Anda di halaman 1dari 21

TEORI PERMINTAAN ISLAMI

DISUSUN OLEH :

OCTA AMELYA

UNIT/SEM : 3/IV
DOSEN PEMBIMBING : IRNA MEUTIA SARI, SHI., ME

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Teori Permintaan Islami”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Langsa, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Teori Permintaan Islam.........................................................3
B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Suatu Barang .............3
C. Perbedaan Teori Permintaan Konvensional dengan Permintaan Islami..4
D. Kurva Permintaan Barang Halal .............................................................5
E. Konsumsi Inter - Tempolar Konvensional ...........................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
A. Kesimpulan............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu kegiatan ekonomi baik itu skala kegiatan ekonomi mikro maupun
makro, selalu diawali dengan adanya interaksi antara produsen dengan konsumen.
Adapun interaksi antara produsen dengan konsumen dalam kegiatan ekonomi
mikro diwujudkan dalam permintaan dan penawaran. Dalam teori ekonomi mikro,
dikenal teori permintaan dan penawaran. Teori permintaan berusaha menjelaskan
sifat permintaan para pembeli terhadap suatu barang sedangkan teori penawaran
menjelaskan sifat penawaran para penjual atau produsen.
Pada kajian ekonomi mikro, pada dasarnya harga dan permintaan
(demand) maupun penawaran (supply) bergantung pada individu dalam suatu
perekonomian. Permintaan yang berarti dari pihak konsumen dan penawan dari
pihak produsen. Kedua hal ini adalah pokok dalam suatu permasalahan ekonomi,
karena dua hal tersebut yang membuat perekonomian pasar bekerja. Oleh karena
itu sebelum melihat apakah kebijakan atau peristiwa mampu mempengaruhi
perekonomian kita harus lebih dulu melihat pengaruhnya kepada permintaan dan
penawaran.
Pandangan ekonomi islam mengenai permintaan relatif sama dengan
ekonomi konvensional, namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk
berperilaku ekonomi yang sesuai dengan aturan syariah. Dalam ekonomi islam
norma dan moral “islami” yang merupakan prinsip islam dalam melakukan
kegiatan ekonomi, merupakan faktor yang menentukan suatu individu maupun
masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya sehingga teori ekonomi yang
terjadi menjadi berbeda dengan teori pada ekonomi konvensional.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori permintaan islam?
2. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang ?
3. Apa perbedaan teori permintaan konvensional dengan permintaan islami?
4. Bagaimana kurva permintaan barang halal ?
5. Apa konsumsi inter - tempolar konvensional?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Permintaan Islam


Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu
pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu
dalam periode tertentu dan dalam periode tertentu.1
Permintaan dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Permintaan absolut (absolut demand)
Permintaan absolut adalah seluruh permintaan terhadap barang dan
jasa baik yang bertenaga beli/berkemampuan membeli, maupun yang
tidak bertenaga beli.
2. Permintaan efektif (effective demand)
Permintaan efektif adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang
disertai kemampuan membeli.
Adapun permintaan menurut ekonomi Islam, misalnya Ibnu Taimiyah,
permintaan adalah hasrat atau keinginan terhadap suatu barang (raghbah fi al-
syai).

B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Suatu Barang


Ibnu Taimiyyah (1263-1328 M) dalam kitab Majmu’ Fatawa
menjelaskan, bahwa hal-hal yang mempengaruhi terhadap permintaan suatu
barang antara lain:
1. Keinginan atau selera masyarakat (Raghbah) terhadap berbagai jenis
barang yang berbeda dan selalu berubah-ubah. Di mana ketika
masyarakat telah memiliki selera terhadap suatu barang maka hal ini
akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap barang tersebut.
2. Jumlah para peminat (Tullab) terhadap suatu barang. Jika jumlah
masyarakat yang menginginkan suatu barang semakin banyak, maka

