Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KELOMPOK I

PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Dosen Pembimbing:
Samsul SAB, MA

Disusun Oleh:

1. Nurul Annisa(90500120061)
2. Israeni (90500120045)
3. Nur Indah Amaliah(90500120047)
4. Eghytya Bagaskara (90600120046)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
UIN ALAUDDIN MAKASSAR (2021/2022)
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh…

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat
berupa nikmat islam, nikmat iman, nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Mikro Ekonomi Syariah ini. Sholawat serta salam tak
lupa pula kita kirimkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat kelak.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak dan sumber informasi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan sumber informasi yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya maka dari itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena
kesalahan datangnya dari kami pribadi dan kebenaran hanyalah datang dari Allah SWT. Kami
mengharap kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan ilmu bagi teman-teman yang
membacanya.

Pangkep,

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................ii

DAFTAR ISI................................................................iii

BAB I.......................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................2

C. Tujuan Pembahasan.......................................................2

BAB II......................................................................3

PEMBAHASAN..................................................................3

A. Teori Permintaan dan Penawaran.........................................3

B. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan..................................4

C. Kurva Permintaan Barang Halal..........................................5

D. Konsumsi Intertemporal Dalam Islam.....................................7

E. Konsumsi Intertemporal Dalam Konvensional..............................8

F. Teori Penawaran dan Kurva Penawaran...................................12

G. Total Cost dan Marginal Cost..........................................13

H. Pengaruh Pajak Penjualan..............................................14

BAB III....................................................................16

PENUTUP....................................................................16

A. Kesimpulan............................................................16

B. Saran.................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ekonomi sehari-hari selalu terdapat permintaan (demand) dan
penawaran (supply) yang saling mempengaruhi. Dalam ilmu ekonomi ada yang diikatan
hukum permintaan dan penawaran, apa saja yang menjadi faktor naik dan turunnya
permintaan dan penawaran tersebut dan dari situlah kita dapat menggambarkan sebuah
grafik yang dinamakan kurva baik dari permintaan maupun penawaran.
Suatu kegiatan ekonomi baik itu skala kegiatan ekonomi mikro maupun makro,
selalu diawali dengan adanya interaksi antara produsen dengan konsumen. Adapun
interaksi antara produsen dengan konsumen dalam kegiatan ekonomi mikro diwujudkan
dalam permintaan dan penawaran. Permintaan yang berarti dari pihak konsumen dan
penawar dari pihak produsen. Kedua hal ini adalah pokok dalam suatu permasalahan
ekonomi, karena dua hal tersebut yang membuat perekonomian pasar bekerja.
Pandangan ekonomi Islam mengenai permintaan relatif sama dengan ekonomi
konvensional, namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk berperilaku ekonomi
yang sesuai dengan aturan syariah. Dalam ekonomi Islam, norma dan moral “islami”
yang merupakan prinsip ekonomi Islam. Kesejahteraan konsumen akan meningkat jika ia
mengkonsumsi lebih banyak barang yang bermanfaat, halal dan mengurangi
mengkonsumsi barang yang haram. Islam menghalalkan yang baik-baik (At-thayyibat)
dan mengharamkan yang buruk-buruk (Al-khabitsat) Konsep Islam mengenai halal dan
haram meliputi seluruh kegiatan ekonomi manusia, terutama yang berhubungan dengan
produksi dan konsumsi, baik dalam hal kekayaan maupun makanan.
Dalam praktik tentunya tidak terlepas pada biaya - biaya produksi barang dan jasa
yang digunakan baik itu konsumen maupun produsen, adapun pajak yang akan
dikeluarkan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Ternyata pajak sangat berpengaruh
terhadap atas penjualan selalu menambah hargabarang yang ditawarkan. Sehingga hanya
mempengaruhi fungsi penawaran. Sedangkan pada fungsi permintaan tidak mengalami
perubahan sama sekali.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan yang telah dikemukakan di atas
maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Teori Permintaan dan Penawaran?
2. Bagaimana Teori Permintaan dan Kurva Permintaan?
3. Bagaiaman Kurva Permintaan Barang Halal?
4. Bagaimana Konsumsi Intertemporal Dalam Islam?
5. Bagaimana Konsumsi Intertemporal Dalam Konvensional?
6. Bagaimana Teori Penawaran dan Kurva Penawaran?
7. Apa Definisi Total Cost dan Marginal Cost?
8. Bagaimana Pengaruh Pajak Penjualan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Teori Permintaan dan Penawaran
2. Untuk mengetahui Teori Permintaan dan Kurva Permintaan
3. Untuk mengetahui Kurva Permintaan Barang Halal
4. Untuk mengetahui Konsumsi Intertemporal Dalam Islam
5. Untuk mengetahui Konsumsi Intertemporal Dalam Konvensional
6. Untuk mengetahui Teori Penawaran dan Kurva Penawaran
7. Untuk mengetahui Total Cost dan Marginal Cost
8. Untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Pajak Penjualan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Permintaan dan Penawaran


