Anda di halaman 1dari 20

Makalah Dosen Pengampu

Ekonomi Islam Syukri Rosadi, M.Esy

“KONSEP PERMINTAAN DALAM EKONOMI ISLAM”

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Abdul Aziz Fauzi : 01313.111.17.2020

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TUANKU TAMBUSAI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KABUPATEN ROKAN HULU

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan KaruniaNya
sehingga makalah dengan judul “Konsep Permintaan Dalam Ekonomi Islam” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tidak lupa ucapakan terimakasih kami kepada pihak-pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini baik materi maupun nonmateri.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dengan menggunakan berbagai referensi baik
berupa buku maupun media internet. Maka kami mengucapkan terimakasih kepada pengarang
buku yang kami kutip yang telah memberikan banyak sumbangan pemikiran, penerbit yang telah
menerbitkan buku tersebut, serta lembaga lain yang menyediakan sarana buku tersebut.

Terlepas dari hal tersebut, kami menyadari dalam penulisan makalah ini, terdapat banyak
kekurangan baik dalam penulisan, isi maupun bahasa. Maka kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan dari para pembaca. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan semoga dapat menjadi sumber rujukan yang menambah wawasan pemikiran.

Pasir Pengaraian, 24 Maret 2023

Abdul Aziz Fauzi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan penulisan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Permintaan .............................................................................................................. 3
1. Pengertian Permintaan ............................................................................. 3
2. Faktor-faktor penentu permintaan ......................................................... 3
3. Hukum permintaan .................................................................................. 6
4. Hubungan Antara Harga dan Permintaan ............................................ 7
B. Penawaran .............................................................................................................. 7
1. Pengertian penawaran .............................................................................. 7
2. Keseimbangan pasar ................................................................................. 9
C. Penentuan Harga ..................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 15
B. Saran ...................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan perekonomian semakin hari semakin banyak perkembangan, sebagai tuntutan
dari perkembangan hidup yang lebih maju dan modern. Kegiatan perekonomian tersebut
terutama adalah kegiatan produksi, konsumsi dan perdagangan. Ketiga kegiatan ekonomi
yang utama tersebut, menimbulkan masalah yang urgent dalam perekonomian.
Permasalahan yang pertama adalah apakah barang dan jasa yang akan diproduksi dan
berapa jumlahnya, yang kedua adalah bagaimanakah caranya memproduksi barang dan jasa
tersebut dan yang terakhir adalah kepada siapakah barang dan jasa tersebut diproduksi.
Permasalahan pokok yang pertama, yaitu apakah barang dan jasa yang akan diproduksi dan
berapa jumlahnya, dapat dipecahkan dengan mengamati interaksi antara penjual dan
pembeli sehingga dapat ditentuan harga barang yang wujud di pasar dan jumlah barang
yang diperdagangkan. Dalam upaya mengamati interaksi antara penjual dan pembeli,
diperlukan sebuah teori yang dapat menerangkan sifat atau karakter dari interaksi tersebut.
Suatu kegiatan ekonomi baik itu skala kegiatan ekonomi mikro maupun makro, selalu
diawali dengan adanya interaksi antara produsen dengan konsumen. Adapun interaksi
antara produsen dengan konsumen dalam kegiatan ekonomi berskala kecil (mikro)
diwujudkan dalam permintaan dan penawaran. Dalam teori ekonomi mikro, dikenal teori
permintaan dan penawaran. Teori permintaan berusaha menjelaskan sifat permintaan para
pembeli terhadap suatu barang sedangkan teori penawaran menjelaskan sifat penawaran
para penjual atau produsen. Pada kajian ekonomi mikro, pada dasarnya harga dan
permintaan (demand) maupun penawaran (supply) bergantung pada individu dalam suatu
perekonomian. Permintaan yang berarti dari pihak konsumen(pemakai) dan penawan dari
pihak produsen(pembuat). Kedua hal ini adalah pokok dalam suatu permasalahan ekonomi,
karena dua hal tersebut yang membuat perekonomian pasar bekerja. Oleh karena itu
sebelum melihat apakah kebijakan atau peristiwa mampu mempengaruhi perekonomian kita
harus lebih dulu melihat pengaruhnya kepada permintaan dan penawaran.

