STUDY QUR’AN
WAQAF DAN WASHAL
DOSEN PENGAMPU : ISKANDAR LUBIS M.A
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
– Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas matakuliah Studi Qur’an tentang Waqaf dan
Washal.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan sistematika pembahasannya. Sebab kata
pepatah “tak ada gading yang tak retak atau dengan pepatah lain tak ada ranting yang tak akan
patah”. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan masukan atau kritikan serta saran yang
bersifat membangun untuk mendorong kami menjadi lebih ke depanya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan
pembaca. Amin..
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan..........................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................3
Bab II Pembahasan.........................................................................................4
A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran....................................................................................................11
Daftar Pustaka...............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana maklum bahwa secara kodrati menusia memiliki kelemahan dalam kekuatan
nafas. Jika Al-qur’an tidak terpecah dalam surat-surat dan masing-masing surat tidak dibagi
dalam ayat-ayat, maka tentulah manusia akan kesulitan membacanya dengan baik dan benar.
Bahkan, dalam ayat-ayat tertentu yang tergolong panjang, daya jangkau nafas manusiapun tidak
mampu melampauinya dengan sempurna. Karena itulah kemudian disusun suatu kaidah yang
menjadi pedoman dalam menentukan tempat berhenti dan memulai bacaan Al-qur’an, yang
disebut dengan waqaf.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kaidah Waqaf dan Washal.
Waqaf secara sederhana dapat diartikan sebagai penghentian bacaan al-quran karena
sebab-sebab tertentu. Waqaf menurut bahasa ialah al-Habs yang artinya menahan. Sedangkan
menurut istilah, waqaf adalah memutuskan suara pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, tidak
begitu lama, kemudian mengambil nafas satu kali dengan niat untuk memulai kembali bacaan al-
Qur’an. Waqaf [ ]فَ ْقَوadalah menghentikan bacaan atau suara sejenak pada akhir suku kata untuk
mengambil nafas dengan maksud melanjutkan bacaan pada ayat berikutnya. Lawanya waqaf
1
ialah washal, yang berarti menyambung bacaan. Menurut istilah washal adalah meneruskan
bacaan Al-Qur'an sampai ada tanda waqaf. Tidak boleh diputus-putus membacanya. Jika tidak
kuat napasnya, boleh berhenti, tetapi bacaannya diulang kembali.
1
United Islamic Cultural Center of Indonesia,Tajwid Qarabasy, Jakarta,2005,hlm.44
7. Tanda qaf ( ) قmerupakan singkatan dari qīla alayhil waqaf yang bermakna "boleh
berhenti pada wakaf sebelumnya". Maka dari itu, lebih baik meneruskan bacaan walaupun
boleh diwakafkan.
8. Tanda ṣad lam ( ) صلmerupakan singkatan dari qad yūṣalu yang bermakna "kadang kala
boleh diwasalkan". Maka dari itu, lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan
9. Tanda qif ( ) قيفartinya lebih dianjurkan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul
pada kalimat yang biasanya diteruskan oleh sang pembaca tanpa berhenti.
10. Tanda sin ( ) سatau tanda saktah ( ) ســکتهmenandakan pemberhentian sejenak tanpa
mengambil napas, baru untuk meneruskan bacaan.
11. Tanda waqfah ( ( وقفهbermakna sama seperti wakaf saktah ( ) سکتهtetapi harus berhenti
lebih lama tanpa mengambil napas.
12. Tanda lā ( ) الmenandakan pelarangan penghentian. Tanda ini muncul kadang-kala pada
penghujung maupun pertengahan ayat. Jika muncul di pertengahan ayat, maka tidak
dianjurkan untuk berhenti. Jika berada di penghujung ayat, sang pembaca boleh berhenti
dan boleh tidak.
13. Tanda kaf ( ) كmerupakan singkatan dari kaṭālik yang bermakna "serupa". Dengan kata
lain, makna dari wakaf ini mirip dengan wakaf yang sebelumnya muncul.
14. Tanda titik tiga ( .˙. ) disebut sebagai wakaf muraqabah atau wakaf ta'anuq, yang berarti
"terikat". Wakaf ini bisa muncul sebanyak dua kali di mana saja, dan dibaca dengan
berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu
berhenti pada tanda kedua, dan sebaliknya.2
1. Tanda Laa ( ) الbermaksud "Jangan berhenti!". Tanda ini muncul kadang-kala pada
penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak
dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh
berhenti atau tidak.
2. Tanda sad-lam-ya' ( ) صلےTanda sad-lam-ya' merupakan singkatan dari "Al-wasl Awlaa"
yang bermakna "wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu
meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik
2
Ade Hanafi Abu Raudhah, Materi Praktis Tahsin Tilawah 4, Bandung,2010
3. Tanda Waqaf Mujawwaz ( ز,) tanda boleh berhenti, namun meneruskan bacaan adalah
lebih utama.
4. Tanda sad ( ) صdisebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih
baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah
makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata
lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad.
5. Tanda qaf ( ) قmerupakan singkatan dari "Qeela alayhil waqf" yang bermakna "telah
dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya", maka dari itu lebih baik meneruskan
bacaan walaupun boleh diwaqafkan.
