Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PERKULIAHAN KEDELAPAN

Nama : hayattina rinda


NIM : 22087131
Prodi : pendidikan kepelatihan olahraga
HP/WA : 083181546268
E-mail : hayatinarinda@gmail.com

Ketentuan Tugas:
 Jawablah perntanyaan berikut pada lembaran ini.
 Setelah selai convert file ke PDF format dengan penamaan file sebagai
berikut: NAMA-NIM (AHMAD-202021989).
 Upload file PDF tersebut ke halaman asssigment tempat anda
mendownloadnya sebelum batas waktu yang telah ditentukan.
 Selamat mengerjakan tugas.

Pertanyaan:
1. Jelaskan tentang pengertian, ruang lingkup, serta kedudukan akhlak dalam
Islam!
2. Siapakah Uswatun Hasanah umat islam, Jelaskan!
3. Jelaskan bagaimana akhlak berbangsa dan bernegara bagi umat Islam!
4. Sebutkan akhlak terpuji dan akhlak tercela serta jelaskan!

Jawaban

1.Macam akhlak terbagi menjadi macam akhlak ini tentunya bersumber pada agama. Akhlak
merupakan suatu tingkah laku yang dilakukan secara berulang-ulang, tidak cukup hanya sekali
melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja.
Sebelum memahami macam akhlak, kamu tentunya perlu mengenali pengertiannya terlebih dahulu.
Akhlak adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata khuluk yang berarti tingkah laku,
tabiat atau perangai. Secara istilah, akhlak adalah sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan
biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
akhlak adalah budi pekerti atau kelakuan.

Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam
diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-
ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan
dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.

Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang tertanam di dalam jiwa
manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa adanya pertimbangan
pemikiran lagi. Jadi, akhlak adalah suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan
secara berulang-ulang, tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu
saja.
1. Macam akhlak
Akhlak adalah tingkah laku yang telah melekat pada seseorang dan akan tercermin dari perilakunya.
Tentunya, akhlak ada yang baik dan buruk. Macam akhlak terbagi dua, yaitu akhlah terpuji dan akhlak
tercela. Macam akhlak adalah sebagai berikut:Beberapa contoh akhlakul mazmumah yaitu sifat
sombong, iri, dengki, tamak, hasad, takabur, ghibah, dan lain sebagainya. Sebagai seorang muslim,
sudah seharusnya kita menjauhi akhlakul mazmumah. Hal ini karena macam akhlak ini sangat dibenci
oleh Allah SWT.

2. Ruang lingkup akhlak


Selain macam akhlak, kamu juga perlu memahami ruang lingkupnya. Ruang lingkup akhlak terdiri
dari akhlak pribadi, akhlak berkeluarga, akhlak bermasyarakat, akhlak bernegara, dan akhlak
beragama.

Keutamaaan akhlak terpuji


Bagi orang-orang yang memiliki akhlakul mahmudah atau akhlah terpuji tentunya akan mendapatkan
berbagai keutamaan. Akhlak terpuji memiliki berbagai macam keutamaan dalam Islam, yaitu:

Mendapat Jaminan Surga

Seseorang yang memiliki akhlakul mahmudah atau karimah mendapatkan jaminan dari Rasulullah
SAW akan mendapatkan sebuah rumah di surga. Dari Abu Umamah ra; Rasulullah SAW bersabda:

"Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun ia benar, dan
sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang tidak berbohong sekalipun hanya bergurau, dan rumah
di atas surga bagi orang yang mulia akhlaknya." (HR Abu Daud)

Mendapat Kedudukan Tinggi di Akhirat

Di akhirat kelak, seorang muslim yang pada masa hidupnya berakhlakul mahmudah akan
mendapatkan kedudukan yang tinggi karena akhlak dan budi pekerti yang ia miliki. Dalam sebuah
hadits, Rasulullah bersabda:

"Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang lebih
bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh)
dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal
melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak
yang luhur. Tidak ada wara’ yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri),
dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih
sempurna dari sifat malu dan sabar." (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
Dicintai Rasulullah SAW

Keutamaan akhlakul karimah yang pertama ialah dicintai Rasulullah SAW. Sebagaimana dalam hadits
berikut ini, Rasulullah SAW bersabda:

“ Orang yang paling saya cintai dan paling dekat dengan tempat saya kelak di hari kiamat adalah
mereka yang memiliki akhlak mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan tempatnya paling
jauh dari saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang keras dan rakus, suka menghina dan sombong.”
(HR. Tirmizi).

Berat Timbangannya di Hari Kiamat

Setiap muslim yang memiliki akhlakul mahmudah juga dapat mencapai derajat seperti seseorang yang
berpuasa dan salat. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang mulia.
Sesungguhnya orang yang berakhlaq mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin
shalat.” (HR. Tirmidzi).