1
Konsumen akan melakukan pilihan terhadap semua barang yang diinginkan berdasarkan
jumlah dana yang dimilikinya. Suatu rumah tangga setiap bulannya akan membutuhkan
berbagai macam barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan
penghasilan yang dimiliki terbatas jumlahnya. Dengan penghasilan yang terbatas tersebut,
rumah tangga sebagai pelaku ekonomi yang rasional akan melakukan pilihan yang terbaik
untuk mengonsumsi barang-barang kebutuhannya. Tentu saja pilihan akan dilakukan
terhadap barang yang memberikan manfaat atau kepuasan yang paling tinggi. Semakin
banyak barang yang dimiliki, konsumen akan merasa semakin terpenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian konsumen menginginkan membeli barang yang dibutuhkan serendah
mungkin.
Pandangan ekonomi islam mengenai permintaan relatif sama dengan ekonomi
konvensional, namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk berperilaku ekonomi
yang sesuai dengan aturan syariah. Dalam ekonomi islam, norma dan moral “islami” yang
merupakan prinsip islam dalam melakukan kegiatan ekonomi, merupakan faktor yang
menentukan suatu individu maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya
sehingga teori ekonomi yang terjadi menjadi berbeda dengan teori pada ekonomi
konvensional. Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan tentang teori permintaan
Islami dan apa saja yang terkait dalam pembahasan teori permintaan Islami tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tentang pengertian, hukum dan teori permintaan?
2. Bagaimana tentang pengertian penawaran ?
3. Bagaimana tentang penentuan harga ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana tentang pengertian, hukum dan teori permintaan?
2. Untuk mengetahui Bagaimana tentang pengertian penawaran ?
3. Untuk mengetahui Bagaimana tentang penentuan harga?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERMINTAAN
1. Pengertian Permintaan
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar
tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dalam periode
tertentu dan dalam periode tertentu.1
Permintaan dapat dibagi menjadi dua macam:
a. Permintaan absolut (absolut demand)
Permintaan absolut adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa baik yang
bertenaga beli/berkemampuan membeli, maupun yang tidak bertenaga beli.
b. Permintaan efektif (effective demand)
Permintaan efektif adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang disertai kemampuan
membeli.
Adapun permintaan menurut ekonomi Islam, misalnya Ibnu Taimiyah, permintaan
adalah hasrat atau keinginan terhadap suatu barang (raghbah fi al-syai).2

2. Faktor-faktor Penentu Permintaan


Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara
permintaan dan harga.3 Dari definisi ini dapat diketahui, bahwa permintaan terjadi karena
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu : (1) harga barang yang diminta (2) tingkat pendapatan
masyarakat (3) jumlah penduduk (4) selera dan estimasi di masa yang akan datang dan
(5) harga barang lain atau subtitusi (6) intensitas kebutuhan (7) distribusi pendapatan.
1) Harga barang yang diminta, naik atau turunnya harga barang/jasa akan
mempengaruhi banyaknya barang yang diminta

1 Muhammad. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. (Yogyakarta: BPFE,2004), hal. 113.
2 Adiwarman A. Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Ketiga. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012),
hal. 364.
3 Sadono Sukirno. Mikroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 75.

3
2) Tingkat pendapatan masyarakat, pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli
masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi
kualitas maupun kuantitas permintaan.
3) Jumlah penduduk, semakin banyak penduduk, maka jumlah permintaan akan
meningkat.
4) Selera dan estimasi, perkembangan mode, pendidikan, lingkungan akan
mempengaruhi selera masyarakat, yang akan mempunyai pengaruh terhadap
jumlah permintaan.
5) Harga barang lain atau substitusi, adanya barang pengganti akan berpengaruh
terhadap jumlah permintaan. Pada saat harga barang naik, jika ada barang
pengganti maka jumlah permintaan akan dipengaruhinya.
6) Intensitas kebutuhan, mendesak atau tidaknya atau penting tidaknya kebutuhan
seseorang terhadap jasa, mempengaruhi jumlah permintaan. Kebutuhan primer,
lebih penting dibanding kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder lebih penting
dibanding tersier, sehingga pengaruhnya terhadap jumlah permintaan berbeda.
7) Distribusi pendapatan, makin merata pendapatan maka jumlah permintaan semakin
meningkat, sebaliknya pendapatan yang hanya diterima/dinikmati oleh kelompok
tertentu, maka secara keseluruhan jumlah permintaan akan turun.