1
Muhammad. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. (Yogyakarta: BPFE,2004), hlm.
113.

3
harga barang tersebut akan semakin meningkat. Dalam hal ini dapat
disamakan dengan jumlah penduduk, di mana semakin banyak jumlah
penduduk maka semakin banyak jumlah para peminat terhadap suatu
barang.
3. Kualitas pembeli (Al-Mu’awid). Di mana tingkat pendapatan
merupakan salah satu ciri kualitas pembeli yang baik. Semakin besar
tingkat pendapatan masyarakat, maka kualitas masyarakat untuk
membeli suatu barang akan naik.
4. Lemah atau kuatnya kebutuhan terhadap suatu barang. Apabila
kebutuhan terhadap suatu barang tinggi, maka permintaan terhadap
barang tersebut tinggi.
5. Cara pembayaran yang dilakukan, tunai atau angsuran. Apabila
pembayaran dilakukan dengan tunai, maka permintaan tinggi
6. Besarnya biaya transaksi. Apabila biaya transaksi dari suatu barang
rendah, maka besar permintaan meningkat.

C. Perbedaan Teori Permintaan Konvensional dengan Permintaan Islami


Definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan,
antara permintaan konvensional dan islam mempunyai kesamaan. Ini dikarenakan
bahwa keduanya merupakan hasil dari penelitian kenyataan dilapangan (empiris)
dari tiap-tiap unit ekonomi. Namun terdapat perbedaan yang mendasar di antara
keduanya, diantaranya , perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya
adalah mengenai sumber hukum dan adanya batasan syariah dalam teori
permintaan Islami.2 Permintaan Islam berprinsip pada entitas utamanya yaitu
Islam sebagai pedoman hidup yang langsung dibimbing oleh Allah SWT.
Permintaan Islam secara jelas mengakui bahwa sumber ilmu tidak hanya berasal
dari pengalaman berupa data-data yang kemudian mengkristal menjadi teori-teori,
tapi juga berasal dari firman-firman Tuhan (revelation), yang menggambarkan
bahwa ekonomi Islam didominasi oleh variabel keyakinan religi dalam
mekanisme sistemnya. Sementara itu dalam ekonomi konvensional filosofi

2
Ibid, 117.

4
dasarnya terfokus pada tujuan keuntungan dan materialme. Hal ini wajar saja
karena sumber inspirasi ekonomi konvensional adalah akal manusia yang
tergambar pada daya kreatifitas, daya olah informasi dan imajinasi manusia.
Padahal akal manusia merupakan ciptaan Tuhan, dan memiliki keterbatasan bila
dibandingkan dengan kemampuan.
Dalam permintaan islam, tingkat permintaan konsumen memiliki batasan-
batasan, sebagaimana masalah pokok ekonomi islam yaitu kebutuhan manusia
terbatas sedangkan sumber daya manusia tidak terbatas. Batasan-batasan ini
dalam kurva digambarkan dengan menggunakan budget line atau garis anggaran
berdasarkan budget constrain yang mampu dijangkau oleh pembeli atau
konsumen. Budget Constrain adalah batasan ketersediaan dana dan kemampuan
pembeli untuk memaksimalkan kepuasan dan permintaannya. Indiference Curve
adalah kurva yang menggambarkan tingkat kepuasan maksimal konsumen ketika
dihadapkan pada dua pilihan barang yang harus dikonsumsi. Dalam teori ekonomi
mikro islam, konsumen dihadapkan pada dua pilihan barang dengan varian Halal-
Halal, Halal-Haram, haram-halal, dan haram-haram.

D. Kurva Permintaan Barang Halal


Kurva permintaan diturunkan dari titik persinggungan antara kurva
indifference curve dengan garis anggaran. Katakanlah seorang konsumen
memiliki pendaptan I = 1 juta per bulan dan menghadapi pilihan untuk
mengkonsumsi barang X dan barang Y, yang keduanya adalah barang halal.
Misalnya harga barang X Px = Rp.100 ribu dan harga barang Y Py = Rp.200 ribu.
Titik A, A’, A” menunjukan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang X
dan titik B menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y.3
Dengan data ini, dapat dibuat garis anggaran dengan menarik garis lurus
antara dua titik.

3
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, III(T Indonesia:Jakarta, 2002), hlm.105.

