Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN


ULUMUL QUR’AN

Dosen Pembimbing : Dr.H. Hamdi Abdillah, Lc., MA

Kelompok 1

Abdul Kholik
Deden Muhammad Hidayat
Ega Haidar Septian Setiaji

PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NUR EL – GHAZY
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur Allhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis ini guna memberikan pemahaman lebih mendalam tentang
“ULUMUL QUR’AN”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karna itu, kami mengharapkan segala bentuk dan saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Bekasi, Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................. ii

DAFTAR ISI .................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulumul Qur’an ................................................................... 2
B. Objek Kajian Al-Qur’an ....................................................................... 3
C. Struktur Al-Qur’an ............................................................................... 4
D. Sejarah Penulisan Al-Qur’an................................................................ 6
E. Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an ............................................... 10

KESIMPULAN ........................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan utama dalam ajaran Islam, sebagai
panduan hidup umat islam, al-Qur’an memiliki prinsip-prinsip ajaran yang
sempurna dan universal. Konsekwensi logis dari pengakuan dan keyakinan
tersebut, pesan-pesan yang terkandung di dalamnya berlaku dan relevan sepanjang
zaman.
Dalam upaya memahami al-Qur’an baik secara tekstual atau kontekstualnya
diperlukan pemahaman tentang ulumul-Qur’an, apa hakikatnya, bagaimana
memahaminya, apa fungsinya serta kapan sejarah penulisan ulumul-Qur’an itu
mulai ada.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian ulum, al-Quran dan ulumul Qur’an itu ?


2. Apa yang menjadi objek kajian al-Qur’an itu ?
3. Bagaimanakah struktur al-Quran itu ?
4. Bagaimana sejarah penulisan Al-Qur’an?
5. Bagaimana Sejarah dan perkembangan ulumul-Qur’an?

C. TUJUAN

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan pemahaman


tentang ulumul-Qur’an

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Qur’an

Kata ulum Qur’an tersusun dari dua kata secara idhofi, yaitu terdiri dari
mudhof dan mudhof ilaih, kata ulum diidhofahkan pada al-Qur’an. Dari dua unsur
kata tersebut maka didapat makna ulum dan al-Qur’an dan menjadi kalimat
ulumul-Qur’an.

1. Arti kata ulum


Kata ulum secara etimologi adalah merupakan jamak dari ilmu, kata ilmu itu
sendiri adalah mashdar yang mempunyai arti pengetahuan atau pemahaman.

2. Arti kata al-Qur’an


Secara etimologi kata al-Qur’an merupakan mashdar dari kata qaraa yang
maknanya sama dengan kata qiraah yang berarti bacaan, kemudian diberi makna
sebagai isim maful yaitu maqru yang artinya ‘yang dibaca’. Pemaknaan ini
sebagaimana diisyaratkan dari QS. al-‘Alaq yang merupakan perintah kepada
umat manusia untuk membaca (iqra), penamaannya termasuk katagori ‘tasmiyah
al-maful bil mashdar’ (penamaan isim maful dengan mashdar). Penamaan ini
merujuk pada QS al-Qiyamah (75) ayat 17-18

Artinya : 17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di


dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 18. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.

Dari segi terminologinya al-Qur’an di definisikan para pakar ushul fiqih, fiqih
dan bahasa Arab adalah sebagai :
‘Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang lapazh-
lafazhnya mengandung mukjijat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang

2
diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat al-
Fatihah (1) sampai akhir surat an-Nas (114)’

Arti Ulumul Qur’an Jadi, yang dimaksud dengan u`lumul-Qu`ran ialah ilmu
yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Al-Quran dari segi
asbaabu nuzuul."sebab-sebab turunnya al-Qur`an", pengumpulan dan penertiban
Qur`an, pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah, An-Nasikh wal
mansukh, Al-Muhkam wal Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan Qur`an.
Terkadang ilmu ini dinamakan juga ushuulu tafsir (dasar-dasar tafsir) karena
yang dibahas berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh
seorang Mufassir sebagai sandaran dalam menafsirkan Qur`an .

