Anda di halaman 1dari 17

HARTA

Diajukan Untuk Tugas Terstruktur Tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah


Dosen Pengampu : Uswatun Hasanah, M.H.I

Disusun Oleh :
4D
M. Ardiansyah Wibowo (0206213109)
Musfira Septiani (0206216171)
Ruktanti Audyasari (0206216174)
Willy Tezar Nichollas (0206213142)
Yessika Ardelia Siregar (0206213106)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “HARTA”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin.

Medan, 14 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................ 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta .................................................................................................... 2

B. Unsur-Unsur Harta ............................................................................................... 4

C. Macam-Macam Pembagian Harta ...........................................................................4

D. Cara Mendapatkan Harta ........................................................................................7

E. Manfaat Harta ........................................................................................................8

F. Fungsi Harta ...........................................................................................................8

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harta merupakan keperluan hidup yang sangat penting dan merupakan
salah satu dari perhiasan kehidupan dunia.1 Secara alami manusia akan
terdorong untuk mencurahkan tenaga untuk menghasilkan harta yang bisa
digunakan untuk menyambung hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan manusia itu
sangat beragam dan tidak mungkin terpenuhi dengan mengisolasi diri dari
sesamanya. 2
Perjanjian kerja adalah perjanjian yang diadakan oleh dua orang (pihak)
atau lebih. Satu pihak berjanji untuk memberikan pekerjaan dan pihak lain
berjanji untuk melakukan pekerjaan tersebut.3 Perikatan dan perjanjian dalam
konteks fikih muamalah dapat disebut dengan akad. 4 Menurut para ulama fikih,
kata akad didefinisikan sebagai hubungan antara ijab dan kabul sesuai dengan
kehendak syariat yang menetapkan adanya pengaruh (akibat) hukum dalam
obyek perikatan. Akad ini diwujudkan pertama, dalam ijab dan kabul. Kedua,
sesuai dengan kehendak syariat. Ketiga, adanya akibat hukum pada obyek
perikatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan harta?
2. Apa saja unsur-unsur harta?
3. Apa saja macam-macam pembagian harta?
4. Bagaimana cara mendapatkan harta?
5. Apa itu fungsi harta?
6. Apa saja manfaat harta?

1
Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2001), hal. 11.
2
Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Ekonomi Islam, (Bogor: Al-Azhar Press, 2010), hal. 131.
3
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hal. 151.
4
Huda, Fiqh Muamalah, hal. 25.
1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dari harta.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur dari harta.
3. Untuk mengetahui macam-macam harta.
4. Untuk mengetahui cara mendapatkan harta.
5. Untuk mengetahui fungsi harta.
6. Untuk mengetahui manfaat harta.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Harta
Harta di dalam bahasa Arab disebut al-mal atau jamaknya al-amwal (Munawir, 1984).
Harta (al-mal) menurut kamus Al-Muhith tulisan Al Fairuz Abadi, adalah ma malaktahu
min kulli syai (segala sesuatu yang engkau punyai). Menurut istilah syar’i harta diartikan
sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum syara’
(hukum Islam) seperti jual beli, pinjaman, konsumsi dan hibah atau pemberian (An-
Nabhani, 1990). Di dalam Al-Qur’an, kata al-mal dengan berbagai bentuknya disebut 87
kali yang terdapat dalam 79 ayat dalam 38 surah. Berdasarkan pengertian tersebut, harta
meliputi segala sesuatu yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari (duniawi),
seperti uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil
perkebunan, hasil perikan-lautan, dan pakaian termasuk dalam katagori al-amwal. Islam
sebagai agama yang benar dan sempurna memandang harta tidak lebih dari sekedar
anugerah Allah swt yang dititipkan kepada manusia.
Menurut Jumhur ulama, al-mal (harta):

‫كل ما له قيمة يلزم متلفها بضمانه‬


”Segala sesuatu yang mempunyai nilai, dan dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusak
atau melenyapkannya”.