2 – Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam memberi penegasan bahwa perikehidupan Nabi
Muhammad SAW adalah Uswatun Hasanah atau contoh teladan bagi umat manusia, yaitu: Siddiq
(jujur/benar), Amanah (bisa dipercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fathonah (cerdas).28

penegasan bahwa perikehidupan Nabi Muhammad SAW adalah Uswatun Hasanah atau contoh teladan
bagi umat manusia, yaitu: Siddiq (jujur/benar), Amanah (bisa dipercaya), Tabligh (menyampaikan),
dan Fathonah (cerdas). Oleh karenanya, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang
diselenggarakan di Kemhan, Rabu (28/11) adalah bentuk ungkapan penghormatan dan kecintaan yang
mendalam pada kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Peringatan ini juga sebagai upaya untuk mengenal lebih dekat sosok keteladanan, kedisiplinan,
perjuangan, semangat pantang menyerah serta kepribadian yang sempurna pada diri Nabi Muhammad
SAW. Untuk itu Sekjen Kemhan Marsdya TNI Hadiyan Sumintaatmadja saat membacakan sambutan
Menhan mengajak pegawai Kemhan untuk selalu meneladani sifat dan perilaku Nabi Muhammad
SAW ini dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut Sekjen mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW juga memiliki Akhlakul Karimah
yang baik, yang perlu kita contoh dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu melalui
peringatan Maulid Nabi ini diharapkan dapat meningkatkan Akhlakul Karimah dan kinerja pegawai
Kemhan sebagai cerminan revolusi mental dalam pelaksanaan tugas.
Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 1440 Hijriah/2018 Masehi, Kita Tingkatkan Akhlakul
Karimah Pegawai Kemhan dalam Kehidupan Berkeluarga di Lingkungan Kerja, Berbangsa dan
Bernegara”.
Sementara itu Penceramah KH. Drs. Tengku Maulana SM mengatakan ada beberapa konsep yang
diajarkan Nabi Muhammad jika ingin bahagia dunia akherat yaitu pertama, miliki rumah yang luas
atau baitun wasiun artinya hati yang tenteram. Kedua, miliki lampu yang terang atau musbihun artinya
hendaknya memiliki ilmu yang bermanfaat karena orang yang berilmu akan diangkat derajatnya oleh
Allah. Dan ketiga adalah miliki istri yang sholeha yang jika dipandang suami menyenangkan hati atau
zauzatun sholihatun. (ERA/SGY)

B. Pengertian Etika Berbangsa dan Bernegara


Secara etimologi kata “ etika ” berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ethos dan
ethikos. Ethos berarti sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban,
kelakuan dan perbuatan yang baik.1 Istilah lainnya yang memiliki makna hampir sama dengan etika
adalah moral. Moral berasal dari kata Latin: Mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.
1 Loren, Bagus. Kamus Filsafat. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2009).h. 217 230 | Al Ashriyyah, Vol.
5 No. 2 Oktober 2019

Etika Berbangsa Dan Bernegara Dalam Islam


Secara terminologis, etika adalah ilmu tentang baik buruknya suatu perbuatan manusia atau dalam kata
lain etika digunakan untuk meninjau perbuatan manusia dari sisi keilmuan. Dalam filsafat, etika
disebut sebagai filsafat moral, yakni studi yang sistematik tentang sifat dasar dari berbagai konsep nilai
baik dan buruk, benar dan salah suatu perbuatan manusia. Etika juga sering diartikan sebagai aturan
yang tidak tertulis dimana setiap orang diharapkan untuk mematuhinya.
Dalam Bahasa Inggris, istilah bangsa dikenal dengan nama “ nation ” yang memiliki dua pengertian,
yakni pengertian antropologis- sosiologis dan politis. Dalam pengertian antropologis dan sosiologis,
bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan
masing-masing merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, sejarah dan istiadat. Adapun yang dimaksud
bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk
kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke dalam dan ke dalam.2 Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa bangsa adalah sekumpulan manusia yang memiliki kesamaan sejarah,
asal keturunan, agama, adat istiadat, bahasa dan lain sebagainya yang hidup dalam suatu wilayah
tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.
Istilah negara atau “state” berasal dari Bahasa Latin “status” atau “statum” yang berarti menempatkan
dalam keadaan berdiri, membuat berdiri, dan menempatkan. Kata status sendiri dalam Bahasa Latin
klasik berarti sesuatu yang memiliki sifat-sifat tegak dan tetap.3 Sedangkan menurut para ahli seperti
yang diungkapkan oleh George Jellinek, negara adalah organisasi kekuasaan yang dari sekelompok
manusia yang mendiami wilayah tertentu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa etika
berbangsa dan bernegara adalah suatu aturan yang merupakan keharusan bagi seorang warga negara
dalam menjalankan aktivitasnya dalam berbangsa dan bernegara.
C. Dasar-dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Dalam Islam
Secara kodrati, manusia ditakdirkan oleh Allah Swt bersuku-suku dan berbangsa-bangsa tujuannya
adalah agar saling mengenal sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur‟an surat Al-Hujurat ayat 13:
2 Abudin, Nata. Akhlak tasawuf dan Karakter Mulia. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012). h.
75
3 Isjwara, F. Pengantar Ilmu Politik (Bandung : Bina Cipta, 2011). h. 92
Al Ashriyyah, Vol. 5 No. 2 Oktober 2019 | 231