1. Definisi Permintaan
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu
pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu
dalam periode tertentu dan dalam periode tertentu. Muhammad, Ekonomi Mikro
dalam Perspektif Islam.1
Permintaan dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, permintaan absolut
(absolute demand), yaitu seluruh permintaan terhadap barang dan jasa baik yang
bertenaga beli/berkemampuan membeli, maupun yang tidak bertenaga beli.
Kedua, permintaan efektif (effective demand), yaitu permintaan terhadap barang
dan jasa yang disertai kemampuan membeli. Adapun permintaan menurut
ekonomi Islam, misalnya Ibn Taimiyah, permintaan adalah hasrat atau keinginan
terhadap suatu barang (raghbah fi> al-shay’).2
2. Hukum Permintaan
Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan
suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya
merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu
barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya
makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang
tersebut. Hukum permintaan tersebut berlaku, jika asumsi-asumsi yang
dibutuhkan terpenuhi, yaitu cateris paribus atau dengan kata lain faktor-faktor
lain selain harga dianggap tetap (tidak mengalami perubahan).3

1
Muhammad. (2004). Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam . Yogyakarta: BPFE.
2
Karim, A. A. (2012). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Ketiga. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
3
Fattach, A.‘. (2017). “Teori Permintaan dan Penawaran dalam Ekonomi
Islam”. Jurnal Penelitian Manajemen, II (3).
3. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
1. Harga barang itu sendiri
2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut.
3. Pendapatan RT dan pendapatan rata-rata masyarakat.
4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat.
5. Cita rasa masyarakat.
6. Jumlah penduduk.
7. Ramalan keadaan di masa datang.
8. Barang subtitusi. 4

B. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan


Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menggambarkan
sifat hubungan antara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut
yang diminta para pembeli.5(Sadono, 2013)
Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke
kanan bawah. Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat antara harga dan jumlah
barang yang diminta, yang mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Kalau salah satu
variable naik (misalnya harga) maka variabel yang lainnya akan turun (misalnya
jumlah barang yang diminta).
Sebagai contoh perhatikan table berikut:

4
Eko Suprayitno, “Ekonomi Mikro Perspektif Islam”, Malang: UIN-Malang Press, (2008)
5
Sukirno, S. (2013). Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Dalam gambar tersebut, digambarkan besarnya permintaan yang wujud pada
berbagai tingkat harga. Dalam tabel dan kurva permintaan tersebut jelas ditunjukkan
bahwa makin tinggi harga buku tulis maka makin sedikit jumlah buku yang
dimintanya dan sebaliknya, semakin rendah harga buku tulis maka akan semakin
banyak buku tulis yang diminta. Pada harga Rp. 5.000, hanya 200 buku tulis yang
diminta sedangkan pada harga Rp. 1.000, ternyata sebanyak 1300 buku tulis akan
dibeli.6
Pada kurva permintaan D terdapat 5 titik, yaitu P, Q, R, S dan T. Masing-masing
titik menggambarkan keadaan permintaan yang berbeda. Dalam tabel permi ntaan,
sebagai contoh, keadaan P menggambarkan bahwa pada harga Rp. 5.000 jumlah buku
tulis yang diminta adalah 200. Dalam gambar kurva permintaan, titik P juga
menggambarkan keadaan seperti itu.7

