Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN, ASAL-USUL, MACAM-MACAM, KEDUDUKAN,

FUNGSI DAN PEMBAGIAN HARTA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Fiqh Muamalah
Program Studi Hukum Keluarga Islam Kelompok Satu
Fakultas Syariah Dan Hukum Islam
IAIN Bone

OLEH :
KELOMPOK 2

1. SITTI NUR FAOZIYAH


Nim : 742302019002
2. ELLA
Nim : 742302019009

DOSEN PEMBIMBING
HJ. ANDI DARNA, S.HI., M.H.

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BONE

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita sehingga dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Pengertian, Asal-usul, Macam-macam,
Kedudukan, Fungsi Dan Pembagian Harta” dan shalawat serta salam kita curahkan
kepada Nabi Muhammad yang membawa kita menuju zaman yang lebih baik.

Kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang membantu dalam


mencari referensi buku serta masukan-masukan tentang makalah kami nantinya.
Makalah ini dapat digunakan sebagai sarana menambah pengetahuan dan referensi
dalam belajar.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf atas
ketidaksempurnaan makalah ini, mengingat keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan
adanya kritik dan saran yang membangun terhadap penulisan makalah ini.

Watampone, 2 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................2

C. Tujuan Penelitian .............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3

A. Pengertian Harta .............................................................................3

B. Asal-usul Harta...............................................................................4

C. Macam-macam Harta.....................................................................5

D. Kedudukan Harta............................................................................6

E. Fungsi Harta....................................................................................7

F. Pembagian Harta.............................................................................8

BAB III PENUTUP ......................................................................................11

A. Kesimpulan ....................................................................................11

B. Saran ..............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Harta merupakan komponen pokok dalam kehidupan manusia, unsur
dlaruri yang tidak urg ditinggalkan begitu saja. Dengan harta, manusia dapat
memenuhi segala kebutuhannya, baik yang bersifat materi atau immateri.
Dalam kerangka memenuhi kebutuhan tersebut, terjadilah hubungan
horizontal antarmanusia (mu‟amalah), karena pada dasarnya tidak ada
manusia yang sempurna dan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, akan
tetapi saling membutuhkan dan terkait dengan manusia lainnya.
Dalam konteks tersebut, harta hadir sebagai objek transaksi, harta yang
dijadikan objek dalam transaksi jual beli, sewa-menyewa, partnership
(kontrak kerja sama), atau transaksi ekonomi lainnya. Selain itu, dilihat dari
karakteristik dasarnya (nature), harta juga urg dijadikan sebagai objek
kepemilikan, kecuali terdapat urge yang menghalanginya.
Islam memandang keinginan manusia untuk memperoleh, memiliki,
dan memanfaatkan harta sebagai sesuatu yang lazim, dan urgen. Harta
diperoleh, dimiliki, dan dimanfaatkan manusia untuk memenuhi hajat
hidupnya, baik bersifat materi maupun non materi. Manusia berusaha sesuai
dengan naluri dan kecenderungan untuk mendapatkan harta.
Al-Qur‟an memandang harta sebagai sarana bagi manusia untuk
mendekatkan diri kepada Khaliq-Nya, bukan tujuan utama yang dicari dalam
kehidupan. Dengan keberadaan harta, manusia diharapkan memiliki sikap
derma yang memperkokoh sifat kemanusiannya. Jika sikap derma ini
berkembang, maka akan mengantarkan manusia kepada derajat yang mulia,
baik di sisi Tuhan maupun terhadap sesam manusia.
Oleh karena itu, harta dalam perspektif Al-Qur‟an sangat menarik untuk
dibahas lebih lanjut dalam makalah ini baik dalam hubungannya kepada sang
Khaliq, maupun harta yang bersifat materi maupun non materi.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian harta?
2. Bagaimana asal-usul harta?
3. Apa macam-macam harta?
4. Bagaimana kedudukan harta?
5. Apa fungsi harta?
6. Bagaimana pembagian harta?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mendeskripsikan pengertian harta.
2. Mengetahui asal-usul harta.
3. Mengetahui macam-macam harta.
4. Mendeskripsikan kedudukan harta.
5. Mengetahui fungsi harta.
6. Menjelaskan pembagian harta.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HARTA
Secara etimologi, harta dalam bahasa Arab disebut al-Mal, berasal dari
kata ‫ يال يًيم ييال‬mempunyai arti condong, cenderung atau miring. Karena
manusia cenderung ingin memiliki dan menguasai harta. al-Mal juga
diartikan segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara,
baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat.
Di dalam kamus Lisan al-’Arab karya Ibnu Manzur diterangkan bahwa
kata ‫ يال‬berasal dari kata kerja ‫ يهج‬، ‫ حًا ل‬، ‫ يهج‬، ‫يٕ ل‬
ّ . Jadi, ‫ يال‬didefinisikan
sebagai “segala sesuatu yang dimiliki”. Berkata Sibawaihi, diantara bentuk
imalah yang asing dalam bahasa Arab ialah ‫( يال‬mal) yang bentuk jamaknya
‫( أيٕال‬amwal). Dalam Mukhtar al-Qamus, kata al-mal berarti ‟apa saja yang
dimiliki‟, kata tamawwalta ( ‫حًٕنج‬
ّ ) berarti ‟harta kamu banyak karena orang
lain‟, kata multahu ( ّ‫ ) يهخ‬berarti “kamu memberikan uang pada seseorang”.
Secara terminologi, pengertian al-Mal menurut ulama Hanafiyah:

‫يا يًيم أنيّ طبع االَساٌ ٔيًكٍ أرخاسِ أنٗ ٔقج انحاجت‬

“Segala yang diinginkan oleh tabiat manusia dan memungkinkan untuk


disimpan hingga saat dibutuhkan.”1

Menurut Jumhur ulama, al-Mal (harta):

َّ‫كم يا نّ قيًت يهضو يخهفٓا بضًا‬


“Segala sesuatu yang mempunyai nilai, dan dikenakan ganti rugi bagi
orang yang merusak atau melenyapkannya”.2
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal atau jamaknya al-amwal. Harta
(al-mal) menurut kamus Al-Muhith tulisan Al Fairuz Abadi, adalah ma
malaktahu min kulli syai (segala sesuatu yang engkau punyai). Menurut

1
Teungku Muhammad Ash-Shiddiqie, Pengantar Fiqh Muamalah, (t.c; Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2009), h. 137.
2
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh muamalah, (t.c; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), h. 19.

3
istilah syar‟i harta diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada
sesuatu yang legal menurut syara‟ (Islam) seperti jual beli, pinjaman,
konsumsi dan hibah atau pemberian. Berdasarkan pengertian tersebut, harta
meliputi segala sesuatu yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari
(duniawi), seperti uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan rumah
tangga, hasil perkebunan, hasil perikan-lautan, dan pakaian.

B. ASAL-USUL HARTA
Islam tidak membatasi cara seseorang dalam mencari dan memperoleh
harta selama yang demikian itu tetap diberlakukan dalam prinsip umum yang
berlaku yaitu halal dan baik. Asal-usul harta dalam Islam antara lain :
1. Ikraj Al Mubahat
Untuk harta yang mubah (belum dimilki oleh seseorang). Sesuai hadist
yang disebutkan bahwa harta yang tidak termasuk dalam harta yang
dihormati(milik yang sah) dan tidak ada penghalang syara' untuk dimilki.
Contoh ikan di sungai, air hujan, dan lain-lain.
2. Khalafiyah
Bertempatnya seorang atau sesuatu yang baru bertempat ditempat yang
lama, kha;afiyah ada dua macam :
1) Khalifah syakhsy'an syaksysi, waris menempati tempat si muwaris
dalam memiliki harta yang ditinggalkan oleh muwaris
2) Khalifah syai'an, Apabila seorang merugikan milik orang lain kemudian
rusak ditangannya, maka wajiblah dibayar harganya dan diganti
kerugiankerugian pemilik harta tersebut.
3. Tamwull Min Ta Mamluk
Segala yang terjadi dari benda yang telah dimiliki menjadi hak bagi
yang memiliki benda tersebut .Misalnya, bulu domba menjadi hak milik
bagi pemilik domba.
4. Bil Uqud
Barang atau harta itu dimiliki karena melalui akad, contoh lewat jual
beli, sewa menyewa, hibah, dan lain-lain.3

3
Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, (t.c; Bogor: Gh.ia Indonesia,
2011), h. 35-37.

