Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKOMOMI MAKRO ISLAM


INFLASI DALAM PRESPEKTIF ISLAM

Oleh :
Kelompok 6
PRISKA DARA MAULANZA (4022018106)

Dosen Pembimbing:
NUR AZIZAH, S.H.I., M.E.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puja dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam,
berkat hidayah dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para
yang setia hingga hari pembalasan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi, namun berkat semangat dan kerja
keras penulis serta dorongan berbagai pihak, maka kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu.
Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat keselahan-kesalahan,
baik secara metodologinya maupun dalam pemaparan kata-kata dan isinya. Untuk itu, kritik
yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan. Segala kekeliruan dan kesalahan
dalam makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Langsa, 16 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Pengertian Inflasi..............................................................................................................2

B. Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi Tentang Uang............................................................2

C. Inflasi Perspektif Ekonomi Islam Dalam Pemikiran Al-Maqrizi................................5

D. Dampak Inflasi..................................................................................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................................11

Kesimpulan.............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan
inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi,
kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang.
Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu
senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas
moneter . Lebih dari itu, ada kecendrungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang
senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga
tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau
tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam, seperti Ahmad Hasan,
Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo dll, yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan
dirham sebagai jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia ekonomi
modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam mulia dînâr dan dirham dapat menjamin
keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan nilai terhadap setiap
komoditas yang ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses terwujudnya ekonomi makro
yang kuat dengan dukungan penuh mata uang yang berbasis kekuatan riil materialnya.
Terjadinya inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga riil,
pendapatan masyarakat akan terganggu, mendorong investasi yang keliru, dan menurunkan
moral. Maka dari itu, mengatasi inflasi merupakan sasaran utama kebijakan moneter.
Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, inflasi merupakan salah satu masalah
ekonomi yang banyak mendapat perhatian para ekonom, pemerintah, maupun masyarakat
umum. Berbagai teori, pendekatan dan kebijakan dikembangkan supaya inflasi dapat
dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan. Pada makalah ini akan kami akan membahas
mengenai “Inflasi dalam Persektif Islam”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian inflasi pemikiran ekonomi al-maqrizi tentang uang?
2. Bagaimana inflasi perspektif ekonomi islam dalam pemikiran al-maqrizi?
3. Bagaimana dampak inflasi dan perbedaan inflasi menurut ekonomi konvensional dan
ekonomi islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu. Inflasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga
yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Pengertian inflasi Islam tidak berbeda dengan
inflasi konvensional. Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga
barang yang bersifat umum dan terus-menerus.
Menurut Taqyuddin Ahmad ibn al-Maqrizi bahwa inflasi adalah ketika harga-harga
secara umum mengalami kenaikan yang berlangsung secara terus menerus. Pada saat itu
persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan, sementara konsumen harus mengeluarkan
lebih banyak uang untuk sejumlah barang dan jasa yang sama. Dari pengertian ini, inflasi
mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan
harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di
suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini
berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut
jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan–penyimpangan yang menyebabkan
terjadinya inflasi tersebut.

B. Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi Tentang Uang


Pada masa hidupnya, Al-Maqrizi dikenal sebagai seorang pengkritik keras kebijakan-
kebijakan moneter yang diterapkan pemerintahan Bani Mamluk Burji yang dianggapnya
sebagai sumber malapetaka yang menghancurkan perekonomian Negara dan masyarakat
Mesir. Perilaku para penguasa Mamluk Burji yang menyimpang dari ajaran-ajaran agama dan
moral telah mengakibatkan krisis ekonomi yang sangat parah yang didominasi oleh
kecendrungan inflasioner yang semakin diperburuk dengan merebaknya wabah penyalit
menular yang melanda Mesir selama beberapa waktu.
Uang Islam secara resmi dan penuh pertama kali diterbitkan dalam bentuk dinar dan
dirham Islam pada masa Khalifah Bani Umayah, Abdul Malik bin Marwan. Pada saat itu
dinar dan dirham dicetak sesuai dengan timbangan yang telah ditentukan oleh Rasulullah.
Sebelumnya Khalifah Umar pernah menerbitkan dirham, namun karena masih bercampur
dengan unsur Persia maka tidak bisa disebut uang islam. Sampai saat ini, dinar dan dirham

