Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

tentang
Akhlak Mahmudah Dan Akhlak Mazmumah

Dosen Pengampu : Dr. Murni, S.Pd.I., M.Ag.

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Anggota:
WILDA SHABRINA (230702011)
MAHDEVI RISQINA (230702009)

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang mana senantiasa memberikan kenikmatan
dan hidayah kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas dari ibu Dr.
Murni, S. Pd.I., M. Ag. selaku dosen pada mata kuliah ilmu akhlak. Selain itu, pembuatan
makalah ini bertujuan guna menambah wawasan kita mengenai akhlak mahmudah dan
akhlak mazmumah.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami menantikan kritik dan saran yang nantinya akan membangun kesempurnaan di makalah
ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Banda Aceh, 24 Agustus 2023

Wilda Shabrina / Mahdevi Risqina


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur‟an dalam
penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam Islam
mendapat perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, akhlak berarti sifat atau tabiat.
Berdasarkan istilah, akhlak berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang yang
melahirkan perbuatan baik dan buruk.
Konsep Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yg tertanam dalam jiwa seseorang,
darinya lahir perbuatan yang mudah tanpa pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Akhlak
meliputi jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan. Akhlak meliputi
hubungan hamba dengan Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual keagamaan dan berbentuk
pergaulan sesama manusia (horizontal) dan juga sifat serta sikap yang terpantul terhadap
semua makhluk (alam semesta). Bagi seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang
terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada
dirinya adalah sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh teladan)
terbaik bagi seluruh kaum Muslimin.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat di
rumuskan :
1. Apa pengertian akhlak ?
2. Apa pengertian akhlak mahmudah dan mazmumah ?
3. Apa macam akhlak mahmudah dan mazmumah ?
4. Bagaimana cara menghindari akhlak mazmumah?

1.3. Tujuan Penulisan


Sebagaimana persoalan yang telah disebutkan atau dibahas di rumusan masalah
maka tujuan diadakannya penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertain akhlak.
2. Untuk mengetahui dasar-dasar akhlak mahmudah dan mazmumah.
3. Untuk mengetahui macam akhlak mahmudah dan mazmumah.
4. untuk mengetahui cara menghindari akhlak mazmumah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akhlak


Istilah akhlak sebenarnya merupakan istilah yang netral, yaitu mencakup pengertian
perilaku baik dan buruk seseorang. Jika perbuatan yang dilakukan seseorang itu baik, disebut
dengan istilah al-akhlaq al-karimah (akhlak yang mulia). Namun jika perbuatan yang muncul
dari seseorang itu buruk, disebut dengan al-akhlaq al-madzmumah (akhlak tercela).
Ketika akhlak dipahami sebagai suatu keadaan yang melekat pada diri seseorang,
maka suatu perbuatan baru bisa disebut akhlak jika memenuhi beberapa syarat berikut.
Pertama, perbuatan tersebut dilakukan secara berulang- ulang. Artinya, jika suatu perbuatan
hanya dilakukan sesekali, tidak dapat disebut akhlak. Kedua, perbuatan tersebut muncul
dengan mudah, tanpa dipikirkan terlebih dahulu, sehingga ia benar-benar merupakan suatu
kebiasaan. Artinya, jika perbuatan tersebut timbul karena terpaksa, sebab beberapa
pertimbangan atau berbagai motif yang lain, tidak bisa dikatakan akhlak. (Samsul Munir,
2022)
Rasulullah memerintahkan umatnya untuk berakhlak baik seperti yang terkandung
dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Al-Khattab:

Dari sahabat Ibnu Umar bahwasannya ia berkata: Dahulu aku bersama Rasulullah
maka seseorang dari kaum anshor mendatangi beliau dan mengucapkan salam. Kemudian
berkata: ‘Yaa Rasulullah! Mukmin mana yang paling afdal?’ Rasulullah bersabda: “Yang
paling baik akhlaknya.” Dia berkata lagi, ‘Mukmin mana yang paling cerdas?’ Rasulullah
bersaba: “Yang paling banyak mengingat kematian, dan yang paling baik mempersiapkan
untuk setelah kematian, mereka itulah yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah. No. 4259)