Usman Sutisna
‫ٰ َ ٰٓ ا َ َ ﱡ َ ه ا ْ ا ى ْ ﱠ ا ُض ا ِ ّ ﱠ ا َ خ ي َ ْ ق ٰ ْ ُ ن ٰ ْ ٌ ِ ّ ٍ ْ ِ ذ َ َ م ٍ س ﱠ و ا ُ ْ ّ ٰ ث ً َ و َ ج ع َ ْ ي ٰ ْ ُ ن ْ ٌ ُ ش ع ُ ْ ى ب ً ا ﱠ و ق َ ب َ ۤ ا ِٕ ى‬
ۚ‫َوِىتَعَاَزفُْىا‬
ٌَِْ ٌ ‫اِ َﱡ اَﻣسٍ ُنٌ ِﻋْدَ ھﺎﻟلّٰ اَﺗْﻘﻰ ُنٌ ۗاِ َﱡ ھﺎﻟلّٰ ع ِي ٌُْ َﺧﺑُْس‬
 “ Wahai manusia!Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal.Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.”
Tidak hanya untuk saling mengenal saja akan tetapi juga untuk saling memberi manfaat. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Quraish Shihab ketika menjelaskan ayat tersebut bahwa semakin
kuat sikap pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi
manfaat.Karena itu ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal.4 Apalah arti perkenalan jikalau
tidak saling memberikan manfaat. Oleh karena itu dalam Islam manusia terbaik adalah manusia yang
memberikan manfaat untuk orang lain
sebagaimana hadits Nabi Saw:
‫َخ ُْ ُس اﯨْﺎ ِض أَ ّْﻓَﻊُ ُه ٌْ ِﯨﯾْﺎ ِض‬
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-
Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami‟ no: 3289).
Dengan memahami adanya keanekaragaman manusia maka tentu kita akan memahami pentingnya
tatanan kehidupan manusia khususnya dalam berbangsa dan bernegara. Terkait hubungan manusia
dalam berbangsa dan bernegara, pertama Islam memerintahkan kepada orang beriman agar taat kepada
Allah, taat kepada Rasul-Nya dan taat kepada pemerintah. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat
An-Nisa ayat 59:
ُِْ‫ََاأَُﱠھﺎاﯨِﱠرَِآٍَُْﯨﺎأَِطُﻌُﯨﺎ ﱠاﻟلﱠٰ َوأَِطُﻌُﯨﺎاﯨﱠس ُﺳﯨَﮫ َوأُوِﯨٍﺎْﻟٍَِْْس ٍُِْﻧٌْۖﻔَﺊ‬
َِْ ًَُِْٰ ً‫ﺗَْﺎ َش ْﻋتٌُ ِفٍ َشٍ ٍء ﻓَﺳدﱡوٓ إىًَ ﱠاﻟلّٰ واى ﱠس ُﺳﯨﮫ إ ُْ ُﻣْتٌُ تُ ْؤ ٍُِْى َُ ﺑﺎ ﱠﻟلﱠ واﯨُﻰ‬
‫اِﺧِﺳۚذِﯨَل َﺧٌُْﺳَوأْﺣَﺳُِﺗَؤِوَل‬
4 M. Quraish, Shihab. Tafsil Al-Misbah. (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 262 232 | Al Ashriyyah, Vol. 5
No. 2 Oktober 2019
 “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman

Etika Berbangsa Dan Bernegara Dalam Islam
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Ayat ini dan ayat sebelumnya (58) mengandung tentang prinsip- prinsip kesejahteraan umat Islam
khususnya dalam urusan kekuasaan pemerintahan. Prinsip-prinsip tersebut adalah (1) taat kepada
Allah sebagaimana tercantum dalam Al-Qur ‟ an, (2) taat kepada Rasulullah sebagaimana terdapat
dalam sunnahnya yang sahih, (3) taat kepada pemegang kekuasaan, selagi mereka bagian dari kaum
muslim dan selama perintahnya tidak bertentangan dengan Allah dan Rasul-Nya, (4) mengembalikan
kepada Allah (Al-Qur‟an) dan Rasul-Nya (sunnah), jika terjadi perselisihan. Kedua, Islam mengatur
akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara
adalah tempat dimana suatu bangsa tinggal dan hidup sehingga tentram tidaknya dan nyaman tidaknya
sangat tergantung dari kondisi persatuan dan kesatuan. Negara yang persatuan dan kesatuannya kuat
akan cenderung dalam kondisi yang aman dan tentram, oleh karena itu dalam Islam persatuan dan
kesatuan menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pada ayat di atas telah dijelaskan
bahwa perbedaan itu merupakan kodrat Allah dan tidak ada satu orang pun yang mampu untuk
menghapus dan menghilangkan perbedaan tersebut.Perbedaan menjadikan seseorang berlomba-lomba
untuk menjadi yang terbaik (muttaqin) bukan menjadikan rusak dan runtuhnya persatuan dan kesatuan.
Al-Qur ‟ an menjelaskan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan sebagaimana yang tercantum
dalam
Al-Qur‟an surat Ali Imran ayat 103:
ًَُِ ۚ ‫وا ْﻋﺗَﺻَﯨﺎ ﺑﺣﺑْو ﱠاﻟلّٰ ج َُِﻋﺎ و َلَ ﺗَفَ ﱠﺳﻘُﯨﺎ‬
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai berai”
Ayat di atas memberikan penjelasan kepada kita untuk senantiasa berpegang teguh kepada ajaran-
ajaran Allah (Islam) yang menjadi pijakan utama dalam menjalani kehidupan di dunia dan Allah
memerintahkan kita untuk memperkuat persatuan dan kesatuan dan menghindarkan dari segala
perpecahan yang sangat berdampak bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Ketiga, Islam memerintahkan kepada orang beriman untuk membela tanah air. Tanah air yang menjadi
tempat hidup dan mencari penghidupan harus dibela bahkan membela tanah air merupakan bagian
daripada iman atau dengan kata lain membela tanah air adalah bagian
Al Ashriyyah, Vol. 5 No. 2 Oktober 2019 | 233
Usman Sutisna
dari konsekuensi keimanan seseorang. Nabi Muhammad Saw telah memberikan teladan kepada kita
dalam mencintai tanah air. Beliau sangat cinta terhadap dua kota, yakni Mekkah dan Madinah.
Mekkah adalah tempat beliau lahir dan Madinah adalah tempat dimana beliau ketika pertama kali
hijrah diterima oleh masyarakat Madinah dan tempat dimana Rasulullah membangun peradaban. Al-
Qur ‟ an memberikan petunjuk tentang pentingnya mencintai tanah air sebagaimana yang tercantum
dalam Al-Qur‟an surat Al-Qashshash ayat :85
َُ َِ َِٰ َ َ َُْ ِْ ‫إ َﱡ ا ى ﱠ ِر ٌ ف َ س ض ع ي َ ُْ َل ا ْى ق ُ ْس آ َُ ى َ س ا د ﱡ َك إ ى َ ً ٍ ع ا ٍد ۚ ق ُ ْو ز ب ّ ٍ أ َ ْع ي َ ٌ ٍ ِْ ج ا ء‬
ٍِ ُِ‫ِﺑﺎى ُھدَ ٰي َو ٍَِ ه َى ِفٍ َﺿل ٍه ٍُب‬
Ibnu „ Abbas menyatakan bahwa ayat di atas turun di Juhfah dekat Mekkah dalam perjalanan Nabi
menuju ke Madinah.Ketika itu beliau dalam bahaya.Hati dan pandangan beliau tertuju ke negeri yang
dicintainya dan yang terasa bagi beliau sangat berat untuk ditinggalkan, seandainya bukan karena
dakwah Islam lebih penting dan mulia bagi beliau dari negeri dan tumpah darahnya. Dalam artian
beliau sangat mencintai kota Mekkah namun karena perintah Allah dan dakwah Islam maka beliau
harus meninggalkan kota yang sangat dicintainya. Dengan demikian, cinta tanah air adalah telah
dicontohkan oleh Rasulullah sendiri.
Keempat, memecahkan persoalan umat dengan jalan musyawarah.Asal kata musyawarah yang sudah
menjadi Bahasa Indonesia tersebut adalah asywara yang berarti menampakkan sesuatu atau
mengeluarkan madu dari sarang lebah. Musyawarah berarti menampakkan sesuatu yang semula
tersimpan atau mengeluarkan pendapat (yang baik) kepada pihak lain. Orang yang bermusyawarah
laksana orang yang minum madu.5 Musyawarah dalam konteks kehidupan sosial sangat penting
terutama dalam rangka mencari solusi atas berbagai permasalahan karena dengan musyawarah maka
akan ditemukan berbagai pandangan atau pendapat dari hasil kerja keras akal sehingga bisa menjadi
alternative bagi berbagai persoalan. Dalam
5 Achmad Haris, Zubair. Kuliah Etika. (Jakarta: Rajawali Press, 2012). h. 217 234 | Al Ashriyyah, Vol.
5 No. 2 Oktober 2019
“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum- hukum) Al-Qur‟an, benar-benar
akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: “ Tuhanku mengetahui orang yang
membawa
petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata.”