Permintaan merupakan salah satu elemen yang menggerakkan pasar. Istilah yang
digunakan oleh Ibnu Taimiyah untuk menunjukkan permintaan ini adalah keinginan.
Keinginan yang muncul pada konsumen merupakan persoalan yang kompleks dan
dikatakan berasal dari Allah SWT. Namun, pada dasarnya faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan dapat diuraikan sebagai berikut:4
1) Harga barang yang bersangkutan Harga merupakan hal yang menentukan dalam
permintaan. Pada umumnya, hubungan antara tingkat harga dan jumlah
permintaan adalah negatif. Artinya, semakin tinggi tingkat harga, maka semakin
rendah jumlah permintaan, demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat

4 Munrokhim Misanam, et al., 2012, Ekonomi Islam, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI),
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas Kerjasama Dengan Bank Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 322.

4
harga, maka semakin tinggi jumlah permintaan. Secara lebih spesifik pengaruh
harga barang terhadap permintaan ini dapat diurai lagi menjadi:
a. Efek substitusi Efek substitusi berarti bahwa jika harga suatu barang naik,
maka hal ini akan mendorong konsumen untuk mencari barang lain yang
bisa menggantikan fungsi dari barang yang harganya naik tersebut (barang
substitusi). Akibatnya, permintaan terhadap barang tersebut akan menurun
sebab konsumen beralih kepada barang substitusinya.
b. Efek pendapatan Efek pendapatan berarti bahwa jika suatu harga barang
naik, maka berarti pula secara riil pendapatan konsumen turun sebab
dengan pendapatan yang sama ia hanya akan membeli barang lebih
sedikit. Akibatnya, ia akan mengurangi permintaannya terhadap barang
tersebut.5
2) Pendapatan konsumen Pendapatan merupakan faktor penentu selain harga barang.
Semakin tinggi pendapatan seorang konsumen, maka semakin tinggi daya belinya
sehingga permintaannya terhadap barang akan meningkat pula. Sebaliknya, jika
semakin rendah pendapatan, maka semakin rendah pula daya beli, dan akhirnya
rendah pula permintaannya terhadap barang tersebut.
3) Harga barang lain yang terkait Maksud barang lain yang terkait adalah substitusi
dan komplementer dari barang tersebut. Jika harga barang substitusinya turun,
maka permintaan terhadap barang tersebut akan naik dan jika harga barang
substitusinya naik, maka permintaan terhadap barang tersebut akan turun.
Sebaliknya, jika harga barang non komplementer turun, maka permintaan
terhadap barang tersebut akan naik.
4) Selera konsumen Selera konsumen menempati posisi yang penting dalam
menentukan permintaan terhadap suatu barang. Jika selera seorang konsumen
terhadap barang tinggi, meskipun harganya juga tinggi, maka konsumen akan
tetap membelinya. Sebaliknya, meskipun harga barang tersebut rendah, maka
konsumen tetap tidak tertarik untuk membeli seandainya tidak memiliki selera
terhadap barang tersebut.

5 Ibid

5
5) Ekspektasi (pengharapan) Meskipun tidak secara eksplisit, pemikir ekonomi
Islam klasik telah menengarai peran ekspektasi dalam menentukan permintaan.
Ekspektasi bisa positif maupun negatif. Dalam ekspektasi positif konsumen akan
lebih terdorong untuk membeli suatu barang.
6) Maslahah Maslahah merupakan tujuan utama dalam mengonsumsi barang karena
merupakan cara untuk mencapai keberkahan. Pengaruh maslahah terhadap
permintaan tidak bisa dijelaskan secara sederhana sebagaimana pengaruh faktor-
faktor yang disebutkan sebelumnya. Konsumen dengan tingkat keimanan “biasa”
kemungkinan akan mengonsumsi barang dengan kandungan berkah minimum.6

Bila faktor tingkat pendapatan jumlah penduduk selera dan estimasi barang serta
harga barang subtitusi tetap . maka permintaan hanya ditentukan oleh harga. Hal
demikian, besarnya kecilnya perubahan permintaan ditentukan oleh besar kecilnya
perubahan harga. Jika ini terjadi, maka berlaku perbandingan terbalik antara harga. Jika
ini terjadi, maka berlaku perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan dan
berbanding lurus dengan penawaran. Perbandingan terbalik antara harga terhadap
permintaan disebut sebagai hukum permintaan.