a) Menurut Hanafiyah
Harta adalah segala sesuatu yang dapat diambil, disimpan, dan dapat dimanfaatkan.
Menurut definisi ini, harta memiliki dua unsur, yaitu:5
1) Harta dapat dikuasai dan dipelihara secara nyata. Sesuatu yang tidak bisa
disimpan atau dipelihara secara nyata, seperti ilmu, kesehatan, kemuliaan,
kecerdasan, udara, panas matahari, cahaya bulan, tidak dapat dikatakan harta.
2) Dapat dimanfaatkan menurut kebiasaan. Segala sesuatu yang tidak bermanfaat
seperti daging bangkai, makanan yang basi, tidak dapat disebut harta; atau
bermanfaat, tetapi menurut kebiasaan tidak diperhitungkan manusia, seperti satu
biji gandum, setetes air, segenggam tanah, dan lain-lain. Semua itu tidak disebut
harta sebab terlalu sedikit sehingga zatnya tidak dapat dimanfaatkan, kecuali
kalau disatukan dengan sesuatu yang lain.

5
Materi 3 : Fiqih Muamalah Tentang Konsep Harta (al-mal) | Alawi Library
(alawialbantani.blogspot.com)
3
Salah satu perbedaan dari definisi yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah dan jumhur
ulama adalah tentang benda yang tidak dapat diraba, seperti manfaat. Ulama Hanafiyah
memandang bahwa manfaat termasuk sesuatu yang dapat dimiliki, tetapi bukan harta.
Adapun menurut ulama selain hanafiyah (jumhur),manfaat termasuk harta, sebab yang
penting adalah manfaatnya dan bukan zatnya.

Jadi, perbedaan esensi harta antara ulama Hanafiyah dan Jumhur:


1. Bagi jumhur ulama harta tidak saja bersifat materi, namun juga nilai manfaat yang
terkandung di dalamnya.
2. Adapun menurut ulama mazhab Hanafi harta hanya menyangkut materi, sedangkan
manfaat termasuk ke dalam pengertian hak milik.

Sementara menurut T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, yang dimaksud dengan harta ialah:
1. Nama selain manusia yang diciptakan allah untuk mencukupi kebutuhan hidup
manusia, dapat dipelihara pada suatu tempat, dan dikelola (tasharruf) dengan jalan
ikhtiar.
2. Sesuatu yang dapat dimiliki oleh setiap manusia, baik oleh seluruh manusia maupun
oleh sebagian manusia.
3. Sesuatu yang sah untuk diperjual belikan.
4. Sesuatu yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai (harga).
5. Sesuatu yang berwujud, sesuatu yang tidak berwujud meskipun dapat diambil
manfaatnya tidak termasuk harta.
6. Sesuatu yang dapat disimpan dalam waktu yang lama atau sebentar dan dapat
diambil manfaatnya ketika dibutuhkan.

Menurut Wahbah Zuhaili (1989, IV, hal, 40), secara linguistik, al-mal didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan, dan bisa dimiliki oleh
manusia dengan sebuah upaya (fi'il), baik sesuatu itu berupa dzat (materi) seperti; komputer,
Kamera digital, hewan ternak, tumbuhan, dan lainnya. Adapun berupa manfaat, seperti
kendaraan atau tempat tinggal.

4
Berdasarkan definisi ini, sesuatu akan dikatakan sebagai al-mal, jika memenuhi dua
kriteria;
1) Sesuatu itu harus bisa memenuhi kebutuhan manusia, hingga pada akhirnya bisa
mendatangkan kepuasan dan ketenangan atas terpenuhinya kebutuhan tersebut, baik
bersifat materi atau immateri.
2) Sesuatu itu harus berada dalam genggaman kepemilikan manusia. Konsekuensinya,
jika tidak bisa atau belum dimiliki, maka tidak bisa dikatakan sebagai harta.
Misalnya, burung yang terbang diangkasa, ikan yang berada di lautan, bahan
tambang yang berada di perut bumi, dan lainnya.