C. Kurva Permintaan Barang Halal


Di dalam fungsi permintaan juga diartikan sebagai pendekatan yang masla-hah,
dimana mashlahah ini bisa diukur dalam satuan nominal, dengan memper-oleh
mashlahah yang maksimum atau optimal dalam konsumsi maka konsumen akan
mencapai falah atau kesejateraan.8
Pendapat Ibnu Taimiyah ada hal-hal yang mempengaruhi permintaan, yaitu:
keinginan dari masyarakat mengenai suatu barang yang bermacam-macam

6
Ibid Sukirno, S. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
7
Ibid Sukirno, S. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
8
P3EI. (2013). ”Ekonomi Islam”. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
jenisnya, dan keinginan selalu tidak sama, jumlah dari calon pembeli pada suatu
barang, kualitas konsumen yang mana memiliki pendapatan atau gaji menjadi salah
satu ciri kualitas konsumen yang baik, tingkat kebutuhan suatu barang, metode
dalam pembayarannya tunai atau angsuran, besarnya dalam transaksi ke-tika biaya
transaksi dari suatu barang mengalami penurunan maka akan terjadi permintaan
menjadi naik.9
Permintaan terhadap komoditas halal sama dengan permintaan dalam ekonomi
konvensional, yaitu berbanding terbalik terhadap harga komoditas. Apabila harga
naik, maka jumlah komoditas halal yang diminta akan berkurang, dan sebaliknya,
apabila harga turun, maka jumlah komoditas halal yang diminta akan bertambah
dengan asumsi faktor lain ceteris paribus.
Secara grafis utility fungtion antara dua barang atau jasa yang halal
digambarkan sebagaimana lazimnya seperti gambar di bawah ini:

Dalam konsep islam sangat penting adanya pembagian jenis barang atau
jasa antara yang haram dan yang halal. Oleh karena itu sangat penting bagi kita
untuk menggambarkan hal ini dalam utility fungtion. Semakin sedikit barang
yang tidak kita sukai akan memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Hal ini
digambarkan dengan utility fungtion yang semakin ke kiri atas semakin tinggi
tingkat kepuasannya.10

