ASBAB AN-NUZUL
Kelompok 1
Aura Barerotul Candra Kirana (11210340000134)
FAKULTAS USHULUDDIN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan dibuatnya makalah yang berjudul Asbab An-Nuzul ini ialah sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Ulumul Quran yang diberikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan bahkan jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
terciptanya makalah yang lebih baik untuk selanjutnya. Dan semoga dengan dibuatnya makalah
ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pemahaman yang bermanfaat bagi kami
penyusun dan para pembaca sekalian.
Penyusun (Kelompok 1)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1............................................................................................................ LATAR
BELAKANG
1.2............................................................................................................ RUMUSAN
MASALAH
1.3............................................................................................................ TUJUAN DAN
MANFAAT
BAB II PEMBAHASAN
3.1. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Asbabun Nuzul terdiri dari dua kata berbentuk idhafah yaitu Asbab dan Nuzul.
Asbab artinya sebab atau karena atau lantaran. Sedangkan Nuzul berarti turun jadi secara
bahasa Asbabun Nuzul berarti sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu.
Tetapi tidak semua sebab yang melatarbelakangi sesuatu disebut Asbabun Nuzul. Karena
kata Asbabun Nuzul hanya dipakai untuk sebab yang melatarbelakangi turunnya al-
quran.
1. Subhi Shalih mendefenisikan Asbab An-Nuzul sebagai sesuatu yang menjadi sebab
turunnya suatu ayat atau beberapa ayat, atau suatu pertanyaan yang menjadi yang
menjadi sebab turunnya ayat sebagai jawaban, atau sebagai penjelasan yang
diturunkan pada waktu terjadinya suatu peristiwa.
2. Qathan mendefenisikan Asbab An-Nuzul sebagai suatu hal yang karenanya al-quran
diturunkan untuk menerangkan status hukum, pada masa hal terjadi, baik berupa
peristiwa maupun suatu pertanyaan.
3. Muhammad Abdul Azim Al-Zaqarni adalah suatu peristiwa yang melatarbelakangi
turunnya al-quran, yang kemudian menjadi penjelas hukum saat peristiwa itu terjadi.
4. Ash-shabuni: asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan
turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulai yang berhubungan dengan peristiwa dan
kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian
yang berkaitan dengan urusan agama”.
Ada sekelompok ulama yang menyusun kitab tentang Sababun Nuzul. Ulama
yang pertama adalah adalah Ali Ibnul Madini, guru Imam Bukhari. Dengan kitab yang
popular adalah al-Wahidi, di dalam kitab itu terdapat kekurangan, yang telah diringkas
oleh Al-Ja’bari, beliau membuang sanad-sanadnya dan tidak menambah sedikit pun.
Ulama selanjutnya yang menyusun kitab tentang Sababun Nuzul adalah Syekhul Islam
Abul Fadhl Ibnu Hajar tetapi masih berbentuk tulisan tangan kemudian beliau meninggal.
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, Asbab An-Nuzul dapat dibagi
menjadi
dua,yakni :
Artinya: “Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada pula di
peranakkan. Dan tiada seoarangpun yang setara dengan dengan dia.
Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan terhadap
orang-orang musyrik makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap kaum ahli kitab yang
ditemui di madinah setelah hijrah. Ayat di atas menurut riwayat diturunkan berkaitan
dengan beberapa sebab berikut;
a. Dalam sustu riwayat dikemukakan bahwa nabi saw. Shalat dzuhur di waktu hari yang
sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat dirasakan oleh para sahabat. Maka
turunnlah ayat tersebut di atas. (HR. Ahmad, bukhari, abu daud).
b. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nabi saw. Shalat dzuhur di waktu yang
sangat panas. Di belakang rasulullah tidak lebih dari satu atau dua saf saja yang
mengikutinya. Kebanyakan diantara mereka sedang tidur siang, adapula yang sedang
sibuk berdagang. Maka turunlah ayat tersebut diatas (HR.ahmad, an-nasa’i, ibnu
jarir).
c. Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman rasulullah SAW. Ada orang-orang yang
suka bercakap-cakap dengan kawan yang ada di sampingnya saat meraka shalat.
