Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM KEPEMILIKAN TENTANG KEKAYAAN

Dosen Pengampuh :

Johari, Dr.,H.,M.Ag

Di Susun oleh :

Veni Shofia (12220223982)

Aris Nurrahman (12220212504)

Ridho Hakiki (12220215602)

Sukma Satrio Pradana (12220210848)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN SYRIF KASIM RIAU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktu, Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, Kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Puji syukur (penyusun) panjatkan kepada
Allah SWT, karena atas rahmat-NYA yang berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik sesuai dengan kemampuan kami.

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Hormat kami

Pemalakah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1. Latar Belakang............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................................1

BAB 11............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.............................................................................................................................2

2.1 HARTA......................................................................................................................................2

2.2 KEPEMILIKAN HARTA.........................................................................................................4

2.3 Perlindungan Islam Terhadap Harta..........................................................................................7

BAB III.........................................................................................................................................11

PENUTUP.....................................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................11

3.2 Saran.......................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harta dalam pandangan Islam adalah milik Allah. Allah-lah penguasa tertinggi
dari harta tersebut. Kemudian harta tersebut diberikan Allah kepada manusia agar bisa
dimanfaatkan, dimiliki serta dijaga sebagaimana semestinya. Harta merupakan kebutuhan
inti manusia. Secara umum, harta merupakan sesuatu yang disukai manusia, seperti hasil
pertanian, perak dan emas. Harta yang telah didapat harus dimanfaatkan serta dijaga.
Setiap muslim yang memiliki sejumlah harta tertentu boleh memiliki dan
mengembangkan harta tersebut, guna kemaslahatan hidupnya. Namun dalam
pemanfaatan dan pengembangan harta tersebut haruslah sesuai dengan ketentuan hukum
Islam. Dalam islam kedudukan harta merupakan hal penting yang di buktikan bahwa
terdapat lima maqashid syariah yang salah satu diantaranya adalah al-maal atau harta.
Islam meyakini bahwa semua harta di dunia ini adalah milik allahta’ala, manusia hanya
berhak untuk memanfaatkannya saja. Mesipun demikian, islam juga mengakui hak
pribadi seseorang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari harta ?
2. Apa yang dimaksud dengan kepemilikan harta ?
3. Bagaimana perlindungan islam terhadap harta benda seseorang ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian tentang harta
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kepemilikan harta
3. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan islam terhadap harta benda seseorang

1
BAB 11

PEMBAHASAN
2.1 HARTA
Harta secara etimologi adalah setiap barang atau segala sesuatu yang benar-benar
dimiliki, diawasi dan dimanfaatkan oleh seseorang baik harta itu berwujud dan
mengandung manfaat.1 Sedangkan kamus bahasa Indonesia, kata harta adalah barang-
barang (uang dan lain sebagainya) yang menjadi kekayaan, atau barang-barang yang
menjadi milik seseorang.2

Dalam bahasa Arab, kata harta disebut (‫ )امالؿ‬berasal dari kata ( ‫موال‬-‫) ماؿ–ميوؿ‬
yang berarti condong, cenderung, dan miring. Manusia cenderung ingin memiliki dan
menguasai harta.3 Menurut Ibn al-Asi>r ‫ امالؿ‬pada dasarnya berarti emas dan perak yang
dimiliki, kemudian dikembangkan maknanya dan menjadi mutlak bahwa ‫ امالؿ‬adalah apa
saja yang dimiliki.4 Sedangkan dalam kitab Dustur r al-‘Ulama’ disebutkan bahwa ‫امالؿ‬
adalah apa-apa yang mendatangkan manfaat.5

Dalam Ilmu Fiqh Islam beberapa kelompok fuqaha mendefinisikan makna harta
secara terminologi diantaranya sebagai berikut:6

a. Madzab Hanafi
Harta adalah sesuatu yang memungkinkan untuk disimpan guna memenuhi hajat
sewaktu dibutuhkan. Sebagaian lain mendifinisikan bahwa harta adalah sesuatu yang
menjadi kecendrungan tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan hingga
waktu dibutuhkan, baik yang dapat berpindah maupun tetap. Sebagaian yang lain
menambahkan definisi dengan “dapat ditukar dan ditiadakan”.

