Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

STUDY QUR’AN
WAQAF DAN WASHAL
DOSEN PENGAMPU : ISKANDAR LUBIS M.A

Disusun Oleh :

MUHAMMAD ARI (01325.111.17.2020)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI TUANKU TAMBUSAI
PASIR PENGARAIAN
RIAU T/A 2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
– Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas matakuliah Studi Qur’an tentang Waqaf dan
Washal.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan sistematika pembahasannya. Sebab kata
pepatah “tak ada gading yang tak retak atau dengan pepatah lain tak ada ranting yang tak akan
patah”. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan masukan atau kritikan serta saran yang
bersifat membangun untuk mendorong kami menjadi lebih ke depanya.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan
pembaca. Amin..
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan..........................................................................................3

A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................3

Bab II Pembahasan.........................................................................................4

A. Kaidah waqaf dan washal......................................................................4


B. Tanda-tanda Bacaan Waqaf dan washal ...............................................4
C. Saktah dan Qath’u.................................................................................7

Bab III Penutup.............................................................................................11

A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran....................................................................................................11

Daftar Pustaka...............................................................................................12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Allah SWT menurunkan Al-qur’an kepada manusia dengan sangat sempurna.


Kesempurnaannya tidak hanya terletak pada kedalaman kandungan maknanya dan ketimggian
bahasanya. Namun kesempurnaannya juga tampak dari sistematika juz, surat, ayat, dan tema-
tema pembahasannya. Hal itu tak lain adalah untuk memudahkan pemahaman dan pengahayatan
manusia terhadap Al-qur’an. Sistematika Al-qur’an yang terbagi dalam 30 juz, 114 surat, dan
6666 ayat dan 313.671 huruf tersebut disusun juga untuk meringankan manusia dalam
membacanya.

Sebagaimana maklum bahwa secara kodrati menusia memiliki kelemahan dalam kekuatan
nafas. Jika Al-qur’an tidak terpecah dalam surat-surat dan masing-masing surat tidak dibagi
dalam ayat-ayat, maka tentulah manusia akan kesulitan membacanya dengan baik dan benar.
Bahkan, dalam ayat-ayat tertentu yang tergolong panjang, daya jangkau nafas manusiapun tidak
mampu melampauinya dengan sempurna. Karena itulah kemudian disusun suatu kaidah yang
menjadi pedoman dalam menentukan tempat berhenti dan memulai bacaan Al-qur’an, yang
disebut dengan waqaf.

B. Rumusan Masalah

1. Apa kaidah waqaf dan washal?


2. Apa saja tanda-tanda baca waqaf dan washal?
3. Apa yang dimaksud dengan saktah dan qath’u?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa kaidah waqaf dan washal
2. Untuk mengetahui tanda-tanda baca waqaf dan washal
3. Untuk mengetahui apa itu saktah dan qath’u

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kaidah Waqaf dan Washal.

Waqaf secara sederhana dapat diartikan sebagai penghentian bacaan al-quran karena
sebab-sebab tertentu. Waqaf menurut bahasa ialah al-Habs yang artinya menahan. Sedangkan
menurut istilah, waqaf adalah memutuskan suara pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, tidak
begitu lama, kemudian mengambil nafas satu kali dengan niat untuk memulai kembali bacaan al-
Qur’an. Waqaf [‫ ]فَ ْقَو‬adalah menghentikan bacaan atau suara sejenak pada akhir suku kata untuk
mengambil nafas dengan maksud melanjutkan bacaan pada ayat berikutnya. Lawanya waqaf
1
ialah washal, yang berarti menyambung bacaan. Menurut istilah washal adalah meneruskan
bacaan Al-Qur'an sampai ada tanda waqaf. Tidak boleh diputus-putus membacanya. Jika tidak
kuat napasnya, boleh berhenti, tetapi bacaannya diulang kembali.