B. Objek Ulumul-Qur’an

Objek ulumul-Qur’an adalah al-Qur’an itu sendiri dari seluruh segi-segi kitab
tersebut yang meliputi persoalan turunnya, sanad, qiraat penafsirannya dan lain-
lain. Sehubungan dengan hal tersebut Hatta Syamsudin (2008 : 6) mengamukakan
bahwa :
Objek Pembahasan Ulumul Qur'an dibagi menjadi tiga bagian besar :

1. Sejarah & Perkembangan Ulumul Qur'an

meliputi : sejarah rintisan ulumul quran di masa Rasulullah SAW,


Sahabat, Tabi'in, dan perkembangan selanjutnya lengkap dengan nama-nama
ulama dan karangannya di bidang ulumul quran di setiap zaman dan tempat.

2. Pengetahuan tentang Al-Quran

Meliputi : Makna Quran, Karakteristik Al-Quran, Nama-nama al-Quran,


Wahyu, Turunnya Al-Quran, Ayat Mekkah dan Madinah, Asbabun Nuzul, dst.

3
3. Metodologi Penafsiran Al-Quran

Meliputi : Pengertian Tafsir & Takwil, Syarat-syarat Mufassir dan Adab-


adabnya, Sejarah & Perkembangan ilmu tafsir, Kaidah-kaidah dalam penafsiran
Al-Quran, Muhkam & Mutasyabih, Aam & Khoos, Nasikh wa Mansukh, dst.

C. Struktur al-Qur’an
Struktur naskah al-Quran terdiri atas 114 Surah (bab), 30 juz dan 6236 ayat
menurut riwayat Hafsh, 6262 ayat menurut riwayat ad-Dur, 6214 menurut riwayat
Warsy. Surah-surah dalam al-Qur’an terbagi atas surah-surah makiyah dan surah-
surah madaniyah tergantung pada tempat dan waktu turun surah tersebut (di
Mekah atau di Madinah, sebelum atau sesudah hijrah).
1. Pembagian ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan tempat turunnya
Dilihat dari segi masa turunnya, al-Qur’an terbagi menjadi dua fase, yaitu
makiyah dan madaniyah. Makiyah adalah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan
sebelum Nabi Muhammad SAW. hijrah ke Madinah, sedangkan madaniyah
adalah yang diturunkannya sesudah Nabi Muhammad SAW. hijrah ke Madinah.
Adapun yang membedakannya antara ayat-ayat makiyah dengan ayat-ayat
madaniyah ialah :

a. Ayat-ayat makiyah pada umumnya pada umumnya pendek-pendek,


sedangkan ayat-ayat madaniah panjang-panjang; surah Makiyah terdiri dari 19/30
dari isi al-Qur’an secara keseluruhan, 86 surah, 4780 ayat. Sedangkan surah
Madaniyah terdiri dari 11/30 dari isi al-Qur’an secara keseluruhan, 28 surah dan
jumlah ayatnya 1456. Juz ke-28 adalah ayatayat Madaniyah kecuali surah
Mumtahanah berjumlah 137 ayat; dan juz ke-29 ayat-ayatnya Makiyah kecuali
surah ad-Dahr berjumlah 431 ayat. Surah al-Anfal dan surah asy-syu’ara masing-
masing merupakan setengah juz, terdiri dari 227 ayat Makiyah dan 75 ayat
Madaniyah.

