Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Konsep Harta Dalam Islam

Makalah Ini Dibuat Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Fiqh Muamalah

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Femy Ayu Azqiah (205221006)

Gilang Ramadhan (205221028)

Syafira Riyan Devani (205221038)

KELAS 3A

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN MAS SAID SURAKARTA

2021/2022

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................4
1. Konsep Harta Dalam Islam........................................................................................................4
2. Jenis-jenis Harta........................................................................................................................4
3. Kedudukan Harta.......................................................................................................................8
4. Fungsi Harta............................................................................................................................8
5. Konsep Kepemilikan Dalam Islam............................................................................................9
6. Dampak Harta Halal Dan Yang Haram....................................................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................15
KESIMPULAN...............................................................................................................................15
SARAN...........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam Islam dijelaskan pada bagian 46 Surat Alkahfi, yang membahas tentang harta,
yang merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam hidup dan salah satu hiasan kehidupan
duniawi. Artinya, harta sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena ia akan menghadapi
kesulitan jika ia tidak memiliki harta yang cukup dalam hidupnya. Oleh karena itu, Islam
sangat menganjurkan manusia untuk menyebar di bumi ini dan mencari keridhoan Allah
(rizki) melalui pekerjaan.

Kekayaan juga merupakan sarana yang diperlukan untuk mempersiapkan akhirat. Al-
Qur'an dan Sunnah berulang kali menasihati orang-orang percaya untuk menggunakan
sebagian dari kekayaan mereka di jalan Allah dan mengharuskan orang-orang beriman untuk
memerangi kekayaan dengan cara yang seharusnya.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang arti harta, status harta dan saran
kepemilikan, fungsi dan status harta, cara memperoleh harta, pembagian harta, hak milik atas
harta. , penyebab harta dan klasifikasi harta. Properti.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Konsep Harta dalam Islam?
2. Bagaimanakah Kedudukan Harta dalam Islam?
3. Apasajakah Fungsi Harta?
4. Bagaimanakah Konsep Kepemilikan Dalam Islam?
5. Bagaimanakah Dampak Harta Halal Dan Yang Haram?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Konsep Harta dalam Islam
2. Untuk Mengetahui Kedudukan Harta dalam Islam
3. Untuk Mengetahui Fungsi Harta
4. Untuk Mengetahui Konsep Kepemilikan dalam Islam
5. Untuk Mengetahui Dampak Harta Halal dan yang Haram

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Harta Dalam Islam


Dalam kitab fikih, harta ditujukan dengan istilah al-mal yang bentuk jamaknya
adalah al-amwal. Secara etimologi, al-mal berarti “condong’ dan “berpaling” dari satu
posisi-ke posisi lain. Dengan bahasa yang sederhana maal sering didefinisikan sebagai
“segala sesuatu yang dimiliki manusia baik secara individual maupun kolektif, seperti
pekarangan, dirham, dinar, emas, perak, gandum, roti, hewan, baju, senjata dan lain-
lain”. Sedangkan menurut terminologi fiqih muamalah, terdapat beberapa pengertian
tentang harta atau al-mal. Antara lain:

 Definisi yang berkembang di kalangan para fuqaha’ Hanafiyah sebagai berikut


“Segala sesuatu yang naluri manusia cenderung padanya dan dapat disimpan
sampai batas waktu yang diperlukan, baik yang berupa harta bergerak maupun
tidak bergerak”.
 Konsep harta yang berkembang dikalangan Jumhur fuqoha mazhab Malikiyah,
Syafi’iyah, dan Hanabilah adalah: “Sesuatu yang naluri manusia cenderung
kepadanya dan dapat diserah terimakan dan orang lain terhalang
mempergunakannya”.

2. Jenis-jenis Harta
Dalam pandangan syar’i keberadaan harta yang ada ditangan manusia tidak
serta merta dapat dikonsumsi. Akan tetapi harus dilihat terlebih dahulu dari berbagai
aspek. Terdapat pembagian harta yang berimplikasi pada halal dan haramnya manusia
menguasai , mengkonsumsi, dan mentasarufkannya dalam fiqh muamalah , yaitu
sebagai berikut:
1. Macam-macam harta berdasarkan kebolehan memanfaatkan:
a) Mal Mutaqawwim yaitu harta yang memiliki manfaat/nilai baik secara
ekonomis maupun syar’i.
b) Mal Ghairu Mutaqwwim yaitu harta yang tidak memiliki nilai secara
syar’i meskipun mungkin secara ekonomis memiliki nilai.
2. Berdasarkan ada dan tidaknya di pasaran:

4
a) Harta al-mitsli; harta yang jenisnya mudah dipasar (secara persis).] harta
ini bisa ditimbang, dihitung atau ditakar seperti gandum, kedelai, beras,
dll.
b) Harta al-Qimi; harta yang tidak ada jenis yang sama di pasaran atau ada
jenisnya tetapi pada setiap satuannya berbeda dalam kualitasnya, seperti
satuan pepohonan, logam mulia, dan alat-alat rumah tangga.
3. Berdasarkan segi pemanfaatannya, harta dibagi atas:
a) Harta Isti’mali
‫ما يتحقق االنتفاع باستعماله مرارا مع بقاء عينه‬

“Sesuatu yang dimanfaatkan dengan memakainya berulang-ulang kali


dalam materi tetap berpelihara”.

 ialah harta yang pemanfaatannya tidak menghabiskan benda tersebut.


manfaatnya dapat diambil dan bendanya masih tetap utuh. (contoh; rumah,
lahan pertanian, buku, dll).

b) Harta Istihlaki
‫مايكون االنتفاع به بخصائصه بحسب المعتاد اليتحقق اال باستهالكه‬

“Sesuatu yang tak dapat diambil manfaat dan kegunaannya secara biasa,
melainkan dengan menghabiskan”

Dimaksudkan dengan istihlaki, ialah “benda yang dengan sekali kita


memakainya, habislah dia” (contoh makanan, sabun, korek api, dll). Harta
yang seperti ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :harta istihlaki haqiqi dan
istihlaki huquqi. Harta istihlaki haqiqi adalah harta yang sudah
dimanfaatkan kegunaannya dan sudah jelas habis wujudnya. Dengan
artian bahwa harta yang seperti ini dalam pemanfaatannya habis langsung
dan tidak membekas.

Sedangkan istihlaki huquqi adalah harta yang habis ketika digunakan


tetapi wujud dari baarang itu masih atau dengan kata lain hanya berpindah
kepemilikan. seperti mata uang kertas. keluarnya mata uang dari tangan,
untuk membayar hutang umpamanya, dipandang istihlak, dari segi hukum
walaupun bendanya masih utuh.

5
4. Pembagian Harta berdasarkan jenisnya:
a) harta bergerak (al-mal al-manqul) ialah harta yang dapat dipindahkan
pemiliknya dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya mobil, motor, uang,
dll
b) Harta tidak bergerak (al-mal ghairu manqul) ialah harta yang tidak bisa
dipindahkan olehpemiliknya dari satu tempat ke tempat lain. misalnya
tanah, bangunan, pabrik, dll
5.  ‘Ain dan Dain
‘Ain ialah: “sesuatu yang berbentuk benda, seperti: rumah, kuda, karung beras,
dan sebagainya”. Semuanya ini dikatakan ‘ain. ‘Ain terbagi menjadi dua:
a) ‘Ain dzat qimatin dan sesuatu yang berbentuk benda yang dapat menjadi
harta, dapat dipandang sebgai harta
b)  ‘Ain ghairu dzat qimatin, sesuatu yang berbentuk benda yang tidak
dapat dipandang sebagai harta. Seperti beras.
Dain adalah harta yang berada dalam tanggung jawab seseorang atau harta yang
di hutang orang lain. Sehingga harta yang dipinjam itu beralih tanggung jawab
kepada orang lain atau pihak penghutang. Dalam pandangan fiqh Islam pada
asalnya, dipandang dari segi keharusan si multazim membayarnya. Yakni
dipandang dari segi yang punya hutang. terkadang juga lafadz dain untuk
menerangkan hak si multazim lahu. Yakni dipakai untuk kedua belah pihak.
6. Mal ‘aini dan mal naf’i (manfaat)
a) Mal al-‘ain ialah benda yang memiliki nilai dan berwujud. Hal yang ini
mempunyai pengertian bahwa benda yang mempunyai nilai dan benda itu
juga mempunyai wujud maka hal itu bisa disebut dengan harta.
b) Harta nafi’ a’radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut
perkembangan ,masa, oleh karena itu mal al-na’I tidak berwujud dan tidak
disimpan.[19]
7. Berdasarkan status harta;
a) Al-mal al-mamluk; adalah harta yang telah dimiliki, baik secara pribadi
maupun badan hukum (seperti orgnanisasi, negara, dll).
b) Al-mal al-mubah; harta tidak dimiliki seseorang, seperti hewan buruan,
kayu di hutan blantara, air, ikan dalam lautan dll. harta seperti ini boleh
dimanfaatkan oleh seseorang dengan syarat memenuhi peraturan negara
yang telah disepakati dan tidak merusak kelestarian lingkungan.

6
c) Al-mal al mahjur adalah harta yang dilarang syara’ untuk dikuasai
individu, baik karna harta itu harta wakaf maupun harta untuk
kepentingan umum. seseorang tidak boleh menguasai harta tersebut
meskipun diperbolehkan merasakan manfaatnya.
8. Berdasarkan bisa dibagi atau tidaknya:
a) Harta “bisa dibagi”, ialah harta yang apabila dibagi, maka harta tersebut
tidak rusak atau manfaatnya tidak hilang.
b) Harta “tidak bisa dibagi”, ialah apabila harta tersebut dibagi akan rusak
atau hilang manfaatnya.
9. Berdasarkan segi perkembangan tidaknya, harta dibagi menjadi:
a) Al-mal al-ashl; jenis harta yang merupakan pokok bagi kemungkinan
harta lain, seperti pohon yang menghasilkan buah, rumah yang dapat
disewakan, tanah yang bisa menghasilkan jika ditanami, dll.
b) Al-mal at-tsamr, ialah buah yang dihasilkan dari suatu harta hasil sewa
rumah, buah-buahan dari pohon tertentu, hasil panenan, dll
10. Harta pokok dan harta hasil (buah)
Harta pokok:
‫ما يمكن ان ينشا َ عنه مال اخر‬

 harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain, atau dengan kata lain harta
modal. misalnya bulu domba di hasilkan dari domba maka domba asal bulu itu
disebut modal.
‫ما نشاء عن مال اخر‬

Dan bulu domba itu disebut sebagai harta hasil (buah). Atau dengan kata lain
modalnya disebut harta pokok dan hasilnya disebut sebagai tsamarah.
11. Harta khas (khusus) dan harta ‘am (umum)
Harta khas adalah harta pribadi, yang mana dalam pemilikannya tidak ada bagian
milik orang lain, tidak boleh diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.
Sedangkan harta ‘am harta milik umum (bersama) ialah harta yang boleh diambil
manfaat oleh umum atau dengan kata lain harta bersama. Dalam harta yang
seperti ini bukan dalam maksud harta yang dimiliki oleh khalayak umum pada
umumnya atau benda yang belum ada yang punya

7
3. Kedudukan Harta
Kedudukan harta bagi manusia sangat penting. Harta termasuk salah satu
keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini, sehingga para
ulama ushul fiqh memasukkan persoalan harta dalam salah satu adh-dharuriyat al-
khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas agama, jiwa, akal, keturunan, dan
harta.Dalam ayat-ayat al-Qur’an, harta memiliki kedudukan antara lain:

1. Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah swt Manusia hanyalah pemegang
amanah untuk mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya.
Sedangkan pemilik harta sebenarnya tetap pada Allah swt. Firman Allah SWT:
“Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakanNya
kepada kalian”. (Q.S. An Nur : 33)
2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia menikmatinya
dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki kecenderungan yang
kuat untuk memiliki, menguasai dan menikmati harta. Firman-Nya:
“Sebagai perhiasan hidup, harta sering menyebabkan keangkuhan, kesombongan,
serta kebanggaan diri (Q.S. Al ‘Alaq/96: 6-7)
3. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut soal cara
mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam ataukah
tidak.
4. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan
melaksanakan muamalah di antara sesama manusia, melaluikegiatan zakat, infaq,
dan shadaqah

4. Fungsi Harta
Fungsi harta bagi manusia sangat banyak. Harta dapat menunjang kegiatan
manusia, baik dalam kegiatan yang baik maupun yang buruk. Oleh karena itu,
manusia selalu berusaha untuk memiliki dan menguasainya. Tidak jarang dengan
memakai beragam cara yang dilarang syara’ atau ketetapan yang disepakati oleh
manusia. Biasanya cara memperoleh harta, akan berpengaruh terhadap fungsi harta.
Seperti orang yang memperoleh harta dengan mencuri, ia memfungsikan harta
tersebut untuk kesenangna semata, seperti mabuk, bermain wanita, judi, dan lain-lain.
Sebaliknya, orang yang mencari harta dengan cara yang halal, biasanya
memfungsikan hartanya untuk hal-hal yang bermanfaat.

8
Dalam pembahasan ini, akan dikemukakan fungsi harta yang sesuai dengan
syara’, antara lain untuk:

1. Kesempurnaan ibadah mahdhah, seperti shalat memerlukan kain untuk menutup


aurat
2. Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
sebagai kefakiran mendekatkan kepada kekufuran.
3. Meneruskan estafet kehidupan, agar tidak meninggalkan generasi lemah (QS. An-
Nisaa’:9).
4. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat, Rasulullah SAW. Bersabda:
5. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu.
6. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, seperti orang kaya yang
memberikan pekerjaan kepada orang miskin.
7. Untuk memutarkan peranan-peranan kehidupan yakni adanya pembantu dan tuan.
8. Untuk menumbuhkan silaturrahim.

5. Konsep Kepemilikan Dalam Islam


Menurut bahasa, “Kepemilikan” (Milkiyah) berasal dari kata milkun artinya
sesuatu yang berada dalam kekuasaannya. Dalam bahasa Arab "milk" berarti
kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut dalam
genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. Dimensi kepenguasaan ini
direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang memiliki sesuatu barang berarti
mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut sehingga ia dapat
mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara
individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari
memanfaatkan barang yang dimilikinya itu. Contohnya Shinta memiliki sepeda motor.
Ini berarti bahwa sepeda motor itu dalam kekuasaan dan genggaman Shinta. Dia
bebas untuk memanfaatkannya dan orang lain tidak boleh menghalanginya dan
merintanginya dalam menikmati sepeda motornya. Konsep dasar kepemilikan dalam
Islam adalah firman Allah swt ;

‫ت َو َما فِي اأْل َرْ ض‬ َ ‫هَّلِل ِ َما فِي ال َّس َم‬


ِ ‫اوا‬

“Milik Allah-lah segala sesuatu yang ada di langit dan bumi” ( Q.S Al-Baqarah : 284)

A. Sebab-sebab Kepemilikan

9
a) Barang atau harta itu belum ada pemiliknya secara sah (Ihrazul Mubahat).
Contohnya : Ikan di sungai, ikan di laut, hewan buruan, Burung-burung di
alam bebas, air hujan dan lain-lain.
b) Barang atau harta itu dimiliki karena melalui akad (bil Uqud), contohnya:
lewat jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, hibah atau pemberian dan lain-
lain.
c) Barang atau harta itu dimiliki karena warisan (bil Khalafiyah), contohnya:
mendapat bagian harta pusaka dari orang tua, mendapat barang dari wasiat ahli
waris.
d) Harta atau barang yang didapat dari perkembangbiakan ( minal mamluk).
Contohnya : Telur dari ayam yang dimiliki, anak sapi dari sapi yang dimiliki
dan lain-lain

B. Macam-Macam Kepemilikan
Kepemilikan terhadap suatu harta ada tiga macam, yaitu :
a) Kepemilikan penuh, yaitu penguasaan dan pemanfaatan terhadap benda atau
harta yang dimiliki secara bebas dan dibenarkan secara hukum. Kepemilikan
penuh ini memungkinkan seseorang dapat menguasai dan memanfaatkan harta
itu secara bebas, baik penguasaaan materi harta itu maupun manfaat dari harta
tersebut.
b) Kepemilikan materi, yaitu kepemilikan seseorang terhadap benda atau barang
terbatas kepada penguasaan materinya saja, tidak dibenarkans ecara hukum.
c) Kepemilikan manfaat, yaitu kepemilikan seseorang terhadap benda atau
barang terbatas kepada pemanfaatannya saja, tidak dibenarkan secara hukum
untuk menguasai harta itu. Kepemilikan manfaat berakhir apabila terjadi hal-
hal berikut:
1. Habis masa sewa atau masa pemanfaatannya
2. Barang yang dimanfaatkan itu rusak atau hilang sehinga tidak dapat
digunakan kembali
3. Salah satu pembuat akad meninggal dunia
Menurut Dr. Husain Abdullah kepemilikan dapat dibedakan menjadi :
a) Kepemilikan pribadi (Individu), yaitu suatu harta yang dimiliki seseorang atau
kelompok, namun bukan untuk umum, Contohnya: rumah, mobil, sawah dan
lain-lain.

10
b) Kepemilikan publik (umum), yaitu harta yang dimiliki oleh banyak orang.
Contohnya: Jalan Raya, laut, lapangan olah raga dan lain-lain.
c) Kepemilikan Negara Contohnya: Gedung Sekolah Negeri, Gedung
Pemerintahan, Hutan dan lain-lain. Hikmah Kepemilikan.

C. Hikmah Kepemilikan Dalam Islam


Ada beberapa hikmah disyariatkannya kepemilikan dalam Islam, antara lain:
a. Terciptanya rasa aman dan tenteram dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Terlindunginya hak-hak individu secara baik.
c. Menumbuhkan sikap kepedulian terhadap fasilitas-fasilitas umum.
d. Timbulnya rasa kepedulian sosial yang semakin tinggi

6. Dampak Harta Halal Dan Yang Haram


Kebanyakan Muslim harus memahami dampak dari harta halal dan suci. Harta
yang halal selalu mendatangkan berkah, kemudahan dalam bertakwa, perbanyakan
pahala dan berkah dari Allah SWT, dan lain sebagainya. Untuk barang haram itu
sendiri, jelas bersumber dari perilaku yang terkutuk, seperti pekerjaan yang
mengandung unsur kezaliman, merampas hak orang lain tanpa sarana untuk jual beli
barang haram yang diperbolehkan oleh syariat, dan/atau pekerjaan yang tidak sah
yang diperbolehkan oleh syariat Islam.

a) Berikut dampak dari harta halal:


1. Harta Halal Mendorong Beramal Shalih. Orang yang shalih adalah orang yang
memperhatikan halal haram dalam mencari rezeki. Sehingga ia tidak akan
memasukan ke dalam perutnya kecuali makanan yang dipastikan akan
kehalalannya. Alloh subhanahu wata’ala berfirman: QS. al-Mu’minun [23]: 51 QS.
al-Mu’minun [23]: 51

ٌ‫صالِحًا ۖ إِنِّي بِ َما تَ ْع َملُونَ َعلِيم‬ ِ ‫يَا أَيُّهَا الرُّ ُس ُل ُكلُوا ِمنَ الطَّيِّبَا‬
َ ‫ت َوا ْع َملُوا‬

“Wahai para Rosul! Makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah
kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al
Mu’minun [23]: 51)
2. Harta Halal Sebab Dikabulkannya Do’a. Doa adalah ibadah kepada Rabb yang
Maha Suci. Berdoa kepada Alloh subhanahu wata’ala sebagai bukti bentuk
penghambaan seseorang kepada Alloh subhanahu wata’ala. Karena Alloh

11
subhanahu wata’ala adalah Dzat yang Maha Suci maka Dia tidak akan menerima
doa hamba-Nya yang tumbuh dari harta haram.

َ َ ‫ أَيُّهَا النَّاسُ إِ َّن هَّللا‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


‫طيِّبٌ اَل يَ ْقبَ ُل إِاَّل طَيِّبًا‬ َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ال‬َ َ‫َر َوى ُم ْسلِ ٌم ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ ق‬
‫صالِحًا ِإنِّي بِ َما‬ َ ‫ت َوا ْع َملُوا‬ ِ ‫{ يَا أَيُّهَا الرُّ ُس ُل ُكلُوا ِم ْن الطَّيِّبَا‬:‫َوإِ َّن هَّللا َ أَ َم َر ْال ُم ْؤ ِمنِينَ بِ َما أَ َم َر بِ ِه ْال ُمرْ َسلِينَ فَقَا َل‬
‫ث أَ ْغبَ َر‬ َ ‫ ثُ َّم َذ َك َر ال َّر ُج َل يُ ِطي ُل ال َّسفَ َر أَ ْش َع‬.} ‫ت َما َرزَ ْقنَا ُك ْم‬ ِ ‫{يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكلُوا ِم ْن طَيِّبَا‬: ‫تَ ْع َملُونَ َعلِي ٌم } َوقَا َل‬
ُ‫ي بِ ْال َح َر ِام فَأَنَّى يُ ْست ََجاب‬ َ ‫ط َع ُمهُ َح َرا ٌم َو َم ْش َربُهُ َح َرا ٌم َو َم ْلبَ ُسهُ َح َرا ٌم َو ُغ ِذ‬ ْ ‫يَ ُم ُّد يَ َد ْي ِه إِلَى ال َّس َما ِء يَا َربِّ يَا َربِّ َو َم‬
‫ك‬ َ ِ‫ لِ َذل‬.

Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairoh bahwa Rosululloh


sholallohu’alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia! Sesungguhnya Alloh itu
baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik-baik. Sesungguhnya Alloh
memerintahkan orang-orang yang beriman kepada apa yang telah diperintahkan-
Nya kepada para Rosul, dengan firman-Nya “Wahai para Rosul! Makanlah dari
makanan yang baik-baik dan kerjakanlah kebajikan.” (QS. al-Mu’minun: 51) dan
firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-
baik yang Kami berikan kepadamu” (QS. al-Baqoroh: 172). Kemudian beliau
menyebutkan orang yang melakukan perjalanan panjang, berambut acak-acakan
dan warna kulitnya berubah, ia mengangkat kedua tangannaya ke langit dengan
mengatakan, ‘Wahai Rabb! Wahai Rabb! Sementara makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dengan suatu yang
haram; maka bagaimana mungkin doakanya dikabulkan?!.” (HR. Muslim).

Syekh Muhammad ibn Shalih al-Utsaimin menjelaskan bahwa hadits ini


merupakan peringatakan keras dari memakan barang haram, karena memakan
barang haram menjadi salah satu penghalang doa terkabul meski sebab-sebab
terkabulnya doa terpenuhi, berdasarkan sabda Nabi “Dari mana doanya bisa
dikabulkan karenannya?” Di samping itu memakan barang haram akan
menghalangi seseorang untuk menunaikan kewajiban agama, karena tubuhnya
diberi makanan yang rusak, dan orang yang memakan makanan yang rusak tentu
akan berimbas pada tubuhnya.

3. Harta Halal Adalah Obat Penawar. Harta yang halal adalah makanan yang bisa
menjadi obat penawar, tidak memberi mudharat pada jasmani dan ruhani dan
pastinya menjaga diri dari ancaman api Neraka. Alloh subhanahu wata’ala
berfirman:

¬ً‫ص ُد ٰقَتِ ِه َّن نِحْ لَةً ۚ فَإِن ِط ْبنَ لَ ُك ْم عَن َش ْى ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوهُ هَنِ ٓئـًٔاً¬ َّم ِر ٓئـًٔا‬ ۟ ُ‫َو َءات‬
َ ‫وا ٱلنِّ َسٓا َء‬

“Berikanlah oleh kalian mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian
dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kalian
sebagian dari mahar itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian
itu (sebagai makanan) yang baik lagi baik akibatnya.” (Qs. An Nisa’: 4)

12
Ketika memakan harta halal memberikan efek manfaat yang besar maka
memakan dari harta yang haram pun akan memberi efek mudharat yang besar pula
yaitu menyebab ibadah dan do’a yang tertolak, membahayakan tubuh, dan sebab
masuk Neraka. Hal tersebut disebabkan karena makanan itu manjadi bahan baku
tubuh. Sedangkan tubuh yang tumbuh dari makanan yang haram akan merasa
enggan untuk beribadah dan taat kepada Alloh. Ia justru siap dalam melakukan
maksiat kepada-Nya. Setiap gerak-gerik dan aktifitasnya cenderung kepada hal-hal
yang diharamkan. Tubuh yang semacam inilah yang pantas masuk neraka.
Karenanya, mengkonsumsi barang haram tidak hanya menghalangi diterimanya
doa dan ibadah, melainkan juga pelakunya pantas masuk neraka.

b) Dampak buruk harta haram adalah:


1) Harta haram termasuk makan harta dengan cara batil. Alloh subhanahu wata’ala
berfirman:

َ‫اس بِاإْل ِ ْث ِم َوأَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ ْ ْ


ِ َّ‫َواَل تَأ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل َوتُ ْدلُوا بِهَا إِلَى ْال ُح َّك ِام لِتَأ ُكلُوا فَ ِريقًا ِم ْن أَ ْم َوا ِل الن‬

“Janganlah kalian memakan sebagian harta yang lain di antara kalian dengan
cara yang batil dan janganlah kalian membawa urusan harta kepada hakim,
supaya kalian dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu
dengan jalan berbuat dosa, padahal kalian mengetahui.” (QS. al-Baqoroh [2]:
188)

2) Harta Haram adalah Perbuatan Mendurhakai Alloh. Alloh subhanahu wata’ala


berfirman:

ٌ ِ‫ت ال َّش ْيطَا ِن ۚ إِنَّهُ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُمب‬