Tanda waqaf saktah dalam Al qur'an bisaanya di tulis dengan dengan tanda ( )ساكتهatau kadang
kala dengan ( س.)Tanda waqaf saktah dalam Al qur'an hanya terdapat dalam 4 ayat. Berikut
contoh tanda waqaf saktah dalam mushaf Al qur'an.
3
Chaer Abdul, Al-quran Ilmu Tajwid, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, hlm 103
1) Surah al kahfi ayat 1, yaitu pada lafazh :
يجعل له عوجاسكتة قيما ليندز
(YAJ'ALLAHUU 'IWAJAA berhenti sejenak QOYYIMAALLIYUNDZIRO.. ).
Cara membacanya : yaitu dengan menghilangkan tanwin dan digantinya dengan fathah
pada lafazh 'IWAJAN sehingga menjadi madd 'iwad, panjang dua harkat. yaitu menjadi
'IWAJAA berhenti sejenak ukuran dua harkat tanpa bernafas, kemudian di teruskan
dengan lafazh selanjutnya. Faidah saktah pada ayat ini yaitu : untuk memisahkan dua
lafazh, yang apabila membacanya di washol/disambung dengan tidak memakai saktah,
maka akan disangka bahwa lafazh QOYYIMAN menjadi sifat dari lafazh 'IWAJAN,
yang tentu ma'nanya sangat bertolak belakang, 'IWAJAN artinya kebengkokan
sedangkan QOYYIMAN artinya lurus, oleh karena itu ketika lafazh 'IWAJAN
membacanya hendak di washol dengan lafazh QOYYIMAN maka diwajibkan memakai
Saktah.
2) Suroh YAASIIN ayat 52, yaitu pada lafazh :
من مرقدناسكتة هذا ما
(MIMMARQODINAA berhenti sejenak HAADZAA MAA).
Cara membacanya : yaitu dengan memanjangkan ujung lafazh MARQODINAA ukuran
dua harkat karena hukum madd ashli, berhenti sejenak ukuran dua harkat tanfa bernafas,
kemudian di teruskan dengan lafazh selanjutnya. Faidah saktah pada ayat ini yaitu : untuk
memisahkan perkataan orang kafir dengan perkataan orang mukmin, perkataan orang
kafir selesai pada lafazh MARQODINAA sedangkan lafazh sesudahnya (HAADZAA
MAA..) merupakan perkataan orang mukmin. apabila kedua lafazh 5 tersebut di
sambungkan tanfa memakai saktah maka akan terjadi kekeliruan dalam ma'nanya.
3) Suroh AL-QIYAMAH ayat 27, yaitu pada lafazh :
وقيل منسكتة راق
(WA QIILA MAN berhenti sejenak ROOQ).
Cara membacanya : yaitu dengan meng izharkan huruf nun mati pada lafazh MAN,
berhenti sejenak ukuran dua harkat tanfa bernafas, kemudian di teruskan dengan lafazh
selanjutnya. Faidah saktah pada ayat ini yaitu : menunjukan bahwa lafazh MAN dan
ROOQ bukanlah satu kalimah melainkan dua kalimah, dan apabila membacanya
disambung tanpa memakai saktah, maka akan terjadi idghoom bilaghunnah, dan
kemungkinan akan dianggap satu kalimah. yaitu menjadi lafazh: )مــراقMARROOQ )
dengan mengikuti wazan ) فعالFA''AALUN ) tasydid pada huruf 'ain.
4) Suroh AL-MUTHOFFIFIIN ayat 14, yaitu pada lafazh :
كال بلسكتة ران
(KALLAA BAL berhenti sejenak ROONA).
Cara membacanya : yaitu dengan mengizharkan huruf lam pada lafazh BAL, berhenti
sejenak ukuran dua harkat tanpa bernafas, kemudian di teruskan dengan lafazh selanjutnya.
Faidah saktah pada ayat ini yaitu : menunjukan bahwa lafazh BAL dan ROONA bukanlah
satu kalimat melainkan dua kalimat, dan apabila membacanya disambung tanpa memakai
saktah, maka akan terjadi idghoom mutaqooribain shogiir, dan kemungkinan akan
dianggap satu kalimah, yaitu menjadi lafazh : ) برانBARROONA ) dengan mengikuti
wazan )فعالFA''AALUN ) tasydiid pada huruf 'ain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waqaf adalah salah satu hukum yang penting dipelajari dalam ilmu tajwid,
dengan mempelajari waqaf kita dapat mengetahui kapan dan dimana kita harus berhenti
sejenak dalam membaca ayat-ayat Al-qur’an, pemahaman yang minim dapat
menyebabkan seseorang jatuh pada kesalahan ketika membaca Al-qur’an.
Tidak ditemukan dalam al Qur’an waqof yang hukumnya wajib, dengan maksud
akan berdosa jika tidak mengamalkannya.
Tidak ditemukan pula waqof yang hukumnya haram, dengan maksud akan
berdosa jika ada pembaca yang melakukannya. Kecuali dengan sebabsebab tertentu yang
bisa menarik menjadi haram. Namun, walau tidak ada maksud atau kesengajaan dalam
waqof sebaiknya jangan dilakukan, karena dapat menimbulkan kesalahpahaman.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, jika terdapat kesalahan dalam penulis ataupun
penyampaiannya kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca. Atas kritikan dan
saran dari pembaca kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Materi Praktis Tahsin Tilawah 4, Bandung: Tar-Q Press Chaer Abdul. 2013.