2
menjadi identik dengan Islam, padahal yang pertama menggunakan bukanlah umat Islam.
Secara umum, ada perbedaan pendapat dintara fuqaha tentang keharusan penggunaan dinar
dan dirham oleh umat islam sebagai mata uang dalam perkonomian. Pendapat pertama
menyatakan bahwa uang adalah bentuk penciptaan dan hanya terbatas pada dinar dan dirham.
Artinya, tidak ada bentuk mata uang lain yang boleh dipergunakan selain dinar dan dirham,
termasuk juga uang kertas yang beredar saat ini. Karena menurut mereka Allah telah
menciptakan emas dan perak sebagai tolok ukur nilai. Sebagai buktinya adalah banyaknya
istilah emas dan perak yang disebut dalam Al-Qur’an. Pendapat ini dikemukakan oleh Al-
Ghazali, Ibnu Qudamah, dan Al-Maqrizi. Dikatakan oleh Maqrizi, “Sesungguhnya uang yang
menjadi harga barang-barang yang dijual dan nilai pekerjaan adalah hanya emas dan perak
saja. Tidak diketahui dalam riwayat yang shahih maupun yang lemah dari umat manapun dan
kelompok manusia manapun, bahwa mereka dalam masa lalu dan masa kontemporernya
selalu menggunakan uang selain keduanya”.
Pendapat kedua menyatakan bahwa uang adalah masalah terminologi. Maka segala
sesuatu yang secara terminologi manusia dapat diterima dan diakui oleh mereka sebagai tolok
ukur nilai, maka bisa disebut sebagai uang. Pandangan ini lebih dekat dengan definisi uang
yang ada saat ini. Pendapat ini juga menyepakati substansi dari pernyataan Umar r.a sebagai
berikut: “Aku ingin menjadikan dirham dari kulit unta” Lalu dikatakan kepadanya, “Jika
demikian, unta akan habis” maka dia manahan diri. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin
dapat uang dari materi apapun dan dengan bentuk apapun selama dapat merealisasikan
kemaslahatan, dan tidak menyalahi aturan syariah.
Pendapat kedua ini didukung oleh Imam Malik, Imam Ahmad, Ibnu Taimiyah, dan Ibnu
Hazm. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa uang kembali pada terminologi
manusia bahwa sesuatu itu adalah uang, dan ia beragam bentuknya sesuai keragaman tradisi
dan adat istiadat manusia; dan beliau menafikan adanya uang yang pasti dengan hukum sya’i
atau hukum alami (penciptaan). Dalam hal ini uang kertas yang banyak beredar saat ini
secara fiqih dapat dinyatakan sebagai uang selama dalam terminologi manusia masih disebut
uang.
Perbedaan pendapat ini tidak hanya terkait lahiriah dan fisik dari uang itu sendiri, tapi lebih
jauh adalah pada hal-hal yang substansial (misal:posisi zakat dan riba). Hal ini mengingat
bahwa uang memiliki peranan yang sangat penting; pelayanan besar yang diberikan oleh
uang dalam perkonomian, hubungan yang kuat antara uang dan perekonomian, pengaruh
uang yang sangat besar, dan uang merupakan salah satu faktor kekuasaan dan kemandirian

3
ekonomi.