D. Konsumsi Intertemporal Dalam Islam


Bagian ini merujuk pada Monzer Kahf yang berusaha mengembangkan
pemikirantentang hal ini, dengan memulai membuat asumsi sebagai berikut:
9
Ibid Fattach, A., “Teori Permintaan dan Penawaran dalam Ekonomi Islam”.
Jurnal Penelitian Manajemen, II (3).
10
Ibid, hal. 70
1. Islam dilaksanakan oleh masyarakat.
2. Zakat hukumnya wajib.
3. Tidak ada riba dalam perekonomian.
4. Mudarabah wujud dalam perekonomian.
5. Pelaku ekonomi bersikap rasional dengan memaksimalkan kemaslahatan.
Berlakunya beberapa instrumen dalam ekonomi Islam tentu berdampak pula
kepada perubahan perilaku konsumsi bila tanpa instrumen ekonomi Islam tersebut.
Beberapa instrumen yang dapat memengaruhi volume jumlah uang dialokasikan untuk
konsumsi baik pada periode satu atau dua meliputi:
1. Zakat; pengenaan zakat pada periode 1 (Z1) akan mengurangi m1 yang
dialokasikan untuk C1. Bila tidak ada tabungan atau peminjaman pada periode
1 maka final spending (m1 =FS = C1 +Z1) sama dengan m1.
2. Infak atau shadaqah; pengeluaran infak atau shadaqah pada periode 1 akan
mengurangim1 yang dialokasikan untuk C1. Tidak ada tabungan atau
peminjaman pada periode satumaka final spending sama dengan m1.
3. Rate of profit atau pendapatan bagi hasil (rp); apabila pada periode 1 ada
sebagian m1yang dialokasikan dalam bentuk tabungan dan diinvestasikan
maka final spendingperiode 2 (FS2) sama dengan m2 jumlah m1 yang
ditabung ditambah dengan rate of profit(rp) (FS2 = m2 + (1 + rp) m1 )
Dalam konsep Islam yang dijelaskan oleh hadis Rasulullah yang maknanya adalah
“Yang kamu miliki adalah apa yang telah kamu makan dan apa yang telah kamu
infakkan”. Oleh karena itu, persamaan pendapatan menjadi:
Y= (C+ infak) + S
Secara grafis, hal ini seharusnya digambarkan dengan tiga dimensi. Namun, untuk
kemudahan penyajian grafis, yaitu dengan dua dimensi, maka persamaan ini
disederhanakan menjadi:
Y = FS + S
Di mana: FS = C + infak
FS adalah final spending (belanja akhir) di jalan Allah.
Penyederhanaan ini memungkinkan kita untuk menggunakan alat analisis grafis
yang biasa digunakan dalam teori konsumsi, yaitu memaksimalkan fungsi utilitas (utility
function) dengan garis pendapatan tertentu (budget line), atau meminimalkan budget line
dengan utilityfunction tertentu.
Dalam pola konsumsi satu periode, sumbu X dan Y menunjukkan jumlah barang
X dan Y. Sedangkan dalam pola konsumsi inter-temporal (dua periode), sumbu X
menunjukkan jumlah pendapatan, konsumsi dan tabungan pada periode pertama. Secara
matematis ini disimbolkan sebagai Y1, C1, S1. Karena konsumsi dalam konsep Islam
yang dikenal adalah (C+ infak), maka simbol yang digunakan adalah FSt. Pada sumbu Y
menunjukkan jumlah tabungan periode pertama (S1) yang digunakan sebagai konsumsi
periode kedua (Ct+1), atau dengan kata lain St = Ct+1.Dalam konsep Islam, simbol yang
digunakan adalah FS t+1, atau persamaannya menjadi St = FS t+1.
Dalam pembahasan pola konsumsi inter-temporal ini, kita batasi dua periode saja,
yaitu periode t dan periode t+1.karena yang digunakan adalah pola konsumsi dua periode
saja, maka pendapatan diasumsikan hanya muncul pada periode pertama dan tidak
muncul pada periode kedua. Itu sebabnya pada sumbu Y tidak ditemui Yt+! .11

E. Konsumsi Intertemporal Dalam Konvensional


Secara nyata, perilaku konsumsi kita tergantung juga dengan ekspektasi atau
harapan dan kebutuhan konsumsi di masa depan. Yang dimaksud dengan konsumsi
inter-temporal adalah konsumsi yang dilakukan dalam dua waktu, yaitu masa
sekarang (periode pertama) dan masa yang akan datang (periode kedua). 12 Dalam
ekonomi konvensional, pendapatan adalah penjumlahan konsumsi dantabungan. Atau
secara matematis ditulis:
Y=C+S
Di mana:
Y= pendapatan
C= konsumsi
S= tabungan
Misalkan pendapatan, konsumsi, tabungan pada periode pertama adalah Y1, C1,
S1 dan pendapatan, konsumsi dan saving pada periode kedua adalah Y2, C2 dan S2 maka
persamaandi atas dapat dituliskan sebagai berikut:

11
Ibid., hal. 90
12
Ibid., hal. 87
Pendapatan pada periode pertama adalah:
Y1 = C1 + S1
Pendapatan pada periode kedua adalah:
Y2 = C2 + S2
Apabila konsumsi di periode pertama lebih kecil daripada pendapatan, maka akan
terjadi saving dan konsumsi di periode kedua semakin besar.
Y1 = C1 +S1 dan C1 < Y1
Y2 = C2 + S2
= (C2+ S1) + S2
Bila kita mengasumsikan konsumsi periode satu (C1) dan dua (C2) ditentukan
oleh besarnya nominal uang (m) yang ada di tangan maka (C1) dipenuhi oleh (m1) dan
(C2) dipenuhi oleh (m2). Maka apabila kita asumsikan sejumlah uang yang tersedia pada
periode pertama dan kedua dialokasikan sepenuhnya untuk konsumsi pada periode satu
dan dua sertatidak ada bunga atau value added dari volume uang untuk periode kedua
(m2), maka budget constraint (batas anggaran) untuk mengonsumsi pada periode satu
dan dua dapat dilihat padagambar berikut.