5
Kombinas X= X at
Income Px Py Y=I/Py
i I/Px tangency
A 1.000.000 100.000 200.000 10 0 3
B 1.000.000 100.000
200.000 0 5 3
Bila terjadi penurunan harga X sebesar Rp.50 ribu, maka kaki garis
anggaran pada sumbu X akan bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y
tidak berubah, sedangkan titik perpotongan dengan sumbu X berubah.
X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency
A’ 1.000.000 50.000 200.000 20 0 4
B 1.000.000 50.000 200.000 0 5 4
Bila harga X menjadi Px = Rp.25.000 maka kaki garis anggaran pada
sumbu X akan bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y tidak berubah,
sedangkan titik perpotongan sumbu X berubah.

X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency
A” 1.000.000 25.000 200.000 40 0 5
B 1.000.000 25.000 200.000 0 5 5
Dengan simulasi harga barang X, akan didapatkan kurva yang
menggambarkan antara harga dengan jumlah barang X yang diminta.

Harga X Jumlah X (X pada saat tangency/jumlah optimal X)

100.000 3

50.000 4

25.000 5

Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta.


Dengan demikian didapatkan kemiringan kurva permintaan yang negatif untuk
barang halal, sebagaimana lazimnya kurva permintaan yang dipelajari dalam
ekonomi konvensional.4

4
Ibid, hal.106

6
1. Kurva Permintaan Barang Halal dalam Pilihan Halal-Haram
Dalam hal pilihan yang dihadapi adalah antara barang halal
dengan barang haram, maka solusi optimalnya adalah corner solution. 5
Katakanlah seorang konsumen mempunyai pendapatan I = Rp 1 juta
per bulan dan menghadapi pilihan untuk mengkonsumsi barang halal
X dan barang haram Y. Katakan pula harga barang X Px = Rp 100
ribu dan harga barang Y = Rp.200 ribu. Titik A, A’, A”. menunjukkan
konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang X, dan titik B
menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y.
Simulasi penurunan harga juga dilakukan dari Rp 100 ribu ke tingkat
Px = Rp 50 ribu dan Px = 25 ribu:
X= Y=I/P X at
Kombinasi Income Px halal Py haram
I/Px y tangency
A 1.000.000 100.000 200.000 10 0 10
B 1.000.000 100.000 200.000 0 5 10
Px = Rp 50 ribu
X= Y=I/P X at
Kombinasi Income Px Py
I/Px y tangency
A’ 1.000.000 50.000 200.000 20 0 20
B 1.000.000 50.000 200.000 0 5 20
Px = 25 ribu
X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency
A” 1.000.000 25.000 200.000 40 0 40
B 1.000.000 25.000 200.000 0 5 40

5
Ibid, hal. 107.

7
Dengan mengansumsikan perubahan hanya barang X, maka kita
sekarang memiliki tiga tipe garis anggaran yang berbeda. Pada harga x
sama dengan Rp 100 ribu budget line berada pada BL 1, sedang pada harga
X sebesar 50ribu budget line berada pada BL2 demikian juga ketika harga
X berada pada level Rp 25 ribu maka budget line menjadi BL 3. Dengan
menggunakan simulasi penurunan barang X yang halal ini maka kita dapat
memformulasikan kurva permintaan barang halal X dalam pilihan halal-
haram.6

Gambar. Penurunan kurva permintaan, barang X halal dan barang Y haram


Pada gambar tesebut kita mendapat kesimpulan bahwa optimal
solution untuk komoditas halal dan haram berada pada titik dimana barang
haram yang dikonsumsi berada pada level 0 (nol).
Pilihan halal X dan Pilihan halal X dan
haram Y halal Y
Jumlah X (X pada Harga X Jumlah X (X pada saat
Harga
corner solution/atau tangency/atau jumlah
X
jumlah optimal X) optimal X)
100.00 100.000
10 3
0 50.000
20 4
50.000 25.000
40 5
25.000