4
b. Dalam surah Makiyah terdapat perkataan ‘ yaa ayyuahannaas’ dan sedikit
sekali menggunakan perkataan ‘ yaa ayyuhalladzina aamanu’, tetapi dalam surah
Madaniyah terdapat sebaliknya.

c. Ayat-ayat Makiyah secara umum mengandung hal-hal yang berhubungan


dengan keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat terdahulu yang
mengandung pengajaran dan budi pekerti, sedangkan dalam ayat-ayat Madaniyah
terdiri dari kandungan ayat yang berhubungan dengan masalah hukum.
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham
dan menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang
beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.
Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang al-Qur’an, ilmu
dengan pengertian pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran,
adapun definisi al-Qur’an secara terminologi menurut Abu Syahbah, adalah :

‘Sebuah ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang berhubungan


dengan al-Qur’an, mulai proses penurunan, urutan penulisan, penulisan,
kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, nasikh-mansukh, muhkam-
mutayabih, sampai pembahasan-pembahasan lain’.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai perbedaan surah/ayat
Makiyah dan Madaniyah, maka divisualisasikan melalui tabel berikut ini :

TABEL
PERBEDAAN SURAH, AYAT MAKIYAH DAN MADANIYAH

Aspek/Segi Makiyah Madaniyah

Panjang-pendeknya ayat Ayatnya pendek-pendek Ayatnya panjang-panjang


Jumlah Juz 19/30 11/30
Jumlah surah 86 28
Jumlah ayat 4780 1456

5
Kata-kata ‘yaa
Kata-kata ‘yaa ayyuhannaas’
ayyuhalladziina
jumlahnya lebih banyak
aamanu’jumlahnya lebih
Sasaran pembicaraan dibandingkan dengan kata
banyak dibandingkan
‘yaa ayyuhalladziina
dengan kata ‘yaa
aamanu’
ayyuhannaas’
hal-hal yang berhubungan
dengan keimanan, ancaman yang berhubungan dengan
Kandungan ayat dan pahala, kisah-kisah umat masalah hukum.
terdahulu yang mengandung
pengajaran dan budi pekerti

PERBEDAAN SURAH’AYAT MAKIYAH DAN MADANIYAH


(LANJUTAN)

Aspek/Segi Makiyah Madaniyah

Waktu turunnya Sebelum hijrah Sesudah hijrah


Mekah dan sekitarnya (Mina, Madinah dan sekitarnya
Tempat turunnya
Arafah, Hudaibiyah) (Uhud, Kuba, Sil)

D. Sejarah penulisan al-Qur’an

Para sejarawan membagi periode tentang penulisan al-Quran menjadi tiga


bagian:

6
a. Periode Rasulullah saw.

Al-Quran, sebagaimana sudah diketahui bahwa Allah telah memberikan


kekuasaan yang khusus terhadapnya. Sebagaimana ditegaskan Allah swt
dalam firmannya:

Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan


sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya “ (al-Hijr : 9)

Namun para ulama berbeda pendapat mengenai masalah pengumpulan al-


Quran: (al-Jam’u). pengumpulan dengan menggunkan maksud menjaga al-Quran
dengan hafalan (Hifdzan), dan dengan maksud menjaganya dengan tulisan
(Kitabatan).

1). Pengumpulan Al-Quran dengan Hafalan (Hifdzan).

Adalah Rasulullah, yang dijuluki Jumma’ul Qur’an dengan makna


Huffadzuhu (penghafal al-Quran), hal ini sebagaimana ditegaskan oleh al-Quran,
tatkala beliau selalu menggerakkan bibirnya, pada saat turunnya wahyu hingga
allah menurunkan Wahyu, agar belia u tidak khawatir akan hal tersebut, Allah
berfirman:

Artinya : Janganlah engkau Muhammad-karena hendak menghafal al-Quran


yang diturunkan kepadamu dengan cepat-menggerakkan lidahmu (sebelum
selesai dibacakan kepadamu), sesungguhnya kamilah yang berkuasa
mengumpulkan al-Quran itu (di dadamu) dan menetapkan bacaannya (pada
lidahmu)”.(QS : Al-Qiyamah : 16-17)

Hal itu menjadikan para pembesar sahabat lebih mudah menghafal al-
Quran, dalam sejarah tercatat beberapa sahabat yang hafal al-Quran pada masa
Rasulullah. antara lain : Abdullah Ibnu Mas’ud, Salim Ibnu Ma’qil Maula Abi

7
Hudzaifah, Muadz Ibnu Jabal, Ubay Ibn Ka’ab, Zaid Ibn Tsabit, Abu Zaid Ibn
Sakan, Abu al-Darda’.

2). Pengumpulan Al-Quran dengan penulisan (Kitabatan).