Etika Berbangsa Dan Bernegara Dalam Islam
Islam, setiap persoalan yang terkait dengan orang lain harus diselesaikan dengan jalan musyawarah
karena dengan jalan ini akan adanya keterbukaan dan kerelaan. Sebaliknya jika persoalan diselesaikan
dengan sepihak sudah dipastikan akan terjadi keterpaksaan yang pada akhirnya bukan solusi yang
didapatkan akan tetapi justru masalah baru. Oleh karena itu, Islam menempatkan musyawarah sebagai
cara yang paling penting untuk menyelesaikan persoalan salah satunya yang terdapat dalam Al-Qur‟an
surat Ali Imran ayat 153:
‫َﻏًَّﺎُ ِﺑﻎٍَﱞ ِﯨَﻧَُْﻠﺗَْﺣَﺻﱡﯨﺎ َﻋﻲًَٰ ٍَاﻓَﺎﺗَُنٌْ َوَلَ ٍَاأَ َﺻﺎﺑَُنٌْۗ َو ﱠاﻟلﱡٰ َﺧِﺑٌُس ِﺑَﺎ‬
َُ ‫تَ ْع َﯾﻰ‬
“ (Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di
antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu
kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu
dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat yang menjadi pembahasan ini turun setelah peristiwa Uhud.Sebelum perang dilakukan Nabi
mengajak para sahabatnya untuk bermusyawarah tentang bagaimana menghadapi musuh. Pada
musyawarah tersebut, Nabi mengikuti pendapat mayoritas sahabat, meskipun hasilnya sungguh sangat
menyedihkan yang berakhir dengan kakalahan kaum muslim. Saat berakhir itulah Nabi memutuskan
untuk menghapuskan musyawarah.Namun dengan turunnya ayat ini, Allah berpesan kepada Nabi
bahwa tradisi musyawarah (yang luhur tersebut) tetap harus dipertahankan dan dilanjutkan meski
terbukti hasil keputusannya (kadang) keliru). Ayat di atas juga menjelaskan bahwa lapangan (obyek)
musyawarah adalah segala masalah yang belum terdapat petunjuk agama secara jelas dan pasti
sekaligus berkaitan dengan kehidupan duniawi.Sedangkan orang-orang yang bisa dan layak diajak
bermusyawarah sebagaimana dalam hadits Nabi ketika berpesan kepada Ali adalah orang yang tidak
berperedikat penakut, kikir dan berambisi.6
D. Etika Seorang Muslim Dalam Berbangsa dan Bernegara
6 Moch, Saragih, Kusnardi, Bintan D, Ilmu Negara (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2015). h. 142
ٌْ‫ِإذْتُ ْﺻِﻌدُوَُوَﻟَﺗَْﯾُﯨوَُ َﻋﯾًَٰﺄَﺣٍدَواﯨﱠﺳُﺳﯨُﮭَدُْﻋﯨُﻣٌِْﻔٍﺄُْﺧَﺳﺎُﻣٌْﻔَؤَﺛَﺎﺑَُن‬
Al Ashriyyah, Vol. 5 No. 2 Oktober 2019 | 235
Usman Sutisna
Dalam kondisi apapun, Allah Swt memerintahkan kepada umat Islam untuk senantiasa berakhlak yang
baik, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Namun, sebelum menjelaskan tentang etika
atau lebih khusus lagi akhlak dalam bernegara alangkah baiknya dijelaskan tentang beberapa hak dan
kewajiban seorang warga negara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.Hak warga
negara dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dimiliki oleh setiap warga negara dari negaranya
yang diatur oleh undang-undang sedangkan kewajiban warga negara adalah sesuatu yang harus
dilakukan oleh setiap warga negara terhadap negaranya. Adapun hak-hak sebagai warga negara
tercantum dalam UUD 1945 diantaranya adalah hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak (Pasal
27 Ayat 2), hak untuk ikut serta dalam membela negara (Pasal 27 Ayat 3), hak untuk berpendapat
(Pasal 28), hak untuk mendapatkan kebebasan beragama (Pasal 29), hak dalam pertahanan dan
keamanan (Pasal 30 Ayat 1), hak untuk mendapatkan pengajaran (Pasal 31 Ayat 1), hak untuk
mengembangkan dan memajukan kebudayaan (Pasal 32 Ayat 1), hak untuk mendapatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial (Pasal 33), dan hak bagi fakir miskin dan orang-orang terlantar untuk
mendapatkan perhatian dari negara. Sedangkan kewajiban warga negara terhadap negaranya adalah
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan tanpa kecuali (Pasal 27 Ayat 1), kewajiban membela
negara (Pasal 27 Ayat 3), dan ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (Pasal 30 Ayat
1). Dengan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa adanya hubungan timbal balik antara negara
dan warga negaranya, oleh karena itu sudah sepatutnya sebagai seorang muslim untuk menjalankan
segala kewajiban-kewajiban kita sebagai warga negara.
Secara garis besar, setidaknya ada tiga etika seorang muslim dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, yaitu menegakkan keadilan dan kebenaran, menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, dan
mewujudkan kemaslahatan umat.
Pertama, menegakkan keadilan dan kebenaran. Dalam kehidupan, kebenaran dan keadilan adalah
sesuatu yang paling dicari oleh setiap manusia bahkan kehidupan manusia itu sendiri disebut sebagai
proses dalam mencari keadilan dan kebenaran. Islam adalah agama yang akan selalu berpihak kepada
keadilan dan kebenaran bahkan menegakkan keadilan dan kebenaran adalah kewajiban bagi setiap
muslim kapan saja dan dimana saja. Karena saking pentingnya keadilan dalam kehidupan manusia,
Allah Swt memerintahkan kepada
236 | Al Ashriyyah, Vol. 5 No. 2 Oktober 2019