Maka turunlah ayat tersebut yang memerintahkan supaya diam pada waktu sedang
shalat (HR. Bukhari Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, nasa’i dan ibnu majah).
d. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang bercakap- cakap di
waktu shalat, dan ada pula yang menyuruh temannya menyelesaikan dulu
keperluannya(di waktu sedang shalat). Maka turunlah ayat ini yang sedang
memerintahkan supaya khusyuk ketika shalat.
Artinya: maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.
Asbab an-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah Dalam suatu riwayat dikemukakan,
ketika kaum Quraisy durhaka kepada nabi saw. Beliau berdo’a supaya mereka
mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah terjadi pada zaman Nabi
Yusuf. Alhasil mereka menderita kekurangan, sampai-sampai merekapun makan tulang,
sehingga turunlah (QS. Ad-dukhan/44: 10). Kemudian mereka menghadap nabi saw
untuk meminta bantuan. Maka rasulullah saw berdo’a agar di turunkan hujan. Akhirnya
hujanpun turun, maka turunnlah ayat selanjutnya (QS. Ad-dukhan/44: 15), namun setelah
mereka memperoleh kemewahan merekapun kembali kepada keadaan semula (sesat dan
durhaka) maka turunlah ayat ini (QS. Ad-dukhan/44: 16). Dalam riwayat tersebut
dikemukakan bahwa siksaan itu akan turun di waktu perang badar.
Asbab al-Nuzul ada kalanya berupa kisah mengenai peristiwa yang terjadi, atau
berupa pertanyaan yang di sampaikan kepada Rasulullah mengenai suatu hukum tertentu
atas sebuah masalah. Mereka segera dapat memahami pelajaran itu secara umum dengan
mengetahui asbab al-Nuzul karena didalamnya terdapat unsur-unsur kisah yang menarik.
Dengan demikian, jiwa mereka terdorong untuk mengetahuai ayat apa saja yang memiliki
rahasia perundangan dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, yang kesemua ini
memberikan petunjuk kepada manusia untuk kehidupan yang lurus, yakni jalan menuju
kemuliaan dan kebahagiaan.
Redaksi atau ungkapan yang digunakan oleh para sahabat untuk menunjukkan
sebab turunnya ayat Al-Qur’an tidak selamanya sama, ungkapan-ungkapan itu secara
garis besar terbagi menjadi dua kategori, yakni sebagai berikut:
1. Sarih (Jelas)
Sabab al-nuzul disebutkan dengan redaksi yang jelas menunjukkan asbab al-nuzul
dengan indikasi menggunakan lafad (pendahuluan). Redaksi ini secara definitif
menunjukkan asbab al-Nuzul dan tidak mengandung kemungkinan yang lain.
ي َو اَل
َ َد
ْ َر امَ َو اَل ا هْل
َ الش ْه َر ا حْل َ يَا َأيُّ هَ ا الَّ ِذ
َّ ين آمَنُوا اَل حُتِ لُّ وا َش عَا ِئ َر اللَّ ِه َو اَل
Iِ Iُ فI َأِل ْنIاI وI ُمIِّIَ دI قI َوIۖ I ْمIُ ْئ تI شIِ IىIٰ Iَّ َأ نI ْمI ُكIَ ثIرIْ َI حIاI وIَُ ْأ تI فI ْمIَ ُكI لIث
I ْمI ُكIَّ َأ نIاI وIIَ ُمI لI ْعIَو اI َ هَّللاIاI وIIُ قIَّتI اI َوIۚ IمIْ I ُكI سI Iٌ IرIْ َI حI ْمIُؤ ُكI اI َسIIِن
َ I يIِ نI ْؤ ِمI ُمI ْلI اI ِرIَ ِّشI بI َوIۗ IُهI وIُ اَل قIُم
Iن
Artinya: Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-
orang yang beriman.