‫ين‬ ِ ْ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ُكلُوا ِم َّما فِي اأْل َر‬
ِ ‫ض َحاَل اًل طَيِّبًا َواَل تَتَّبِعُوا ُخطُ َوا‬

‫إِنَّ َما يَأْ ُم ُر ُك ْم بِالسُّو ِء َو ْالفَحْ َشا ِء َوأَ ْن تَقُولُوا َعلَى هَّللا ِ َما اَل تَعْل‬

“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. al-Baqarah:
168-189)

13
3) Harta Haram adalah Penyebab Kehinaan

‫ْت َرسُو َل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم يَقُو ُل « إِ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم بِ ْال ِعينَ ِة َوأَخ َْذتُ ْم‬ ُ ‫ َس ِمع‬:‫روى أبو داود َع ِن ا ْب ِن ُع َم َر قَا َل‬
‫ع َوتَ َر ْكتُ ُم ْال ِجهَا َد َسلَّطَ هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ْم ُذالًّ الَ يَ ْن ِز ُعهُ َحتَّى تَرْ ِجعُوا إِلَى ِدينِ ُك ْم‬ ِ ‫َاب ْالبَقَ ِر َو َر‬
ِ ْ‫ضيتُ ْم بِال َّزر‬ َ ‫» أَ ْذن‬.

Imam Abu Dawud meriwayatkan hadits dari ibn Umar bahwa Rosululloh
sholallohu’alaihi wasallam bersabda, “Jika kalian melakukan transaksi berjual
beli ribawi, mengikuti ekor sapi (tunduk dengan harta kekayaan),
mengagungkan bercocok tanam (sibuk dengan pertanian) dan meninggalkan
jihad, maka Alloh akan menguasakan kehinaan atas kalian. Alloh tidak akan
mencabutnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian.” (HR.
Abu Dawud).

4) Makanan dari harta haram merupakan penyebab terhalangnya doa


5) Petaka terbesar apabila memakan harta haram adalah terancam dengan api
neraka

14
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dengan bahasa yang sederhana maal sering didefinisikan sebagai “segala sesuatu
yang dimiliki manusia baik secara individual maupun kolektif, seperti pekarangan, dirham,
dinar, emas, perak, gandum, roti, hewan, baju, senjata dan lain-lain”. Kedudukan harta bagi
manusia sangat penting. Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini

1. Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah swt


2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia menikmatinya dengan
baik dan tidak berlebih-lebihan.
3. “Sebagai perhiasan hidup
4. Harta sebagai ujian keimanan
5. Harta sebagai bekal ibadah

Fungsi harta bagi manusia sangat banyak. Harta dapat menunjang kegiatan manusia,
baik dalam kegiatan yang baik maupun yang buruk. Menurut bahasa, “Kepemilikan”
(Milkiyah) berasal dari kata milkun artinya sesuatu yang berada dalam kekuasaannya. Dalam
bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang atau harta) dan
barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum.

SARAN
Fungsi harta itu sendiri adalah untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah untuk
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dan untuk mengkoordinasikan
(menyeimbangkan) kehidupan dunia dan akhirat. Agar lebih berguna di masa depan, kita,
pencipta Tuhan, harus memiliki alasan untuk memanfaatkan kekayaan secara maksimal.
Kami menyadari bahwa penulisan artikel ini masih jauh dari sempurna, itulah sebabnya kami
melakukannya. Kritik dan saran sangat saya butuhkan agar karya ini jauh lebih baik dari yang
sebelumnya, terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.hasmi.org/dampak-harta-halal-dan-haram/

https://www.bacaanmadani.com/2017/09/pengertian-kepemilikan-milkiyah-sebab.html?m=1

http://www.elsyames.com/lms/mod/resource/view.php?id=2410

https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/adzkiya/article/download/1281/1147

https://mimbarhadits-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/mimbarhadits.wordpress.com/2015/04/06/dampak-harta-halal-dan-
haram/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16309312312581&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fmimbarhadits.wordpress.com
%2F2015%2F04%2F06%2Fdampak-harta-halal-dan-haram%2F

http://eki-blogger.blogspot.com/2012/09/kepemilikan-dalam-islam.html?m=1

https://journal.uii.ac.id/index.php/JIELariba/article/download/9655/7819

http://www.elsyames.com/lms/mod/resource/view.php?id=2410

16

Anda mungkin juga menyukai