3. Hukum Permintaan

Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu


barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu
hipotesis yang menyatakan :
Makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang
tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan
terhadapbarang tersebut.
Hukum (Sunnatullah) permintaan tersebut berlaku, jika asumsi-asumsi yang
dibutuhkan terpenuhi, yaitu : cateris paribus atau dengan kata lain faktor-faktor lain
selain harga dianggap tetap (tidak mengalami perubahan).

6 Ibid

6
4. Hubungan Antara Harga dan Permintaan
Berdasarkan hukum permintaan tersebut, dapat dipahami adanya hubungan
antara permintaan dengan harga. Secara teori, hukum ini dijelaskan yaitu : manakala pada
suatu pasar terdapat permintaan suatu produk yang relatif sangat banyak, sehingga :
1) Barang yang tersedia pada produsen tidak dapat memenuhi semua permintaan
tersebut sehingga untuk membatasi jumlah pembelian produsen akan menaikkan
harga jual produk tersebut.
2) Penjual akan berusaha menggunakan kesempatan tersebut untuk meningkatkan dan
memperbesar keuntungannya dengan cara menaikkan harga jual produknya.
Sebaliknya, manakala pada suatu pasar permintaan suatu produk relatif sedikit, maka
yang terjadi adalah harga turun. Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Barang tersedia pada produsen/penjual relatif sangat banyak sehingga manakala
jumlah permintaan sedikit produsen akan berusaha menjual produknya sebanyak
mungkin dengan cara menurunkan harga jual produknya;
2. Produsen/penjual hanya akan meningkatkan keuntungannya dari volume
penjualannya.
Perilaku ekonomi seperti ini pernah ditangkap dan dirumuskan oleh para pemikir
ekonomi Islam masa silam, yaitu : Abu Yusuf, Ibn Taymiyah, Al-Ghazali dan Ibn
Khaldun.7

B. PENAWARAN
1. Pengertian Penawaran
Dalam khazanah pemikiran ekonomi klasik, pasokan (penawaran) telah dikenali
sebagai kekuatan penting di dalam pasar. Ibnu Taimiyah misalnya, mengistilahkan
penawaran ini sebagai ketersediaan barang di pasar. Dalam pandangannya, penawaran
dapat berasal dari impor dan produksi lokal sehingga kegiatan ini dilakukan oleh penjual
dan produsen.8
A. Maslahah Pengaruh maslahah terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung
pada tingkat keimanan dari produsen. Jika jumlah maslahah yang terkandung

7 Sadono Sukirno . Op.Cit. hlm.115


8 Munrokhim Misanam, et al. Op. Cit. hlm.322

7
dalam barang yang diproduksi semakin meningkat maka produsen Muslim akan
memperbanyak jumlah produksinya.
B. Keuntungan Keuntungan merupakan bagian dari maslahah karena ia dapat
mengakumulasi modal yang pada akhirnya dapat digunakan untuk berbagai
aktivitas lainnya. Dengan kata lain, keuntungan akan menjadi tambahan modal
untuk memperoleh maslahah lebih besar lagi. Faktor-faktor yang memengaruhi
keuntungan adalah sebagai berikut:9
1) Harga Barang Faktor pertama yang menentukan keuntungan adalah harga
barang itu sendiri. Jika harga barang naik, maka jumlah keuntungan per
unit yang diperoleh juga akan naik. Sebaliknya, jika harga turun, maka
produsen akan cenderung mengurangi penawarannya sebab tingkat
keuntungan yang diperolehnya akan turun.
2) Biaya Produksi Biaya produksi menentukan tingkat keuntungan karena
keuntungan adalah selisih antara penerimaan (revenue) dengan biaya
(cost). Jika biaya turun, maka keuntungan produsen/penjual akan
meningkat sehingga akan mendorongnya untuk meningkatkan jumlah
pasokan ke pasar. Sebaliknya jika biaya naik, maka keuntungan
produsen/penjual menurun sehingga mendorong produsen/penjual untuk
menurunkan jumlah pasokan ke pasar. Untuk menjaga tingkat
keuntungannya, produsen akan meningkatkan harga jika biaya memang
naik. Biaya produksi biasanya akan ditentukan oleh dua faktor sebagai
berikut:
a. Harga Input Produksi Harga input produksi merupakan komponen
utama dalam biaya produksi. Jika harga produksi naik, maka biaya
produksi akan terdorong naik pula. Kenaikan harga input produksi
berpengaruh negatif terhadap penawaran, yaitu akan mendorong
produsen untuk mengurangi jumlah penawarannya, demikian
sebaliknya.
b. Teknologi Produksi Teknologi produksi sangat berpengaruh
terhadap biaya produksi. Dengan teknologi, maka efisiensi dan