Pada masa Rasulullah sudah ada usaha-usaha menjaga keontetikan al-


Quran sudah beliau lakukan dengan cara pencatatan. Hal ini terbukti beliau
mengangkat beberapa sahabat untuk menjadi juru tulis wahyu “al-Kuttab” di
antara al-Kuttab selain Khulafaul al-Rasyidin adalah : Mu’awiyah, Zaid Ibnu
Tsabit, Ubay Ibnu Ka’ab, Abdullah

Penulisannyapun relatif sangat sederhana, media yang digunakannya


antara lain , batu, ulang, kulit binatang, pelepah kurma dan lain sebagainya.

b. Periode Khalifah Abubakar Al-Shiddiq ra.

Pada tahun 12 H, tepatnya pada kepemimpinan Khalifah Abubakar


terjadilah pemberontakan dari pembangkang pembayar zakat dan pemurtadan
dibawah pimpinan Musailamah al-Kadzzab, beliau mengutus Khalid Ibnul Walid
untuk mengatasi mereka ke Yamamah, dari peristiwa tersebut tak sedikit korban
dari kaum muslim. Bahkan tercatat 70 Huffadz (penghafal Al-Quran) sebagai
syuhada. Hal ini mendorong Umar Ibn al-Khatthab untuk menyarankan kepada
Amirul Mukminin, untuk segera mengumpulkan al-Quran dalam 1 Mushhaf.
Setelah melewati berbagai pertimbangan beliaupun setuju dan memanggil Zaid
Ibn Tsabit untuk melaksanakan hal ini.

Walaupun Zaid Ibn Tsabit sudah hafal al-Quran secara keseluruhan, beliau
sangat hati-hati dalam melaksanakan tugas ini, setidaknya beliau berpegang teguh
pada dua prinsip, yaitu ayat–ayat al-Quran yang di tulis dihadapan Rasulullah, dan
disimpan di rumahnya, dan ayat- ayat yang dihafal oleh para Sahabat.

Kemudian mushaf tersebut disimpan oleh Abubakar, dan berpindah ke


tangan Umar Ibn Al-Khatthab, kemudian kepada Hafshah Binti Umar (Ummul
Mukminin).

8
c. Periode Khalifah Utsman Ra.

Hudzaifah al-Yaman menyarankan kepada Amirul Mukminin untuk


menyatukan perbedaan bacaan di antara kaum muslimin, hal ini dimaksudkan agar
tidak meyebabkan perbedaan di antara kaum muslimin. Pada saat itu sudah mulai
muncul fitnah dikarenakan perbedaan dalam bacaan al-Qur’an, hal ini
sebagaimana yang ditegaskan oleh Abi Qulabah : ‘bahwa telah terjadi
percekcokan dan pertentangn antara kaum muda bahkan antara para pengajar
al-Quran sendiri’.