6
Ibid, hal.108.

8
Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta.
Dengan demikian kita juga mendapatkan kemiringan kurva permintaan
yang negatif untuk barang halal dalam pilihan halal X dan haram Y.
Perbedaannya terletak pada kecuraman kurva atau dalam istilah
ekonominya pada elastisitas harga. Penurunan harga dari Rp.100 ribu ke
Rp.50 ribu meningkatkan permintaan barang X dari 10 ke 20 (bandingkan
dengan pilihan halal X – halal Y yang hanya dari 3 ke 4). Penurunan dari
Rp.50 ribu ke Rp.25 ribu meningkatkan permintaan barang X dari 20 ke
40 (bandingkan dengan pilihan halal X – halal Y yang hanya naik dari 4 ke
5)7.
2. Keadaan Darurat Tidak Optimal
Dalam konsep islam, yang haram telah jelas dan begitu pula
yang halal telas jelas. Secara logika ekonomi kita telah menjelaskan
bahwa bila kita dihadapkan kepada dua pilihan, yaitu barang halal dan
barang haram, optimal solution adalah corner solution, yaitu
mengalokasikan seluruh pendapatan kita untuk mengkonsumsi barang
halal. Tidakan mengkonsumsi barang haram berarti meningkatkan
disutility, sebaliknya tindakan mengurangi konsumsi barang haram
berarti mengurangi disutility. Corner solution merupakan optimal
solution karena mengkonsumsi barang haram sejumlah nihil berarti
menghilangkan disutility, selain itu mengalokasikan seluruh
pendapatan untuk mengkonsumsi barang halal berarti meningkatkan
utility.
Sekarang bayangkanlah keadaan hipotesis yang diambil dari
kisah nyata di tahun 1970 an. Seluruh pesawat terbang yang penuh
penumpang jatuh di tengah gunung salju. Setelah bertahan beberapa
hari tanpa persediaan makanan yang cukup, tidak adanya hewan atau
tumbuhan yang di makan, dan dingin nya cuaca, beberapa diantara
penumpang meninggal. Bagi mereka yang hidup pilihan nya tidak
banyak, yaitu terus bertahan sambil mengharapkan agar tim

7
Ibid., hal. 109

9
penyelamat agar segera tiba di tempat, atau memakang daging
penumpang yang meninggal. Memakan bangkai manusia jelas haram,
namun bila pilihannya antra memakan yang haram atau kita akan
binasa, maka islam memberikan kelonggaran untuk dapat
mengkonsumsi baram haram sekedarnya untuk bertahan hidup.8
Secara grafis keadaan ini ditunjukkan dengan terbatasnya supply
barang halal X sejumlah QxF, atau dapat juga kita katakan jumlah
maksimal barang X yang tersedia pada keadaan full capacity adalah
sebesar QxF. Dengan asumsi meximizing behavior, maka tingkat
utility U3 lebih baik di banding U1. Perhatikanlah bahwa tingkat utility
U1 dan U3,optimal solutionnya adalah corner solution pada garis
horizontal sumbu X. Kedua corner solution itu menunjukkan berapa
jumlah barang X yang diminta, sebut saja Qx (U 1) untuk tingkat utility
U1 dan Qx (U3) untuk tingkat utility U3. Perhatikan pula bahwa Qx (U1)
< QxF < Qx (U3). Oleh karena QxF adalah jumlah maksimal barang X,
dan Qx (U3) lebih besar dari QxF, maka dapat kita simpulkan bahwa
tingkat utility U3 tidak tercapai.
Untuk tingkat utility U1, QxF akan memotong U1 pada titik DP
(darurat point). Pada titik DP terdapat sejumlah pendapatan yang
sebenarnya dapat digunanakan mengkonsumsi barang X sejumlah
Qx(U3), namun karena terbatasnya barang X sejumlah QxF, maka akan
ada jumlah pendapatan yang dialokasikan untuk mengkonsumsi barang
haram Y. Perhatikanlah bahwa titik DP bukanlah titik optimal. Titik
DP tidak terjadi pada saat persinggungan antara indefference curve
dengan budget line atau dengan kata lainMRS pada titik DP tidak sama
dengan slop budget line.
Oleh karena itu, dalam pilihan barang halal haram, optimal
solution selalu terjadi corener solution, yaitu mengkonsumsi barang
halal seluruhnya, maka setiap keadaan darurat yaitu keadaan yang
secara terpaksa harus mengonsumsi barang haram, pastilah bukan