9 Ibid

8
optimalisasi akan tercipta sehingga dengan input yang sama, maka
produktivitas akan tinggi. Dengan kata lain, kenaikan teknologi
dapat menurunkan biaya produksi sehingga meningkatkan
keuntungan produsen. Akhirnya, meningkatnya keuntungan ini
akan mendorong produsen untuk menaikkan penawarannya.10
2. Keseimbangan Pasar
Interaksi antara penawaran dan permintaan akan menyebabkan terjadi
salah satu dari tiga kondisi berikut. Pertama, jumlah barang yang diminta
melebihi jumlah barang yang ditawarkan pada harga saat ini, sehingga terjadi
kelebihan permintaan. Kedua, jumlah barang yang ditawarkan melebihi jumlah
barang yang diminta pada harga saat ini, sehingga terjadi kelebihan penawaran.
Ketiga, jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta
pada harga saat ini. Situasi yang ketiga ini disebut dengan keseimbangan
(equilibrium).11 Dengan demikian, keseimbangan menggambarkan suatu situasi
di mana semua kekuatan yang ada dalam pasar, permintaan dan penawaran,
berada dalam keadaan seimbang sehingga setiap variabel yang terbentuk di pasar,
harga dan kuantitas, sudah tidak berubah lagi. Dalam keadaan ini, harga dan
kuantitas yang diminta akan sama dengan yang ditawarkan sehingga terjadilah
transaksi.12

C. PENENTUAN HARGA
Harga merupakan nilai uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk
mendapatkan suatu barang maupun jasa. Menurut Philip Kotler harga adalah sejumlah
nilai atau uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa untuk jumlah dari nilai yang
ditukar konsumen atas manfaat-manfaat harga yang telah menjadi faktor penting yang
memengaruhi pilihan pembeli. Menurut Rachmat Syafei harga hanya terjadi pada akad,
yakni sesuatu yang direlakan dalam akad baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama

10 Ibid
11 Karl E. Case dan Ray C. Fair, 2003, Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro, terjemahan oleh Barlian Muhammad,
Macanan Jaya Cemerlang, hlm. 76.
12 Ibid

9
dengan nilai barang. Biasanya harga dijadikan penukaran barang yang diridai oleh kedua
pihak yang melakukan akad.13
Sebagaimana mana sudah dijelaskan sebelumnya, pasar tidak mengharapkan
adanya intervensi dari pihak mana pun tak terkecuali negara dengan otoritas penentuan
harga. Hal tersebut dikarenakan pada dasarnya pasar tidak membutuhkan kekuasaan yang
bebas untuk menentukan apa yang harus dikonsumsi dan diproduksi. Setiap individu
dibebaskan untuk memilih sendiri apa yang dibutuhkan dan bagaimana memenuhinya.
Inilah pola normal dari pasar atau „keteraturan alam‟ dalam istilah alGazālī berkaitan
dengan evolusi pasar. Selanjutnya Adam Smith menyatakan untuk menyerahkan saja
pada invisible hand, dan “dunia akan teratur dengan sendirinya”. Dasar keputusan para
pelaku ekonomi adalah sukarela (voluntary) sehingga otoritas dan komando tidak
diperlukan.14
Dalam pemahaman itu, harga sebuah komoditi (barang dan jasa) ditentukan oleh
penawaran dan permintaan, perubahan yang terjadi pada harga berlaku juga ditentukan
oleh terjadinya perubahan permintaan dan penawaran. Hal ini sesuai dengan hadis yang
diriwayatkan dari Anas bahwasanya suatu hari terjadi kenaikan harga yang luar biasa di
masa Rasulullah SAW, maka sahabat meminta Nabi untuk menurunkan harga pada saat
itu, lalu Nabi bersabda yang artinya, “Bahwa Allah SWT adalah Zat yang mencabut dan
memberi sesuatu, Zat yang memberi rezeki dan penentu harga”.15
Terkait penentuan harga barang ini, pada zaman Rasulullah SAW telah menjadi
isu perdagangan karena terdapatnya kondisi mahalnya harga barang-barang yang
dibutuhkan masyarakat. Abū Dāwud meriwayatkan hadis dari Abū Hurairah (Nomor
hadis 3.450) dan Anas (Nomor hadis 3451), yang artinya menyebutkan:16
“Dari Abū Hurairah bahwasanya seseorang datang lalu berkata, “Wahai
Rasulullah, tetapkanlah harga”. Rasulullah SAW, “Aku hanya berdoa (agar harga
menjadi baik)”. Kemudian datang lagi seseorang yang lain kepada Rasulullah lalu
berkata, “Wahai Rasulullah, tetapkanlah harga”. Rasulullah SAW bersabda, “Allah-lah
yang menurunkan dan menaikkan (harga). Dan sesungguhnya aku berharap bertemu