1
Imam Buchori dan Siti Musfiqoh, Sistem Ekonomi Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014),
109.
2
Indonesia, Kamus Bahasa, 512.
3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers 2016), 09.
4
Muha}mmad bin Mukrim bin Manzur al-Ifriqi, Lisan al-‘Arab, juz 11 (Beirut: Da Sadir, 1414 H), 635-
634.
5
Abdn al-Nabi bin ‘Abd al-Rasul al-Ahmad Nakari, Dustur al-‘Ulama’ Jami’ al-‘Ulum fiIstiaha al-Fun>n,
Juz1(Bairut: Dar al-Kutub al-ilmiyyah, 2000), 134.
6
Munir, Harta dalam Perspektif Alquran, 105-107.

2
b. Madzab Maliki
Harta adalah sesuatu yang memungkinkan proses pemilikan yang mendapat
perlindungan hukum tatkala pemilikan tersebut terganggu oleh upaya pemilikan orang
lain. Sementara sebagian yang lain dari kelompok ini juga mendifinisikan harta adalah
sesuatu yang yang dapat memberikan kepuasan, pemanfaatannya dapat dibenarkan
oleh adat dan syariat. Sebagian yang lain juga mendifinisikan bahwa harta adalah
sesuatu yang menurut kebiasaan dapat dikategorikan sebagai kekayaan dan
memungkinkan dijadikan ganti untuk kepentingan lain.
c. Madzab Syafi’I
Harta adalah sesuatu yang mempunyai nilai jual dan tidak disia-siakan oleh
manusia, meskipun dalam jumlah yang kecil atau sesuatu yang di dalamnya terdapat
manfaat yang diakui oleh syara’ dan adat kebiasaan. Dalam hal ini kriteria Madzab
Syafi’i sama dengan Madzab Maliki.
d. Madzab Hambali
Harta adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan secara mutlak setiap saat, baik
dalam keadaan perlu maupun tidak. Sesuatu yang tidak memiliki nilai guna secara
syara’, tidak dapat dikategorikan sebagai harta. Demikian juga, sesuatu yang nilai
gunayang diperbolehkan, melainkan pengecualian. Hal ini karena kebolehan sesuatu
yang tidak diperbolehkan kecuali pada waktu darurat, kebolehannya sangat terbatas.

Harta merupakan sesuatu yang dicintai manusia dan dapat digunakan pada saat
dibutuhkan.7 Harta dinilai oleh Allah sebagai qiyaman yaitu sarana pokok kehidupan
(QS. An-Nisa’ 4 : 5).8 Harta merupakan anugerah Allah yang merupakan alat untuk
mencapai tujuan hidup jika diusahakan dan dimanfaatkan secara benar. Sebaliknya, harta
juga bisa menjerumuskan ke dalam kehinaan jika diusakan dan dimanfaatkan tidak sesuai
dengan ajaran Islam.9

7
Syaparuddin, “Prinsip-prinsip Dasar Alquran Tentang Prilaku Konsumsi”, Ulumuna Vol. XV No. 2,
(Desember, 2012), 359.
8
M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran, Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan Umat, (Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2007), 403.
9
Unun Rodhotul Jannah “Preferensi Konsumsi dalam Islam; Telaah Atas Konsep Maslahah Pada Perilaku
Konsumsi,” Justitia Islamica STAIN Ponorogo Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember, 2008), 85.