Etika Berbangsa Dan Bernegara Dalam Islam


orang-orang beriman agar selalu menegakkan keadilan dan kebenaran sebagaimana yang tercantum
dalam Al-Qur‟an surat Al-Maidah ayat 8:
ْ‫َا أَُﱠھﺎ اىﱠ ِرَ َِ آٍُْﯨﺎ ﻣُﯨﱡﯨﺎ ﻗَﯨﺎ ٍُِ َِ ﱠﻟلﱠ ُﺷﮭدَاء ﺑﺎ ْى ِق ْس ِط ۖ و َلَ َ ْﺟسَﱟْ ُنٌ َﺷَْﺂ ُ َِﱢ‬
َُ ‫ﻗَْﻰًٍ َﻋﯾًَُٰﺄَﱠﻟَﺗَْﻌِدﯨُﯨﺎۚاْﻋِدﯨُﯨﺎھَُﯨﺄَْﻗَﺳُﺑِﯨﯾﺗﱠْﻘَﯨٰﯾَۖواﺗﱠﻘُﯨﺎ ﱠاﻟﻺُِٰۚﱠ ﱠاﻟلﱠٰ َﺧِﺑٌُس ِب َ َ ا ت َ ْع َ َ ي ى‬
 “ Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa.Dan bertakwalah kepada Allah, seseungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Kedua, menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Secara genealogis, manusia diciptakan oleh Allah Swt
dari jenis yang sama, dari nenek moyang yang sama dan dari bahan yang sama. Persamaan inilah yang
menjadi dasar pentingnya menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Penegakkan nilai-nilai kemanusiaan
dalam Islam menjadi tujuan diturunkannya syariat (maqashidus syari ‟ ah) yang mencakup lima hal,
yaitu hak beragama (hifdhzud din), hak hidup (hifdhzun nafs), hak intelektual (hifdhzul „ aql), hak
kekayaan (hifdhzul maal), dan hak keturunan (hifdhzun nasl). Secara sosiologis, ajaran Islam akan
mengerucut pada lima hal tersebut karena lima hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat primer dan
utama dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, seorang muslim berkewajiban menegakkan
pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara apabila ini terwujud
maka cita-cita menjadi negara yang
baldatun thayyibatun warabbun ghafur akan tercapai.
Ketiga, mewujudkan kemaslahatan umat.Inti daripada syariat Islam adalah terwujudnya
kemaslahatan umat. Kemaslahatan ini bisa bersifat materil maupun non materil, baik untuk dirinya dan
juga untuk orang lain. Kemaslahatan adalah sesuatu yang bersifat universal, berlaku dimana saja dan
kapan sehingga harus diperjuangkan oleh setiap manusia.Dalam berbangsa dan bernegara, kebijakan
atau keputusan hukum harus mengacu kepada terwujudnya kemaslahatan umat bahkan dalam kaidah
fikih dikatakan bahwa kebijakan seorang pemimpin harus dikaitkan dengan kemaslahatan. Dengan
demikian, peran serta seorang muslim dalam politik secara umum dan kebijakan secara khusus adalah
ikut serta mendorong terwujudnya kemaslahatan
umat.
Al Ashriyyah, Vol. 5 No. 2 Oktober 2019 | 237
Usman Sutisna
E. Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia dalam Perspektif Islam
Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terdapat empat pilar yang menjadi
pondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
Tunggal Ika.Namun pertanyaannya apakah keempat pilar tersebut sejalan dengan ajaran-ajaran
Islam?Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka alangkah baiknya kita pahami satu persatu dari
komponen keempat pilar tersebut.
Pertama, Pancasila. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia yang dimana nilai-nilai
yang terdapat di dalamnya diambil dari karakter dan pandangan hidup dari bangsa Indonesia itu sendiri.
Terdapat lima sila dalam Pancasila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil
dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan, dan (5) Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika ditelusuri dan
dipahami dengan seksama satu persatu maka nilai-nilai Pancasila tidak ada yang bertentang dengan
ajaran-ajaran Islam atau bahkan sejalan dengan ajaran-ajaran Islam.Sila pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa merupakan esensi daripada ajaran akidah yang menjadi ajaran pokok dan utama.Sila kedua
kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan perintah Allah bahwa tegaknya keadilan dan manusia
beradab merupakan perintah Allah.Sila ketiga persatuan Indonesia, Islam memerintahkan kepada umat
Islam untuk mempererat silaturahim dan Islam sangat mengecam perpecahan. Sila keempat kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, sila ini
mengisyaratkan bahwa proses penentuan kebijakan harus melalui musyawarah dan musyawarah ini
merupakan ajaran daripada Al-Qur‟an. Dan kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sila
ini menunjukkan bahwa keadilan sosial merupakan tujuan daripada terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam Islam, tegaknya keadilan dan kebenaran merupakan kewajiban setiap
orang khususnya seorang muslim.
Kedua, Undang-undang Dasar 1945. Undang-undang dasar adalah hukum dasar (basic law) yang
menjadi dasar pijakan bagi kehidupan bangsa Indonesia.Undang-undang ini mengatur tentang bentuk,
sistem pemerintahan, pembagian kekuasaan, wewenang badan- badan pemerintahan, hak dan
kewajiban warga negara, dan lain
238 | Al Ashriyyah, Vol. 5 No. 2 Oktober 2019