Kejadian ini terjadi tepat pada peperangan Armenia dan Azerbaijan di


Iraq. Sayyidina Utsman pun menyetujui saran tersebut, dan mengutus seorang
utusan untuk meminta mushaf al-Quran yang berada pada Sayyidatina Hafshah,
dengan maksud sebagai rujukan penyalinan mushaf. Kemudian beliau membentuk
sebuah badan dalam penyalinan ini yang beranggotakan empat orang Zaid Ibnu
Tsabit al-Anshari, Abdullah Ibn Zubair al-Asadi, Said Ibnu al-‘Ash al-Umawi,
Abdurrahman Ibn al-Harist Ibnu Hisyam al-Makhzumi, selain Zaid Ibn Tsabit
semuanya adalahbangsa Quraisy. Alasan utama pemilihan ketiganya (Abdullah
Ibn Zubair, Said Ibnu al-‘Ash, Abdurrahman Ibn al-Harist) dari golongan
Quraisy, adalah menjaga kefasihan dialek Quraisy dalam penylinan Mushaf
tersebut.

Setelah tim tersebut selesai menyalin, maka mereka mengembalikan


mushaf tersebut kepada Hafshah, dan menyerahkan salinan–salinan tersebut untuk
disebar luaskan ke beberapa negara, antara lain Kufah, Bashrah, Syam dan yang
dipegangnya sendiri untuk di sampaikan ke Madinah). Kemudian beliau
memerintahkan semua mushaf selain yang disebarkan untuk dibakar, karena
memang pada saat itu ada beberapa mushaf yang terkenal selain mushaf yang ada
pada Sayyidatina Hafshah yaitu mushaf Ibnu Kaa’b dan Ibnu Mas’ud.

Langkah yang dilakukan oleh Utsman ini sudah disepakati dan diterima
oleh para sahabat, sebagaimana ditegaskan oleh Sayyidina Ali r.a. dalam
menanggapi sikap Ustman r.a. beliau berkata : ‘janganlah kalian katakan apa
yang dilakukan oleh Ustman kecuali benar (khoiran)’.

9
E. Sejarah dan perkembangan ulumul-Qur’an

Sejarah perkembangan ulumul-Quran dimulai menjadi beberapa fase,


dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya,
hingga ulumul-Qquran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas
secara khusus pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan ulumul-Quran.

1. Ulumul-Qur’an pada masa Rasulullah SAW.


Embrio awal ulumul quran pada masa ini berupa penafsiran ayat Al-Quran
langsung dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu pula dengan
antusiasime para sahabat dalam bertanya tentang makna suatu ayat, menghafalkan
dan mempelajari hukum-hukumnya.
a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat.
Dari Uqbah bin Amir ia berkata : " aku pernah mendengar Rasulullah SAW
berkata diatas mimbar, "dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang
kamu sanggupi (Anfal :60 ), ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah"
(HR Muslim)
b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.

Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan : " mereka yang


membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman bin Affan dan Abdullah bin
Mas'ud serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi
sepuluh ayat mereka tidak melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal
yang ada didalamnya, mereka berkata 'kami mempelajari qur'an berikut ilmu dan
amalnya sekaligus.'"

c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain qur'an, sebagai upaya menjaga
kemurnian AlQuran.
Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata: Janganlah kamu tulis
dari aku; barang siapa menuliskan aku selain qur'an, hendaklah dihapus. Dan
ceritakan apa yang dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa

10
sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka."(HR
Muslim)

2. Ulumul-Qur’an pada masa khalifah

Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ulumul-Quran


mulai berkembang pesat, di antaranya dengan kebijakan-kebijakan para khalifah
sebagaimana berikut :

a. Khalifah Abu Bakar :dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-Quran yg


pertama
yang diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit

b. Kekhalifahan Usman Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada


satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-
salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan mushaf
tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman, dan ini
dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur'an.

c. kekalifahan Ali Ra :dengan kebijakan perintahnya kepada Abu 'aswad Ad-


Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku
dan memberikan ketentuan harakat pada qur'an. Ini juga disebut sebagai
permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.

3. Ulumul-Qur’an pada masa sahabat dan tabi’in

a. Peranan Sahabat dalam Penafsiran Al-Quran dan Tokoh-tokohnya.


Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan
makna-makna al-qur'an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka,
sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan

11
karena adanya perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah
SAW , hal demikian diteruskan oleh murid-murid mereka , yaitu para tabi'in.
Diantara para Mufasir yang termashur dari para sahabat adalah:
Empat orang Khalifah ( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali )
1. Ibnu Masud,
2. Ibnu Abbas,
3. Ubai bin Kaab,
4. Zaid bin sabit,
5. Abu Musa al-Asy'ari dan
6. Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Masud dan Ubai bin Kaab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka
tidak berarti merupakan sudah tafsir al-Quran yang sempurna. Tetapi terbatas
hanya pada makna beberapa ayat dengan penafsiran apa yang masih samar dan
penjelasan apa yang masih global.

b. Peranan Tabi'in dalam penafsiran Al-Quran dan Tokoh-tokohnya


Mengenai para tabi'in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang
mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-
sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat, yang terkenal di antara
mereka , masing-masing sebagai berikut :
a. Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa'id bin Jubair, Mujahid,
'iKrimah bekas sahaya ( maula ) Ibnu Abbas, Tawus bin kisan al Yamani dan 'Ata'
bin abu Rabah.
b. Murid Ubai bin Kaab, di Madinah : Zaid bin Aslam, abul Aliyah, dan
Muhammad bin Ka'b al Qurazi.
c. Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal : 'Alqamah bin Qais, Masruq al
Aswad bin Yazid, 'Amir as Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin Di'amah as
Sadusi.

12
Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu
Gharibil Qur'an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki wal madani dan imu Nasikh
dan Mansukh, tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara
didiktekan (imla).

4. Masa Pembukuan (tadwin)

Perkembangan selanjutnya dalam ulumul-Quran adalah masa pembukuan


ulumul- Quran, pembukuan ini melewati beberapa perkembangan sebagai berikut
:
a. Pembukuan tafsir Al-Quran menurut riwayat dari hadits, Sahabat dan tabi'in
Pada abad kedua hijriah tiba masa pembukuan ( tadwin ) yang dumulai
dengan pembukuan hadist denga segala babnya yang bermacam-macam, dan itu
juga menyangkut hal yang berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian ulama
membukukan tafsir al-Qur'an yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW dari para
sahabat atau dari para tabi'in.
Diantara mereka yang terkenal adalah Yazid bin Harun as Sulami, ( wafat
117 H ), Syu'bah bin Hajjaj ( wafat 160 H ), Waqi' bin Jarrah ( wafat 197 H ),
Sufyan bin 'uyainah ( wafat 198 H), dan Aburrazaq bin Hammam ( wafat 112 H ).
Mereka semua adalah para ahli hadits, sedangkan tafsir yang mereka susun
merupakan salah satu bagiannya, namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang
sampai ketangan kita.

b. Pembukuan tafsir berdasarkan susunan ayat


Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama'. Mereka menyusun
tafsir Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal
diantara mereka ada Ibn Jarir at Tabari ( wafat 310 H ).
Demikianlah tafsir pada awal permulaanya dinukil (dipindahkan) melalui
penerimaan (dari mulut ke mulut) melalui riwatyat, kemudian dibukukan sebagai
salah satu bagian hadits, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka
berlangsunglah proses kelahiran at-Tafsir bil Ma'tsur (berdasarkan riwayat), lalu
diikuti oleh at-Tafsir bir Ra'yi (berdasarkan penalaran ).

13
c. Munculnya pembahasan cabang-cabang ulumul-Quran selain tafsir
Disamping ilmu tafsir, lahir pula karangan yang berdiri sendiri mengenai
pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan al-Quran, dan hal
ini sangat diperlukan oleh seorang mufasir, di antaranya :

1). Ulama abad ke-3 Hijri

a). Ali bin al Madini (wafat 234 H) guru Bukhari, menyusun karangannya
mengenai
asbabun nuzul
b). Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam (wafat 224 H) menulis tentang Nasikh
Mansukh
dan qira'at.
c). Ibn Qutaibah (wafat 276 H) menyusun tentang problematika al-Quran
(musykilatul
quran).