3
Islam sebagai ajaran yang memberikan perhatian yang cukup besar terhadap
masalah harta ini. Harta sebagai sendi kehidupan manusia bermasyarakat diakui
kebenarannya. Manusia yang bertabiat senang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya
dan berat dalam mengeluarkannya untuk kepentingan orang lain. Islam juga mengatur
bagaimana cara memperoleh harta yang dipandang sah dan bagaimana cara
membelanjakan sesuai dengan kedudukan harta bagi manusia, dan sesuai pula dengan
kedudukan manusia sebagai makhluk sosial, tanpa mengabaikan wujud manusia sebagai
individu yang mempunyai pembawaan berbagai macam kecenderungan.10

2.2 KEPEMILIKAN HARTA


Kepemilikan atau dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Milkiyah yang berarti
Memiliki sesuatu dan sanggup bertindak secara bebas terhadapnya (Suhrawardi 2012).
Dan secara syarakepemilikan berarti hubungan terhadap sesuatu yang menghalangi pihak
lain berkuasa atasnya serta membebaskan pemiliknya melakukan semua jenis transaksi
atau memanfaatkannya selagi tidak ada syarayang menghalanginya. Sesuatu itu dapat
berupa harta benda (zat) atau hanya berupa nilai dan manfaat.
Orang lain tidak berhak menggunakan, memanfaatkan, atau bertanggung jawab
atas kepemilikan yang kita peroleh sampai ada hal yang bisa membatalkan kepemilikan
kitaseperti adanya transaksi jual beli, hibah, sodaqoh, atau wakaf, Selain itu ada pula
penyebab yang membuat pemilik suatu harta tidak bisa bertindak atas hartanya
Penyebabnya antara lain: seperti, gila, sakit ingatan hilang akal atau masih terlalu kecil
sehingga belum paham memanfaatkan barang Landasan hukum kepemilikan telah
tercatat dalam QS. Almaidah :120 yang berbunyi,
‫ِهّٰلِل ُم ْلُك الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِض َو َم ا ِفْيِهَّن ۗ َو ُهَو َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِدْيٌࣖر‬

Artinya: Milik Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya dan
Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.
Menurut ulama Hanafiyah, al-Milku (kepemilikan) lebih umum daripada harta
(Wahbah Zuhaili) Pada dasamya harta bisa untuk dimiliki, hanya saja terkadang muncul
suatu hal dalam suatu keadaan yang menjadikannya tidak bisa untuk dimiliki. Seperti
10
Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan KeIslaman; Seputar Filsafat, Hukum, Politik, dan
Ekonomi, (Bandung: Mizan, 1993), 197-198.

4
harta yang bersifat umum untuk memenuhi kebutuhan publik, misalnya jalanan, sungai,
laut, museum dan lain-lain. Harta merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan
manusia, karena harta termasuk 5 asas (dharuriyatul khamsi) yang wajib dilindungi oleh
setiap manusia. Dan manusia hanyalah ditugaskan untuk mengurus dan menjaga harta
tersebut, karena pemilik mutlak yang sesungguhnya itu hanyalah Allah SWT.