B. Tanda-Tanda Bacaan Waqaf Dan Washal

Berikut tanda-tanda baca waqaf:


1. Tanda mim ( ‫ مـ‬,) disebut juga dengan wakaf lazim, adalah penghentian di akhir kalimat
sempurna. Wakaf lazim disebut juga sebagai wakaf tāmm (sempurna) karena wakaf terjadi
setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim
( ‫ م‬,) memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, tetapi sangat jauh berbeda dengan
fungsi dan maksudnya.
2. Tanda ṭa ( ‫ ) ط‬adalah tanda wakaf mutlak sehingga diwajibkan untuk berhenti.
3. Tanda jim ( ‫ ) ج‬adalah wakaf jaiz, jadi boleh berhenti dan boleh melanjutkan bacaan.
4. Tanda ẓa ( ‫ ) ظ‬menandakan lebih baik tidak berhenti.
5. Tanda ṣad ( ‫ ص‬,)disebut juga dengan wakaf murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik
tidak mengentikan bacaan, tetapi diperbolehkan berhenti saat dkeadaan darurat dan tanpa
mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda ẓa dan ṣad terletak pada fungsinya;
dalam kata lain, lebih diperbolehkan berhenti pada wakaf ṣad.
6. Tanda ṣad lam ya ( ‫ ) صلے‬merupakan singkatan dari al-waṣal awlā yang bermakna "wasal
atau meneruskan bacaan lebih baik". Maka dari itu, meneruskan bacaan tanpa
mewakafkannya lebih dianjurkan.

1
United Islamic Cultural Center of Indonesia,Tajwid Qarabasy, Jakarta,2005,hlm.44
7. Tanda qaf ( ‫ ) ق‬merupakan singkatan dari qīla alayhil waqaf yang bermakna "boleh
berhenti pada wakaf sebelumnya". Maka dari itu, lebih baik meneruskan bacaan walaupun
boleh diwakafkan.
8. Tanda ṣad lam ( ‫) صل‬merupakan singkatan dari qad yūṣalu yang bermakna "kadang kala
boleh diwasalkan". Maka dari itu, lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan
9. Tanda qif ( ‫) قيف‬artinya lebih dianjurkan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul
pada kalimat yang biasanya diteruskan oleh sang pembaca tanpa berhenti.
10. Tanda sin ( ‫ ) س‬atau tanda saktah ( ‫ ) ســکته‬menandakan pemberhentian sejenak tanpa
mengambil napas, baru untuk meneruskan bacaan.
11. Tanda waqfah ( ‫ ( وقفه‬bermakna sama seperti wakaf saktah ( ‫ ) سکته‬tetapi harus berhenti
lebih lama tanpa mengambil napas.
12. Tanda lā ( ‫ ) ال‬menandakan pelarangan penghentian. Tanda ini muncul kadang-kala pada
penghujung maupun pertengahan ayat. Jika muncul di pertengahan ayat, maka tidak
dianjurkan untuk berhenti. Jika berada di penghujung ayat, sang pembaca boleh berhenti
dan boleh tidak.
13. Tanda kaf ( ‫ ) ك‬merupakan singkatan dari kaṭālik yang bermakna "serupa". Dengan kata
lain, makna dari wakaf ini mirip dengan wakaf yang sebelumnya muncul.
14. Tanda titik tiga ( .˙. ) disebut sebagai wakaf muraqabah atau wakaf ta'anuq, yang berarti
"terikat". Wakaf ini bisa muncul sebanyak dua kali di mana saja, dan dibaca dengan
berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu
berhenti pada tanda kedua, dan sebaliknya.2

Tanda-tanda washal diantaranya:

1. Tanda Laa ( ‫ ) ال‬bermaksud "Jangan berhenti!". Tanda ini muncul kadang-kala pada
penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak
dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh
berhenti atau tidak.
2. Tanda sad-lam-ya' ( ‫ ) صلے‬Tanda sad-lam-ya' merupakan singkatan dari "Al-wasl Awlaa"
yang bermakna "wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu
meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik

2
Ade Hanafi Abu Raudhah, Materi Praktis Tahsin Tilawah 4, Bandung,2010
3. Tanda Waqaf Mujawwaz (‫ ز‬,) tanda boleh berhenti, namun meneruskan bacaan adalah
lebih utama.
4. Tanda sad ( ‫ ) ص‬disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih
baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah
makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata
lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad.
5. Tanda qaf ( ‫) ق‬merupakan singkatan dari "Qeela alayhil waqf" yang bermakna "telah
dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya", maka dari itu lebih baik meneruskan
bacaan walaupun boleh diwaqafkan.

C. Saktah dan Qath’u


Menurut bahasa saktah berarti diam. Adapun yang dimaksud menurut istilah, adalah
menghentikan bacaan (Alquran) sejenak tanpa mengambil napas. Menurut istilah dalam ilmu
tajwid saktah artinya menghentikan suara bacaan sejenak, sedangkan nafas tidak terputus, masih
dalam kaitan membaca kalimat (kata). Jadi, belum waqaf.3
Cara membaca saktah yaitu berhenti sejenak tanpa bernafas sekedar 1 alif atau 2 harokat

Tanda waqaf saktah dalam Al qur'an bisaanya di tulis dengan dengan tanda ( ‫ )ساكته‬atau kadang
kala dengan (‫ س‬.)Tanda waqaf saktah dalam Al qur'an hanya terdapat dalam 4 ayat. Berikut
contoh tanda waqaf saktah dalam mushaf Al qur'an.

Cara membaca saktah

Di dalam Al-quran ada 4 bacaan saktah, yaitu:

1. Surat al-Kahfi: ayat 1-2


2. Surat Yasin: ayat 52
3. Surat al-Qiyamah: ayat 27
4. Surat al-Muthaffifin: ayat 14

3
Chaer Abdul, Al-quran Ilmu Tajwid, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, hlm 103
1) Surah al kahfi ayat 1, yaitu pada lafazh :
‫يجعل له عوجاسكتة قيما ليندز‬
(YAJ'ALLAHUU 'IWAJAA berhenti sejenak QOYYIMAALLIYUNDZIRO.. ).
Cara membacanya : yaitu dengan menghilangkan tanwin dan digantinya dengan fathah
pada lafazh 'IWAJAN sehingga menjadi madd 'iwad, panjang dua harkat. yaitu menjadi
'IWAJAA berhenti sejenak ukuran dua harkat tanpa bernafas, kemudian di teruskan
dengan lafazh selanjutnya. Faidah saktah pada ayat ini yaitu : untuk memisahkan dua
lafazh, yang apabila membacanya di washol/disambung dengan tidak memakai saktah,
maka akan disangka bahwa lafazh QOYYIMAN menjadi sifat dari lafazh 'IWAJAN,
yang tentu ma'nanya sangat bertolak belakang, 'IWAJAN artinya kebengkokan
sedangkan QOYYIMAN artinya lurus, oleh karena itu ketika lafazh 'IWAJAN
membacanya hendak di washol dengan lafazh QOYYIMAN maka diwajibkan memakai
Saktah.
2) Suroh YAASIIN ayat 52, yaitu pada lafazh :
‫من مرقدناسكتة هذا ما‬
(MIMMARQODINAA berhenti sejenak HAADZAA MAA).
Cara membacanya : yaitu dengan memanjangkan ujung lafazh MARQODINAA ukuran
dua harkat karena hukum madd ashli, berhenti sejenak ukuran dua harkat tanfa bernafas,
kemudian di teruskan dengan lafazh selanjutnya. Faidah saktah pada ayat ini yaitu : untuk
memisahkan perkataan orang kafir dengan perkataan orang mukmin, perkataan orang
kafir selesai pada lafazh MARQODINAA sedangkan lafazh sesudahnya (HAADZAA
MAA..) merupakan perkataan orang mukmin. apabila kedua lafazh 5 tersebut di
sambungkan tanfa memakai saktah maka akan terjadi kekeliruan dalam ma'nanya.
3) Suroh AL-QIYAMAH ayat 27, yaitu pada lafazh :
‫وقيل منسكتة راق‬
(WA QIILA MAN berhenti sejenak ROOQ).
Cara membacanya : yaitu dengan meng izharkan huruf nun mati pada lafazh MAN,
berhenti sejenak ukuran dua harkat tanfa bernafas, kemudian di teruskan dengan lafazh
selanjutnya. Faidah saktah pada ayat ini yaitu : menunjukan bahwa lafazh MAN dan
ROOQ bukanlah satu kalimah melainkan dua kalimah, dan apabila membacanya
disambung tanpa memakai saktah, maka akan terjadi idghoom bilaghunnah, dan
kemungkinan akan dianggap satu kalimah. yaitu menjadi lafazh: ‫ )مــراق‬MARROOQ )
dengan mengikuti wazan ‫ ) فعال‬FA''AALUN ) tasydid pada huruf 'ain.
4) Suroh AL-MUTHOFFIFIIN ayat 14, yaitu pada lafazh :
‫كال بلسكتة ران‬
(KALLAA BAL berhenti sejenak ROONA).
Cara membacanya : yaitu dengan mengizharkan huruf lam pada lafazh BAL, berhenti
sejenak ukuran dua harkat tanpa bernafas, kemudian di teruskan dengan lafazh selanjutnya.
Faidah saktah pada ayat ini yaitu : menunjukan bahwa lafazh BAL dan ROONA bukanlah
satu kalimat melainkan dua kalimat, dan apabila membacanya disambung tanpa memakai
saktah, maka akan terjadi idghoom mutaqooribain shogiir, dan kemungkinan akan
dianggap satu kalimah, yaitu menjadi lafazh : ‫ ) بران‬BARROONA ) dengan mengikuti
wazan ‫ )فعال‬FA''AALUN ) tasydiid pada huruf 'ain.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waqaf adalah salah satu hukum yang penting dipelajari dalam ilmu tajwid,
dengan mempelajari waqaf kita dapat mengetahui kapan dan dimana kita harus berhenti
sejenak dalam membaca ayat-ayat Al-qur’an, pemahaman yang minim dapat
menyebabkan seseorang jatuh pada kesalahan ketika membaca Al-qur’an.
Tidak ditemukan dalam al Qur’an waqof yang hukumnya wajib, dengan maksud
akan berdosa jika tidak mengamalkannya.
Tidak ditemukan pula waqof yang hukumnya haram, dengan maksud akan
berdosa jika ada pembaca yang melakukannya. Kecuali dengan sebabsebab tertentu yang
bisa menarik menjadi haram. Namun, walau tidak ada maksud atau kesengajaan dalam
waqof sebaiknya jangan dilakukan, karena dapat menimbulkan kesalahpahaman.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, jika terdapat kesalahan dalam penulis ataupun
penyampaiannya kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca. Atas kritikan dan
saran dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

United Islamic Cultural Center of Indonesia. 2005.

Tajwid Qarabasy, Jakarta Ade Hanafi Abu Raudha. 2010.

Materi Praktis Tahsin Tilawah 4, Bandung: Tar-Q Press Chaer Abdul. 2013.

Al-quran Ilmu Tajwid, Jakarta: Rineka Cipta https://adinawas.com/pengertian-waqaf-saktah-dan-


qath.html, diakses pada tanngal 20 Juni 2021
https://www.imamrambe.eu.org/2018/12/makalah-tahsinul-quran-tentang-waqaf.html, diakses
pada tanggal 20 Juni 2021

https://id.scribd.com/document/436210270/MAKALAH-WAQAF, di akses pada tanggal 20 Juni


2021

Anda mungkin juga menyukai