B. Unsur-unsur Harta
Menurut para Fuqaha bahwa harta bersendi pada dua unsur, yaitu :
1. Unsur ‘aniyah adalah bahwa harta itu ada wujudnya dalam kenyataan (a’yan), maka
manfaat sebuah rumah yang dipelihara manusia tidak disebut harta, tetapi termasuk
milik atau hak.
2. Unsur ‘urf adalah segala sesuatu yang dipandang harta oleh manusia atau Sebagian
manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya, baik
manfaat madiyah maupun manfaat ma’nawiyah.6

C. Macam-Macam Pembagian Harta 7


1. Harta Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim
Harta mutaqawwim ialah hal yang boleh diambil manfaatnya menurut syara’ atau
semua harta yang baik jenisnya maupun cara memperoleh dan penggunaanya. Harta
ghair mutaqawwim ialah hal yang tidak boleh diambil manfaatnya, baik jenisnya, cara
memperolehnya maupun cara penggunaanya.

2. Mal Mitsli dan Mal Qimi


Mal mitsli ialah sesuatu sesuatu yang ada persamaan dalam kesatuan kesatuannya,
dalam arti dapat berdiri sebagaimana di tempat yang lain tanpa ada perbedaan yang
perlu dinilai. Harta qimi ialah sesuatu sesuatu yang kurang dalam kesatuan kesatuannya
sebab tidak dapat berdiri sebagian di tempat sebagian yang lainnya tanpa ada perbedaan.

6
Harta Fiqih Muamalah | PDF (scribd.com)
7
Suharyanto Arby, "10 Jenis Harta Dalam Islam", September 2015,
https://dalamislam.com/dasar-islam/jenis-harta-dalam-islam
5
3. Harta Istihlak Dan Harta Isti’mal
Harta istihlak ialah hal yang tidak dapat diambil kegunaanya dan manfaatnya secara
biasa kecuali dengan menghabiskannya. Harta istihlak terbagi menjadi dua, yaitu:
Istihlak haqiqi ialah suatu sesuatu yang menjadi harta yang secara jelas (nyata) zatnya
habis sekali digunakan. Istihlak buquqi ialah suatu harta yang sudah habis nilainya bila
telah digunakan tetapi zatnya masih tetap ada. Harta isti’mal ialah hal yang dapat
digunakan berulang kali dan materinya tetap terpelihara. Harta isti’mal tidaklah habis
dengan satu kali menggunakan tetapi dapat digunakan lama menurut apa adanya.

4. Harta Manqul dan Harta Ghair Manaqula


Harta manqul ialah segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak) dari satu tempat
ke tempat lainya baik tetap ataupun berubah kepada bentuk yang lainnya seperti uang,
hewan, sesuatu sesuatu yang ditimbang atau diukur. Harta ghair manaqul ialah hal yang
tidak bisa dipindahkan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.

5. Harta Ain dan Harta Dayn


a. Harta ‘ain
Ialah harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, beras, jambu,
kendaraan (mobil), dan yang lainnya. Harta ‘ain terbagi menjadi dua, yaitu: ‘ain
dzati qimah dan ‘ain ghyar qimah. Harta ‘ain ghyar qimah, yaitu benda yang tidak
dapat dipandang sebagai harta sebab tidak memiliki harga, misalnya sebiji beras.
b. Harta dayn
Ialah: “sesuatu yang berada dalam tanggung jawab.” Seperti uang yang berada
dalam tanggung jawab seseorang. Dalam kaitan ini ulama Hanafiyah berpendapat
bahwa harta tidak dapat dibagi menjadi harta ‘ain dan dayn sebab harta menurut
Hanafiyah ialah sesuatu yang berwujud, maka sesuatu yang tidak berwujud tidaklah
dianggap sebagai harta, misalnya utang tidak dipandang sebagai harta tetapi utang
menurut Hanafiyah adalah washf fi al-dhimmah.

6. Mal Al-‘Ain dan Mal Al-Naf’I (Manfaat)


a. Hata ain al-‘ain ialah benda yang memiliki nilai dan berbentuk (berwujud)
b. Harta naf’i ialah a’radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut perkembangan
masa. Contohnya : listrik, oksigen.