8
Ibid.,hal. 110

10
corner solution dan oleh karenanya pasti bukan optimal solution.
Keadaan darurat bukan selalu keadaan optimal.
Sub-optimality keadaan darurat dengan jelas terlihat bila kita
membandingkan titik DP dengan titik Qx(U 2). Optimal solution untuk
tingkat utility U2 adalah corner solution pada tingkat QxF. Oleh karena
tingkat utility U2 lebih baik di bandingkan tingkat utility U1, jelaskan
titik DP sub-optimal dibanding Qx(U2).

Gambar Suboptimal Solution, Barang Halal X dan Barang Haram Y


Supply barang X terbatas dimana kondisi jumlah maksimum pada QxF
(Qx pada full capacity), sehingga kurva U3 tidak dapat dicapai. Pada
darurat point (DP) terdapat barang Y. Jelas di sini bahwa darurat point
(DP) bukanlah solusi yang optimal karena titik DP bukan merupakan
titik persinggungan. DP selalu tidak optimal. Apabila U 2 > U1, maka
U2 optimal. Pada U2, tidak ada permintaan terhadap barang haram Y.
3. Permintaan Barang Haram dalam Keadaan Darurat
Darurat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang keselamatan
jiwa-jiwa oleh karena itu sendiri adalah sementara maka permintaan
barang haram pun hanya bersifat isindentil. Secaramatematis keadaan
ini digambarkan dengan fungsi yang discrete, bukan fungsi kontinyu.

11
Demand terhadap barang haram Y pada darurat point bukan
merupakan fungsi dari harga Y. Ini adalah point demand [Dy].
Penggunaan konsep darurat adalah terbatas dan harus sesuai dengan
syariah.pada titik DP jumlah permintaan barang haram Y adalah
sejumlah Qy*. Dengan bantuan garis 45 sebagai cermin kita dapat
menurunkan permintaan barang haram Y yaitu pada titik koordinat
[Qy*,Py*] . Jadi permintaan barang Y berbentuk titik permintaan
[demandpoint] Dy.9
Permintaan barang haram Y merupakan permainan fungsi dari
harga Y sebuah kurva adalah kumpulan dari titik-titik ,atau garis yang
menghubungkan antara untuk setiap keadaan darurat yang muncul.
Misalnya keadaan darurat seperti kisah jatuhnya pesawat terbang,
maka permintaan akan daging bangkai kepada manusia hanya berlaku
dalam keadaan darurat itu saja. Tidak dapat dikatakan bahwa bila
telah lima hari tidak makan, maka permintaan akan daging bangkai
manusia sejumlah satu kilogram, sedangkan bila empat hari tidak
makan maka permintaan sejumlah tiga-perempat kilogram. Kita pun
tidak bisa mengatakan bahwa bila tujuh hari tidak makan, maka
permintaan daging bangkai manusia sejumlah satu setengah kilogram.
Dalam ilmu ekonomi, hal ini berarti tidak memenuhi satu dari
tiga aksioma atau postulat yang menjadi dasar teori utility fuction.
Dalam hal permintaan barang haram Y, aksioma pertama dan kedua
terpenuhi. Namun, aksioma ketiga tidak terpenuhi. Itu sebabnya kita
pun tidak dapat mengatakan bahwa fungsi permintaan barang Y
berbentuk garis vertikal pada titik Qy*, atau dalam istilah ekonomi

9
Ibid., hal.112

12
disebut perfectly inelastic. Permintaan barang haram Y bukan
merupakan fungsi dari barang Y, bukan merupakan fungsi yang
kontinyu, bukan pula berbentuk kurva. Ia adalah Demand Point ( Titik
permintaan).