2). Ulama Abad Ke-4 Hijri

a). Muhammad bin Khalaf bin Marzaban (wafat 309 H) menyusun al- Hawi fa
'Ulumil Qur'an.
b). Abu muhammad bin Qasim al Anbari (wafat 751 H) juga menulis tentang
ilmu-ilmu
Al-Qur'an.
c). Abu Bakar As Sijistani (wafat 330 H) menyusun Garibul Qur'an.
d). Muhammad bin Ali bin al-Adfawi (wafat 388 H) menyusun al Istigna' fi
'Ulumil Qur'an.

3). Ulama Abad Ke-5 dan setelahnya

a). Abu Bakar al Baqalani (wafat 403 H) menyusun i'jazul-Qur'an,

14
b). Ali bin Ibrahim bin Sa'id al Hufi (wafat 430 H) menulis mengenai i'rabul-
Qur'an.
c). Al Mawardi (wafat 450 H) menegenai tamsil-tamsil dalam al-Qur'an (amsalul-
Qur'an).
d). Al Izz bin Abdussalam ( wafat 660 H ) tentang majaz dalam al-Qur'an.
e). Alamuddin Askhawi ( wafat 643 H ) menulis mengenai ilmu qra'at (cara
membaca
al-Qur'an ) dan aqsamul-Qur'an.

4). Mulai pembukuan secara khusus ulumul-Quran dengan mengumpulkan


cabang-cabangnya.

Pada masa sebelumnya, ilmu-ilmu al-Quran dengan berbagai


pembahasannya di tulis secara khusus dan terserak, masing-masing dengan judul
kitab tersendiri, kemudian, mulailah masa pengumpulan dan penulisan ilmu-ilmu
tersebut dalam pembahasan khusus yang lengkap, yang dikenal kemudian dengan
ulumul-Qur'an. Di antara ulama-ulama yang menyusun secara khusus ulumul-
Quran adalah sebagai berikut :

a). Ali bin Ibrohim Said (330 H) yang dikenal dengan al Hufi dianggap sebagai
orang pertama yang membukukan ulumul-Qur'an.

b). Ibnul Jauzi (wafat 597 H) mengikutinya dengan menulis sebuah kitab berjudul
fununul Afnan fi 'Aja'ibi 'ulumil Qur'an.

c). Badruddin az-Zarkasyi (wafat 794 H) menulis sebuah kitab lengkap dengan
judul Al-Burhan fii ulumilQur`an .

d). Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H) memberikan beberapa tambahan atas Al-
Burhan di dalam kitabnya Mawaaqi`ul u`luum min mawaaqi`innujuum.

15
e). Jalaluddin As-Suyuti (wafat 911 H) juga kemudian menyusun sebuah kitab
yang terkenal al-itqaan fii u`luumil qur`an.

Kitab Al-Burhan (Zarkasyi) dan Al-Itqon (As-Suyuti) hingga hari ini


masih dikenal sebagai referensi induk / terlengkap dalam masalah ulumul-Qur'an.
Tidak ada peneliti tentang ulumul-Quran, kecuali pasti akan banyak
menyandarkan tulisannya pada kedua kitab tersebut.

5. Ulumul-Qur’an pada masa modern (kontemporer)

Sebagaimana pada periode sebelumnya, perkembangan ulumul-Quran


pada masa kontemporer ini juga berlanjut seputar penulisan sebuah metode atau
cabang ilmu al-Quran secara khusus dan terpisah, sebagaimana ada pula yang
kembali membali menyusun atau menyatukan cabang-cabang ulumul-Quran
dalam kitab tersendiri dengan penulisan yang lebih sederhana dan sistematis dari
kitab-kitab klasik terdahulu.