‫يقول العبد مالي مالي إنما له ِم ن ماله ثالٌث ما أكل فأفنى أو لبس فأبلى أو أعطى فاقتنى وما سوى ذلك فهو ذاهب و‬
‫تاركه للناس‬.
Artinya: "Manusia selalu mendaku: 'Hartaku! Hartaku!' Padahal harta yang ia
miliki itu hanyalah tiga, yaitu: (1) Yang ia makan lalu sirna, (2) Atau yang ia kenakan
lalu akan usang, (3) Atau yang ia beri, maka itu yang akan menghasilkan kebaikan.
Adapun selain dari itu, maka akan lenyap dan ia tinggalkan untuk orang lain." (HR
Muslim)
Kepemilikan harta dalam islam selalu dilihat dari dua sisi, yaitu hubungannya
dengan sesama manusia, dan yang lebih penting hubungannya dengan Allah swt. Pemilik
memiliki hak dan kewajiban atas hartanya terhadap manusia dan Allah swt. Sehingga
menunjukan kepada kita, bahwa memiliki harta bukanlah suatu yang dilarang dan bukan
juga bebas memiliknya tanpa tuntutan.
Harta bukanlah tujuan hidup kita di dunia ini, melainkan sebagai wasilah yang
nanti akan dimintai pertanggung jawaban bilamana waktunya telah tiba. Dan kekayaan
yang kita miliki harus di peroleh dengan cara yang halal, untuk mencapai Al-falah
(makmur dan sukses) dan Sa'adah Haqiqiyah (kebahagian yang abadi baik di dunia dan
akhirat). Untuk menguasainya pun harus dengan kehendak Allah, barulah seseorang itu
sah atas apa yang ia miliki. Memiliki berarti memanfaatkannya dan mampu
mengembangkannya. Dalam memiliki dan menggunakannya pun ada ketentuan ketentuan
yang telah diatur dalam Islam.
Dalam masalah ekonomi kekinian, dunia ini telah mengenal berbagai sistem
perekonomian yang telah mencapai titik puncak dan kebobrokannya sekaligus. Kita
mengenal istilah ekonomi liberal/kapitalis, yang berpandangan bahwa kepemilikan harta
adalah sesuatu yang bebas dimiliki tanpa memandang sebuah batasan. Sehingga upaya
mendapatkan profit sebanyak mungkin menjadi motif yang mendorong dan
menggerakkan aktivitas perekonomian. Sistem ini berakibat terkonsentrasinya kekayaan

5
di tangan sekelompok orang saja, sehingga terjadi banyak pengangguran dan praktek-
praktek monopoli sumber daya alam dan industri. Akibatnya, sistem kapitalisme gagal
dalam menciptakan stabilisais perekonomian dan jaminan kehidupan yang makmur bagi
umat manusia. (Wahbah Zuhaili : ).
Sedangkan sistem yang kedua, ialah sistem ekonomi sosialis. Yakni sistem yang
berlandaskan pada berbagai asas bahwa berbagai macam sarana adan sumber produksi
dikuasai oleh negara, seperti industri, pertanian, kekayaan alam dan pelayanan-pelayanan
publik. Sehingga yang terjadi adalah tidak ada istilah kepemilikan individu dan
kebebasan ekonomi secara mutlak bagi individu kecuali pada batasan yang diperbolehkan
dan diatur oleh masyarakat.
Dalam sistem sosialis, kepemilikan pribadi tidak dihapuskan sama sekali, karena
kepemilikan barang-barang konsumtif berupa peralatan rumah tangga, uang dan komoditi
masih diakui. Dan kepemilikan terhadap barang-barang konsumtif baru bisa berpindah ke
tangan orang lain melalui yang tergambar dalam bentuk kepemilikan negara.
Sedangkan sistem ekonomi islam adalah sistem yang adil dan berada diantara
sistem kapitalis dan sosialis. Atau lebih tepatnya sistem ekonomi dan sosial Islam adalah
sistem yang berdiri sendiri dan memiliki pandangan dan konsep sosial sendiri. Islam
mengakui nilai eksistensi individu, sebagaimana juga mengakui hak-hak masyarakat
umum. Sehingga Islam menciptakan keseimbangan diantara keduanya karena sistem
ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai
Islam. Dan sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al-Quran, As-Sunnah,
ijma’ dan qiyas.

‫ يأتي على الناس زمان ال يبال‬: ‫ عن النبي صلى ﷲ عليه وسلم قال‬,‫عن أبي هريرة رضي ﷲ عنه‬
. )‫المرء ما أخذ منه أمن الحالل أم من الحرام (رواه بخارى‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Akan datang
kepada manusia suatu masa yang mana sesorang tidak peduli darimana ia mendapatkan
harta, apakah dari yang halal atau yang haram”. (HR. Bukhari).

Harta benda yang dimiliki, yang ditipkan Allah kepada manusia haruslah
dipergunakan dengan baik, untuk menambah ketaatan dalam beribadah serta meningkat

6
keimanan kepada Allah. Jangan karena harta benda menjadikan seseorang lalai akan
perintah Allah.