Apabila pendapatan dari sejumlah nominal uang kita didefinisikan ke dalam


dua kelompok; konsumsi dan saving, maka berdasarkan persamaan di atas dapat
diketahui bahwa semakin besar konsumsi pada periode pertama C1, akan semakin
kecil saving S1 dan konsumsi periode kedua C2. Apabila tidak ada perubahan
konsumsi dan tidak ada peminjaman atau bunga dan keuntungan investasi maka baik
periode 1 maupun periode 2, maka jumlah konsumsi yang terjadi pada periode 1
adalah C1=m1 dan periode 2 adalah C2 =m2. Namun apabila ada pinjaman yang
dilakukan pada periode 1 dan pinjaman tersebut digunakan untuk menambah
konsumsi C1, maka jumlah barang yang dikonsumsi pada periode: C1= m1+∆ (m2-
C2) .13

Pada gambar di atas menunjukan bahwa besarnya konsumsi juga dipengaruhi


oleh posisi konsumen, apakah mengeluarkan pengeluaran yang berbeda di antara
periode atau tidak.pada prinsipnya prilaku konsumen di mana terjadi selisih antara
pendapatan dengan jumlah uang yang digunakan untuk konsumsi, dapat dibagi
menjadi tiga:

1. Lender, di mana jumlah lebih kecil daripada pendapatan.


2. Borrower, di mana jumlah konsumsi lebih besar daripada pendapatan.
3. Polonius poin, di mana jumlah konsumsi sama dengan jumlah pendapatan.

13
Ibid., hal. 88
Titik optimal untuk konsumen berada pada perpotongan kurva indifference
dengan budget line yang tersedia. Bagaimana posisi dan letak dari kurva indefference
sangat tergantung dari prespektif dan tingkat kebutuhan dari konsumen. Pada gambar a,
di mana konsumen berperilaku sebagai borrower, perpotongan kurva indefference
menyebabkan konsumsi pada masa kini C1 lebih tinggi dari pada konsumsi untuk masa
depan C2, karena jumlah uang yang tersedia pada saat ini hanya m1 di mana m1 < C1,
maka ada sebagian dari uang yang disediakan untuk konsumsi yang di masa datang m2
digunakan untuk mengomsumsi pada masa sekarang sehingga untuk mencapai tingkat
konsumsi C1 >C2 maka konsumen akan meminjam uang dari pihak lain dengan jaminan
sebagian dari m2 akan digunakan untuk membayar hutang tersebut.

Penjelasan di atas juga dapat kita gunakan untuk menerangkan bagaimana


perilaku konsumen ketika bertindak sebagai lender. Tidak memungut bunga ataupun bagi
hasil maka sebagian jumlah nominal uang pada masa kini m1 tidak akan digunakan untuk
mengamsumsi barang. Akan tetapi pengorbanan m1 ini akan dinikmati di masa datang
sehingga C2 = m2 + ∆ (m1 – C1). 14

Tentu akan berbeda dapat C2 akan berbeda dampak C2 apabila m1 yang disimpan
memberikan tambahan nominal uang pada periode 2. Misalnya m1 yang ditangguhkan
untuk ditabung S1 disimpan dengan pemberlakuan sistem bunga, maka saving yang
terjadi pada periode 1 akan memberikan nilai lebih sebesar bunga, sehingga persamaan
konsumsi pada periode 2 menjadi:

C2 = Y2 + r( S1)

= Y2 + (Y1 – C1) + r (Y1 – C1)


