Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“MUAMALAH”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Fiqih”

Dosen Pengampu :

Prof.Dr. H. Zakaria Syafe’i, M.PD.

Disusun oleh kelompok 3 HTN 1 D:

Wulan Aprilina (231120132)

Fathira Rahma Bisanjaya (231120135)

Ika Wahyuni (231120139)

Ayu Safitri (231120143)

Sintia Maulani Muttamimah (23112020)

Fadhira Nuralisia Ariyanto (231120141)

PRODI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN MAULAN HASAUDDIN BANTEN


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat
kebaikan-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa, tim penyusun atau kelompok sepuluh ingin mengucapkan terima kasih kepada Bpk
Prof.Dr. H. Zakaria Syafe’i, M.PD selaku dosen pengampu Fiqih yang sudah membantu kami
dalam proses penggarapannya.

Makalah yang berjudul “Muamalah” disusun oleh kami selaku kelompok Sepuluh untuk
memenuhi tugas mata kuliah Fiqih.

Kami pun mengetahui jika makalah yang kami garap masih jauh dari kata sempurna.
Masih banyak kekurangan sehingga kami sangat mengharap saran dan kritikan kepada kami agar
di kemudian hari kami bisa membuat satu makalah yang lebih berkualitas.

Terakhir, semoga makalah ini bisa mempunyai manfaat untuk pengembangan kegiatan
belajar kita. Aamiin...

16 November 2023

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan ..............................................................................................................4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
2.1. Pengertian Muamalah .......................................................................................................5
2.2. Harta : Pemikilikan dan Pemanfaatannya ..........................................................................6
a. Harta ............................................................................................................................................ 6
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agama Islam mengatur setiap segi kehidupan umatnya. Mengatur hubungan seorang
hamba dengan Tuhannya yang biasa disebut dengan muamalah ma‟allah dan mengatur pula
hubungan dengan sesamanya yang biasa disebut dengan muamalah ma‟annas. Nah, hubungan
dengan sesama inilah yang melahirkan suatu cabang ilmu dalam Islam yang dikenal dengan
Fiqih muamalah. Aspek kajiannya adalah sesuatu yang berhubungan dengan muamalah atau
hubungan antara umat satu dengan umat yang lainnya. Mulai dari jual beli, sewa menyewa,
hutang piutang dan lain-lain.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari, setiap muslim pasti melaksanakan suatu
transaksi yang biasa disebut dengan jual beli. Si penjual menjual barangnya, dan si pembeli
membelinya dengan menukarkan barang itu dengan sejumlah uang yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak. Jika zaman dahulu transaksi ini dilakukan secara langsung dengan
bertemunya kedua belah pihak, maka pada zaman sekarang jual beli sudah tidak terbatas pada
satu ruang saja.Dengan kemajuan teknologi, dan maraknya penggunaan internet, kedua belah
pihak dapat bertransaksi dengan lancar.

Muamalah adalah suatu kegiatan ekonomi baik itu jual beli barang atau jasa antara
perorangan atau badan hukum yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah, adanya kegiatan
ekonomi syariah sangat membantu dalam keselarasan kehidupan di dunia dan akhirat, nilai
ekonomi syariah bukan semata-mata kegiatan muslim saja tetapi seluruh mahluk hidup di muka
bumi.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa itu pengertian muamalah?

b. Apa itu pemilikan dan pemanfaatan harta?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian muamalah
2. Untuk mengetahui pengertian pemanfaatan harta
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Muamalah

Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata ‫( عامل يعامل معاملة‬aamalaa, yuamilu,
muamalat) yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan.
Sedangkan pengertian harfiahnya adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan
seseorang lain atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Kata
“seseorang” dalam definisi di atas adalah orang/manusia yg sudah mukallaf, yg dikenai beban
taklif, yaitu orang yang telah berakal baligh dan cerdas. Pengertian Muamalah dari segi istilah
dapat diartikan dengan arti yang luas dan dapat pula dengan arti yang sempit. Definisi muamalah
dalam arti luas adalah aturan aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya
dengan urusan duniawi dalam pergaulan social. Muamalah dalam arti luas menurut beberapa
tokoh :

 Menurut Ad-Dimyathi :