2.3 Perlindungan Islam Terhadap Harta


Konsep mengenai harta dan kepemilikan merupakan salah satu pokok bahasan yang
penting dalam Islam. Harta atau dalam bahasa arab disebut al-maal secara bahasa berarti
condong, cenderung atau miring. Sedangkan secara istilah diartikan sebagai segala
sesuatu yang sangat diinginkan oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya.
Ibnu Najm mengatakan, bahwa harta kekayaan, sesuai dengan apa yang ditegaskan
oleh ulama-ulama ushul fiqh, adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan disimpan untuk
keperluan tertentu dan hal itu terutama menyangkut yang kongkrit. Menurut para fuqaha,
harta dalam perspektif Islam bersendi pada dua unsur; Pertama, unsur 'aniyyah dan
Kedua, unsur 'urf. Unsur 'aniyyah berarti harta itu berwujud atau kenyataan (a'yun).
sebagai contoh, manfaat sebuah rumah yang dipelihara manusia tidak disebut harta, tetapi
termasuk milik atau hak. Sedangkan. unsur 'urf adalah segala sesuatu yang dipandang
harta oleh seluruh manusia atau oleh sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara
sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat yang bersifat madiyyah
maupun ma'nawiyyah.
Dalam Islam kedudukan harta merupakan hal penting yang dibuktikan bahwa terdapat
lima maqashid syariah yang salah satu diantaranya adalah al-maal atau harta. Islam
meyakini bahwa semua harta di dunia ini adalah milik Allah ta'ala, manusia hanya berhak
untuk memanfaatkannya saja. Meskipun demikian, Islam juga mengakui hak pribadi
seseorang. Untuk itu Islam mensyariatkan peraturan- peraturan mengenai muamalah
seperti jual beli, sewa-menyewa, gadai menggadai, dan sebagainya, serta melarang
penipuan, riba dan mewajibkan kepada orang yang merusak barang orang lain untuk
membayarnya, harta yang dirusak oleh anak-anak yang di bawah tanggungannya, bahkan
yang dirusak oleh binatang peliharaannya sekalipun.

Perlindungan Islam terhadap harta benda. seseorang tercermin dalam firmanNya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-

7
suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu" (Q.S. An-Nisa: 29-32).

Pembagian Jenis-jenis Harta

1. Harta Mutaqawwim dan Harta Ghair al- mutaqawwim


Harta mutaqawwim ialah segala sesuatu yang dapat dikuasai dengan
pekerjaan dan dibolehkan syara' untuk memanfaatkannya. Maksud pengertian
harta ghair al-Mutaqawwim merupakan kebalikan dari harta mutaqawwim, yakni
segala sesuatu yang tidak dapat dikuasai dengan pekerjaan dan dilarang oleh
syara' untuk memanfaatkannya.

2. Mal Mitsli dan Mal Qimi


Harta mitsli dan qimi sebagai sesatu yang memiliki persamaan atau
kesetaraan di pasar, tidak ada perbedaan yang pada bagian bagiannya atau
kesatuannya. harta yang ada duanya atau dapat ditukar dengan hal serupa dan
sama disebut mitsli dan harta yang tidak duanya atau berbeda secara
tepat disebut qimi.
3. Mal Istihlak dan Mal Isti'mal
Harta istihlak merupakan harta yang penggunaannya hanya sekali pakai
sedangkan harta isti'mal harta yang penggunaannya bisa berkali-kali pakai.
4. Mal Manqul dan Mal Ghair al-Manqul
Harta manqul yaitu harta yang dapat dipindahkan dan diubah dari tempat
satu ketempat yang lain, baik tetap pada bentuk dan keadaan semula ataupun
berubah bentuk dan keadaannya dengan perpindahan dan perubahan tersebut.
Sedangkan harta ghair al- manqul maksudnya segala sesuatu yang tetap (harta
tetap), yang tidak mungkin dipindahkan dan diubah posisinya dari satu tempat
ketempat yang lain menurut asalnya, seperti kebun, rumah, pabrik, sawah dan
lainnya.
5. Harta 'Ain dan Dayn
Harta 'ain yaitu harta yang berbentuk. sedangkan, harta dayn harta yang
menjadi tanggung jawab seperti uang yang dititipkan ke orang lain.