13 Mustafa Edwin Nasution, et al., 2007, Pengenalan Ekonomi Islam, Kencana, Jakarta,hlm.160
14 Ibid
15 Ibid
16 Jaih Mubarok dan Hasanudin, 2017, Fikih Mu’amalah Maliyah: Akad Jual-beli, Simbiosa Rekatama Media,
Bandung, hlm. 147.

10
Allah dalam keadaan bahwa (sedangkan) aku tidak menzalimi seseorang” “Orang-orang
berkata, “Wahai Rasulullah, harga (barang) telah naik (sehingga membuat hidup kami
susah), maka tetapkanlah harga barang untuk kami”. Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah yang menetapkan harga, yang mempersempit dan meluaskannya,
dan Maha Pemberi Rezeki; dan aku berharap berjumpa dengan Allah tanpa tuntutan salah
seorang dari kalian karena kezaliman terkait darah dan harta”.
Berdasarkan hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada waktu terjadi kenaikan
harga, Rasulullah meyakini adanya penyebab tertentu yang sifatnya darurat sehingga
tidak diperlukan adanya intervensi. Sesuatu yang bersifat darurat akan hilang seiring
dengan hilangnya penyebab dari keadaan itu sehingga Rasulullah SAW juga meyakini
bahwa harga akan kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu lama. Penetapan harga
menurut Rasulullah SAW merupakan suatu tindakan yang menzalimi kepentingan para
pedagang karena para pedagang di pasar akan merasa terpaksa untuk menjual barangnya
sesuai dengan harga patokan, yang tentunya tidak sesuai dengan keridaannya. Dengan
demikian, pemerintah tidak memiliki wewenang untuk melakukan intervensi terhadap
harga pasar dalam kondisi normal.17
Menurut Imām Yaḥyā bin ʻUmar, eksistensi harga merupakan hal yang sangat
penting dalam sebuah transaksi dan pengabaian dapat menimbulkan kerusakan dalam
kehidupan masyarakat sehingga ia berpendapat bahwa al-tasʿīr (penetapan harga) tidak
boleh dilakukan. Ibnu Taimiyah mengatakan jika masyarakat melakukan transaksi
jualbeli dalam kondisi normal tanpa adanya bentuk distorsi dan terjadi perubahan harga
karena sedikitnya penawaran atau banyaknya permintaan, maka hal tersebut merupakan
kehendak Allah SWT. Konsep Islam meyakini pihak mana pun tidak memiliki ruang
intervensi untuk menentukan harga, kecuali adanya kondisi darurat yang kemudian
menuntut pihak-pihak tertentu untuk ambil bagian menentukan harga.18
Pengertian darurat di sini mengindikasikan bahwa pada dasarnya peranan
pemerintah ditekan seminimal mungkin. Intervensi pemerintah dapat dibenarkan
hanyalah jika pasar tidak dalam keadaan yang sempurna, dalam arti ada kondisi-kondisi
yang menghalangi kompetensi yang fair terjadi (market failure). Sejumlah contoh klasik

