Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SUMBER AJARAN AKHLAK

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah

Akhlak Tasauf

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Moch Sugandi, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 1

Dede Sudarna (2203010014)

Muhamad Zaenal Mutaqin (2203010027)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

AL BADAR – CIPULUS

2023
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum wr. wb.

Bismillah, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala,


shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta, hakim termulia yang adil dan bijaksana, pengikis habis ajaran komunis dan
kafitalis yaitu habibana wannabiana Muhammad shalallahu allaihi wasallam. Tak
lupa kepada para keluarganya, para sahabatnya, para tabiin, atba’utt tabiin, sampai
kepada kita semua selaku ummatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya
di Hari Kiamat, aamiin.

Alhamdulillah dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala kami bisa


menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sumber Ajaran Akhlak” Tugas ini
disusun demi memenuhi nilai mata kuliah Akhlak Tasauf.

Demikian kurang lebihnya yang bisa dipaparkan dalam pembuatan tugas


makalah ini, adapun kekurangannya mohon dimaafkan. Semoga para pembaca bisa
memahami apa yang penulis sajikan dalam hasil makalah ini. Kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan kita semua kedepannya.
Sekian dari kami.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Purwakarta, 27 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II ...........................................................................................................................3
2.1 Sumber Ajaran Akhlak, Etika Dan Moral .........................................................3
BAB III ........................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 10
3.2 Saran .................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al Qur'an sebagai dasar (rujukan) Ilmu Akhlak yang pertama, hal ini dinilai
karena konteksnya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan dasar-dasar yang lain.
Mengingat al-Qur'an merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada keraguan
baginya untuk dijadikan sebagai dasar atau asas.

Nilai-nilai yang ditawarkan oleh al-Qur'an sendiri sifatnya komprehensif.


Perbuatan baik dan buruk sudah dijelaskan di dalamnya. Hanya saja, ada yang
perlu diperhatikan. Mengingat ada banyak ayat-ayat al-Qur'an yang
membutuhkan penafsiran. Sehingga untuk mememudahkan, orang-orang akan
merujuk kepada al- Hadits ( sebagai Asbabun Nuzul suatu ayat) dan al-Aqlu
(penalaran akal). Sejauh manakah campur tangan kedua dasar tersebut pada
persoalan Ilmu Akhlak. Pastinya al-Hadits dan al-Aqlu tidak akan merubah pesan
yang ingin disimpaikan oleh al- Qur'an.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergaul dengan manusia yang


lain. Karena manusia mempunyai fitrah sebagai makhluk sosial. Dalam
pergaulannya itulah, manusia dituntut untuk senantiasa menjalankan interaksi
dengan sesamanya dengan penuh keharmonisan dan tentunya semua itu harus
dilandasi dengan akhlak dan etika terpuji.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa Saja Yang Menjadi Dasar Sumber Ajaran Akhlak?


2) Apa Sumber Ajaran Moral?
3) Apa Sumber Ajaran Etika?

1
1.3 Tujuan

1) Mengetahui Sumber Ajaran Akhlak


2) Mengetahui Sumber Ajaran Moral
3) Mengetahui Sumber Ajaran Etika

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sumber Ajaran Akhlak, Etika Dan Moral

A. Akhlak

Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al- Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya
adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut
ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu
bisa berbeda-beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain
belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut
sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik.

Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan Sunnah)
sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan Rasulullah Saw.
Keduanya hingga sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi
yang memang dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis yang tidak
benar (dha'if/palsu). Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat
sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan
mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub,
takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak
menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan
memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan
adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan
buruknya akhlak manusia. Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk
menentukan baik dan buruk adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum
masyarakat. Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada
masalah-masalah lain. Karena misi Nabi Muhammad diutus untuk
menyempurnakan Akhlak. Manusia dengan hati nuraninya dapat juga menentukan
ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan potensi dasar kepada manusia
berupa tauhid. Allah Swt. berfirman: Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunananak- anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)"." (QS. al-A'raf: 72).

Akhlak bisa dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang yang mengerti benar akan
kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah
dan tunduk kepada-Nya merupakan ciri-ciri orang yang mempunyai akhlak. Oleh
karena itu seseorang yang sudah benar-benar memahami akhlak maka dalam
bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati, pikiran, perasaan,
bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak
yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dewasa ini banyak sekali anak
yang menentang dan melawan terhadap orang tunya, ini merupakan fenomena yang
lazim terjadi di masyarakat kita, akhlak seorang anak terhadap orang tua sudah
sangat menghawatirkan. Mereka bisa bersikap baik dengan teman tapi tidak bisa
bersikap baik kepada orang tua, ini merupakan contoh kecil dari penyelewengan
akhlak yang sering dilakukan oleh remaja dan anak zaman sekarang.Dalam Islam
ajaran tentang akhlaq merupakan bagian integral dalam setiap sendi kehidupan
umat Islam, bahkan Nabi Muhammad SAW diturunkan kebumi menjadi Rasul.
Salah satu tujuannya adalah menyempurnakan akhlak manusia.