8
6. Harta Nafi'i
Harta nafi'i yaitu harta yang tidak berbentuk
7. Harta Mamluk, Mubah dan Mahjur
Harta mamluk yaitu harta yang statusnya memilikik kepemilikian baik
individu, umum atau negara. harta mubah yaitu hukum harta pada asalnya yaitu
tidak ada yang memiliki. sedangkan, harta mahjur yaitu harta yang tidak boleh
dimilikioleh pribadi.
8. Harta Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi
Pembagian harta ini didasari oleh potensi harta menimbulkan kerugian
atau kerusakan apabila dibagikan. harta yang dapat dibagi yaitu harta tidak
menimbulkan kerugian atau kerusakan apabila dibagikan seperti beras.
sedangkan, harta yang tidak dapat dibagi yaitu harta menimbulkan kerugian atau
kerusakan apabila dibagikan seperti benda-benda mewah.
9. Harta Pokok dan Hasil
Harta pokok ialah harta yang mungkin menumbulkan harta lain atau dalam
istilah ekonomi disebut harta modal.

10. Harta Khas dan 'Am


Harta khas yaitu harta milik individu yang tidak boleh diambil manfaatnya
jika tidak direstui pemiliknya. sedangkah harta am yaitu harta milik umum yang
dibebaskan dalam mengambil manfaatnya.
Selain harta, hal penting dalam bahasan syariah islam yaitu tentang kepemilikan
harta itu sendiri. kepemilikan (al-milkiyyah) adalah istilah hukum Islam yang
menandakan hubungan antara manusia dan harta yang menjadikan harta itu secara khusus
melekat padanya. Berdasarkan definisi ini, perolehan properti oleh seorang individu,
dengan cara yang sah, memberikan hak kepadanya untuk memiliki hubungan eksklusif
dengan properti itu, menggunakan atau menanganinya selama tidak ada hambatan hukum
untuk berurusan seperti itu. Pada dasarnya menurut firman Allah SWT sesungguhnya
seluruh harta atau kekayaan adalah milik Allah SWT seperti firmannya pada Ayat alquran
surat Al-maidah:20 "Dan ingatlah ketika musa berkata kepada kaumnya: hai kaumku,
ingatlah nikmat allah atasmu keika ia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan.

9
dijadikannya kamu orang-orang yang merdeka, dan diberikannya kepadamu apa-apa yang
belum pernah diberikan kepada seseorangpun diantara umat umat yang lain." Dalam
Islam kepemilikan harta dibagia atas kepemilikan pribadi atau individu, kepemilikan
bersama atau komunal/umum dan kepemilkan milik negara.
Islam mengakui kepemilikan individu asal didapatkan dan dibelanjakan dengan cara
yang syar'i. harta pribadi dalam penggunaanya tidak boleh memiliki dampak negatif
terhadap pihak lain. selain itu, individu bebas dalam pemanfaatan harta miliknya secara
produktif, melindungi harta tersebut dan memindahkannya dengan dibatasi oleh syariat
yang ada. hal ini untuk mengurangi kesia-siaan. dalam kepemilikan harta.
Selain kepemilikan pribadi Islam juga mengakui kepemilikan umum dan Negara.
kepemilikan umum meliputi mineral padat, cair dan gas yang asalnya dari dalam perut
bumi. benda benda tersebut dimasukkan ke dalam golongan milik umum karena memiliki
kebermanfaatan besar bagi masyarakat dan menyangkut hajat hidup masyarakat itu sendiri
sehingga dimasukkan kedalam golongan harta milik umum dan dikelola oleh negara.
sedangkan, harta milik negara yaitu segala bentuk penarikan yang dilakukan oleh negara
secara syari kepada dilakukan oleh negara secara syari kepada masyarakatnya seperti
pajak, hasil pengelolahan pertanian, perdagangan dan industri yang masuk kedalam kas
negara. harta milik negara ini kemudian dibelanjakan untuk kepentingan warganya.

