Bersifat benar (istiqamah)
b)      Memelihara amanah
c)      Bersifat kasih sayang
d)     Bersifat hemat (harta benda, tenaga, waktu)
e)      Bersifat kuat (Al-Quwwah): kuat fisik, jiwa, dan akal
f)       Bersifat malu
g)      Memelihara kesucian diri (Al-‘Ifafah)
h)      Bersifat berani
i)        Bersifat adil
j)        Menepati  janji
 
2. Akhlak yang Tidak Baik/ Tercela (Akhlaqul Madzmumah)
a)      Sifat dengki
b)      Sifat iri hati
c)      Sifat angkuh (sombong)
d)     Sifat riya
e)      Mengambil harta anak yatim, kecuali untuk keperluan anak itu sendiri
f)       Berkata kasar terhadap ibu-bapaknya atau menghardiknya
g)      Mengurangkan timbangan
h)      Berzina
i)        Membunuh

 
Akhlak yang terpuji menyebabkan munculnya rasa saling mencintai dan saling menyayangi.
Sedangkan akhlak tercela menjadikan sling benci, hasud, dan permusuhan. Laksana biji yang
baik akan menghasilkan panen yang baik.[8]
 
BAB III
SIMPULAN
 
Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria
berikut ini:
1)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah terjadi kepribadiannya.
2)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa paksaan atau tekanan dari luar.
4)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan
main-main, atau karena sandiwara.
Landasan hukum tentang akhlak salah satunya adalah: “Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS.
An-nisa: 36)
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Abdullah, M. Yatimin. “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran”. Jakarta: Amzah. 2007
Alim, Muhammad. “Pendidikan Agama Islam”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006
Al-Qosim, Abdul Malik Muhammad. “Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah”. Yogyakarta: Mitra
Pustaka. 1999
Nata, Abuddin. “Akhlak Tasawuf”. Jakarta: Rajawali Pers. 2010
Yunus, Mahmud. “Pendidikan Islam”. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. 1992
 

Anda mungkin juga menyukai