Etika Berbangsa Dan Bernegara Dalam Islam


sebagainya. Dalam Islam, Al-Qur ‟ an dan as-Sunnah merupakan pijakan utama, selama UUD 1945
tidak bertentangan dengan ajaran Islam maka tentu tidak menjadi masalah bahkan sebaliknya jika
sesuai dengan ajaran Islam maka harus diterima dan dilaksanakan oleh setiap muslim.
Ketiga, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari
beraneka ragam suku, bangsa, bahasa, agama, adat, budaya dan sebagainya yang disatukan oleh
kesadaran bersama sehingga disebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia.Perbedaan dalam
kehidupan manusia merupakan kodrat Allah yang tidak bisa dirubah-rubah bahkan adanya keaneka
ragaman ini menjadikan Indonesia sebagai negeri yang kaya. Dalam Islam, keanekaragaman tersebut
bertujuan agar terjadinya saling mengenal dan bekerjasama dan keanekaragaman juga sebagai cara
Allah untuk menguji siapa yang paling takwa kepada Allah. Adanya perbedaan dalam bingkai
persatuan merupakan semangat yang ingin dicapai oleh ajaran Islam karena Islam sangat
mengutamakan pentinya persatuan dan kesatuan.
Keempat, Bhineka Tunggal Ika. Bhineka Tunggal Ika atau yang sering kita terjemahkan sebagai
berbeda tetapi tetp satu jua merupakan semboyan bangsa Indonesia untuk mempersatukan segala
perbedaan yang ada dalam bangsa Indonesia seperti suku, bahasa, agama, adat, budaya dan sebagainya.
Bhineka Tunggal Ika jika ditelusuri dalam ajaran Islam merupakan pengejawantahan daripada surat
Al-Hujurat ayat 13. Dimana perbedaan bukanlah menjadi penghalang bagi seseorang untuk
mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allahakan tetapi ketakwaan kepada-Nya merupakan kunci
untuk mendapatkan tempat yang mulia tersebut.
F. Kesimpulan
Sebagai agama universal, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik aspek mikro maupun
makro termasuk dalam hal ini adalah terkait tentang kehidupan berbangsa dan bernegara.Ajaran Islam
menekankan pentingnya etika atau akhlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar
terwujudnya kehidupan yang damai, tenteram dan sentosa.Etika atau akhlak berbangsa dan bernegara
dalam Islam dapat diwujudkan dengan menegakkan keadilan dan kebenaran, menegakkan nilai-nilai
kemanusiaan, dan mewujudkan kemaslahatan umat.Dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia, terdapat empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhineka Tunggal
Al Ashriyyah, Vol. 5 No. 2 Oktober 2019 | 239
Usman Sutisna
Ika.Empat pilar tersebut jika ditelusuri dan dipahami secara mendalam maka tidak ada yang
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam sehingga perlu didukung dan diimplementasikan oleh seluruh
warga negara Indonesia. Jikapun di dalamnya terdapat kekurangan, kelemahan atau kekeliruan maka
bisa direvisi sesuai dengan prosedur yang berlaku.

4Akhlak diartikan sebagai tindakan berulang-ulang yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-
hari serta ciri orang tersebut. Pengertian akhlak tercermin dalam perbuatan sehari-hari. Hal ini yang
mendasari orang tua selalu memberi pesan pada anaknya untuk berbuat baik.
2. Akhlak Mazmumah

Pengertian akhlak mazmumah yaitu sikap, tingkah laku dan tindakan buruk yang dilakukan seseorang
baik terhadap Allah, orang lain maupun lingkungan. Cara menghindari akhlak mazmumah dengan
terus mengingat Allah, menjauhi lingkungan yang berdampak buruk dan selalu bersabar.

Apakah seseorang yang semula berakhlak mazmumah dapat berubah menjadi akhlakul Karimah? Pasti
bisa. Niat yang kuat dapat membawa kamu ke dalam perbuatan yang baik. Merubah perangai adalah
tindakan yang terus menerus, tidak dapat instan.

Manfaat Akhlakul Mahmudah

Setiap muslim harus menjaga perbuatannya agar selalu mempunyai akhlakul mahmudah. Seperti
dalam pengertian akhlak, perbuatan baik harus dilakukan berulang-ulang setiap hari sehingga
tercermin dalam tindakan seorang muslim. Adab dan sopan santun harus terus dijaga.

Pengertian akhlak adab dan sopan santun saling terkait. Adab adalah segala bentuk perilaku atau tata
cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun dan kebaikan budi pekerti atau akhlak. Manfaat
akhlakul karimah adalah:

1. Dicintai Rasulullah SWT

Rasulullah selalu meminta umatnya untuk berbuat baik. Beliau juga selalu mencontohkan akhlak
mulia setiap hari. Hadist riwayat Tirmizi menyebutkan bahwa seorang muslim yang berbuat baik maka
akan dekat dengan Rasulullah.

2. Menambah Timbangan Amal Baik di Hari Akhir

Allah sangat mencintai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Perbuatan tersebut akan menambah
berat timbangan amal kebaikan kelak di hari akhir. Derajat orang yang berakhlak mulia sama dengan
berpuasa atau shalat. Ini dijelaskan dalam hadits,

Contoh Akhlak Terpuji

Akhlak terpuji bersumber pada Al Quran dan hadits. Orang yang berakhlak karimah akan selamat di
dunia dan akhirat. Pengertian akhlak yang terkait dengan amalan mengacu pada tindakan keseharian
dalam beragama dan bermasyarakat. Contoh akhlak terpuji adalah:
Pada Allah

Allah SWT Maha Baik, memberi segala hal yang dibutuhkan manusia. Orang yang beriman mengakui
adanya Allah dan terus berbuat baik sebagai ucapan rasa syukur. Manusia telah diciptakan menjadi
makhluk paling sempurna di muka bumi. Sebagaimana firmanNya:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan
Dia memberi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. ” (QS. An Nahl(16) :
ayat 78).

Dengan semua kenikmatan yang diberikan sudah sepantasnya manusia selalu mengikuti perintahNya
dan menjauhi laranganNya. Berbuat baik bukan hanya karena ada orang yang melihat saja. Allah
Maha Mengetahui semua tindakan hambaNya. Akhlak mulia terhadap Allah di antaranya adalah:

1. Ikhlas

Ikhlas berarti tidak mengharap apa pun. Setiap umat Islam ketika melakukan suatu perbuatan tidak
boleh mengharap apa-apa dari orang lain, kecuali ridho Allah. Keikhlasan dalam berbuat baik seperti
ketika beramal akan mendatangkan kebaikan, langsung dari Allah SWT.