2.2 Pengertian Akhlak Mahmudah dan Akhlak Mazmumah


A. Pengertian Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah akhlak yang terpuji, yaitu segala macam bentuk
perbuatan, ucapan, dan perasaan seseorang yang bisa menambah iman dan
mendatangkan pahala. Akhlak mahmudah ialah akhlak yang baik, berupa semua perbuatan
yang baik yangmharus dianut dan dimiliki setiap orang (Dhewi Putri Ayu Sumirah, 2021).
Akhlak mahmudah merupakan akhlak yang mencerminkan ajaran Rasulullah SAW,
sebagaimana Beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah SWT) untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia”.(HR. Bazzar dan Bayhaqi)
B. Pengertian Akhlak mazmumah
Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama
(Allah dan Rasul-Nya). Contohnya : hidup kotor, berbicara jorok/ kasar, bohong, sombong,
malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, kikir, serakah, pesimis, putus
asa, marah, fasik, dan murtad, kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadhab,
tamak, takabbur, hasad, dendam, ghibah, fitnah, namimah, aniaya dan diskriminasi,
perbuatan dosa besar seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi
narkoba, israf, dan tabdzir. (Mustofa & Kurniasari, 2020).

2.3 Macam-Macam Akhlak Mahmudah Dan Akhlak Mazmumah


A. Macam-Macam Akhlak Mahmudah
Ada pula macam-macam akhlak mahmudah yaitu:
1. Ikhlas
Ikhlas dalam bahasa diartikan sebagai tulus atau murni, yaitu melakukan
setiap aktivitas (baik aktivitas yang berhubungan dengan dunia maupun aktivias
yang berhubungan dengan akhirat) semata-mata hanya untuk mendapatkan ridho
Allah SWT. sebagaimana pada doa iftitah dalam sholat yang sering kita baca:

“sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya milik Allah Tuhan semesta
alam”.
2. Tawakkal
Tawakkal yaitu berpasrah diri kepada Allah SWT. Berpasrah diri disini bukan berarti
pasrah tanpa melakukan usaha, justru tawakkal adalah bentuk kepasrahan diri tanpa
menghilangkan nilai usaha. Tawakkal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada
Allah SWT. Untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemudharatan, baik
menyangkut urusan dunia maupun akhirat. Sebagaimana Allah SWT berfirman pada surah
At-Taghabun: 13

“(Dialah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin
bertawakkal kepada Allah saja”.
3. Sabar
Sabar diartikan sebagai sifat tabah dalam menghadapi segala macam bentuk
cobaan hidup dan masalah yang menimpa. Sifat sabar memang sangat berat
kecuali bagi orang-orang yang memiliki pondasi hati yang kuat. Allah SWT
berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 45:

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya hal
itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu”.
4.Syukur
Syukur diartikan sebagai wujud dari rasa berterima kasih kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan nikmat yang Dia berikan dengan menjalankan semua perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya. Wujud rasa syukur diungkap kan dengan perkataan,
perbuatan, dan hati. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 152:

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.
5.Zuhud
Zuhud ialah mengutamakan kepentingan akhirat diatas kepentingan dunia. Orang-
orang yang zuhud adalah orang-orang yang enggan berurusan dengan urusan dunia
kecuali urusan dunia yang bisa mendukung urusan akhirat, seolah-olah mereka tidak peduli
atas macam kemewahan dunia yang bersifat semu, sertamenghabiskan segenap waktu
dengan beribadah, berdzikir, bermunajah, dan lain-lain.
Seperti yang sudah kita ketahui, makna zuhud hukan berarti meninggalkan usaha dan
kerja mencari penghidupan, bukan berarti meninggalkan sebab sebab dan tidak
mengambilnya, atau lari dari tanggung jawab individual dan sosial. Sebab Islam sangat
peduli terhadap kehidupan dunia dan menaruh perhatian yang amat besar, sesuai dengan
fungsinya untuk mempertahankan kemaslahatan individual dan sosial Karena itulah Islam
memerintahkan orang Muslim untuk mengambil bagiannya dari dunia, sebagaimana firman-
Nya dalam surah Al-Qashash: 77