6
7. Harta Mamluk, Mubah, Mahjur
a. Harta mamluk ialah sesuatu yang masuk kebawah milik, milik per orangan atau
milik badan hukum. contohnya : gedung rumah sakit.
b. Harta mubah ialah sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang, seperti air
pada mata air.
c. Harta mahjur ialah sesuatu yang tidak dibolehkan memiliki sendiri dan
memberikan pada orang lain menurut syariat, adakalanya benda itu benda waqaf
ataupun benda yang di khususkan untuk masyarakat umum.
d. Harta mamluk ialah harta perorangan (mustaqil) yang berpautan dengan hak
bukan pemilik, misalnya rumah yang dikontrakkan.
e. Harta mubah ialah “sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang, seperti air
pada mata air, binatang buruan darat, laut, pohon-pohon dihutan dan buah-
buahanya.”
f. Harta mahjur ialah: “sesuatu yang tidak boleh dimiliki sendiri dan memberikan
kepada orang lain menurut syariat, adakalanya benda itu benda wakaf ataupun
benda yang dikhususkan untuk masyarakat umum, sperti jalan raya, masjid-
masjid, kuburan-kuburan, dan yang lainnya”.

8. Harta yang Dapat Dibagi dan Harta yang Tidak Dapat Dibagi
a. Harta yang dapat dibagi ialah harta yang tidak dapat menimbulkan sesuatu
kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi. Contohnya : beras, tepung
dan lainnya.
b. Harta yang tidak dapat dibagi ialah harta yang menimbulkan suatu kerugian atau
kerusakan apabila harta tersebut dibagi-bagi. Contohnya : gelas, kursi, meja,
mesin dan lainnya.

9. Harta Pokok dan Harta Hasil (Buah)


a. Harta pokok ialah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain.
b. Harta hasil ialah harta yang terjadi darinya harta yang lain.

10. Harta Khas dan Harta ‘Am


a. Harta khas ialah harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain, tidak boleh
diambil manfaatnya tanpa direstui pemiliknya
b. Harta ‘am ialah harta milik umum (bersama) yang boleh diambil.
7
D. Cara Mendapatkan Harta
Sebagai kitab yang bersifat global, Al-Qur’an tidak menentukan jenis profesi seseorang
untuk memperoleh harta. Namun demikian, bukan berarti Al-Qur’an membuka peluang bagi
manusia untuk menempuh semua cara, tanpa mempertimbangkan aspek-aspek kemanusiaan
maupun aspek-aspek lainnya yang dapat memindahkan hak orang lain menjadi haknya
dengan cara yang tidak wajar. Karena itu, Al-Qur’an memberikan ajaran yang umum dalam
beberapa ayat, tentang cara memperoleh harta seperti dalam surat Al-Nisa’ ayat 29 [4]:

َ ‫َِل اَ ْن تَ ُك ْونَ تِ َج‬


‫ارةً َع ْن‬ ِ َ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تَأ ْ ُكلُ ْٰٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِب ْالب‬
ٰٓ َّ ‫اط ِل ا‬
َ ُ‫اض ِم ْن ُك ْم ۗ َو ََل تَ ْقتُلُ ْٰٓوا اَ ْنف‬
‫س ُك ْم ۗ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬ َ ‫ا َِّن ه‬
ٍ ‫ّٰللا َكانَ ت ََر‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar
suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah
Maha Penyayang kepadamu”.

Ayat ini melarang orang mukmin untuk memperoleh harta dengan cara yang batil.
Sebaliknya boleh memperolehnya dengan cara jual beli yang tidak diikuti dengan unsur
paksaan, tetapi sama-sama senang. Adapun ayat di atas menyatakan berdagang sebagai cara
memperoleh harta, namun bukan berarti berdagang tersebut merupakan satu satunya usaha
yang boleh dilakukan. Hal ini dapat dipahami dari ayat-ayat lain yang menyatakan bahwa
zakat diambil dari harta-harta orang Islam dalam berbagai profesinya, dan bukan hanya dari
para pedagang belaka.
Pengembangan harta tidak dapat terjadi kecuali dengan interaksi antara manusia dengan
manusia lain, dalam bentuk pertukaran dan bantu membantu. Makna-makna inilah yang
antara lain dikandung oleh penggunaan “antara kamu” dalam firman-Nya yang memulai
uraian menyangkut perolehan harta. Kata “antara” juga mengisyaratkan bahwa interaksi
dalam peroleh harta terjadi antara dua pihak. Harta seakan berada di tengah dan kedua pihak
berada pada posisi ujung yang berhadapan. Keuntungan atau kerugian dan dan interaksi itu
tidak boleh ditarik terlalu jauh oleh masing-masing, sehingga salah satu pihak merugi,
sedang pihak yang lain mendapat keuntungan, sehingga bila demikian harta tidak lagi
berada di tengah atau di “antara”, dan kedudukan kedua pihak tidak lagi seimbang.
8
Perolehan yang tidak seimbang adalah batil, dan yang batil adalah segala sesuatu yang tidak
hak, tidak dibenarkan oleh hukum, serta tidak sejalan dengan tuntunan Tuhan, walaupun
dilakukan atas dasar kerelaan yang berinteraksi.
Karena itulah prinsip ekonomi kapitalis yang dikembangkan Barat, sangat bertentangan
dengan ajaran Al-Qur’an, karena sistem ekonomi kapitalis tersebut mengajarkan cara
memperoleh harta yang tidak memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan serta pemerataan.
Sedangkan Islam menginginkan pemerataan kepada seluruh umat manusia serta
pertimbangan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