14
Ibid., hal. 90
= Y2 + (1 + r) (Y1 –C1)

F. Teori Penawaran dan Kurva Penawaran


Harga suatu barang adalah faktor yang paling penting untuk menentukan
penawaran barang. Oleh karena itu, teori penawaran atau (supply) selalu
memfokuskan perhatiannya kepada hubungan antara tingkat harga dengan jumlah
barang yang ditawarkan.Untuk menjelaskan hubungan harga satuan dan jumlah
barang yang ditawarkan di pasar dijelaskan melalui gambar berikut:

Gambar 1 menjelaskan bahwa pada harga P1 produsen beras mau menawarkan


barangnya sebesar Q1. Apabila masyarakat menghendaki produsen menambah
produknya menjadi Q2 (misalkan karena pertambahan penduduk), maka produsen
harus meningkatkan jumlah faktor produksi untuk meningkatkan produksi. Semakin
banyak faktor produksi digunakan maka produktivitas faktor produksi semakin
menurun. Dengan semakin menurunnya produktivitas maka produsen harus
menambah faktor produksi dengan tambahan lebih besar daripada tambahan
sebelumnya (untuk memproduksi satu satuan produk). Kondisi ini akan
mengakibatkan meningkatnya tambahan biaya atau marginal cost-nya. Oleh
karenanya produsen hanya bersedia menambah produksinya apabila masyarakat mau
membayar dengan harga yang lebih tinggi. Seperti dicontohkan dalam gambar 1, pada
harga P2 produsen mau memproduksi barangnya sebesar Q2. Terdapat hubungan
positif antara jumlah produk dengan harga yang berlaku. Hubungan tersebut
digambarkan oleh kurva penawaran.
Kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi antara harga dengan jumlah
barang yang diproduksi atau ditawarkan. Kurva penawaran merupakan garis
pembatas jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu. Semua jumlah
diatas kurva itu mungkin ditawarkan oleh penjual akan tetapi jumlah dibawah kurva
itu tidak mungkin, dengan anggapan bahwa kurva miring positif. Pada tingkat harga
yang ditentukan, penjual bersedia menawarkan lebih sedikit tetapi penjual tidak mau
menawarkan lebih banyak. Dari segi jumlah yang ditawarkan, kurva menunjukkan
harga minimum yang akan merangsang penjual untuk menjual berbagai macam
jumlah di pasar. Penjual bersedia menerima harga yang lebih tinggi bagi suatu jumlah
tertentu, tetapi penjual tidak bersedia menawarkan jumlah itu dengan harga yang
lebih rendah. Konsep ini sering disebut dengan kesediaan minimum penjual
menerima harga (willingness to accept).15

G. Total Cost dan Marginal Cost


1. Biaya Total adalah jumlah yang dibayarkan perusahaan untuk membeli berbagai
input untuk keperluan produksinya. Keseluruhan jumlah biaya yang dikeluarkan,
yang terdiri dari biaya tetap (TFC) dan biaya variable (TVC).
TC = TFC + TVC
Biaya tetap (FC) adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehfaktor
produksi tetap yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali proses produksi.
Besar kecilnya FC tidak tergantung dari jumlah produksi, FC≠f(Q).
Biaya Variabel (VC) adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor
produksi variable yang penggunaannya habis dalam satu kali proses produksi.
Besar kecilnya VC tergantung dari jumlah produksi, VC=f(Q).
2. Marginal Cost (MC) adalah tambahan biaya produksi yang digunakan untuk
mena(Karim A. A., 2012)(Sukirno, 2013)(P3EI, 2013)(Fattach, 2017)(Karim A. ,
2010)mbah produksi sebanyak satu unit.
MC = ∆VC = ∆TC
∆Q ∆Q16