) ‫ى رسول ﷲ عن اضاعة المال (رواه بخارى و مس ل م‬

Artinya: “Rasulullah SAW melarang membuangbuang harta”. (HR. Bukhori dan


Muslim).

10
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Harta secara etimologi adalah setiap barang atau segala sesuatu yang benar-benar
dimiliki, diawasi dan dimanfaatkan oleh seseorang baik harta itu berwujud dan
mengandung manfaat. Sedangkan kamus bahasa Indonesia, kata harta adalah barang-
barang (uang dan lain sebagainya) yang menjadi kekayaan, atau barang-barang yang
menjadi milik seseorang.

Harta merupakan sesuatu yang dicintai manusia dan dapat digunakan pada saat
dibutuhkan.11 Harta dinilai oleh Allah sebagai qiyaman yaitu sarana pokok kehidupan
(QS. An-Nisa’ 4 : 5). Harta merupakan anugerah Allah yang merupakan alat untuk
mencapai tujuan hidup jika diusahakan dan dimanfaatkan secara benar. Sebaliknya, harta
juga bisa menjerumuskan ke dalam kehinaan jika diusakan dan dimanfaatkan tidak sesuai
dengan ajaran Islam.

Kepemilikan atau dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Milkiyah yang berarti
Memiliki sesuatu dan sanggup bertindak secara bebas terhadapnya (Suhrawardi 2012).
Dan secara syarakepemilikan berarti hubungan terhadap sesuatu yang menghalangi pihak
lain berkuasa atasnya serta membebaskan pemiliknya melakukan semua jenis transaksi
atau memanfaatkannya selagi tidak ada syarayang menghalanginya. Sesuatu itu dapat
berupa harta benda (zat) atau hanya berupa nilai dan manfaat.

Perlindungan Islam terhadap harta benda. seseorang tercermin dalam firmanNya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu" (Q.S. An-Nisa: 29-32).
11
Syaparuddin, “Prinsip-prinsip Dasar Alquran Tentang Prilaku Konsumsi”, Ulumuna Vol. XV No. 2,
(Desember, 2012), 359.

11
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat memberikan manfaat bagi
pembaca sekalian. Apabila terdapat saran maupun kritik yang sekiranya ingin
disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila terdapat kesalahan mohon untuk
memaafkan, kami manusia tak ada yang sempurna maupun luput dari kesalahan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Az-Zuhaili, Wahbah. 1989. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Damaskus:Darul Fikri, Jilid IV, VI.

K.Lubis,Suhrawardi.Wajdi,Farid.2012.Hukum Ekonomi Islam, Jakarta Timur:Pena Grafika

Syafi’i Antonio, Muhammad.2007.Pengantar Fiqh Muamalah, STEI Tazkia

Zuhaili, Wahbah. al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu. Damaskus: Darul Fikr, n.d., cet. Ke-4.

Hafidhuddin, Didin. Agar Harta Berkah dan Bertambah. Jakarta: Gema Insani, 2008, Cet. 1.

As-Suyuthi, Muhammad bin Kamal Khalid. 2006. Kumpulan Hadis yang Disepakati 4 Imam.
Jakarta: Pustaka Azzam.

At-Tarmidzi, Imam Hafiz Abi Isa Muhammad ibnu ‘Isa bin Surah.

T.th. Sunan At-Tirmidzi Juz III. Semarang: Toha Putra.

13

Anda mungkin juga menyukai