Asbab an-nuzul dari ayat berikut; dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh
abu daud dan hakim, dari ibnu abbas di kemukakan bahwa penghuni kampung di sekitar
yatsrib (madinah), tinggal berdampingan bersama kaum yahudi ahli kitab. Mereka
menganggap bahwa kaum yahudi terhormat dan berilmu, sehingga mereka banyak
meniru dan menganggap baik segala perbuatannya.Salah satu perbuatan kaum yahudi
yang di anggap baik oleh mereka ialah tidak menggauli istrinya dari belakang
Ulama tafsir dan ushul fiqh mengatakan, bahwa ada dua kaidah yang terkait
dengan masalah asbabun nuzul yang membawa implikasi cukup luas dan pemahaman
kandungan ayat tersebut, yakni:
Sebagian kecil mufasir dan ahli ushul fiqh, khususnya mufasir kontemporer,
berpendapat bahwa ayat itu semestinya dipahami sesuai dengan sebab khususnya, bukan
berdasarkan lafalnya yang umum. Dalam kaitan dengan ini Ridwan as-Sayyid , tokoh
pembaru dari Mesir menjelaskan bahwa dalam suatu peristiwa terdapat unsur-unsur.(a)
peristiwa yang terjadi (b) pelaku, dan (c) waktu. Tetapi selama ini yang sering menjadi
pertimbangan dalam kaidah tersebut hanya peristiwanya tanpa meneliti jauh waktu
terjadinya peristiwa tersebut.bagi orang yang melakukan kejahatan pencurian
misalnya,hukum yang diterapkan tidak hanya diterapkan sesuai dengan peristiwa
pencurian itu, tetapi juga dipelajari secara cermat waktu terjadinya pencurian dan kondisi
pelaku pencurian tersebut. Dengan demikian, ulama yang berpegang pada kaidah
al-‘ibrah bi khusuus al-sabab laa bi ‘umum al-lafz ( berpendapat bahwa dalam
menerapkan hukum suatu ayat pada kasus lain dilakukan melalui kias [analogi].
Untuk melakukan analogi ini Prof. Dr.AG. KH. Muhammad Quraish Shihab, Lc,.
M.A mengemukakan, bahwasanya sangat penting untuk mempertimbangkan faktor waktu
dan pelaku, disamping peristiwa itu sendiri. Menurutnya, ayat-ayat Al-Qur’an tidak
diturunkan dalam masyarakat yang hampa budaya dan bahwa kenyataan itu mendahului
atau persamaan dengan turunnya ayat. Oleh sebab itu, dalam memahami suatu ayat,
sangat penting diteliti waktu terjadinya peristiwa tersebut, sehingga anologi yang
diterapkan akan relevan dengan tujuan ayat. Implikasi dari pandangan ini adalah bahwa
pengembangan hukum yang dicakup oleh sebuah ayat yang umum tidak lagi didasarkan
pada keumuman ayat tersebut, tetapi dilakukan kias. Namun demikian, menurutnya
perbedaan pendapat tersebut hanya muncul dikalangan mufasir dalam ayat-ayat yang
bersifat umum yang tidak terdapat petunjuk di dalamnya bahwa ayat itu diperlakukan
secara khusus. Apabila ada petunjuk yang menyatakan bahwa ayat itu berlaku secara
khusus, maka seluruh mufasir dan ahli ushul fiqh sepakat memberlakukan ayat itu pada
sebab yang khusus tersebut.1
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Asbab An-nuzul ialah suatu hal yang melatar belakangi ayat Al-Quran diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Asbabun Nuzul terdiri dari dua kata berbentuk idhafah yaitu Asbab dan Nuzul.
Asbab artinya sebab atau karena atau lantaran. Sedangkan Nuzul berarti turun jadi secara
bahasa Asbabun Nuzul berarti sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu.
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, Asbab An-Nuzul dapat dibagi
menjadi dua : Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid artinya Persoalan yang terkandung
dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu.
Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid Artinya Satu sebab yang mekatarbelakangi turunnya
beberapa ayat.
Asbab An-Nuzul memiliki arti penting dalam menafsirkan Al-Quran. Seorang
mufassir tidak dapat mencapai pengertian yang baik jika tidak mampu memahami
riwayat asbab an-Nuzul suatu ayat.
1
Ulama’ tafsir dan ushul fiqh mengatakan, bahwa ada dua kaidah yang terkait
dengan masalah asbabu-nuzul yang membawa implikasi cukup luas dan pemahaman
kandungan ayat tersebut, yakni:
(yang menjadi patokan adalah keumuman lafal, bukan karena sebab khusus).
Kaidah ini berkaitan dengan permasalahan apakah ayat yang diturunkan Allah
SWT berdasarkan sebab khusus yang harus dipahami sesuai dengan lafal keumuman
ayat tersebut atau hanya terbatas pada sebab khusus yang melatar belakangi turunnya
ayat itu.
DAFTAR PUSTAKA