17 Mustafa Edwin Nasution, et al., Op. Cit . hlm. 160


18 Ibid

11
terjadinya kegagalan pasar antara lain terjadinya kelangkaan barang publik, eksternalitas
(termasuk pencemaran dan kerusakan lingkungan), informasi yang tidak simetris, biaya
transaksi, kepastian institusional serta masalah dalam distribusi. Dengan kata lain,
intervensi pemerintah ditujukan untuk menjamin fairness atau keadilan.19
Kamil Shakr al-Qisi menjelaskan beberapa alasan mengenai pengendalian harga,
antara lain, pengendalian harga bersifat terpaksa (darurat), bukan hukum asal. Hukum
asal dari perniagaan adalah saling rida dan penentuan harga adalah hak pihak yang
melakukan perjanjian, tidak boleh melampaui batas dengan cara membatasi (jumlah)
harga. Syekh Ahmad Ibn Syekh Muhammad al-Zarqa, menyampaikan tentang bolehnya
pengendalian harga barang pokok didasarkan pada kaidah fikih bahwa dilaksanakannya
ḍarar yang bersifat khusus untuk mencegah terjadinya ḍarar yang bersifat umum. 20
Terkait dengan penentuan harga pasar yang sesuai dengan syariah, „Athiyah
„Adlan „Athiyah Ramadhan memperkenalkan kaidah yang relatif baru, yaitu bahwa
prinsip pokok dalam menentukan keuntungan adalah bebas melalui mekanisme pasar dan
oleh negara. Beranjak dari kaidah tersebut dijelaskan sebagai berikut:21
1) Prinsip (hukum asal) dalam bermuamalah adalah boleh sepanjang tidak dilarang.
Prinsip (hukum asal) dalam bermuamalah adalah ibahah (boleh) selama transaksi
yang dilakukan atas dasar saling rela ('an tarāḍin), kecuali ada dalil yang
menunjukkan keharaman seperti dalam transaksi tidak ada taghrir
(ketidakpastian), tadlis (ketidakjujuran), dan khida‟ (penipuan). Tidak ada dalil
spesifik membatasi jumlah keuntungan bagi pelaku usaha sehingga seberapa pun
keuntungan yang diterima oleh pebisnis adalah halal.
2) Adanya kebolehan untuk memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Dalam
hadis riwayat Imām Bukhārī dan Imām lainnya mengenai jual-beli yang
menggambarkan bolehnya keuntungan berlipat ganda, yang artinya: “ʾAlī Ibn
ʾAbdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syabib
Ibn Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata: saya mendengar penduduk
bercerita tentang ʿUrwah bahwa Nabi SAW memberikan satu dinar agar dibelikan
seekor kambing untuk beliau, lalu dengan uang tersebut ia memperoleh dua ekor

19 Ibid
20 Jaih Mubarok dan Hasanudin, Op. Cit. hlm.147
21 Ibid., hlm. 148 – 153.

12
kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu dinar. Ia pulang membawa
satu dinar dan satu ekor kambing. Nabi SAW mendoakannya agar memperoleh
berkah dalam jual-belinya. Seandainya „Urwah membeli debu pun, ia pasti
beruntung”.
Terdapat riwayat yang menjelaskan kejadian sebagai berikut:
“Sesungguhnya Zubair Ibn ʿAwwām membeli tanah hutan belukar, tanah tersebut
merupakan tanah yang sangat luas di tempat yang tinggi kota Madinah seharga
170 ribu, tanah tersebut (kemudian) dijual kepada Ibn Abd Allāh Ibn alZubair
seharga 1 juta”.
Dari dua riwayat hadis tersebut, terkait jual-beli yang dilakukan sahabat bernama
„Urwah, yang memperoleh keuntungan sebesar 100% dari harga perolehan, dan
riwayat tentang jual-beli yang dilakukan oleh Zubair Ibn ʿAwwām yang
memperoleh keuntungan sebesar 830.000 atau setara 588% dari harga perolehan,
menunjukkan dan menguatkan pendapat yang menyatakan harga dan keuntungan
diserahkan kepada mekanisme pasar dan tidak dibatasi.22
3) Hasil Muktamar V al-Majma‟ al-Fiqh di Kuwait. Al-Majma‟ al-Fiqh, dalam
muktamar kelima di Kuwait yang dilaksanakan pada 10–15 Desember 1988,
memutuskan hal-hal sebagai berikut:23
a) Hukum pokok dalam penentuan harga dan keuntungan berdasarkan naṣ
dan kaidah syar‟iyyah adalah bebas (harga dan keuntungan diserahkan
kepada pelaku usaha sesuai kesepakatan (kontraktual) dan „urf yang
berlaku.
b) Tidak ada dalil yang membatasi harga dan keuntungan yang berhak atau
halal diterima oleh penjual. Akan tetapi, dalam hal objek yang
diperjualbelikan diperlukan masyarakat umum, maka dianjurkan untuk
memperhatikan etika yang berupa keharusan bersikap ramah (al-rifq),
menerima apa adanya (al-qanāʾah), lemah lembut (al-samahah), dan
memudahkan (taysīr).