E. Konsumsi Inter - Tempolar Konvensional


Konsumsi inter-temporal adalah konsumsi yang dilakukan dalam dua
waktu, yaitu pada masa sekarang (periode pertama) dan masa yang akan datang
(periode kedua).10 Konsumsi inter-temporal dalam islam merujuk pada Monzer
Kafh yang mengembangkan pemikiran ini, dengan asumsi bahwa, Islam adalah
agama yang dilaksanakan masyarakat, kewajiban berzakat, tidak ada riba dalam
perekonomian, adanya Mudarabah, para pelaku ekonom harus bersikap rasional
dan bisa memaksimalkan kemaslahatan.
Dalam ekonomi islam beberapa instrumen yang berlaku akan berdampak
pada perubahan perilaku konsumsi.Berikut ini adalah beberapa instrumen yang
mempengaruhi jumlah uang yang dialokasikan untuk konsumsi melalui dua
periode yaitu periode satu dan dua:
 Pada pengenaan zakat periode satu (Z1) akan mengurangi m1 yang dapat
dialokasikan untuk C1.jika tidak ada tabungan atau pinjaman maka final spending
(m1=FS=C1+Z1) sama dengan m1.
 Pada pengeluaran infaq atau shadaqah periode satu akan mengurangi m1 yang
dialokasikan untuk C1. Apabila tidak adanya pinjaman atau tabungan maka final
spending sama dengan m1.
 Pendapatan bagi hasil (rp) pada periode satu ada sebagian m1 dialokasikan
dalam bentuk tabungan maka final spending pada periode dua (FS2) sama dengan
m2 akan ditambah dengan jumlah m1 yang ditabung ditambah dengan rate of
profit (rp) (FS=m2+(1+rp)m1).
Oleh karena itu, persamaan pendapat menjadi
Y= (C+Infak)+S

10
Adiwarman A Karim edisi kelima, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2015), hal.116.

13
Dapat disederhanakan menjadi:
Y=FS+S
Dimana: FS=C+Infak FS adalah final spending dijalan Allah
Dalam konsumsi satu periode, sumbu X dan Y menunjukkan jumlah
barang X dan Y. Sedangkan dalam konsumsi intertemporal (dua periode) akan
sumbu X dan Y menunjukkan jumlah pendapatan, konsumsi, dan tabungan pada
periode pertama.Ini dapat disimbolkan Yt, Ct, St. Dalam konsumsi islam yang
digunakan adalah (C+infak) maka simbol yang digunakan adalah FSt. Pada
sumbu Y menunjukkan jumlah tabungan pada periode pertama (St) yang
digunakan untuk konsumsi periode kedua ( Ct+1), atau dengan St=Ct+1. Dalam
konsep islam simbol yang digunakan FSt+1 persamaannya menjadi St=FSt+1
1. Hubungan Terbalik Riba dengan sedekah Ada suatu keadaan dimana, orang
tidak mau bekerja atau tidak mempunyai pendapatan, adanya praktek riba yang
sudah mentradisi di masyarakat, dan wajibnya mengeluarkan zakat. Dalam
keadaan ini sumber pendapatan masyarakat hanyalah dari riba dan tidak ada
sumber pendapatan yang lain. Dari keadaan ini akan digambarkan tiga kombinasi
unility function (dalam hal ini) disebut indifference curve atau IC dengan budged
line.11

Kasus 1
Buged line menunjukkan keadaan dimana:
a. Orang yang tidak memakan riba berarti tambahan pendapatannya
nihil. Dapat ditulis: Yt= Yt+1riba dimana riba =0, sehingga Yt+1=Yt
11
Adiwarman A Karim edisi kelima, Ekonomi Mikro Islami…, hal. 117.