E. Manfaat Harta
Dalam Islam, harta merupakan amanah atau titipan yang Allah berikan pada manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia. Harta yang merupakan mutlak milik Allah
tersebut dalam pengembangan dan pemanfaatannya haruslah sesuai dengan syariat yang
sudah ditentukan. Dengan harta, tidak banyak manusia yang dibutakan oleh gemerlapnya
dunia dan lupa akan tujuan diberikannya harta tersebut, seperti pada kasus korupsi dan
penipuan lainnya yang terus mengalami peningkatan. Dalam kegiatan ekonomi cara untuk
mengembangkan harta yaitu dengan jual-beli, investasi, dan syirkah. Sedangkan dalam
pemanfaatannya haruslah digunakan untuk hal yang tidak dilarang dalam Islam yaitu
terhindar dari perbuatan tabdzir (boros), dan ishraf (berlebihan). Penggunaan harta dalam
ajaran Islam harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allah dan dimanfaatkan dalam
rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh
hanya untuk pribadi pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam
rangka membantu sesama manusia. Agar dapat memanfaatkan harta dan menggunakan
dengan baik dan sesuai petunjuk Allah SWT, diperlukan beberapa cara di antaranya:
1. Menentukan prioritas pemanfatan Harta.
2. Prinsip halal dan thayyib dalam konsumsi.
3. Menghindari tabdzir dan israf serta tidak kikir dalam menggunakan harta.

F. Fungsi Harta
Dari berbagai ayat-ayat Al-Qur’an yang membicarakan soal harta diketahui bahwa kata-
kata al-mal dengan berbagai bentuknya pada umumnya disandarkan pada bentuk jamak
yaitu sebanyak 52 kali sehingga dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya harta itu milik
masyarakat dan digunakan untuk fungsi-fungsi sosial.

9
Akan tetapi, Al-Qur’an juga menyebutkan kata al-mal yang dikaitkan dengan individu.
Ini berarti harta itu dapat juga menjadi milik individu yang digunakan untuk kepentingan
pribadi hanya saja perlu dikaitkan dengan individu selalu menunjukkan arti kecaman,
seperti tertera dalam ayat-ayat berikut :
1. Surah Al- Humazah (3)
َ َ ْ َ ٗٓ َ َّ َ ُ َ ْ َ
‫ب ان َماله اخلده‬ ‫يحس‬
“dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya”.

2. Surah Al-Lahab (2)


َ ‫َم ٓا َا ْغ ٰىن َع ْن ُه َم ُاله َو َما َك َس‬
‫ب‬
“Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan”.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada umumnya manusia cenderung memandang
harta sebagai milik individu yang sejati sehingga harta yang diberikan kepadanya itu
disimpan dan ditumpuk untuk kepentingan pribadi, bukan dibelanjakan untuk kepentingan
masyarakat. Padahal cukup banyak perintah untuk beriman didalam Al-Qur’an yang diiringi
dengan menafkahkan harta.
Dalam merealisasikan fungsi sosial dari harta, islam menentang sifat kikir yang
merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi individu dan masyarakat. Sifat kikir
manusia antara lain ditandai dengan perbuatannya menumpuk-numpuk harta dan tidak
dibagi-bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Terdapat banyak ayat yang
mengecam usaha menumpuk harta. Antara lain dalam surah Al-Taubah ayat 34 dan 35.