H. Pengaruh Pajak Penjualan


Pajak yang dikenakan atas penjualan selalu menambah harga barang yang
ditawarkan. Sehingga hanya mempengaruhi fungsi penawaran. Sedangkan pada
fungsi permintaan tidak mengalami perubahan sama sekali.
15
Hariyati, Yuli. “Ekonomi Mikro (Pendekatan Matematis dan Grafis).” (2007).
16
http:/eprints.dinus.ac.id/14341/1/[Materi]_Teori_Biaya_Produksi. Diakses pada 12 September 2021
Fungsi penawaran sebelum dikenakan pajak adalah P = F (Q). Dan fungsi
penawaran setelah dikenakan pajak t perunit adalah P = F (Q) + t. Maka
keseimbangan pasarnya adalah dengan memecahkan fungsi persamaan penawaran
sebelumdan setelah dikenakan pajak. Total pajak yang diterima oleh permerintah
adalah T pemerintah = Pajak x Q pada keseimbangan stelah pajak. Pajak yang
ditanggung oleh konsumen adalah (Pt-Pe) x Qt. Sedangkan pajak yang ditanggung
oleh produsen adalah total pajak yang diterima oleh pemerintah – pajak yang
ditanggung oleh konsumen. 17
Contoh soal : Jika fungsi permintaan akan beras dan fungsi penawaran akan beras
yang diberikan sebagai berikut : Pd = 12- Q dan Ps = 2 + Q sedangkanpemerintah
mengenakan pajak sebesar 4 setiap unit beras yang diproduksi. Tentukan:
a. Nilai keseimbangan pasar sebelum pajak
b. Nilai keseimbangan pasar setelah pajak
c. Total pajak yang dibayar oleh pemerintah
d. Besarnya pajak yang ditanggung oleh produsen
e. Besarnnya pajak yang ditanggung oleh konsumen
Jawab :
a. Dari soal yang telah dijelaskan dan diketahui
Pd = 12- Q
Ps = 2 + Q
t=4
maka nilai keseimbangan sebelum pajak adalah
Pd = Ps
12 – Q = 2 + Q
- 2Q = -10
Q=5
Maka Pd = 12 - Q Ps = 2 +Q
= 12- 5 = 7 =2+5=7
Jadi nilai keseimbangan pasar sebelum pajak adalah P adalah 7 dan Q adalah 5

Iskandar, D. (2016). Matematika Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana


17

Media
b. Nilai keseimbangan pasar setelah pajak adalah
Pd = 12 – Q
Ps = 2 + Q
Pst = 2 + Q + t maka Pst = 2 + Q + 4 Maka Pst + 6 + Q
Rumus keseimbangan pasar setelah dikenakan pajak adalah
Pd = Pst
12 - Q = 6 + Qt
-2 Q = 6 -12
Q=3
Maka Pd = 12 – Q Pst = 6 + Qt
= 12 – 3 = 9 = 6 + 3 = 9
Jadi nilai keseimbangan pasar setelah pajak adal P, Q adalah 9 dan 3
c. Total pajak yang dibayar oleh pemerintah
T = pajak x Q pada keseimbangan pasar setelah pajak
= 4 x 3 = 12
d. Besarnya pajak yang diterima oleh produsen
T produsen = T Pemerintah – T konsumen
= 12 – 6 = 6
e. Besarnya pajak yang diterima oleh konsumen
T = (Pet –Pe) x Qt
= ( 9 – 7 ) X 3 = 6. 18

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada hukum permintaan ini melihat dari sisi Konsumen. Menyatakan
bahwa semakin tinggi harga, maka semakin rendah permintaan terhadapa