“Suatu aktivitas keduniaan untuk mewujudkan keberhasilan akhirat”

 Menurut Yusuf Musa :

“Peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan dita’ati dalam hidup bermasyarakat untuk
menjaga kepentingan manusia”

“Segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia
dalam kehidupannya”

Sedangkan dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu muamalah adalah
semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar manfaat.
Muamalah dalam arti sempit menurut beberapa tokoh :

 Khudhari Byk

“Semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya”

 Rasyid Ridha :

“Tukar menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara yang ditentukan”

Berikut pengertian muamalah menurut beberapa tokoh :


Menurut Louis Ma’luf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan
dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain
sebagainya.

Menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah peraturan-peraturan


mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia, seperti perdagangan dan semua mengenai
kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan dengan
manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar-dasarnya
secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalam bertukar
manfaat diantara mereka.

Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalah adalah segala
peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak
seagama, antara manusia dengan kehidupannya, danantara manusia dengan alam sekitarnya.

2.2. Harta : Pemikilikan dan Pemanfaatannya


a. Harta
Harta dan kekayaan merupakan salah satu hasil dari upaya manusia dalam bekerja. Allah telah
memberikan kenikmatan bumi dan seisinya guna dimanfaatkan manusia untuk mencari rezeki.

“Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan hujan dari langit, kemudian dia
mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan dia twelah menundukan (pula) bagimu matahari dan
bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.
Dan dia telah 11 memberikan kepadamu (keperuanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya …”

(QS. Ibrahim (14) : 32-34).

Harta dalam bahasa Arab disebut al-maal yang dapat diartikan secara bahasa berarti condong,
cenderung atau miring. Sedangkan secara istilah adalah Sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh
manusia, baik berupa benda yang tampat seperti emas, perak, binatang, tumbuh-tumbuhan maupun
(yang tidak tampak), yakni manfaat seperti: pakaian dan tempat tinggal. Menurut ulama hanafiyah,
harta adalah segala sesuatu yang naluri manusia cenderung kepadanya dan dapat disimpan sampai
batas waktu yang diperlukan. Kedudukannya dalam Islam merupakan suatu kemaslahatan untuk
manusia. Allah telah menjelaskan kedudukannya sebagai perhiasan dunia dalam Al-Quran surat Al-Kahfi
ayat 46:

ّٰ ‫ا َ ْل َما ُل َو ْالبَنُ ْونَ ِز ْينَةُ ْال َح ٰيوةِ ال ُّد ْنيَ ۚا َو ْال ٰب ِقيٰتُ ال‬
‫ص ِلحٰ تُ َخي ٌْر ِع ْن َد َربِِّكَ ث َ َوابًا َّو َخي ٌْر ا َ َم ًل‬
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-
menerus adalah lebih baik. Pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Al-Kahfi
: 46) Ayat tersebut menjelaskan bahwa harta dijadikan perhiasan bagi manusia, sehingga karena dengan
harta manusia bisa saja sombong dan takabur.

Pembagian Jenis-Jenis

Menurut para ahli fiqh, harta dapat dilihat dari beberapa aspek, dimana setiap bagiannya memiliki ciri
dan hukum tertentu. Pembagian jenis tersebut antara lain:

a). Berdasarkan hukumnya, Pembagiannya berdasarkan manfaatnya adalah mutaqawwim dan ghairu
mutaqawwim. Mutaqawwim adalah yang halal dan boleh dimanfaatkan. Ghairu mutaqawwim adalah
yang halal dan tidak boleh dimanfaatkan.

b). Berdasarkan pembedaan jenis kesatuan, Dibagi menjadi mitsli dan qimmi. Mitsli adalah harta yang
jika dibandingkan dengan sejenisnya dianggap sama/tidak berbeda. Sedangkan qimmi adalah yang jika
dibandingkan dengan sejenisnya dianggap tidak sama/memiliki berbeda. Misalnya kain tapis yang ada di
Malaysia tidak bisa disamakan dengan yang kain yang ada di Indonesia karena kain tapis milik Malaysia
dan susah didapatkan di Indonesia (Syafe’i, 2001).