4
C. MACAM-MACAM HARTA
1. Harta Mutaqawwim dan GhairMutaqawwim
Harta Mutaqawwim adalah sesuatu yang boleh diambil manfaatnya
menurut syara‟. Atau semua harta yang baik jenisnya maupun cara
memperoleh dan penggunaanya. Harta GhairMutaqawwim adalah sesuatu
yang tidak boleh diambil manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya
maupun cara penggunaanya.
2. Mal Mitsli dan Mal Qimi
Harta Mitsli adalah benda-benda yang ada persamaan dalam
kesatuan-kesatuannya, dalam arti dapat berdiri sebagaimana di tempat
yang lain tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai. Harta Qimi adalah
benda-benda yang kurang dalam kesatuan-kesatuannya karena tidak dapat
berdiri sebagian di tempat sebagian yang lainnya tanpa ada perbedaan.
3. Harta Istihlak dan Harta Isti‟mal
Harta Istihlak adalah sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaanya
dan manfaatnya secara biasa kecuali dengan menghabiskannya. Harta
Istihlak terbagi menjadi dua, yaitu: IstihlakHaqiqi adalah suatu benda yang
menjadi harta yang secara jelas (nyata) zatnya habis sekali digunakan.
IstihlakBuquqi adalah suatu harta yang sudah habis nilainya bila telah
digunakan tetapi zatnya masih tetap ada. Harta Isti‟mal adalah sesuatu
yang dapat digunakan berulanag kali dan materinya tetap terpelihara. Harta
isti‟mal tidaklah habis dengan satu kali menggunakan tetapi dapat
digunakan lama menurut apa adanya.
4. Harta Manqul dan Harta Ghair Manaqula.
Harta Manqul adalah segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak)
dari satu tempat ke tempat lainya baik tetap ataupun berubah kepada
bentuk yang lainnya seperti uang, hewan, benda-benda yang ditimbang
atau diukur. Harta GhairManaqul adalah sesuatu yang tidak bisa
dipindahkan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.4

4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (t.c; Jakarta: Raja Grafindo, 2002), h. 9-10.

5
D. KEDUDUKAN HARTA
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqh persoalan harta
dimasukkan ke dalam salah satu al-dharuriyyat al-khamsah (lima keperluan
pokok), yang terdiri atas: agama, jiwa, akal keturunan dan harta. Selain
merupakan salah satu keperluan hidup yang pokok bagi manusia, harta juga
merupakan perhiasan kehidupan dunia, sebagai cobaan (fitnah), sarana untuk
memenuhi kesenangan dan sarana untuk menghimpun bekal bagi kehidupan
akhirat.
1. Allah berfirman: Surat At-Taghaabun: 15:
َّ َٔ ۚ ٌ‫ِإََّ ًَا ٓ أ َ ْي َٰ َٕنُ ُك ْى َٔأ َ ْٔ َٰنَذُ ُك ْى فِخَُْت‬
َ ‫ٱَّللُ ِعُذَ ٓۥُِ أَجْ ٌش‬
‫ع ِظي ٌى‬
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS. At-Taghabun:
15).
2. Harta sebagai sarana untuk memenuhi kesenangan, Allah berfirman:
Surat Ali-Imran: 14:

‫ض ِت‬َّ ‫ب َٔ ْٱن ِف‬


ِ َْ َّ‫ط َشةِ ِيٍَ ٱنز‬َ َُ‫يش ْٱن ًُق‬ ِ ‫سا ٓ ِء َٔ ْٱنبَُِيٍَ َٔ ْٱنقَ ََُٰ ِط‬ َ ُِّ ‫ث ِيٍَ ٱن‬
ِ َٕ َٰ َٓ ‫ش‬ َّ ‫اط حُبُّ ٱن‬ ِ َُّ‫ُص ِيٍَّ ِنه‬
ِ َّ َٔ ۖ ‫د ۗ َٰرَنِكَ َي َٰخ َ ُع ْٱن َحيَ َٰٕةِ ٱنذُّ َْيَا‬
ِ ‫ٱَّللُ ِعُذَ ۥُِ ُحس ٍُْ ْٱن ًََٔاا‬ ِ ‫س َّٕ َي ِت َٔ ْٱْل َ َْ َٰعَ ِى َٔ ْٱن َح ْش‬
َ ًُ ‫َٔ ْٱن َخ ْي ِم ْٱن‬
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-
lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali-Imran: 14).
3. Harta sebagai sarana untuk menghimpun bekal menuju kehidupan
akhirat, Allah berfirman: Surat Al-Baqarah: 262.

‫ال أَرًٖ ۙ نَّ ُٓ ْى أ َجْ ُش ُْ ْى‬ ۟ ُ‫ٱَّللِ ث ُ َّى َال يُخْ ِبعٌَُٕ َيا ٓ أََفَق‬
ٓ َ َٔ ‫ٕا َيًُّا‬ َ ٗ‫ٱنَّزِيٍَ يُُ ِفقٌَُٕ أ َ ْي َٰ َٕنَ ُٓ ْى ِف‬
َّ ‫سبِي ِم‬
ٌََُٕ َ‫ع َه ْي ِٓ ْى َٔ َال ُْ ْى َيحْ ض‬ ٌ َْٕ ‫ِعُذَ َس ِبّ ِٓ ْى َٔ َال خ‬
َ ‫ف‬
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian
mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan
menyebutnyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si
penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada

6
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati”.(QS. Al-Baqarah: 262).5

E. FUNGSI HARTA
Fungsi harta sangat banyak, di antara sekian banyak fungsi harta
sebagai berikut:
1) Kesempurnaan ibadah mahdhah, karena ibadah memerlukan sarana, seperti
kain dan mukena untuk menutup aurat.
2) Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT, karena kefakiran dapat membawa kepada kekufuran.
3) Untuk meneruskan kehidupan dari suatu periode ke periode berikutnya,
sebagaimana firman Allah: Surat An-Nisa: 9:

۟ ُ‫ٱَّللَ َٔ ْنيَقُٕن‬
‫ٕا قَ ْٕ ًال‬ َّ ‫ٕا‬۟ ُ‫عهَ ْي ِٓ ْى فَ ْهيَخَّق‬ ۟ ُ‫ض َٰعَفًا خَاف‬
َ ‫ٕا‬ ۟ ‫ش ٱنَّزِيٍَ نَ ْٕ ح ََش ُك‬
ِ ً‫ٕا ِي ٍْ خ َْه ِف ِٓ ْى رُ ِ ّسيَّت‬ َ ‫َٔ ْنيَ ْخ‬
‫سذِيذًا‬
َ
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa‟: 9).
4) Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan
akhirat. Nabi SAW bersabda:
“Masalah akhirat, dan yang meniggalkan masalah akhirat untuk
urusan dunia, sehingga seimbang di antara keduanya, karena masalah
dunia adalah menyampaikan manusia kepada masalah akhirat”.
5) Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menuntut
ilmu tanpa biaya akan terasa sulit, misalnya, seseorang tidak dapat kuliah
di perguruan tinggi, jika ia tidak memiliki biaya.
6) Untuk memutar (men-tasharruf) peran-peran kehidupan, yakni adanya
pembantu dan tuan, adanya orang kaya dan miskin yang saling
membutuhkan, sehingga tersusunlah masyarakat yang harmonis dan
berkecukupan.
5
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (cet.1; Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. 191.