2. Sabar

Sabar berarti menerima dengan ikhlas semua ketentuan Allah, tidak protes dan tidak marah. Kesabaran
seseorang akan menjadikan hatinya lembut dan selalu bersyukur. Sifat ini sangat utama karena akan
membuat hati menjadi tenang dan selalu berprasangka baik pada Allah.

3. Syukur

Bersyukur adalah sikap berterima kasih atas semua karunia Allah. Orang yang bersyukur tidak
meminta lebih dari yang sudah didapat. Rasa syukur akan membuat seseorang merasa apa yang
diberikan Allah cukup untuknya.

4. Tawakal

Sikap tawakal merupakan rasa optimis, berdoa, berusaha dan menyerahkan semua hasilnya kepada
Allah. Seseorang yang tawakal tidak akan takut gagal, namun jika terjadi dia akan bangkit dan
berusaha kembali semaksimal mungkin.

5. Takut

Rasa takut berbuat dosa harus dimiliki oleh setiap umat Islam. Perasan takut pada Allah adalah
perbuatan baik yang harus ditanamkan sejak kecil. Allah sangat menyayangi umatnya yang selalu
berbuat baik.

6. Taubat
Taubat merupakan akhlak terpuji. Seseorang dapat saja melakukan kesalahan. Segera menyadari dan
bertaubat, yaitu berjanji serta berusaha untuk tidak mengulangi adalah perbuatan yang mulia. Allah
Maha pengampun, akan memaafkan hambaNya yang mau bertaubat

Pada Manusia

Pengertian akhlak yang berarti tindakan sehari-hari harus didasari keimanan. Dengan demikian setiap
perbuatan selalu benar dimata Allah. Berkata lembut dan saling menolong merupakan cerminan sifat
baik pada manusia. Berikut contoh akhlak Karimah kepada sesama manusia:

1. Husnudzon

Husnudzon adalah berprasangka baik. Sikap ini harus dimiliki dan menjadi dasar dalam berhubungan
dengan orang lain. Dengan berhusnudzon maka teman atau rekan akan merasa dihormati dan tetap
mau berkomunikasi.

2. Menjaga Hubungan Baik

Menjaga hubungan baik dapat dilakukan dengan berbagai cara. Saling berkirim kabar, menyapa ketika
bertemu merupakan salah satunya. Selain itu dapat juga dilakukan dengan berbagi rejeki atau
membantu kesulitan teman.
3. Berkata Benar

Sebagai seorang muslim, semua informasi atau apa yang disampaikan harus didasari fakta. Jangan
menyebar informasi palsu atau hoax. Hal ini akan membuat orang lain sulit percaya kembali dan dapat
menimbulkan fitnah.

4. Saling Menghargai

Allah SWT menyukai hambaNya yang selalu menghargai sesama, tidak saling mengejek dan
menghina. Sifat menghargai orang lain merupakan hal terpuji yang harus terus dipupuk. Saling
menghargai akan menjadikan hubungan pertemanan semakin baik dan akrab.

5. Saling sayang

Sifat saling menyayangi merupakan hal fitrah atau mendasar bagi manusia. Rasa sayang akan
menyebabkan hubungan pertemanan menjadi kuat dan erat. Berdasar sifat ini orang rela membantu
dan menolong tanpa pamrih.

Contoh Akhlak Tercela

Akhlak tercela atau Mazmumah adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah. Tindakan tersebut dapat
merugikan diri sendiri maupun orang lain. Sifat tersebut harus dijauhi oleh semua umat Islam karena
dapat membawa akibat buruk. Berikut contoh akhlak Mazmumah:

Pada Allah
Allah ingin hambanya selalu berbuat baik. Semua perbuatan tersebut akan kembali kepada masing-
masing individu. Ketenangan hati tidak akan diperoleh orang yang senang berbuat buruk. Akhlak
Mazmumah pada Allah di antaranya:

1. Musyrik

Musyrik yaitu menyekutukan Allah. Sedangkan sudah jelas sifat Allah Maha Esa, hanya satu tidak ada
yang lain. Orang musyrik biasa menyembah selain pada Allah. Sifat ini bertentangan dengan ajaran
Islam. Pengertian akhlak mulia harus selalu diingat sehingga menjauhkan dari sifat musyrik
2. Murtad

Murtad adalah istilah yang diberikan kepada orang yang sebelumnya menganut agama Islam kemudian
pindah keyakinan. Orang murtad tidak akan mendapat ampunan oleh Allah sampai dia menyadari dan
kembali hanya menyembah kepada Allah.

3. Munafik

Sifat munafik adalah perbuatan yang suka berbohong. Apa yang diucapkan berbeda dengan hatinya.
Di depan seseorang pura-pura tulus, namun di belakang tidak sama. Akhlak seperti ini sangat dilarang
dalam ajaran Islam

4. Takabur

Takabur berarti sombong. Seorang muslim harus menghindari sifat ini. Semua yang dimiliki hanya lah
titipan dari Allah, jadi tidak ada yang pantas untuk disombongkan. Perbuatan ini akan membuat
seseorang enggan untuk bersyukur.

Anda mungkin juga menyukai