َّ َ َ ‫َ ُّ َ َّ َ ٰ َ ُ رْٓ َّ َ ر ً ِّ َ ر َ ر َ َ ُّ ر َ َ َ ْ ُ ُ ر َ َ ر‬
‫اس‬
ِ ‫ايها ال ِذين امنوا ِان ك ِث ْيا من اْلحب ِار والرهب ِان ليأ كلون اموال الن‬
َ ُ ‫ْ َّ َ َ ر‬ َ َّ َ ُ ْ َّ ‫َ َ ُ ُّ ر َ َ ر َ ر ه‬ َ ‫ب ْال‬
‫اّٰلل َۗوال ِذ ري َن َيك ِ ز زي رون الذه َب َوال ِفضة َوْل ُين ِفق رون َها‬
ِ ‫اط ِل ويصدون عن س ِبي ِل‬ ‫ب‬
ِ ِ
َ َ َ ‫ز ر َ ر ه َ َ ِِّ ر ُ ر‬
ٍۙ ٍ ‫اب ا ِل ري‬
‫م‬ ٍ ‫اّٰلل فبّشهم ِبع‬
‫ذ‬ ِ ‫ِ يف س ِبي ِل‬
َ ‫َّ ر َ ُ ر ى َ َ ر َ ز ر َ َ َ َّ َ َ ُ ْ ى َ َ ُ ُ ر َ ُ ُ ر ُ ُ ر َ ُ ُ ر ُ ُ ر ى‬
‫م هذا‬ ۗ ‫يوم يحٰم عليها ِ يف ن ِار جهنم فتكوى ِبها ِجباههم وجنوب هم وظهوره‬
َ ‫َ َ زَ زر ُ ر َ ر ُ ُ ر َ ُ ر ُ ر َ ُ ر ُ ر َ ْ ز زُ ر‬
‫ما كيتم ِْلنف ِسكم فذوقوا ما كنتم تك ِيون‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan
rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan
10
(mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah
kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih (34).
(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu
dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada
mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu (35).”

Sebaliknya meskipun Al-Qur’an memerintahkan agar harta dibelanjakan dan tidak


ditumpuk, namun Al-Qur’an juga menggaris bawahi agar harta itu tidak dibelanjakan secara
berlebihan dan melampaui batas.
Fungsi sosial harta antara lain adalah :
a. Berfungsi untuk memelihara manusia, maka hak manusia dalam harta benda harus
dibayarkan sebagaimana mestinya dan jangan ditunda-tunda, seperti membayar upah
karyawan, mengembalikan pinjaman, membayar zakat, membayar emas kawin dan
sebagainya. Funsi-fungsi ini dapat dilihat dalam surah Al-Baqarah ayat 177.
b. Berfungsi untuk memperkokoh tali persaudaraan (ukhuwah), kasih sayang sesama
manusia dan memepersempit jurang pemisah antara kaum aghmia’ dan dhu’afa’
seperti yang disyariatkan dalam surah Al-Ma’arij ayat 24-25.
c. Berfungsi untuk berbuat baik dan mengarahkan kepada kebajikan dalam rangka
mewujudkan masyarakat sejahtera yang setara, merasakan kenikmatan lahir dan
batin.
d. Berfungsi sebagai penggerak dan pendorong bagi kerja sama dalam kehidupan di
dunia. Karena itu, harta harus beredar dan berputar dikalangan masyarakat, bukan
untuk disimpan dan ditimbun, seperti ditegaskan dalam surah Al-Taubah ayat 34.
e. Berfungsi sebagai modal ekonomi dalam kehidupan masyarakat demi kepentingan
bersama bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera.