Hal itu ditegaskan dalam sebuah hadis. Artinya: "Sesungguhnya aku


(Muhammad) diutus menjadi Rasul ke dunia ini tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlaq" (al-Hadits)." Sedangkan menurut istilahal-Ghazali
akhlaq adalah: "Suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seseorang manusia yang dapat
melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang mudah dan spontan tanpa reka
pikiran". (Imam Ghazali).

4
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan
hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti
pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani
mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, akhlak yang
baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki
bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab
seseorang untuk dapat masuk Surga. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang
mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah
sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor."

Landasan akhlak yang baik yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah yang dijadikan
pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak memiliki posisi yang sangat
penting, akhlak diposisikan sebagai salah satu rukun agama Islam. Sedangkan
manfaat mempelajari akhlak antara lain: mengetahui tujuan utama diutusnya Nabi
Muhammad SAW, menjembatani kerenggangan antara akhlak dan

ibadah, serta meneerapkan pengetahuan tentang akhlak dalam kehidupan.

B. Etika

Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah "Ethos", yang berarti hati
nurani ataupun perikelakuan yang pantas (atau yang diharapkan). Secara sederhana
hal itu kemudian diartikan sebagai ajaran tentang perikelakuan yang didasarkan
pada perbandingan mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Istilah ini sama dengan ilmu akhlaq (dalam Islam), yaitu "suatu ilmu yang
menerangkan pengertian baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia". "Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu

5
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (QS. An-Nur: 27) Ayat ini
menerangkan tentang etika kunjung-mengunjungi yang merupakan bagian dari
tuntunan ilahi yang berkaitan dengan pergaulan dengan sesama manusia. Karena
dalam ayat ini mengandung sekian banyak ketetapan, hukum-hukum dan tuntunan-
tuntunan yang sesuai bagi kehidupan, antara pergaulan antar sesama manusia, pria
dan wanita.

Dalam ayat diatas sebenarnya merupakan tuntunan kepada umat Islam agar
ketika bertamu dan berkunjung ke rumah orang lain, harus mengucap salam serta
meminta izin kepada pemilik atau penghuni rumah.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk terbaik dari sekian makhluk yang
diciptakan oleh Allah. Manusia oleh Allah diberi kehormatan atau karamah, bahkan
lebih dari itu ia diangkat sebagai “khalifah Allah” di atas bumi ini. Kemuliaan
manusia ditandai dengan pemberiannya yang sangat bermakna tinggi, sehingga
menjadikan manusia dapat menguasai alam ini. Pemberian itu berupa “akal dan
pikiran” yang mampu mengangkat harkat dan derajat manusia. Dengan akal
pikiran, manusia dapat menerima, mencari, dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kelebihan manusia, disamping akal pikirannya, juga karena nafsu
dan perasaan. Manusia dengan nafsunya mempunyai semangat, etos, dan sikap
emosional lain yang positif. Manusia dengan intuisinya mempunyai daya estetik
dan etik yang juga mampu mengangkat harkat dan derajatnya.

Biasanya ukuran-ukuran itu dipengaruhi oleh budaya, lingkungan, dan ajaran


agama sehingga terjadi perbedaan penilaian antara satu daerah dengan daerah lain.
Suatau perbuatan dinilai baik di satu derah, belum pasti dinilai sama di daerah lain.
Hal ini akan bergantung pada kesepakatan sosial yang terjadi, baik atas pengaruh
budaya, lingkungan, maupun ajaran agama dan kepercayaan di masyarakat. Oleh
karenanya, ukuran-ukuran itu sering bergeser akibat perubahan sosial yang terjadi.
Islam telah meletakkan dasar-dasar untuk mentukan tingkah laku yang baik dan
buruk. Ia tidak mendasarkan konsep al-ma’ruf (yang baik) dan al-munkar (yang
buruk) semata-mata pada rasio,nafsu, instuisi. Dan pengalaman- pengalaman yang

6
muncul lewat pada panca indra yang mengalami perubahan. Tetapi ia telah
memberikan sumber yang tetap, yang menentukan tingkah laku moral yang tetap
dan universal, yaitu Al-Qur'an dan sunnah, dasa-dasar itu menyangkut kehidupan
komunitas bangsa.

C. Pengertian Moral

Kata moral berasal kata latin ''mos'' yaitu kebiasaan. Moral berasal dari Bahasa
Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.Manusia yang tidak memiliki
moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di
mata manusia lainnya.Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
manusia.Namun demikian karena manusia selalu berhubungan dengan masalah
keindahan baik dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidak
layaknya sesuatu.

