Anda di halaman 1dari 2

LEBARAN KU

Malam begitu cerah, suara takbir terus terdengar, hari kemenangan semakin dekat. Lebaran
tahun ini sedikit berbeda, larangan mudik membuat ku tidak bisa berjumpa dengan orang
tua. Aku tidak tahu bagaimana perasaan orang tua ku jika tahu aku tidak bisa mudik. Tidak
ingin aku terlarut dalam kesedihan, aku memutuskan untuk pergi ke masjid dan ikut
takbiran di sana. Walaupun tidak bisa berkumpul dengan keluarga, tapi setidaknya disini
saya bisa mendapatkan keluarga baru. Takbir terus diucapkan hingga tak terasa Jam terus
berlalu hingga larut malam, aku memutuskan untuk kembali ke kamar ku untuk merehatkan
tubuhku. . Akupun mulai beristirahat dan terlelap dalam dunia mimpi.
Waktu berlalu, hari berganti, hari kemenangan untuk masyarakat muslim telah tiba, yaa hari
ini adalah hari lebaran, hari besar yang sudah sangat ditunggu oleh orang muslim,
kesempatan untuk mereka bisa berkumpul bersama keluarga, makan bersama, memakai
baju baru, dan pastinya mencoba berbagai kuliner khas lebaran. Membayangkan semua itu
membuatku tersenyum, tapi sayang hari ini aku tidak bisa berkumpul bersama keluargaku.
Setelah melihat jam, aku bersiap untuk sholat idul fitri. Saat aku keluar kamar Ternyata di
depan kamarku semua keluarga baruku disini sudah menungguku, melihatnya terbesit rasa
hangat di dalam diriku.
“ Assalamu’alaikum semuanya” (sapa ku kepada mereka)
“ Wa'alaikumussalam…akhirnya kamu keluar juga, ayuk kita berangkat”
Sesampainya ditempat sholat ied,aku melihat banayak anak perantau yang tidak bisa pulang
ke kampung halaman mereka. Walaupun tidak bisa mudik, tetapi wajah mereka masih
melihatkan pancaran kebahagiaan. kami mencari tempat yang nyaman karena sholat sudah
akan dimulai. Setelah sholat selesai aku kembali ke kamar dan bermaksud ingin
menghubungi keluargaku di kampung halaman, namun sebelum aku menghubungi mereka,
kakak ku tertua justru sudah menghubungi ku terlebih dahulu. Setelah aku menggeser
tombol hijau di ponselku di sana terlihat wajah orang tua ku, kakak-kakak ku, dan semua
saudaraku. Senang rasanya melihat mereka semua.
“Assalamu’alaikum semuanya... “ (sapa ku kepada semua keluargaku)
“ Wa’alaikumussalam adek” (jawab orangtua ku)
“ Wa’alaikumussalam Tante” (jawab semua keponakanku) suara mereka yang
menggemaskan ingin rasanya aku menculik mereka...
“Adek gimana kabarnya?” (tanya orangtua ku)
“Alhamdulillah bapak, ibu, adek sehat... Bapak dan Ibu gimana? Sehatkan?”
“Alhamdulillah adek, bapak sama ibu sehat”....
“Alhamdulillah....kakak sama keponakan aunty gimana? Sehatkan?”
“Sehat aunty....”..sahut mereka satu persatu...
Setelah menanyakan keadaan mereka semua, Kemudian aku meminta maaf kepada
orangtua ku...
“Bapak, Ibuk, maaf ya... Lebaran tahun ini adek belum bisa pulang ke rumah dan
berkumpul.bersama semuanya, dan maafkan adek jika selama ini adek belum bisa
membahagiain bapak dan ibuk, maafkan adek juga, jika adek punya salah sama bapak dan
ibu...”
“iya adek tidak apa-apa... Bapak sama ibu juga meminta maaf kalau bapak dan ibu selama
mendidik kamu ada salah ya dek...”. Ucap ibu yang diakhiri dengan senyuman.
Entah kenapa rasa bersalah ini semakin menguasaiku, dan entah kenapa air mata ini justru
mengalir tanpa permisi,.... Aku sudah tidak mampu menatap wajah bapak dan ibuku, aku
berusaha untuk menyembunyikan air mataku...
“Adek jangan nangis, InsyaaAllah tahun depan kita bisa berkumpul lagi ya...” (ucap kakak ku)
“iya... Aunty jangan nangis, nanti mata aunty kayak panda loh...” (sahut keponakan nakalku)
Mendengar perkataan keponakanku akupun sedikit tertawa... Ada-ada saja dia...
“Adek jaga kesehatan ya disana, jangan sedih terus, nanti kalau sudah boleh pulang, adek
bisa berkumpul lagi di sini. Jika ada masalah adek jangan lupa juga cerita sama bapak, ibu,
atau sama kakakmu...” (ucap bapak setelah dari tadi bapak hanya diam)
“iya pak...”
Melihat wajah bapak sama ibu, aku tahu sebenarnya ada kesedihan yang mereka
sembunyikan, ada rasa rindu juga yang mereka tahan, tapi aku tahu kalau mereka tidak
ingin mebuat ku bersedih lagi.
Setelah sesi tangis menangis, keponakanku cerita lebaran di sana, suara mereka seperti
antusias sekali, dan ingin rasanya aku mencubit mereka. Setelah sudah puas melepas rindu
walaupun hanya secara virtual, tapi lega rasanya bisa melihat kebahagiaan keluarga ku di
sana, kemudian aku pamit ke bapak ibu, karena aku tahu jika masih banyak tamu yang
datang kerumah.
Setelah menutup ponsel ku, ada suara ketukan dari kamar ku, setelah ku buka ternyata
teman-temanku datang dan membawa makanan. Mereka memgajak ku untuk halal bi halal
dan makan bersma. Senang rasanya bisa berkumpul dengan mereka. Setidaknya dengan
berkumpul dengan mereka, rasa rinduku pada kampung halaman dan lebaran khas
kampung halaman bisa terobati. Dan aku bersyukur masih bisa merasakan indahnya lebaran
dengan tenang, karena di luar sana, masih banyak orang yang tidak bisa merasakan lebaran.
Aku berharap semoga di lebaran tahun ini, aku bisa menjadi lebih bermanfaat lagi.

Anda mungkin juga menyukai