Meskipun pada prinsipnya harta itu bersifat sosial, tetapi ia dapat juga digunakan untuk
kepentingan individu. Diantara fungsi individual harta antara lain:
1. Untuk mensejahterakan diri pribadi dan keluarga. Seperti tergambar dalam hadist Nabi
yang diriwayatkan oleh Bukhari.
Artinya: “Apabila seorang Muslim memberikan nafkah keluarganya karena berhara
pahala dari Allah, maka nafkah yang diberikan itu menjadi sedekah baginya.”
11
2. Berfungsi sebagai sarana beramal dan beribadah kepada Allah.
3. Berfungsi untuk mengatur kehidupan manusia agar menjadi manusia yang mengetahui
nikmat Allah dan mengetahui bagaimana menggunakan hartanya, seperti dijelaskan
dalam surah Al-A’raf ayat 31.
4. Berfungsi sebagai batu ujian bagi pemiliknya. Allah ingin mengetahui apakah manusia
dengan hartanya itu semakin bertambah imannya atau sebaliknya, seperti diterangkan
dalam surah Al-Munafiqun ayat 9 dan Al-Imran ayat 14.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harta di dalam bahasa Arab disebut al-mal atau jamaknya al-amwal (Munawir, 1984).
Harta (al-mal) menurut kamus Al-Muhith tulisan Al Fairuz Abadi, adalah ma malaktahu
min kulli syai (segala sesuatu yang engkau punyai). Menurut istilah syar’i harta diartikan
sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum syara’
(hukum Islam) seperti jual beli, pinjaman, konsumsi dan hibah atau pemberian.
Menurut para Fuqaha bahwa harta bersendi pada dua unsur, yaitu: Unsur ‘aniyah adalah
bahwa harta itu ada wujudnya dalam kenyataan (a’yan). Unsur ‘urf adalah segala sesuatu
yang dipandang harta oleh manusia atau Sebagian manusia.
Dalam surah An-Nisa Ayat 29: melarang orang mukmin untuk memperoleh harta
dengan cara yang batil. Sebaliknya boleh memperolehnya dengan cara jual beli yang tidak
diikuti dengan unsur paksaan, tetapi sama-sama senang. Adapun ayat tersebut menyatakan
berdagang sebagai cara memperoleh harta, namun bukan berarti berdagang tersebut
merupakan satu satunya usaha yang boleh dilakukan. Hal ini dapat dipahami dari ayat-ayat
lain yang menyatakan bahwa zakat diambil dari harta-harta orang islam dalam berbagai
profesinya, dan bukan hanya dari para pedagang belaka.
Fungsi sosial harta antara lain adalah :
1. Berfungsi untuk memelihara manusia, maka hak manusia dalam harta benda harus
dibayarkan sebagaimana mestinya dan jangan ditunda-tunda, seperti membayar upah
karyawan, mengembalikan pinjaman, membayar zakat, membayar emas kawin dan
sebagainya.
2. Berfungsi untuk memperkokoh tali persaudaraan (ukhuwah), kasih sayang sesama
manusia dan memepersempit jurang pemisah antara kaum aghmia’ dan dhu’afa’.
3. Berfungsi untuk berbuat baik dan mengarahkan kepada kebajikan dalam rangka
mewujudkan masyarakat sejahtera yang setara, merasakan kenikmatan lahir dan batin.
4. Berfungsi sebagai penggerak dan pendorong bagi kerja sama dalam kehidupan di dunia.
Karena itu, harta harus beredar dan berputar dikalangan masyarakat, bukan untuk
disimpan dan ditimbun.
5. Berfungsi sebagai modal ekonomi dalam kehidupan masyarakat demi kepentingan
bersama bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera.

13
DAFTAR PUSTAKA

Huda Qamarul, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2001), hal. 11.


An-Nabhani Taqiyuddin, Sistem Ekonomi Islam, (Bogor: Al-Azhar Press, 2010), hal. 131.
K. Lubis Suhrawardi, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hal. 151.
Huda, Fiqh Muamalah, hal. 25.
Materi 3 : Fiqih Muamalah Tentang Konsep Harta (al-mal) | Alawi Library
(alawialbantani.blogspot.com)
Harta Fiqih Muamalah | PDF (scribd.com)
Arby Suharyanto, "10 Jenis Harta Dalam Islam", September 2015,
https://dalamislam.com/dasar-islam/jenis-harta-dalam-islam

14

Anda mungkin juga menyukai