Sebagai seorang sejarawan, Al-Maqrizi menyatakan beberapa pemikiran tentang uang


melalui penelaahan sejarah mata uang yang digunakan oleh manusia. Pemikirannya ini
meliputi sejarah dan fungsi uang, implikasi penciptaan mata uang buruk dan daya beli uang.
Inilah konsep uang menurut Al-Maqrizi:
1. Sejarah dan Fungsi Mata Uang
Bagi Al-Maqrizi, mata uang mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
ummat manusia, karena dengan menggunakan uang, manusia dapat memenuhi kebutuhan
hidup serta memperlancar aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu untuk membuktikan
validitas premisenya terhadap permasalahan ini, ia mengungkapkan sejarah penggunaan mata
uang oleh ummat manusia, sejak masa dahulu kala hingga masa hidupnya yang berada di
bawah pemerintahan dinasti Mamluk.
Menurut Al-Maqrizi, baik pada masa sebelum maupun setelah kedatangan Islam, mata
uang digunakan oleh manusia untuk menentukan berbagai harga barang dan biaya tenaga
kerja. Untuk mencapai tujuan ini, mata uang yang dipakai hanya terdiri dari emas dan perak.
Dalam pandangan Al-Maqrizi, kekacauan mulai terlihat ketika pengaruh kaum mamluk
semakin kuat di kalangan istana, termasuk terhadap kebijakan percetakan mata uang dirham
campuran. Pencetakan fulus, mata uang yang terbuat dari tembaga, dimulai pada masa
pemerintahan Dinasti Ayyubiyah, Sultan Muhammad Al-Kamil ibnu Al-Adil Al-Ayyubi,
yang dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan dengan
rasio 48 fulus untuk setiap dirhamnya.
Ibnu Khaldun menegaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh
banyaknya uang di negara itu, tapi ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut dan
neraca pembayaran yang positif. Bisa saja suatu Negara mencetak uang sebanyak-banyaknya
tapi bila hal itu tidak mencerminkan pesatnya pertumbuhan sektor produksi, uang yang
melimpah itu tidak ada nilainya. Pendapat ini menunjukkan bahwa pola perdagangan
internasional telah menjadi bahasan utama para ulama ketika itu. Negara yang telah
mengekspor berarti mempunyai kemampuan berproduksi lebih besar dari pada kebutuhan
domestiknya sekaligus menunjukkan bahwa negara tersebut lebih efisien dalam produksinya
(Ibnu Khaldun).
Senada dengan Ibnu khaldun, Ibnu Taimiyyah menentang keras terjadinya penurunan nilai
mata uang akibat dari pencetakan mata uang yang terlalu banyak. Ia menyatakan “Penguasa

4
seharusnya mencetak fulus (mata uang selain emas dan perak) sesuai dengan nilai yang adil
(proporsional) atas transaksi masyarakat, tanpa menimbulkan kezaliman terhadap mereka”.

2. Implikasi Penciptaan Mata Uang Buruk


Al-Maqrizi menyatakan bahwa penciptaan mata uang dengan kualitas yang buruk akan
melenyapkan mata uang yang berkualitas baik. Hal ini terlihat jelas ketika ia menguraikan
situasi moneter pada tahun 569 H. pada masa pemerintahan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi
ini, mata uang yang dicetak mempunyai kualitas yang sangat rendah dibandingkan dengan
mata uang yang telah ada di peredaran. Dalam menghadapi kenyataan tersebut, masyarakat
akan lebih memilih untuk menyimpan mata uang yang berkualitas baik dan meleburnya
menjadi perhiasan serta melepaskan mata uang yang berkualitas buruk ke dalam peredaran.
Akibatnya mata uang lama akan kembali ke peredaran.
Menurut Al-Maqrizi, hal tersebut juga tidak terlepas dari pengaruh pergantian penguasa
dan dinasti yang masing-masing menerapkan kebijakan yang berbeda dalam pencetakan
bentuk serta nilai dinar dan dirham. Sebagai contoh, jenis dirham yang telah ada diubah
hanya untuk merefleksikan penguasa pada saat itu. Dalam kasus yang lain terdapat beberapa
perubahan tambahan pada komposisi logam yang membentuk dinar dan dirham.
Konsekuensinya terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan ekonomi ketika persediaan
logam bahan mata uang tidak mencukupi untuk memproduksi sejumlah unit mata uang.
Begitu pula halnya ketika harga emas atau perak mengalami penurunan.

3. Konsep Daya Beli Uang


Menurut Al-Maqrizi, percetakan mata uang harus disertai dengan perhatian yang lebih
besar dari pemerintah untuk menggunakan mata uang tersebut dalam bisnis selanjutnya.
Pengabaian terhadap hal ini, sehingga terjadi peningkatan yang tidak seimbang dalam
pencetakan uang dengan aktivitas produksi dapat menyebabkan daya beli riil uang
mengalami penurunan.
Dalam hal ini, Al-Maqrizi memperingatkan para pedagang agar tidak terpukau dengan
peningkatan laba nominal mereka. Menurutnya mereka akan menyadari hal tersebut ketika
membelanjakan sejumlah uang yang lebih besar untuk berbagai macam pengeluarannya.
Dengan kata lain, seorang pedagang dapat terlihat memperoleh keuntungan yang lebih besar
sebagai seorang produsen. Namun sebagai seorang konsumen, ia akan menyadari bahwa
dirinya tidak memperoleh keuntungan sama sekali.

5
C. Inflasi Perspektif Ekonomi Islam Dalam Pemikiran Al-Maqrizi
Ekonomi Islam merupakan ikhtiar pencarian sistem ekonomi yang lebih baik setelah
ekonomi kapitalis gagal total. Bisa dibayangkan betapa tidak adilnya, betapa pincangnya
akibat sistem kapitalis yang berlaku sekarang ini, yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin. Selain itu, dalam pelaksanaannya, ekonomi kapitalis banyak menimbulkan
permasalahn. Pertama, ketidak adilan dalam berbagai macam kegiatan yang tercermin dalam
ketidakmerataan pembagian pendaoatan masyarakat. Kedua, ketidak stabilan dari sistem
ekonomi yang ada saat ini menimbulkan berbagai gejolak dalam kegiatannya.
Ekonom Islam Taqiudin Ahmad ibn al-Maqrizi (91364 M – 1441 M), yang merupakan salah
satu murid dari Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan, yaitu :
1. Natural Inflation
Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah di mana
orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegah). Ibn Al-Marizi mengatakan
bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif atau
naiknya Permintaan Agregatif. Maka natural inflation akan dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut :
a. Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor naik sedangkan
impor turun sehingga nilai ekspor bersih sangat besar, maka mengakibatkan  naiknya
Permintaan Agregat.
Hal ini pernah terjadi pada masa pemerintahan kahlifah Umar ibn Khattab r.a. pada masa
itu kafilah pedagang yang menjual barangnya dari luar negeri membeli barang-barang yang
mereka jual (positie net exsport). Adanya positie net exsport akan menjadikan keuntungan,
keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut akan dibawa masuk ke Madinah sehingga
pendapatan dan daya beli masyarakat akan naik. Naiknya Permintaan Agregatif, akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan.
Apa yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab r.a untuk mengatasi permasalahn
tersebut? Beliau melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau
komoditi selama 2 hari berturut-turut. Akibatnya adalah turunnya Permintaan Agregatif
dalam perekonomian. Setelah pelarangan tersebut maka tingkat harga kembali normal.
b. Akibat dari turunnya tingkat produksi karena terjadinya paceklik, perang, ataupun
embargo dan boycott.
Hal ini pernah terjadi pula pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab yaitu
pada saat paceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum, atau dapat digambarkan  pada

6
grafik kura AS bergeser ke kiri, yang kemudian mengakibatkan naikn tingkat harga-harga.
Apa yang dilakukan oleh khalifah Umar bin khattab r.a terhadap permasalahan ini? Beliau
melakukan impor gandum dari Fustat – Mesir sehingga penawaran agregatif barang di pasar
kembali naik yang kemudian berakibat pada turunnya tingkat harga-harga .
Jadi inflasi yang terjadi karena sebab-sebab yang alamiah, atau murni karena tarikan
permintaan dan penawaran, maka pemerintah tidak perlu khawatir. Karena solusi yang dapat
dilakukan adalah dengan menstabilkan baik permintaan agregat maupun penawaran agregat
pada kondisi semula sebelum terjadinya kenaikan harga atau inflasi.

2. Human Error Inflation


Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada natural inflation, maka inflasi-
inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat digolongkan sebagai human error inflation
atau  false inflation. Human error inflation dikatakan sebagai inflasi yang disebabkan oleh
kesalahan-kesalahan dari manusia itu sendiri (sesuai dengan QS Ar-Rum 30:41
Artinya:  telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Human error inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai
berikut :
a. Korupsi dan bad administration
Korupsi akan menaikan tingkat harga, karena produsen harus menaikkan harga jual pada
produksinya untuk menutupi biaya-biaya “siluman” yang telah mereka bayarkan. Birokrasi
perijinan yang berbelit-belit, dimana hanya untuk pengurusan suatu ijin harus melalui
beberapa instansi, hal ini tentu akan menambah biaya produksi dari produsen dan berakibat
pada kenaikan harga. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
menghilangkan korupsi dan melakukan reformasi birokrasi.
Jika menggunakan pendekatan kepada permintaan agregat dan penawaran agregat, maka
korupsi dan administrasi yang buruk akan menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran
agregat, yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Selain menyebabkan inefisiensi
alokasi sumber daya dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan administrasi yang buruk akan
dapat menyebabkan perekonomian terpuruk.
b. Pajak yang berlebihan (excessie tax).
Efek yang ditimbulkan oleh pengenaan pajak yang berlebihan pada perekonomian akan
memberikan pengaruh yang sama dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh korupsi dan