22 Ibid
23 Ibid

13
c) Syariah Islam menetapkan bahwa transaksi muʻāmalah māliyah yang
dilakukan harus terhindar dari perbuatan haram dan dilarang seperti
penipuan.
d) Pemerintah (wali al-amri) pada prinsipnya tidak ikut campur dalam
menentukan harga dan keuntungan yang wajar atas penjualan suatu barang
atau aset. Akan tetapi, pemerintah akan turut serta menentukan harga dan
keuntungan yang wajar apabila perilaku pasar sudah menyimpang dari
ketentuan syariah.

Konsep-konsep yang diajukan oleh beberapa pemikir Islam di atas tidak


saja mampu menganalisis secara tajam dan tepat keadaan pada waktu itu,
tetapi juga relevan dengan ekonomi modern. Namun memang konsep dan
pemikiran mereka belum sepenuhnya tersistematisasi dan tervisualisasi
dengan baik sebagaimana ilmu ekonomi konvensional saat ini. Hal ini wajar
sebab metode dan alat visualisasi pemikiran pada waktu itu masih sederhana,
meskipun tetap memadai untuk kepentingan saat itu. Pada intinya, mereka
memahami bahwa harga pasar dibentuk oleh berbagai faktor yang kemudian
membentuk permintaan dan penawaran barang dan jasa.

14
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu
dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dalam periode tertentu dan
dalam periode tertentu.
Permintaan dapat dibagi menjadi dua macam:
a. Permintaan absolut (absolut demand)
Permintaan absolut adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa baik yang bertenaga
beli/berkemampuan membeli, maupun yang tidak bertenaga beli.
b. Permintaan efektif (effective demand)
Permintaan efektif adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang disertai kemampuan
membeli.
Faktor-faktor yang memengaruhi keuntungan adalah harga barang dan biaya produksi,
keseimbangan menggambarkan suatu situasi di mana semua kekuatan yang ada dalam pasar,
permintaan dan penawaran, berada dalam keadaan seimbang sehingga setiap variabel yang
terbentuk di pasar, harga dan kuantitas, sudah tidak berubah lagi. Dalam keadaan ini, harga dan
kuantitas yang diminta akan sama dengan yang ditawarkan sehingga terjadilah transaksi.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat mudah-mudahan apa yang saya paparkan bisa
menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk lebih mengenal dunia kewirausahaaan.
Kami menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini tentu masih belum sesuai apa
yang di harapkan,untuk itu kami berharap masukan yang lebih banyak lagi dari dosen
pembimbing dan teman-teman semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Karim, Adiwarman. A. 2003. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muhammad. 2004. Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: BPFE..
Sukirno, Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Misanam , Munrokhim, et al., 2012, Ekonomi Islam, Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Ekonomi Islam (P3EI), Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas Kerjasama Dengan Bank
Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta

Case dan Ray C., Fair Karl E , 2003, Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro, terjemahan oleh Barlian
Muhammad, Macanan Jaya Cemerlang

Edwin Nasution , Mustafa, et al., 2007, Pengenalan Ekonomi Islam, Kencana, Jakarta

Mubarok , Jaih dan Hasanudin, 2017, Fikih Mu’amalah Maliyah: Akad Jual-beli, Simbiosa
Rekatama Media, Bandung,

Anda mungkin juga menyukai