7
7) Untuk menumbuhkan silaturahmi, karena adanya perbedaan dan keperluan
antara satu sama lain. Firman Allah: Surat Al-Hasyr: 7:
‫ا َي ُكٌَٕ دُٔنَ ًۢتً َبيٍَْ ْٱْل َ ْغُِ َيا ٓ ِء ِيُ ُك ْى‬
“Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di
antara kamu.”. (QS. Al-Hasyr: 7).
Penggunaan harta dalam ajaran harus senantiasa dalam pengabdian kepada
Allah dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah. Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik
harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka membantu
sesama manusia.6

F. PEMBAGIAN HARTA
Berdasarkan konsensus Para Fuqoha‟ bahwa harta membagi menjadi
sejumlah bagian yang bagiannya berdampak atau berhubungan dengan
beragam hukum (ketetapan), diantara pembagiannya ialah :
1. Mal Mutaqawwim: Berdasarkan pendapat Wahbah Zuhaili al-mal al
mutaqawwim ialah harta yang dijangkau atau diperoleh insan dengan
suatu upaya, dan diperbolehkan oleh syara‟ untuk memanfaatkannya.
Seperti; petani garam, nelayan ikan laut dan lain-lain.
2. Al mal ghairu al-mutaqawwim ialah: harta yang belum dijangkau atau
dicapai dengan suatu usaha, maksudnya harta tersebut belum sepenuhnya
berada dalam genggaman kepemilikan insan.Seperti; ikan dilaut, minyak
di perut bumi dan lain-lain”. 7
3. Mal Mitsli, Al-mal al-mitsli ialah harta yang jenisnya mudah didapatkan
di pasaran (secara persis tanpa adanya perbedaan atas format fisik atau
bagian-bagiannya). Harta mitsli bisa dikelompokkan menjadi 4 bagian:
1) benda-benda yang bisa ditimbang. Seperti; garam, ikan, cabe dan lain-
lain
2) benda-benda yang bisa ditukar ditakar. Seperti; beras, terigu dan lain-
lain.
3) barang-barang yang diukur. Seperti; kain, stiker dan lain-lain

6
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (cet.2; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.73.
7
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (t.c; Jakarta: Raja Grafindo, 2002), h. 25.

8
4) benda-benda yang bisa dihitung.Seperti; telur, apel, jeruk, salak, dan
lain-lain.
4. Al-mal al-qimy ialah harta yang jenisnya sulit di dapatkan di pasaran,
atau bisa di dapatkan tapi jenisnya lain (tidak persis) kecuali dalam nilai
harganya. Seperti; domba, tanah, kayu dan lain-lain.
5. Mal Istihlaki, Al-mal istihlaki ialah sesuatu yang tak bisa diambil
manfaat dan kegunaannya secara biasa, melainkan dengan
menghabiskannya.Dengan kata lain, benda yang dengan sekali kita
memakainya, habislah dia. Seperti; makanan, minuman, kayu api, BBM
dan lain sebagainya.
6. Isti‟maili ialah sesuatu yang dimanfaatkan dengan memakainya berulang-
ulang kali dalam materinya tetap berpelihara.Dengan kata lain, tidaklah
habis atau binasa dengan sekali pakai, tetapi bisa dipakai lama
berdasarkan penbisa tabiatnya masing-masing. Seperti; perkebunan,
pakaian, rumah, tempat tidur dan lain sebagainya”.8
7. Mal Manqul, Al-mal manqul ialah segala harta yang boleh diangkut
(dipindahkan) dan dibawanya dari suatu tempat ketempat yang lain.
Seperti; uang, harta perdagangan dan lain-lain.
8. Al-mal ghairu manqul („iqar) ialah sebaliknya, sesuatu yang tidak bisa
dipindahkan dan dibawa dari suatu tempat ketempat yang lain. Seperti;
tanah, rumah dan lain sebagainya”.
9. Ain dan Dain, Al-mal al-„Ain ialah harta yang berformat benda, seperti
rumah, mobil, pakaian dan lain sebagainya. Harta „ain dibagi atas 2 dua,
diantaranya ialah:
1) harta„ain dzatiqimah, yakni benda yang mempunyai format yang
dipandang sebagai harta, sebab mempunyai nilai yang dipandang
sebagai harta
2) harta„ain ghoir dzatiqimah yakni benda yang tidak bisa dipandang
sebagai harta, seperti sebiji beras atau tepung. Almal al-dain ialah
sesuatu yang berada dalam tanggung jawab.