7
adminstrasi yang buruk yaitu bterjadinya kontraksi pada kurva penawaran agregat. Jika
dilihat lebih lanjut, pajak yang berlebihan mengakibatkan pada effeciency atau  loss dead
weight loss.
 Ini termasuk masalah pula dalam perekonomian di Indonesia, terutama pasca penerapan
ekonomi daerah, dimana setiap daerah memiliki kebijakan tersendiri dalam menggali sektor-
sektor ysng dapat dijadikan sebagai obyek untuk meningkat kan pendapatan asli daerah.
c. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (excessive
seignorage).
Seignorage arti tradisonalnya adalah keuntungan dari pencetakan koin yang didapat oleh
percetakannya dimana biassanya percetakan tersebut dimiliki oleh penguasa. Pencetakan
uang yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan terlalu banyak jumlah uuang beredar di
masyarakat, hal ini berimplikasi pada penurunan nilai mata uang. Hal ini telah terbukti di
Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, dimana kebutuhan anggaran
pemerintah dibiayai oleh pencetakan uang. Namun karena berlebihan hal ini menyebabkan
terjadinya inflasi.

D. Dampak Inflasi
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian negara,
karena:
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai
simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit penghitungan. Orang
harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut.
Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain “self
feeding inflation”
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat
(turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat pada menurunnya dana
pembiayaan yang akan disalurkan.
3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan untuk barang-
barang non-primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal propensity to consume).
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan
(hoarding) seperti pada aset property yaitu tanah dan bangunan, logam mulia, mata uang
asing dengan mengorbankan inestasi ke arah produktif seperti pertanian, industrial,
perdagangan, transportasi, dan lainnya.

8
Kenaikan harga-harga yang tinggi (inflasi) dan terus menerus bukan saja menimbulkan
beberapa efek buruk terhadap kegiatan ekonomi, tetapi juga kepada kemakmuran individu
dan masyarakat. Inflasi yang tinggi tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya
yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk pula kepada perdagangan. Kenaikan
harga menyebabkan barang-barang Negara itu tidak dapat bersaing di pasar Internasional,
maka ekspor akan menurun.
Disamping menimbulkan efek buruk terhadap ekonomi Negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek berikut pada individu dan masyarakat:
1. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendaptan tetap.
2. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
3. Memperburuk pembagian kekayaan.

E. Perbedaan Inflasi Menurut Ekonomi Konvensional Dan Ekonomi Islam


1. Sebab-sebab Inflasi
a. Ekonomi Konvensional:
 Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa
merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
 Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi walaupun
pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan kapasitas produksi
rendah.
 Demand-full inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan yang
mendorong kenaikan tingkat harga umum.
 Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian
ekonomi yang menyebabkan berubah.
b. Ekonomi Islam:
 Natural cause inflation, inflasi yang terjadi dikarena kondisi alam yang tidak bisa
dicegah.
 Human error cause inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusai itu
sendiri, seperti korupsi, penetapan pajak yang tinggi, penambahan jumlah uang yang
beredar dan penimbunan barang.

2. Solusi dalam mengatasi Inflasi

9
a. Ekonomi Konvensional:
 Kebijakan moneter
 Kebijakan fiskal
 Kebijakan non-moneter, yaitu dengan cara menaikkan hasil produksi, kebijaksanaan
upah, pengawasan harga
b. Ekonomi Islam:
 Menggunakan emas dan perak sebagai alat tukar
 Menjadikan emas perak sebagai standart nilai tukar uang dunia
 Islam telah mengitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak berubah-
ubah, diamana ketika Islam mewajibkan diat, maka harus menggunakan standart emas
perak
 Ketika Allah mewajibkan pembayaran zakat, maka nisabnya berdasarkan emas dan
perak.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Inflasi adalah kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian.
2. Bebera kelompok besar dari inflasi adalah sebagai berikut:
 Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa
merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
 Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi walaupun
pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan kapasitas produksi
rendah.
 Demand-full inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan yang
mendorong kenaikan tingkat harga umum.
 Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian
ekonomi yang menyebabkan berubah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2007)


Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers,
2010),
Adi warman Azwar Karim, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001)
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, (Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional)
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis.(Jakarta:Kencana.2011).
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar (Jakarta:Rajawali Pers.2011).
Zainal Abidin, Dasar-dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

12

Anda mungkin juga menyukai