a). Kitab yang terbit membahas khusus tentang cabang-cabang ilmu Quran
atau pembahasan khusus tentang metode penafsiran Al-Quran di antaranya
:

1). Kitab i`jaazul quran yang ditulis oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi`i,
2). Kitab At-Tashwirul fanni fiil qu`an dan masyaahidul qiyaamah fil qur`an oleh
Sayyid Qutb,
3). Tarjamatul qur`an oleh syaikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang salah
satu pembahasannya ditulis oleh Muhibuddin al-hatib,
4). Masalatu tarjamatil qur`an oleh Musthafa Sabri,
5). An-naba`ul adziim oleh DR Muhammad Abdullah Daraz dan
6). Muqaddimah tafsir Mahaasilu ta`wil oleh Jamaluddin Al-qasimi.

b). Kitab yang membahas secara umum ulumul quran dengan sistematis,
diantaranya :

16
1). Syaikh Thahir Al-jazaairy menyusun sebuah kitab dengan judul At-tibyaan fii
u`luumil
qur`an.
2). Syaikh Muhammad Ali Salamah menulis pula Manhajul furqan fii u`luumil
qur`an yang
berisi pembahasan yang sudah ditentukan untuk fakultas ushuluddin di Mesir
dengan
spesialisasi da`wah dan bimbingan masyarakat dan diikuti oleh muridnya,
3). Muhammad Abdul a`dzim az-zarqani yang menyusun Manaahilul i`rfaan fii
u`lumil
qur`an.
4). Syaikh Ahmad Ali menulis muzakkiraat u`lumil qur`an yang disampaikan
kepada
mahasiswanya di fakultas ushuluddin jurusan dakwah dan bimbingan
masyarakat.
5). Kitab Mahaabisu fii u`lumil qur`an oleh DR Subhi As-Shalih.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur’an adalah petunjuk utama sebagai panduan hidup (way of life) bagi
umat manusia (hudan linnas), al-Qur’an merupakan petunjuk ke jalan yang lurus
bagi segenap umat manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun
di akhirat. Di dalamnya terkandung ragam dasar aturan (qaidah) hukum yang
mengatur tatanan kehidupan umat manusia.

Kandungan isinya sangat penting dan memadai untuk mengungkap sains


dan fustur manusia. Memang tidak semuanya disebut secara eksplisit, namun
banyak hal tersirat secara implisit. Dalam al-Quran ilmu pengetahuan tidak
dijelaskan secara rinci, karena al-Qur’an bukan kamus atau ensiklopedia. Al-
Qur’an hanya menggambarkan secara global (ijmal) dan tugas manusialah untuk
mengurai dan menganalisisnya, menemukan dan mempertajam spesifikasinya
secara detail dari ilmu-ilmu tersebut.

B. Saran

Ulumul Qur’an adalah merupakan ilmu yang dapat digunakan sebagai


metode dalam mempelajari al-Quran dengan berbagai perspektif dan cabang-
cabangnya.Diturunkannya al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. adalah
sebagai tadabbur, direnungkan maknaya, dipikirkan dan diamalkan, bukan
sekadar dibaca tanpa pengamalan dari isi dan maknanya, dan wajib hukumnya
bagi umat Islam untuk mempelajari, memahami dan menerapkannya dalam sendi-
sendi kehidupan sehari-hari.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Azami, M.M, The History The Qur’anic Text : From Relevation to


Compilation (Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu sampai kompilasi), Penerbit
Gema Insani, Jakarta, 2005.

Hatta Syamsuddin, Modul Mata kuliah : Ulumul Quran 1, Pesantren Mahasiswa


Arroyan, Surakarta, 2008.

Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, Penerbit Pustaka Setia, Bandung, 2007.

TALHAS, T.H, Fokus Isi dan Makna Al-Qur’an : Jalan Pintas Memahami
Substansi Global Al-Qur’an, Penerbit Galura Pase, Jakarta, 2008.

Anda mungkin juga menyukai