c). Berdasarkan kegunaannya, Dibagi menjadi istihlaki dan istimali. Istihlaki adalah yang habis dipakai.
Sedangkan istimali adalah yang tidak habis pakai

d). Berdasarkan fisiknya, Terdiri dari: pertama, manqul yaitu bergerak yang dapat dipindahkan. Kedua,
ghairu manqul yaitu tidak bergerak yang tidak dapat dipindahkan. Ketiga, ain adalah berbentuk benda
yang dapat dilihat. Keempat, dayn adalah yang masih dalam pertanggungjawaban seseorang seperti
piutang. Kelima, harta naf’I adalah yang tidak ada bentuk fisiknya namun terus berkembang seperti
saham (Masadi, 2002).

e). Berdasarkan haknya, Terdiri dari: pertama, mamluk yaitu dalam kepemilikan seseorang terhadap
lembaga badan hukum. Kedua, mubah yaitu yang asalnya bukan milik seseorang seperti air dan udara.
Ketiga, mahjur adalah yang harus dibagikan kepada orang lain seperti wakaf.

f). Berdasarkan pembagiannya, Terdiri dari: pertama, yang dapat dibagi seperti beras yang tidak ada
kerusakan apabila hal tersebut dibagikan. Kedua, tidak dapat dibagi seperti gelas karena akan ada
kerusakan apabila satu gelas dibagi-bagi kepada orang banyak.

g). Berdasarkan cara memperoleh, Terdiri dari: pertama, pokok yaitu hal utama seseorang dalam
memenuhi kebutuhan. Kedua, hasil yaitu harta yang dihasilkan dari harta lain seperti hasil panen buah

h). Berdasarkan pencampurannya, Terdiri dari: pertama, khas yaitu milik pribadi dan tidak boleh
diambil manfaatnya tanpa persetujuan pemilik. Kedua, am yaitu kepemilikan yang wujud dan
manfaatnya boleh digunakan bersama.
B. Kepemilikan

1. Pengertian Kepemilikan

Pengertian kepemilikan ditinjau menurut Bahasa yang berasal dari Bahasa arab yaitu al–milik yang
berarti pengusaaan terhadap wujud dan manfaat yang dimiliki. Adapun, definisi milk menurut ulama
fiqh: “Pengkhususan seseorang terhadap suatu benda yang memungkinkannya untuk bertindak hukum
terhadap benda itu (sesuai dengan keinginannya), selama tidak ada halangan syara.” (Bahasa), 1997).
Kepemilikan juga dapat diartikan sebagai suatu korelasi individu dengan harta yang dimilikinya dan
tentunya dengan jalan yang telah dibenarkan oleh Allah.

Menurut Ghufron A Masadi (Masadi, 2002), mengeani sebab-sebab kepemilikan perspektif Islam terdiri
dari tiga. Pertama, Ihraz al mubahat artinya bolehnya memiliki harta yang belum ada pemiliknya. Kedua,
Al Tawallud min al-mamluk artinya harta yang didapatkan dari perolehan harta lain. Ketiga, Al Khalafiyah
yaitu harta yang didapatkan karena suatu proses ganti rugi atau warisan. Keempat, al aqd yaitu harta
yang diperoleh karena proses akad muamalah.

Sedangkan, Taqyudin An-Nabhani berpendapat bahwa cara memperoleh harta dalam islam antara lain:
bekerja, warisan, harta dari negara, harta dari Baitul mal, dan harta hibah.

Prinsip-prinsip kepemilikan harta:

Kepemilikan harta dalam islam mengandung akibat hukum. Maka dari itu prinsip-prinsip kepemilikan
dibagi menjadi antara lain sebagai berikut:

Milk Ain merupakan hanya memiliki wujud barang saja namun tidak punya hak atas manfaatnya.
Milk at tam yaitu kepemilikan penuh artinya memiliki wujud barang dan manfaat barang
tersebut.
Milk an naqish adalah hanya memiliki salah satu dari barang atau manfaatnya saja
Kepemilikan yang tidak dapat digugurkan dan tidak dapat dipindahkan kepada orang lain.
Konsep Kepemilikan Harta Menurut Tinjauan Ekonomi Syariah

a. Kepemilikan Perseorangan

Kepemilikan pribadi adalah hak seseorang untuk menggunakan beberapa properti. Harta itu diperoleh
dari usaha yang dijalankan. Kepemilikan pribadi ialah hukum syariah Islam yang berlaku untuk barang,
termasuk manfaat dan materi dan dapat menjadikan seseorang dalam menerima kompensasi atau
menggunakan harta karena barang tersebut digunakan oleh orang lain. Hak individu dilindungi serta
sudah diatur oleh syariat Islam. Maka, bagi siapa saja yang menyalahgunakan hak tersebut, hukum syara
memberikan sanksi pencegahan. Hukum Syariah juga mengatur bahwa metode atau alasan kepemilikan
adalah cara tertentu hukum Syariah melegalkan kepemilikan seseorang atas sesuatu. Yang mana: Ihrazul
Mubahat: yaitu memiliki sesuatu yang bukan milik orang lain, contohnya mengambil air dari mata air.
Khalafiyah: memiliki harta melalui warisan.

Tawalud bi mamluk: ialah kepemilikan harta karena penambahan harta atau kelahiran. Aqad: yaitu
kepemilikan harta yang timbul karena terjadinya akad, misalnya jual beli.

b. Kepemilikan umum

Kepemilikan umum adalah kepemilikan atas barang-barang atau barang-barang yang secara bersama-
sama digunakan oleh setiap masyarakat misalnya api, air, jalan, sungai, rumput, dan sebagainya.
Pengelolaan barang milik umum hanya dilakukan oleh negara. Karena jika diserahkan sepenuhnya
kepada masyarakat akan menimbulkan ketimpangan antara yang lemah dan yang kuat. Maka, demi
tercapainya kesejahteraan bersama, upaya pemerintah dalam mengelola kekayaan seperti harus adil.

c. Kepemilikan Negara

Kepemilikan negara adalah kepemilikan harta benda atau sesuatu, dan hak untuk menggunakannya ada
di tangan pemimpin sebagai kepala Negara. Misalnya harta fai, ghanimah, pajak tanah, jizyah khusus,
serta lainnya. Barang kewenangan negara sepatutnya digunakan sebagai kepentingan negara misalnya
membayar gaji PNS, APBN, dan lainnya.

2. Pemanfaatan Kepemilikan Harta

a). Pembagian

Pengembangan harta terkait dengan sarana dan cara yang mengarah pada peningkatan kekayaan,
seperti produksi pertanian, perdagangan, industri, dan investasi. Hukum pembangunan real estate di sini
adalah cara dan sarana yang mengikat secara hukum untuk menghasilkan properti. Contohnya, dilarang
menyerahkan tanah lebih dari 3 tahun. Lalu contohnya di bidang perdagangan, seperti penipuan. Tentu
saja menurut Syara, ini akan membatalkan pengembangan properti.

b). Penggunaan

Penggunaan properti mengacu pada penggunaan properti dengan atau tanpa manfaat materi yang
diperoleh oleh Islam, dan orang-orang didorong untuk menggunakan kekayaan mereka tidak hanya
untuk keuntungan pribadi dengan manfaat yang terlihat, tetapi untuk kepentingan ibadah ataupun
kepentingan orang lain. Misalnya ZISWAF. Ini pasti akan membantu orang lain, terutama bagi yang
membutuhkan. Agama Islam pula melarang penggunaan harta yang dilarang oleh syara’, contohnya
suap, perjudian, dan pembelian barang atau jasa yang sudah jelas keharamanya.
Daftar Pustaka

https://eprints.ums.ac.id/57434/3/BAB%20I.pdf

http://repo.uinsatu.ac.id/32183/1/FIQH%20MUAMALAH.pdf

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/63018/1/16.%20Editor_Buku%20refe
rensi_Fiqh%20Muamalah.pdf

https://smkislam2durenan.sch.id/wp-content/uploads/2021/09/MAKALAH-FIQIH-
MUAMALAH.pdf

https://id.scribd.com/doc/260180103/Makalah-kelompok-5-MUAMALAH-pdf

https://kseiprogres.com/harta-dan-kepemilikan-dalam-perspektif-ekonomi-syariah/

Anda mungkin juga menyukai