18
Purnama, N. I. Pengaruh Pajak dan Subsidi Pada Keseimbangan Pasar. 36
produk. Dan sebaliknya semakon rendah harga semakin tinggi permintaan
terhadap produk itu
2. Pada hukum penawaran ini melihat dari sisi Produsen. Menyatakan bahwa
semakin tinggi harga, maka semakin banyak produk yang ingin
ditawarkan. Dan sebaliknya semakin rendah harga pasar, maka semakin
sedikit produk yang ingin ditawarkan.
3. Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan antara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang
diminta para pembeli. Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya
menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
4. Kurva permintaan barang halal jika individu dihadapkan pada dua pilihan A dan B
maka seorang muslim akan memilih barang yang mempunyai tingkat kehalalan dan
keberkahan yang lebih tinggi, walaupun barang yang lain secara fisik lebih disukai.
5. Konsumsi inter-temporal adalah konsumsi yang dilakukan dalam dua waktu, yaitu
masasekarang (periode pertama) dan masa yang akan datang (periode kedua). Dalam
ekonomi konvensional, pendapatan adalah penjumlahan konsumsi dan tabungan.
Atau secaramatematis ditulis: Y = C + S.Asumsi Monzer Kahf dalam
mengembangkan pemikiran tentang teori konsumsi Inter-Temporal dalam Islam:
Islam dilaksanakan oleh masyarakat, Zakat hukumnya wajib, Tidak ada riba dalam
perekonomian, Mud} a> rabah wujud dalam perekonomian, Pelaku ekonomi bersikap
rasional dengan memaksimalkan kemaslahatan.Instrumen yang dapat memengaruhi
volume jumlah uang dialokasikan untuk konsumsibaik pada periode satu atau dua
meliputi:Zakat;Infak atau sedekah; Rate of profit atau pendapatan bagi hasil (rp);
6. Teori penawaran dan kurva penawaran semakin banyak faktor produksi digunakan
maka produktivitas faktor produksi semakin menurun. Dengan semakin menurunnya
produktivitas maka produsen harus menambah faktor produksi dengan tambahan
lebih besar daripada tambahan sebelumnya (untuk memproduksi satu satuan produk).
7. Total Cost dan Marginal CostBiaya Total adalah jumlah yang dibayarkan perusahaan
untuk membeli berbagai input untuk keperluan produksinya. Keseluruhan jumlah
biaya yang dikeluarkan, yang terdiri dari biaya tetap (TFC) dan biaya variable
(TVC).Marginal Cost (MC) adalah tambahan biaya produksi yang digunakan untuk
menambah produksi sebanyak satu unit.
8. Pengaruh Pajak PenjualanPajak yang dikenakan atas penjualan selalu menambah
harga barang yang ditawarkan. Sehingga hanya mempengaruhi fungsi penawaran.
Sedangkan pada fungsi permintaan tidak mengalami perubahan sama sekali.

B. Saran
Sebagai makhluk Tuhan manusia diwajibkan untuk bekerja dan
berusaha dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupannya. Untuk
itu, hendaknya setiap usahanya yang sesuai dengan apa yang diajarkan di
dalam al-Qur’an maupun hadis.
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya, kami membuat makalah tentang permintaan dan Penawaran ini
bertujuan untuk meningkatkan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
tentang bagaimana kegiatan ekonomi yang baik dalam Islam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan teori yang
dikuasai. Namun demikian, penulis jadikan semua itu sebagai pemicu
untuk meningkatkan pada taraf yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Afif, M. (2017). Teori Permintaan Dan Konsumsi Inter-temporal Antara Islam dan
Konvensional. JES Jurnal Ekonomi Syariah, 2 (2), 229-242.
Elvira, R. (2015). Teori Permintaan (Komparasi Dalam Perspektif Ekonomi
Konvensional Dengan Ekonomi Islam). Jurnal Islamika, 15 (1), 47-60.

Fattach, A. ‘. (2017). “Teori Permintaan dan Penawaran dalam Ekonomi


Islam”. Jurnal Penelitian Manajemen, II (3).

Haryanti, N. (2019). Teori Prmintaan Dalam Perspektif Ekonomi Islam dan


Konvensional. Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, 1 (2), 216-224.

Iskandar, D. (2016). Matematika Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana


Media.

Jariah, A. (n.d.). Teori Penawaran Islam. 1-12.

Karim, A. A. (2012). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Ketiga. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada.

Karim, A. (2010). Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Raja Grafindo.

Muhammad. (2004). Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam . Yogyakarta: BPFE.

P3EI. (2013). ”Ekonomi Islam”. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Purnama, N. I. (n.d.). Pengaruh Pajak dan Subsidi Pada Keseimbangan Pasar. 32-
37.

Rosmala, R. (2019). Fungsi Utilitas Barang Halal. AT TAAJIR Jurnal Ekonomi


Bisnis dan Keuangan Syariah, 1 (1), 19-28.

Sukirno, S. (2013). Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai