Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK IX

FIQH IBADAH DAN MUAMALAH

HARTA, PEMBAHASAN TENTANG HARTA DAN PERMASALAHANNYA

Disusun oleh

Kelompok Ix

DEJU HARPENDA 2212010080

ARIF ABDURRAHMAN 2212010141

DOSEN PEMBIMBING :

Mufti Ulil Amri, MA

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN IMAM BONJOL PADANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini tentang "Harta
Dan permasalahannya".Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah
ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga karya makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Padang, jumat 1 september 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan ............................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Pengertian Harta..............................................................................................2

B. Macam Macam Harta........................................................................................3

C. Kedudukan Harta.............................................................................................................6

D. Fungsi Harta Dalam islam................................................................................................7

BAB 3 PENUTUP..................................................................................................8
A. Kesimpulan......................................................................................................................8

B. Saran...............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Harta merupakan keperluan hidup yang sangat penting dan merupakan salah satu dari
perhiasan kehidupan dunia. Secara alami manusia akan terdorong untuk mencurahkan tenaga
untuk menghasilkan harta yang bisa digunakan untuk menyambung hidupnya. Kebutuhan
kebutuhan manusia itu sangat beragam dan tidak mungkin terpenuhi dengan mengisolasi diri dari
sesamanya

Harta adalah benda berharga yang dimiliki manusia. Karena harta itu manusia dapat
memperoleh apapun yang dikehendakinya. Namun, harta juga dapat menjadi ujian karena dapat
menyilaukan manusia sehingga melupakan kewajiban kewajiban agama dan sosialnya. Oleh
karena itu, penting untuk memahami permasalahan yang terkait permasalahan yang terkait dengan
harta agar dapat mengelolanya dengan baik.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Definisi Harta
2. Jelaskan macam macam harta
3. Apakah kedudukan harta
4. Apakah fungsi harta

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi harta
2. Untuk mengetahui macam macam harta
3. Untuk mengetahui kedudukan harta
4. Untuk mengetahui fungsi harta

1
BAB II

PEMBAHASAN

HARTA dan PERMASALAHANNYA

A. Pengertian Harta
Harta atau mal jamaknya amwal, secara etimologis mempunyai beberapa arti yaitu
condong, cenderung, dan miring. Karena memang manusia condong dan cenderung untuk
memiliki harta. Ada juga mengartikan al-mal dengan sesuatu yang menyenangkan manusia dan
mereka menjaganya, baik dalam bentuk materi maupun manfaat. Ada juga yang mengartikan
dengan sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh manusia baik berupa benda tampak seperti emas,
perak, binatang, tumbuhan, maupun yang tidak tampak, yakni manfaat seperti kendaraan, pakaian,
dan tempat tinggal. Oleh karena itu,menurut etimologis,sesuatu yang tidak dikuasai manusia tidak
bisa dinamakan harta, seperti burung di udara, ikan di dalam air, pohon di hutan, dan barang
tambang yang ada di bumi.
Adapun pengertian harta secara terminologis, yaitu sesuatu yang diinginkan manusia
berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu akan memberikannya atau menyimpannya. Sesuatu yang
tidak dapat disimpan tidak bisa disebut harta. Karena itu, menurut Hanafiah manfaat dan milik
tidak disebut harta. atau harta adalah sesuatu zat (‘ain), yang berharga bersifat materi yang berputar
di antara manusia. Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah pasal 1 ayat (9) amwal (harta)
adalah benda yang dapat dimiliki, dikuasai, diusahakan, dan dialihkan, baik benda berwujud
maupun tidak berwujud, baik benda terdaftar maupun tidak terdaftar, baik benda yang bergerak
maupun tidak bergerak dan hak yang mempunyai nilai ekonomis. Pengertian harta dalam
kompilasi hukum ekonomi syariah lebih lengkap dan lebih luas.1
Adapun konsep harta yang berkembang di kalangan jumhur fuqaha mazhab Malikiyah,
syafi’iyah dan Hanabilah adalah: sesuatu yang naluri manusia cenderung kepadanya dan dapat
diserahterimakan dan orang lain terhalang mempergunakannya.
Pengertian diatas mengisyaratkan pandangan mereka bahwa harta tidak terbatas pada materi
melainkan juga manfaat.

1
Mardani, Fiqh ekonomi Syariah, (Jakarta: kencana), 2012. Hlm.59-60.

2
Implikasi dari perbedaan konsep harta terlihat pada dua contoh berikut ini. Apabila
seseorang mengambil manfaat harta orang lain (Ghasab), menurut jumhur fuqaha’ pemilik harta
berhak menurut ganti rugi.karena menurut pandangan jumhur manfaat atau kegunaan barang
merupakan unsure terpenting dari harta. Nilai harta sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas
manfaatnya.
Dari beberapa pengertian yang disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa unsure harta
ada empat:
1. Bersifat materi (‘aniyah), atau mempunyai wujud nyata.
2. Dapat disimpan untuk dimiliki (qabilan lit-tamlik)
3. Dapat dimanfaatkan (qabilan lil-intifa’)
4. Uruf (adat atau kebiasaan) masyarakat memandangnya sebagai harta.2

B. Macam-macam Harta
Ulama membagi harta dilihat dari segi antara lain :
1. Dilihat dari aspek kebolehan memanfaatkannya oleh syara’, harta dibagi kepada
mutaqawwim dan ghairu mutaqawwim. Yang di maksud mutaqawwim yaitu sesuatu yang
boleh dimanfaatkannya menurut syara’. Adapun ghairu mutaqawwim yaitu sesuatu yang
tidak boleh dimanfaatkannya menurut ketentuan syara’, baik jenisnya, cara
memperolehnya, maupun cara penggunaanya, seperti babi dan khamar termasuk harta
ghairu mutaqawwim karena jenisnya. Sandal yang diperoleh dari hasil mencuri termasuk
ghairu mutaqawwim karena cara memperolehnya yang haram. Uang disumbangkan untuk
membangun tempat pelacuran, termasuk harta ghairu mutaqawwim karena
penggunaannya.
2. Dilihat dari segi jenisnya, harta dibagi menjadi harta manqul dan harta ghairu manqul.
Harta manqul yaitu harta yang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain,
seperti emas, perak, perunggu, pakaian, kendaraan, dan lain-lain. adapun harta ghairu
manqul yaitu harta yang tidak dapat dipindahkan dan dibawa dari satu tempat ke tempat
lain, seperti tanah dan bangunan yang ada diatasnya.
3. Dilihat dari segi pemanfaatannya, harta dibagi kepada harta isti’mali dan istihlaki. Harta
isti’mali yaitu harta yang apabila digunakan atau dimanfaatkan benda itu tetap utuh,

2
Ghufron A.Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 11-12.

3
sekalipun manfaatnya sudah banyak digunakan, seperti kebun, tempat tidur, rumah,
sepatu, dan lain sebagainya. Adapun harta istihlaki yaitu harta yang apabila dimanfaatkan
berakibat akan menghabiskan harta itu, seperti sabun, makanan, dan lain sebagainya.
4. Dilihat dari segi ada atau tidak adanya harta sejenis di pasaran, harta dibagi kepada harta
mitsli dan qimi. Harta mitsli adalah harta yang ada jenisnya dipasaran, yaitu harta yang
ditimbang atau ditakar seperti gandum, beras, dan lain-lain. adapun harta qimi adalah harta
yang tidak ada jenisnya tetapi pada setiap unitnya berbeda dalam kualitasnya, seperti
satuan pepohonan, logam mulia, dan alat-alat rumah tangga.
5. Dilihat dari status harta, harta dibagi kepada mamluk, mubah, dan mahjur. Harta mamluk
adalah harta yang telah dimiliki, baik milik perorangan atau milik badan hukum atau milik
negara. Harta mubah adalah harta yang asalnya bukan milik seseorang seperti, mata air,
binatang buruang darat,laut, pohon-pohonan di hutan, dan buah-buahnya. Harta semacam
ini boleh dimanfaatkan oleh setiap orang, dengan syarat tidak merupakan kelestarian alam.
Adapun harta mahjur adalah harta yang ada larangan syara’ untuk memilikinya, baik
karena harta itu dijadikan harta wakaf maupun diperuntukkan untuk kepentingan umum.
Harta ini tidak dapat dijualbelikan, diwariskan, dihibahkan, atau dipindahtangankan.
6. Harta dilihat dari segi boleh tidak, harta dikelompokkan kepada; mal qabil li al-qismah
(harta yang dapat dibagi) dan mal ghair qabil li al-qismah (harta yang tidak dapat dibagi).
mal qabil li al-qismah adalah harta yang tidak menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan
apabila harta itu dibagi-bagi dan manfaatnya tidak hilang, seperti beras tepung, gandum,
duku, anggur,dan lain sebagainya. Harta ini tidak rusak dan mafaatnya tidak hilang.
Adapun mal ghair qabil li al-qismah adalah harta yang menimbulkan suatu kerugian atau
kerusakan atau hilang manfaatnya, bila harta itu dibagi-bagi, misalnya gelas, kursi, meja,
mesin,dan lain sebagainya.
7. Dilihat dari segi berkembang atau tidaknya harta itu, baik hasilnya itu melalui upaya
manusia maupun dengan sendirinya berdasarkan ciptaan Allah, maka harta dibagi kepada:
harta ashl (pokok) dan harta al-samar (harta hasil). Harta ashl adalah harta yang
menghasilkan misalnya: rumah,tanah, pepohonan, dan susu kambing atau sapi.
8. Dilihat dari segi pemiliknya, harta dibagi kepada harta khas dan harta ‘am. Harta khas
adalah harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain, tidak boleh diambil manfaatnya
tanpa disetujui pemiliknya. Adapun harta ‘am adalah harta milik umum (bersama) yang

4
boleh diambil mafaatnya, misalnya sungai, jalan raya, masjid, dan lain sebagainya. Harta
ini disebut dengan fasilitas umum.
9. Dilihat dari segi harta yang berbentuk benda dan harta yang berbentuk tanggungan, harta
dibagi kepada: harta ‘ain dan harta dayn. Harta ‘ain adalah harta yang berbentuk benda
seperti rumah,mobil, beras, dan lain sebagainya. Harta ‘ain terbagi menjadi dua, yaitu
harta ‘ain dzati qimah,yaitu benda yang memiliki bentuk yang dipandang sebagai harta
karena memiliki nilai. Harta ‘ain dzati qimah meliputi: benda yang dianggap harta dan
boleh diambil manfaatnya, benda yang dianggap harta dan tidak boleh diambil
manfaatnya, benda yang dianggap sebagai harta yang ada sebangsanya, benda yang
dianggap harta yang tidak ada atau sulit dicari seumpamanya, benda yang dianggap harta
yang berharga dan dapat dipindahkan (bergerak), benda yang dianggap harta yang
berharga dan tidak dapat dipindahkan (benda tidak bergerak). Adapun ‘ain ghair azati
qimah, yaitu benda yang tidak dapat dipandang sebagai harta karena tidak memiliki harga,
misalnya sebiji beras.

C. Kedudukan Harta
Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah milik
Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah
mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya (QS al-Hadiid: 7).
Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:
”Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya untuk apa
dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa
dipergunakan, serta ilmunya untuk dipergunakan”.

Kedua, status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:


1) Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah
karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
2) Harta sebagai perhiasan perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya
dengan baik dan tidak berlebih-lebihan (Al-Imran: 14). Sebagai perhiasan hidup harta
sering menyebabakan keangkuhan, kesombongan serta kebanggaan diri (Al-Alaq: 6-7)

5
3) Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal cara mendapatkan dan
memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak (Al-Anfal: 28)
4) Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan
muamalah bagi antar sesama manusia, malaui zakat, infak, dan sedekah (At-Taubah: 41,
60: Al Imran: 133-134)

Ketiga, pemilikan narta dapat dilakukan melalui usaha atau mata pencarian yang halal dan
sesuai dengan aturan-Nya (Al-Baqarah: 267)
”Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yng bekerja. Barang siapa yang bekerja keras
mencari nafkah yang halal untuk keluarganya maka sama dengan mujahid di jalan Allah” (HR
Ahmad).
”Mencari rezeki adalah wajib setelah kewajiban yang lain” (HR Thabrani)
”Jika telah melakukan sholat shubuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan sempat
mencari rezeki” (HR Thabrani).

Keempat, dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-
Takatsur: 1-2), melupakan Zikrullah/mengingat Allah (al-Munafiqun: 9), melupakan sholat dan
zakat (an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang saja (al-Hasyr: 7).

Kelima, dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba, perjudian,
jual beli barang yang haram, mencuri, merampok, curang dalam takaran dan timbangan, dan
melalui suap menyuap (HR Imam Ahmad)

D. Fungsi Harta Dalam Islam


Fungsi harta sesuai ketentuan syariat Islam adalah sebagai berikut :
1. Kesempurnaan ibadah mahdhah, karena ibadah memerlukan sarana, seperti kain dan
mukena untuk menutup aurat.
2. Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, karena
kefakiran dapat membawa kepada kekufuran.
3. Meneruskan estafet kehidupan, karena Allah melarang meninggalkan generasi penerus
yang lemah dalam bidang ekonomi. (QS. An-Nisa/4:9)

6
4. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat.
5. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu.
6. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, sehingga orang kaya dapat
memberikan pekerjaan kepada orang miskin.
Sebenarnya bisa saja diperluas fungsi harta, akan tetapi tidak boleh dalam penggunaannya
bertentangan dengan syariat Islam, karena harta itu akan dipertanggungjawabkan kepada Allah di
akhirat kelak.3

3
Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ah, (Jakarta : Kencana, 2012), hlm. 61-65.

7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Harta adalah sesuatu yang dimiliki manusia sesuai tabiatnya,baik manusia itu
akan memberikannya ataupun menyimpanya.
2. Macam-macam Harta :
a. Mutaqawwim dan gairu mutagawwim
b. Manqul dan gairu manqul
c. Isti'mal dan istihlak
d. Mitsli dan qimi
e. Mamluk, mubah dan mahjur
f.Mal qobil lil alqismah dan mal gairi qobil lil alqismah
g. ashl dan alsamar
h. Khas dan 'am
I. 'Ain dan dayn
3. Kedudukan Harta
a. Pemilik mutlak harta adaah allah
b. Harta sebagai amanah dari allah
c. Harta didapat dari hasil usaha
d. Dilarang mencari harta hingga lupa akhirat
e. Dilarang memperoleh harta dari cara yang haram
4. Fungsi Harta
a. Menyempurnakan ibadah
b. Memelihara dan meningkatkan keimanan
c. Meneruskan estafet kehidupan
d. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat
e. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu

8
B. Saran
Tentunya penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah diatas masih ada
kesalahan. Adapun nantinya segera melakukan perbaikan susunan makalah dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca

9
DAFTAR PUSTAKA
Mardani, Fiqh ekonomi Syariah, (Jakarta: kencana), 2012. Hlm.59-60.
Ghufron A.Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.
11-12Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ah, (Jakarta : Kencana, 2012), hlm. 61-65.
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, Kepemilikan-harta-
makalah, https://repositori.uin-alauddin.ac.id Teuku Muhammad Shiddieqy, Pengantar
Hukum Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001), hlm 345 H. Hendi Suhendi,
Fiqih Muamalah…, hlm.10 Hendi suhendi, 2008. fiqh muamalah, rosda karya, bandung
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/nuraliaumm/61deb3f106310
e55686b5b23/kepemilikan-dalam-islam

10

Anda mungkin juga menyukai