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”.
6.Haya’ atau Malu
Maksud “malu” disini adalah memiliki sifat malu untuk melakukan sebuah
keburukan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Orang yang
mempunyai malu tidak hanya dari hati saja, tetapi juga ditunjukkan dari perkataan dan
perbuatan. Sifat haya’ atau malu merupakan salah satu ciri 99 cabang iman:

“Malu sebagian dari iman”.

B. Macam-Macam Akhlak Mazmumah


Ada pula macam-macam akhlak mazmumah yaitu:
1. Riya’
Secara etimologis, riya' berasal dari kata ra-a, ya-ra (melihat), a-ra-a, yuri-u,
(memperlihatkan). Menurut Ibnu Hajar al-Asqolani, riya' adalah menampakkan Ibadah
dengan tujuan agar dilihat oleh manusia, lantas mereka memuji pelaku amalan itu.
Sedangkan Imam Al-Ghozali mengatakan, riya' adalah mencari kedudukan pada hati
manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Sementara Prof. Yunahar Ilyas mengatakan, Orang yang riya' adalah orang yang
ingin memperlihatkan kepada orang lain kebaikan yang dilakukannya. Niatnya berubah tidak
lagi mengharap rida Allah, tetapi bergeser ingin mendapatkan perhatian dan pujian di hati
orang lain. Penyakit riya' ini bisa menghapus amal kebaikan yang pernah dilakukan,
walaupun dia beramal surga, tetapi akan dimasukkan oleh Allah ke dalam panasnyà api
neraka. Salah satu surah yang membahas tentang riya’ ialah surah Al-Baqarah: 264

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu


dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.
2. Sum’ah
Sebagaimana penyakit riya', sum'ah ini juga tergolong penyakit yang bisa
menjadikan amal-amal yang dilakukan seseorang akan lenyap tanpa bekas dan manfaat.
sum'ah menuntut orang lain bisa mendengar amal-amal yang dia melakukannya, sehingga
orang yang sum'ah ini berupaya memperdengarkan kebaikan atau kebagusan amalnya agar
mendapatkan tempat di hati manusia. Seperti, membaca Al-Qur'an dengan niat kebagusan
suaranya untuk manusia, ceramah-ceramah yang disampaikan yang memukau pendengar
dengan niat untuk selain Allah.
3. Ujub
Terkadang seseorang sudah merasa, terlepas dari penyakit riya' jauh dari penyakit
hasad dan dengki, namun secara tidak sadar jiwanya masih terbelenggu dengan penyakit
yang lain, yaitu ujub. Kagum pada dirinya sendiri, bangga dengan amalannya sendiri, bangga
dengan ilmunya, nasabnya, hartanya, pengaruhnya, jabatannya, keberhasilan dakwahnya
dan sebagainya yang dirasa paling hebat adalah dirinya. Adapula salah satu surah membahas
ujub, ialah surah Al-Isra’: 37

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai
setinggi gunung”.
4. Kibir
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kibir adalah menganggap dirinya lebih
(kuat dan sebagainya); takabur, sombong, angkuh. Menurut istilah, kibir adalah sikap
angkuh, merasa dirinya lebih dari pada orang lain, memandang remeh orang lain serta tidak
mau taat/tunduk kepada Allah Swt.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.