Moral merupakan istilah tentang perilaku atau akhlak yang diterapkan kepada
manusia sebagai individu maupun sebagai sosial. Moralitas bangsa artinya, tingkah
laku umat manusia yang berada dalam suatu wilayah tertentu di suatu negara.
Apabila diartikan sebagai tindakan baik dan buruk dengan ukuran adat, konsep
moral berhubungan juga dengan konsep adat yang dapat dibagi menjadi dua macam
adat, yaitu:

1) Adat shahihah, yaitu adat yang merupakan moral suatu masyarakat yang
sudah lama dilaksanakan secara turun temurun dari berbagai generasi, nilai-
nilainya telah disepakati secara normatif dan tidak bertentangan dengan
ajaran-ajaran yang berasal dari agama Islam, yaitu al-Qur'an dan Sunnah.
2) Adat fasidah, yaitu kebiasaan yang telah lama dilaksanakan oleh masyarakat,
tetapi bertentangan dengan ajaran Islam.

Berbicara mengenai moral, berarti berbicara tentang tiga landasan utama


terbentuknya moral, yaitu:

7
1) Sumber moral atau pembuat moral. Dalam kehidupan bermasyarakat,
sumber moral dapat berasal dari adat kebiasaan. Pembuatnya bisa seorang
raja, sultan, kepala suku, dan tokoh agama. Bahkan mayoritas adat dilahirkan
oleh kebudayaan masyarakat sendiri yang menciptanya tanpa diketahui
sumbernya.
2) Orang yang menjadi objek sekaligus subjek dari sumber moral dan
penciptanya. Moralitas sosial yang berasal dari adat, sedangkan objek dan
subjeknya adalah individu dan masyarakat yang sifatnya lokal, karena adat
hanya berlaku untuk wilayah tertentu.
3) Tujuan moral, yaitu tindakan yang diarahkan pada target tertentu, seperti
contoh ketertiban sosial, keamanan dan kedamaian. Dalam moralitas Islam,
tujuan moralnya adalah untuk mencapai kemaslahatan duniawi dan ukhrawi.

Beberapa istilah tentang moral, etika dan akhlak juga budi pekerti sering
disinonimkan antar istilah yang satu dengan yang lainnya, karena pada dasarnya
semuanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi orientasi sebagai petunjuk
kehidupan manusia. Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang
amat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik kapasitasnya
sebagai pribadi (individu) maupun sebagai anggota suatu kelompok (masyarakat
dan bangsa). Peradaban suatu bangsa dapat dinilai melalui karakter moral
masyarakatnya. Moral memiliki kedudukan yang amat penting karena, manusia
dalam hidupnya harus taat dan patuh pada norma-norma, aturan-aturan, adat
istiadat, undang-undang, dan hukum yang ada dalam suatu masyarakat. Norma-
norma, aturan-aturan, undang-undang, dan hukum, baik yang dibuat atas
kesepakatan sekelompok manusia atau aturan yang berasal dari hukum Tuhan
(wahyu). Berkaitan dengan norma-norma, aturan-aturan, adat istiadat, undang-
undang, dan hukum yang mengatur kehidupan manusia, maka faedah atau fungsi
moral adalah agar manusia dapat hidup sesuai dengan norma yang disepakati dalam
komunitas kehidupan manusia maupun hukum dari Tuhan. Adapun moral dalam
proses pembelajaran yang mengajarkan tentang cara berbicara, bersikap, dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma, agama dan adat-istiadat.

8
Abdullah bin Munir bercerita kepadaku Beliau mendengar Abu an-Nadhar, telah
bercerita kepada kami Abdur Rahman bin Abdillah yaitu Ibn Dhinar dari Ayahnya
dari Abu Sholih dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW. Bersabda:
"Sesungguhnya seseorang yang berbicara dengan perkataan yang diridhai Allah dia
tidak akan mendapatkan apa-apa akan tetapi allah akan mengangkat derajatnya.
Dan barang siapa yang berbicara dengan perkataan yang dimurkai allah dia tidak
akan mendapatkan apa-apa kecuali akan jatuh ke neraka jahannam.

9
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran akhlak adalah suatu alat ukur atau dasar
untuk menilai baik dan buruk atau mulia dan tidaknya manusia. Sumber tersebut
adalah Al Qur'an dan As Sunnah. Bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat.

Sumber moral adalah adat istiadat. Sedangkan sumber etika adalah akal pikiran.

Ruang lingkup akhlak meliputi: Akhlak pribadi, akhlak berkeluarga, akhlak


bermasyarakat, akhlak bernegara, akhlak beragama meliputi kewajiban terhadap
Allah. "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS Al-
Qalam : (68:4))

3.2 Saran
Dari pemakalah, kami meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan ataupun
yang lainnya dan kami berharap, penulisan ini dapat diperbaiki menuju yang lebih
baik. Semoga dari makalah ini, kami dan pembaca dapat belajar bersama dan bisa
menambah wawasan, pengetahuan mengenai materi yang dibahas. Semoga kita
diberikan ilmu yang berkah dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rafa'I, Muhammad Nasib, Taisiru al-Aliyul Qadirr li Ikhtishari Tafsir Ibnu


Katsirjilid I,terj.
Drs. Syihabudin, MA., Jakarta: Gema Insani Press: 1999.

11

Anda mungkin juga menyukai