8
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah Membahas
Hukum Pokok Dalam Interaksi Sosial-Ekonomi, (t.c; Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009),
h.143-147.

9
10. Mal mamluk, Mal mamluk ialah sesuatu yang masuk dibawah
kepemilikan, baik milik perorangan maupun milik badan hukum, seperti
pemerintah atau yayasan.
11. Mal mubah ialah sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang,
seperti air di mata air, binatang buruan di darat, di laut, pohon-pohon di
hutan dan buah-buahannya.
12. Mal mahjur ialah sesuatu yang tidak boleh dipunyai sendiri dan
memberikan kepada orang lain berdasarkan penbisa syari‟ ahad akalanya
benda tersebut berupa benda wakaf atau benda yang dikhususkan untuk
masyarakat umum, seperti jalan raya, masjid, kuburan dan lain
sebagainya”.
13. Mal khasdan dan mal „am, Mal khas ialah harta pribadi yang tidak
bersekutu dengan yang lain. Harta ini tidak bisa diambil manfaatnya atau
digunakan kecuali atas kehendak atau seizing pemiliknya. Mal‟am ialah
harta milik umum atau milik bersama, semua orang boleh mengambil
manfaatnya sesuai dengan ketepatan yang telah disepakati bersama oleh
umum atau penguasa”.9

9
Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, (t.c; Yogyakarta: Teras, 2011), h.15.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal atau jamaknya al-amwal. Menurut
istilah syar‟i harta diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada
sesuatu yang legal menurut syara‟ (Islam) seperti jual beli, pinjaman,
konsumsi dan hibah atau pemberian. Berdasarkan pengertian tersebut, harta
meliputi segala sesuatu yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-
hari (duniawi), seperti uang, tanah, kendaraan, rumah, dan lain-lain.
2. Asal-usul harta islam tidak membatasi cara seseorang dalam mencari dan
memperoleh harta selama yang demikian itu tetap diberlakukan dalam
prinsip umum yang berlaku yaitu halal dan baik, asal-usul harta dalam islam
antara lain; ikraj al mubahat, khalafiyah, tamwull min ta mamluk, bil uqud.
3. Macam-macam harta dalam islam antara lain; harta mutaqawwim dan
ghairmutaqawwim, mal mitsli dan mal qimi, harta istihlak dan harta
isti‟mal, harta manqul dan harta ghair manaqula.
4. Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqh persoalan harta
dimasukkan ke dalam salah satu al-dharuriyyat al-khamsah (lima keperluan
pokok), yang terdiri atas: agama, jiwa, akal keturunan dan harta.
5. fungsi harta yaitu; kesempurnaan ibadah mahdhah, memelihara dan
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada allah swt, untuk
meneruskan kehidupan dari suatu periode ke periode berikutnya, untuk
menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat,
untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, untuk memutar (men-
tasharruf) peran-peran kehidupan dan untuk menumbuhkan silaturahmi.
6. Pembagian harta antara lain; mal mutaqawwim, al mal ghairu al-
mutaqawwim, mal mitsli, al-mal al-qimy, mal, istihlaki, isti‟maili, mal
manqul, al-mal ghairu manqul, mal ain dan dain, mal mamluk, mal mubah,
mal mahjur, mal khasdan dan mal „am.

11
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku
manusia biasa menyadari adanya beberapa kesalahan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik maupun saran bagi kami yang bersifat membangun agar
kami tidak melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang
selanjutnya dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA
Djuwaini, Dimyauddin, Pengantar Fiqh muamalah, t.c; Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2008
Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, cet.2; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007
Huda, Qomarul, Fiqh Muamalah, t.c; Yogyakarta: Teras, 2011
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, cet.1; Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994
Sahrani, Sohari dan Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, t.c; Bogor: Gh.ia Indonesia,
2011
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, t.c; Jakarta: Raja Grafindo, 2002
Teungku, Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah
Membahas Hukum Pokok Dalam Interaksi Sosial-Ekonomi, t.c; Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 2009.

13

Anda mungkin juga menyukai