14
b. Orang yang tidak mengeluarkan zakat. Bila telah menerima
pendapatan dan mengeluarkan zakat, maka tidak mengeluarkan zakat
kembali pada periode pertama. Yt adalah pendapatan setelah zakat.
Titik optimal yang terjadi pada persinggungan budgeg line dan
indifference curve yaitu pada titik R, dan tingkat konsumsi dan
infaknya adalah FS.
Kasus 2
Budged line menunjukkan keadaan dimana:
a. Orang memekan riba berarti tambahan pendapatannya positif.Dapat
ditulis dengan Yt= Yt + riba, dimana riba>0, sehingga Yt+1>Yt
b. Orang tidak mengeluarkan zakat, dalam hal ini kenaikan zakat
hartanya akibat riba.12 Titik optimal terjadi pada persinggungan budget
line dengan indifference curve pada titik R’, dimana tingkat kosumsi
dan infaknya adalah FS’.
2. Hubungan Terbalik Saving Ratio dengan final Spending Hubungan antara
saving ratio dan final spending dapat dilihat dalam dua periode, yaitu periode
pertama dan kedua.
Fstotal =+ FS(t=2)
=(Y1-S1) + (S1-zS1)
=(Y1-sY1) + (sY1-zsY1)
=Y1 (1-zs)
Dari persamaan ini, terlihat ‘zs’ bertanda negatif. Yang menunjukkan
adanya hubungan terbalik antara saving ratio dan final spending. Sedangkan zakat
‘z’ besarnya tetap. Semakin besar ‘-s’ semakin kecil FS, begitupun sebaliknya
semakin kecil ‘-s’ semakin besar FS. Secara grafis dapat digambarkan kurva Ys1,
Ys2, dan Ys3. Kemiringan atau slope yaitu pada –{(1-z)/1}.
Final Spending tahun kedua

12
Adiwarman A Karim edisi kelima, Ekonomi Mikro Islami…, hal. 117.

15
3. Investasikan Tabungan
Dalam islam tidak memberikan intensif terhadap saving yang tidak
diinvestasikan, namun dalam islam memberikan intensif untuk melakukan
13
investasi. Dalam islam dilarang adanya penimbunan harta. Dengan adanya
investasi dapat muncul peluang untuk untung atau rugi. Berikut ini dapat
dituliskan rumus untuk menginvestasikan harta melalui kerjasama mudharabah
yang mana return akan dibagikan berdasarkan nisbah:
Y= (𝜋R) vW

Dimana: Y = pendapatan
𝜋 = nisbah bagi hasil
v = tingkat pemanfaatan harta
W = harta yang ditabung

13
Adiwarman A Karim edisi kelima, Ekonomi Mikro Islami…, hal. 123.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan dalam makalah ini maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Teori permintaan islam adalah banyaknya jumlah barang yang diminta
pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat
pendapatan tertentu dalam periode tertentu dan dalam periode tertentu.

17
2. Hal-hal yang mempengaruhi terhadap permintaan suatu barang antara
lain yakni : a)Keinginan atau selera masyarakat (Raghbah) terhadap
berbagai jenis barang yang berbeda dan selalu berubah-ubah b) Jumlah
para peminat (Tullab) terhadap suatu barang. c) Kualitas pembeli (Al-
Mu’awid). d)Lemah atau kuatnya kebutuhan terhadap suatu barang.
e)Cara pembayaran yang dilakukan, tunai atau angsuran, dan f)
Besarnya biaya transaksi.
3. Perbedaan yang mendasar di antara teori permintaan konvensional
dengan teori permintaan islam adalah mengenai sumber hukum dan
adanya batasan syariah dalam teori permintaan Islami. Permintaan
Islam berprinsip pada entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman
hidup yang langsung dibimbing oleh Allah SWT. Sementara itu dalam
ekonomi konvensional filosofi dasarnya terfokus pada tujuan
keuntungan dan materialme.
4. Kurva permintaan barang halal diantaranya yakni a) kurva permintaan
barang halal dalam pilihan halal-haram, b) keadaan darurat tidak
optimal, c) permintaan barang haram dalam keadaan darurat.
5. Konsumsi inter-temporal adalah konsumsi yang di lakukan dalam
dua waktu, yaitu masa sekarang ( periode pertama ) dan masa yang
akan datang ( periode kedua ). Dalam ekonomi konvensional,
pendapatan adalah penjumlahan konsumsi dan tabungan

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Karim . 2002 . Ekonomi Mikro Islam III. T Indonesia:Jakarta

Muhammad. 2014. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: BPFE

18

Anda mungkin juga menyukai