2.4 Cara Menghindari Akhlak Mazmumah


A. Perbanyak beribadah
Tingkatkan ibadah kepada Allah SWT. Tujuan hidup dalam Islam adalah untuk
beribadah kepada Allah, karena manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah untuk
beribadah kepadaNya. Maka usahakan untuk meningkatkan ibadah kita agar dapat menjadi
cara menjadi pribadi yang baik dan Islami, dan menghindari semua perilaku tecela tersebut.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 21)
B. Biasakan Berbagi
Orang yang egois adalah orang yang tidak terbiasa berbagi. Maka, cara
menghilangkan sifat egois adalah dengan membiasakan diri berbagi dengan sesama, dimulai
dari keluarga dan teman dekat. Lakukan semuanya dengan hati ikhlas dan karena ingin
membantu orang lain serta berbagi kebahagiaan bersama.
C. Selalu Bersyukur Atas Nikmat Allah SWT
Dalam hidup, karunia Allah bisa datang dalam bentuk apa saja. Orang yang
mempunyai perilaku tercela tidak bisa merasakan karunia yang diberikan kepadanya, dan
selalu merasa kurang. Biasakan untuk mengucap syukur atas segala kejadian baik yang kita
alami, sekecil apapun itu. Bersyukur adalah cara merubah diri menjadi lebih baik dan
terhindar dari perilaku yang tercela. Salah satu ayat yang membahas tentang ini ada pada
surah Ibrahim: 7

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu


bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih””.

D. Pahami Keterbatasan Manusia


Manusia hanya makhluk yang sangat kecil dalam alam semesta ini. Tidak ada
gunanya bersikap angkuh, sombong dan tinggi hati. Sebagai manusia kita punya banyak
kekurangan yang nyata di hadapan kekuasaan Allah yang begitu besar. Sadarilah hal itu
sebagai cara menghindari sifat takabur dan cara menghilangkan sifat angkuh dan sombong.
E. Jaga Tali Silaturahmi
Menghilangkan perilaku tercela bisa dengan menjalin tali silaturahmi yang baik
dengan sesama muslim. Jika kita memiliki silaturahmi yang terjalin baik. tentunya tidak akan
mudah bagi kita untuk merasa iri dengki, bersikap egois, bergunjing dan emosional, bahkan
mengadu domba. Jika memiliki hubungan baik dengan orang lain dalam pergaulan, hal itu
dapat menjadi cara menjaga kesehatan hati agar tidak dikotori perasaan buruk.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Akhlak islamiyah dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mahmudah (fadilah) yaitu akhlak
yang terpuji. Macam-macam dari sifat terpuji yaitu ikhlas, tawakkal, sabar, syukur, zuhud,
rasa malu dan lainnya. Sedangkan akhlak mazmumah (qabihah) yaitu akhlak yang tercela,
macam-macam akhlak tercela yaitu riya, sumah, ujub, kibir. Dan untuk menghindari sifat
tercela tersebut sebaiknya kita harus Perbanyak beribadah, biasakan berbagi, bersyukur atas
nikmat allah, pahami keterbatasan manusia dan menjaga silaturahmi.

3.2. Saran
Demikianlah makalah ini penulis susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan dan kesalahan
sehingga kami mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan makalah kami ini.
Daftar pustaka

Amin, S. M., 2022. Ilmu Akhlak. In: D. Ulmila, ed. Jakarta: Amzah, p. 292.

Hanbal, I. A. b., 2020. Zuhud Cahaya Qalbu. In: s.l.:Darul Falah, p. 462.

Sari, M., 2016. Sabar dan Syukur. In: A. Zirzis, ed. Jakarta: Amzah JI., p. 274.

Suhadi, R., 2020. Akhlak Madzmumah Dan Cara Pencegahannya. In: M. Busiri, ed. Yogyakarta:
Deepublish, p. 228.

Ubaid, U. A., 2022. Sabar dan Syukur. In: A. Zirzis, ed. Jakarta: Amzah, p. 229.

Anda mungkin juga menyukai