Anda di halaman 1dari 7

PENAHULUAN

1. Pengertian
Professor PA. Samuelson mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai “suatu studi mengenai
individu-individu dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang,
dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam
berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya
untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai individu dan
golongan masyarakat”. Sedangkan menurut Mankiw mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai
“studi tentang bagaimana masyarakat mengelola sumber daya-sumber daya yang selalu
terbatas atau langka”.
Jadi, jelas bahwa ilmu ekonomi memusatkan perhatiannya pada bagaimana perilaku manusia
untuk memenuhi kebutuhannya, untuk mendapatkannya dibutuhkan pengorbanan karena
ketersediaannya yang terbatas atau langka. Kajian utama ilmu ekonomi menitikberatkan
perhatian dan analisis pada barang-barang :
a. Berguna bagi manusia (langsung atau tidak langsung)
b. Langka (Scarcity)
Jadi ilmu ekonomi merupakan studi tentang bagaimana manusia, secara individu dan
berkelompok (masyarakat), membuat pilihan dalam menggunakan sumber yang terbatas
sehingga ia dapat digunakan untuk memenuhi keinginannya secara maksimal mungkin
(mencapai kepuasan dan kemakmuran yang paling maksimum).
2. Masalah Ekonomi
Masalah ekonomi adalah masalah yang timbul saat keinginan dan kebutuhan bertemu
dengan sumber daya yang terbatas. ... Intinya karena keinginan dan kebutuhan manusia itu
banyak tidak terbatas. Sementara ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan belum bisa
memenuhi keinginan tersebut.

Kebutuhan Manusia tak terbatas >< Sumber daya alat pemuas kebutuhan terbatas

Manusia perlu rasional

Perlu pilihan kebutuhan yang memberi manfaat kebutuhan terbesar

Pilihan Sumber Daya Harus Memecahkan:


WHAT, HOW, FOR WHOM
Pokok masalah ekonomi aliran klasik ada tiga, yaitu: produksi, konsumsi dan distribusi.
a. Produksi, menyangkut masalah usaha atau kegiatan mencipta atau menambah kegunaan
suatu benda.
b. Konsumsi, menyangkut kegiatan menghabiskan atau mengurangi kegunaan suatu benda.
c. Distribusi, menyangkut kegiatan menyalurkan barang dari produsen kepada konsumen
Pada masa era ekonomi modern, Paul A. Samuelson, seorang ahli ekonomi dari Amerika
Serikat mengemukakan tiga permasalahan pokok yang dihadapi dalam perekonomian, yaitu
berkaitan dengan pertanyaan Apa (What), Bagaimana (How), dan Untuk siapa barang
diproduksi (for Whom).
a. What (Apa & Berapa)?
Pertanyaan apa dan berapa mewakili pertanyaan-pertanyaan yang dibutuhkan dalam
memenuhi kebutuhan seperti komoditas apa yang harus diproduksi dan berapa banyak
komoditas tersebut diproduksi. Masalah pokoknya adalah jenis dan jumlah produk yang
harus dihasilkan.
b. How (Bagaimana)?
Bagaimana komoditas tersebut diproduksi menjadi masalah berikutnya yang harus
dipertimbangkan. Dalam hal ini, harus dipertimbangkan pelaku, faktor-faktor produksi,
dan teknik apa yang digunakan.
c. For whom (Untuk siapa)?
Pertanyaan selanjutnya yang menjadi pertimbangan adalah untuk siapa suatu produk
dihasilkan. Dalam hal ini, masalah pendistribusian menjadi aspek penting yang harus
ditata sedemikian rupa agar produk yang dihasilkan benar-benar tersalurkan dengan
tepat dan dapat memenuhi kebutuhan target. Permasalahan untuk siapa tidak hanya
mengenai siapa yang akan menikmati produk yang dihasilkan tetapi juga mencakup
siapa-siapa saja yang akan memperoleh manfaat dengan adanya produksi tersebut
termasuk pelaku produksi.
3. Ruang lingkup dan Pembagian Ilmu Ekonomi

Ruang lingkup ilmu ekonomi terbagi menjadi 2 yaitu mikroekonomi dan


makroekonomi.Pembahasan
MIKRO Ekonomi MAKRO Ekonomi

Individual Nasional
- Konsumsi - Produksi nasional
- Produksi - Pendapatan nasional
- Pasar - Arus uang
- - Kesempatan kerja
Secara kasar pembagian ilmu ekonomi
- Diskriptip Kegitan penelitian
- Teori Mikro dan Makro
- Terapan Penerapan hasil penelitian
Mikro ekonomi juga dikenal teori harga

4. Ekonomi mikro
Teori mikroekonomi atau ekonomi mikro boleh diartikan sebagai “ilmu ekonomi kecil”.
Berdasarkan kepada pola dan ruang lingkup analisisnya, teori mikroekonomi dapat
didefinisikan sebagai: satu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai
bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian. Ekonomi mikro konvensional
ini didasarkan pada prilaku individu-individu yang secara nyata terjadi disetiap unit
ekonomi, prilaku individu dari setiap unit ekonomi tersebut akan bertindak dan berprilaku
sesuai dengan norma dan aturan menurut persepsinya masing-masing.

Pembahasan prilaku konsumsi ekonomi mikro konvensional hanya memperhatikan


perubahan pada variabel ekonomi, seperti harga dan pendapatan. Sedangkan dalam
pembahasan ekonomi mikro islam, justru faktor moral dan norma yang terangkum dalam
tatanan syari’ah akan ikut menjadi variabel yang penting dan perlu dijadikan sebagai alat
analisis.

Ekonomi mikro islam menjelaskan bagaimana sebuah keputusan diambil oleh setiap unit
ekonomi dengan memasukkan batasan-batasan syari’ah sebagai variabel yang utama. Dalam
ekonomi mikro islam, kita menganggap bahwa basic ekonomi (variabelvariabel ekonomi)
hanya memenuhi segi necessary condition, sedangkan moral dan tatanan syari’ah akan
memenuhi unsur sufficient condition dalam ruang lingkup pembahasan ekonomi mikro.

Dari pengertian ekonomi mikro sudah dijelaskan yakni sebagai sumber informasi interaksi
di pasar. Sehingga dengan adanya ekonomi mikro maka perusahaan dapat menyusun
strategi atau prediksi untuk kedepannya. Tiga hal yang perlu diperhatikan:

a. Dasar peramalan secara kondisional/bersyarat.


Contoh: D & S
Bila slope D negatif & S positif maka kenaikan harga (P ) jumlah
yang diminta turun (Q)
b. Teori harga dapat untuk memeriksa kemakmuran/kepuasan subyektif.
c. Teori harga dapat untuk mengambil keputusan management perusahaan.

5. Konsumsi Dalam Islam


Dalam Islam telah diatur segala hal, termasuk juga mengenai konsumsi, baik prinsip
konsumsi ataupun batasan konsumsi. Namun dalam hal mengonsumsi terdapat perbedaan
perilaku konsumen muslim dan konsumen non muslim (konvensional) yakni konsumen
muslim memiliki keunggulan bahwa harta yang mereka peroleh semata mata untuk memenuhi
kebutuhan individual (materi) tetapi juga kebutuhan sosial (spiritual). Konsumen muslim
ketika ia mendapat penghasilan, ia menyadari bahwa ia hidup untuk mencari ridha Allah, maka
ia menggunakan sebagian hartanya di jalan Allah, tidak ia habiskan untuk dirinya sendiri.
Dalam Islam, perilaku seorang konsumen muslim harus mencerminkan hubungan dirinya
dengan Allah (ḥablu minallah) dan manusia (ḥablu minannas). Selain itu Islam memandang
harta bukan sebagai tujuan, tapi juga sebagai alat untuk memupuk pahala demi tercapainya
falah (kebahagiaan dunia dan akhirat).
6. Prisip Produkdi Dalam Islam
Perlu diperhatikan produksi dalam Islam yaitu menyangkut beberapa hal pertama, bahan
produksi harus halal. Pengusaha muslim harus memperhatikan kemaslahatan dalam memilih
bahan produksi, jangan sampai barang yang kita jadikan bahan produksi jelek dan
menyebabkan penyakit.
Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang
dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu. Dalam teori produksi memberikan penjelasan
tentang perilaku produsen. Dalam memaksimalkan keuntungan maupun mengoptimalkan
efisiensi produksi diperlukan. Islam mengakui pemilikian pribadi dengan batas tertentu
termasuk pemilikan alat produksi, tetapi hak tersebut tidak mutlak. Prinsip produksi dalam
Islam berarti menghasilkan sesuatu yang halal yang merupakan akumulasi dari semua
proses produksi mulai dari sumber bahan baku sampai dengan jenis produk yang dihasilkan
baik berupa barang maupun jasa.
Prinsip Produksi
Prinsipnya produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam, seluruh kegiatan produksi
harus sejalan dengan tujuan konsumsi. Konsumsi muslim dilakukan mencari falah
(kebahagiaan) maka produksi perlu menyediakan barang dan jasa guna tercapainya falah.
Implikasi mendasar kegiatan produksi dan perekonomian, antaranya :
a.Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami.
Kegiatan mengorganisir faktor produksi, proses produksi, pemasaran pelayanan
konsumen perlu mengikuti moral Islami. Metwally (1992) mengatakan perbedaan perusahaan
non Islam dengan Islami tidak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan ekonomi dan
strategi pasarnya. Islam mensaratkan produksi barang dan jasa yang dapat merusak moralitas
dan menjauhkan manusia dari nilai-nilai relijius tidak diperbolehkan.

Kebutuhan yang bermanfaat untuk mecapai falah (kehidupan, harta, kebenaran, ilmu
pengetahuan dan kelangsungan keturunan). Selain itu Islam juga mengajarkan adanya skala
prioritas (dharuriyah, hajjiyah dan tahsiniyah) dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi serta
melarang sikap berlebihan, larangan ini juga berlaku bagi segala mata rantai dalam
produksinya.

b. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan


Produksi harus menjaga nilai keseimbangan, harmoni dengan lingkungan sosial dan
lingkungan hidup masyarakat secara luas. Masyarakat dapat menikmati hasil produksi
memadai dan berkualitas. Produksi tidak hanya menyangkut kepentingan produsen (staock
holders) tetapi juga masyarakat secara keseluruhan (stake holders). Pemerataan manfaat dan
keuntungan produksi bagi keseluruhan masyarakat dan dilakukan dengan cara yang paling
baik merupakan tujuan utama kegiatan ekonomi.
c.Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks.
Masalah ekonomi bukan saja karena kelangkaan sumber daya ekonomi untuk
pemenuhan kebutuhan manusia, tetapi juga kemalasan dan pengabaian optimalisasi anugerah
Allah. Sikap terserbut dalam Al-Qur’an sebagai kezaliman atau pengingkaran terhadap nikmat
Allah. Implikasinya prinsip produksi bukan sekedar efisiensi, bagaimana mengoptimalisasikan
pemanfaatan sumber daya ekonomi sebagai pengabdian manusia kepada Tuhannya.
Produksi perspektif Islam bersifat alturistik maka produsen tidak hanya mengejar
keuntungan maksimum saja. Produsen harus mengejar tujuan yang lebih luas yaitu falah
didunia dan akhirat. Kegiatan produksi juga harus berpedoman kepada nilai-nilai keadilan dan
kebajikan bagi masyarakat.
Prinsip pokok produsen Islami:
a) Komitmen keadilan,
b) Memiliki dorongan untuk melayani masyarakat
c) Optimasi keuntungan diperkenankan dengan batasan kedua prinsip di atas.
Al-Qur’an yang berkaitan dengan faktor produksi Surat As-Sajdah : 2
Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya kami menghalau (awan yang
mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman
yang dari padanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak
memperhatikan?
Ayat diatas menjelaskan tentang tanah yang berfungsi sebagai penyerap air hujan dan
akhirnya tumbuh tanaman yang terdiri dari beragam jenis. Tanaman itu dapat dimanfaatkan
manusia sebagai faktor produksi alam, dari tanaman tersebut juga dikonsumsi oleh hewan
ternak yang pada akhirnya juga hewan ternak diambil manfaatnya (diproduksi) dengan
berbagai bentuk seperti diambil dagingnya, susunya dan lain sebagaiya yang ada pada hewan
tersebut.
Ayat tersebut juga memberikan kepada kita untuk berfikir dalam pemanfaatan sumber
daya alam dan proses terjadinya hujan. Jelas sekali menunjukkan adanya suatu siklus produksi
dari proses turunnya hujan, tumbuh tanaman, menghasilkan dedaunan dan buah-buahan yang
segar setelah di disiram dengan air hujan dan pada akhirnya dimakan oleh manusia dan hewan
untuk konsumsi. Siklus mata rantai makanan yang berkesinambungan agaknya telah dijelaskan
secara baik dalam ayat ini. Tentunya harus disertai dengan prinsip efisiensi dalam
memanfaatkan produksi.
Ayat yang berkaitan dengan faktor produksi Tenaga Kerja dalam Surat Huud : 61
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu
dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, Karena itu mohonlah ampunan-Nya,
Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)."
Kata kunci dari faktor produksi tenaga kerja terdapat dalam kata
wasta’marakum yang berarti pemakmur. Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini
diharapkan oleh Allah untuk menjadi pemakmur bumi dalam pemanfaatan tanah dan alam yang
ada. Kata pemakmur mengindikasikan untuk selalu menjadikan alam ini makmur dan tidak
menjadi penghabis (aakiliin) atau perusak alam (faasidiin). Manusia dengan akalnya yang
sempurna telah diperintahkan oleh Allah untuk dapat mengolah alam untuk kesinambungan
alam. Nampaklah segala macam kegiatan produksi bergantung kepada siapa yang
memproduksi. Manusia diharapkan dapat menjadi pengolah alam menuju kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Ayat yang berkaitan dengan faktor produksi Modal dalam Surat Al-Baqarah : 272
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang
memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik
yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya untuk kamu sendiri. Dan janganlah
kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta
yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup kamu
sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).
Modal sangat penting dalam kegiatan produksi baik yang bersifat tangible asset
maupun intangible asset. Kata apa saja harta yang baik menunjukkan bahwa manusia diberi
modal yang cukup oleh Allah untuk dapat melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhannya
secara materi. Modal dapat memberikan makna segala sesuatu yang digunakan dan tidak habis.
Secara ekonomi harapan dari modal mengdapatkan hasil yang lebih. Dari hasil yang lebih terus
diputarkan mendapatkan keuntungan yang maksimal (profit) dan pada akhirnya tercapailah
optimalisasi dari modal.
Hadits yang berkaitan dengan prinsip produksi.
HR Bukhari Muslim – “Tidak ada yang lebih baik dari seseorang yang memakan makanan,
kecuali jika makanan itu diperolehnya dari hasil jerih payahnya sendiri. Jika ada seseorang di
antara kamu mencari kayu bakar, kemudian mengumpulkan kayu itu dan mengikatnya dengan
tali lantas memikulnya di punggungnya, sesungguhnya itu lebih baik ketimbang meminta-
minta kepada orang lain.”
HR Thabrani dan Dailami – “Sesunggguhnya Allah sangat suka melihat hamba-Nya yang
berusaha mencari rezeki yang halal”
HR Thabrani – “Berusaha mencari rezeki halal adalah wajib bagi setiap muslim”
Hadit diatas menjelaskan tentang prinsip produksi dalam Islam yang berusaha
mengolah bahan baku (dalam hal ini kayu bakar) untuk dapat digunakan untuk penyulut api
(kompor pemanas makanan) dan dari tungku yang dipanaskan oleh kayu bakar ini
menghasilkan suatu makanan yang dapat dikonsumsi. Nampaklah bahwa terjadi siklus
produksi dari pemanfaatan input berupa kayu bakar yang melalui proses sedemikian rupa
berupa pemanasan makanan yang pada akhirnya menghasilkan output berupa makanan yang
dapat dikonsumsi oleh manusia.
HR Bukhari – Nabi mengatakan, “Seseorang yang mempunyai sebidang tanah harus
menggarap tanahnya sendiri, dan jangan membiarkannya. Jika tidak digarap, dia harus
memberikannya kepada orang lain untuk mengerjakannya. Tetapi bila kedua-duanya tidak dia
lakukan – tidak digarap, tidak pula diberikan kepada orang lain untuk mengerjakannya – maka
hendaknya dipelihara/dijaga sendiri. Namun kami tidak menyukai hal ini.”
Hadits tersebut memberikan penjelasan tentang pemanfaatan faktor produksi berupa
tanah yang merupakan faktor penting dalam produksi . Tanah yang dibiarkan begitu saja tanpa
diolah dan dimanfaatkan tidak disukai oleh Nabi Muhammad SAW karena tidak bermanfaat
bagi sekelilingnya. Hendaklah tanah itu digarap untuk dapat ditanami tumbuhan dan tanaman
yang dapat dipetik hasilnya ketika panen dan untuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa
pangan, penggarapan bisa dilakukan oleh si empunya tanah atau diserahkan kepada orang lain.
Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan
produksi yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen.
Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk
menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Beberapa
implikasi mendasar bagi kegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan, antara lain:
Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami, kegiatan
produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan, permasalahan ekonomi muncul
bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks.
7. Fungsi Pasar
Pasar mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai sarana distribusi, pembentukan harga, dan
sebagai tempat promosi. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli.
Di pasar tersebut penjual menawarkan barang atau jasa kepada pembeli. Fungsi pasar
selanjutnya sebagai:

- Penetapan nilai: memecahkan WHAT dijawab D dan Uang yang mendukung daya
beli.
- Mengorganisasi produksi menjawab HOW dengan penggunaan SDA secara efisien
yaitu pengolahan dengan biaya hasil output yg kompetitif.
- Mendistribusikan barang/jasa menjawab FOR WHOM juga berkaitan dengan
produktivitas.
- Penjatahan ini inti dari teori harga
- Menyediakan keperluan yang akan datang: Tabungan, Investasi.

8. Pasar Dalam Islam


Pasar yang selama ini berkembang khususnya di Indonesia hanya tertuju pada upaya
pemaksimalan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya semata dan cenderung terfokus
pada kepentingan sepihak. Sistem tersebut nampaknya kurang tepat dengan sistem ekonomi
syariah yang menekankan konsep manfaat yang lebih luas pada kegiatan ekonomi termasuk
didalamnya mekanisme pasar dan pada setiap kegiatan ekonomi itu mengacu kepada konsep
maslahat dan menjunjung tinggi asas-asas keadilan. Selain itu pula, menekankan bahwa
pelakunya selalu menjunjung tinggi etika dan norma hukum dalam kegiatan ekonomi. Realisasi
dari konsep syariah itu memiliki tiga ciri yang mendasar yaitu prinsip keadilan, menghindari
kegiatan yang dilarang dan memperhatikan aspek kemanfaatan. Ketiga prinsip tersebut
berorientasi pada terciptanya sistem ekonomi yang seimbang yaitu keseimbangan antara
memaksimalkan keuntungan dan pemenuhan prinsip syariah yang menjadi hal mendasar dalam
kegiatan pasar.

Anda mungkin juga menyukai